Bab 1
Pertemuan mendadak
dengan favoritku
Juni 2022, Ruang Klub Pecinta Anime
Ruang klub pecinta anime dipenuhi dengan keramaian
seperti biasa.
"Makan ini! Jurus pamungkas, Peluru Peledak Sihir
Cantik!"
"Waaah! Ayo Mariiiiiiika!"
Aku dan kouhai ku, Narumi Rion, berteriak bersama saat
menonton adegan pertempuran di episode terakhir anime
"Maji☆Mari".
Di layar, Marika, sang protagonis yang berubah menjadi
penyihir dengan sisa kekuatan terakhirnya, meluncurkan jurus pamungkasnya yang
khas ke arah monster jahat, menyelamatkan Bumi.
"Wah, 'Maji☆Mari' emang keren! Sensasinya nggak pernah bikin bosen!"
"Iya! Gak ada anime lain yang bisa ngasih adegan
pertempuran seasyik ini akhir-akhir ini! Terus juga, sekilas keliatan celana
dalam Marika-chan yang imut di adegan pertempuran... Jujur, bikin aku...
ehem..."
"Iya, aku tau! Perpaduan ketegangan dan erotisme
yang bikin anime ini menarik! Hmm, ngomong-ngomong, udah gak sabar nih... Kapan
ya season kedua keluarnya...?"
Rion mengangguk dengan mata berbinar saat dia setuju
dengan pendapatku.
Ya, aku memang cocok sama anak ini. Jarang ada cewek yang
seantusias dia dengan hobiku. Lagipula, anime ini emang ditujukan buat cowok.
"Selain itu, suaranya para seiyuu-nya juga keren
banget! Suara Nekoyama Aki yang jadi Marika bener-bener cantik! Suaranya jernih
dan pas banget buat karakter utama!"
"Bener juga. Pantesan aja dia dapet Best Actress
Award di Popular Seiyuu Grand Prix tahun lalu. ...Tapi, Rion, kalo bahas seiyuu
di anime ini, ada satu lagi yang nggak boleh dilewatin."
"Siapa?"
"Jelas, idolaku! Aizaki Yuka-chan!"
Aizaki Yuka, atau biasa dipanggil Ai-chan, adalah seiyuu
yang memerankan karakter penyihir sub-karakter bernama Miyano Kana dalam
"Majika☆Mari".
Dia masih pendatang baru yang baru debut dua tahun lalu, dan suaranya yang imut
dan manis menjadi daya tariknya.
"Suara Ai-chan sebagai Miyano Kana bener-bener gemesin.
Bener-bener malaikat. Kepribadiannya juga baik dan penakut, tapi dia selalu
maju ke depan buat ngelindungin teman-temannya. Rasanya pengen peluk dia."
"Iya, Senpai, kamu kayaknya ngefans banget sama Ai-chan.
Tapi kalo aku lihat profilnya, kayaknya dia lagi meredup ya? Sudah setengah
tahun lebih sejak dia main di 'Maji☆Mari', tapi dia nggak main film lagi. 'Maji☆Mari' juga termasuk anime yang kurang terkenal. Dia juga
cuma jadi peran figuran di anime lain..."
"Hei, hush! Jangan ngomong yang buruk! Sekarang dia
lagi ngisi baterai aja! Pasti di anime selanjutnya dia bakal muncul lagi dengan
suara yang penuh semangat!"
Memang sih, sebagai penggemar, aku selalu merasa cemas
kalo idolaku jarang muncul. Tapi aku yakin sama Ai-chan dan bakal terus dukung
dia! Satu-satunya hal yang bisa dilakukan otaku adalah percaya sama idolanya!
"Pokoknya, idola utamaku Ai-chan! Ya udah, sekalian
aja, aku mau kasih tau kamu kehebatan Ai-chan! Ayo, kita marathon 'Maji☆Mari' lagi!"
"Hah? Mau mulai dari awal lagi? Kita baru aja
selesai nonton episode terakhirnya lho?"
“Nggak masalah! Aku cuma mau putar scene-scene yang
Ai-chan ngomong aja. Contohnya, di episode ketiga, mulai dari menit ke-18:22,
pas adegan Kana-chan muncul."
"Wah, kok kamu hafal banget sih! Suka banget kayaknya
sama Ai-chan!?"
"Ya iyalah! Scene idolaku udah aku ulang puluhan
kali. Kamu juga kan gitu kan, Rion? Kalo ada scene karakter favoritmu, pasti
kamu putar sampe BD-nya lecet?"
"Hmm... iya sih, aku biasanya nonton sampe lima kali
sehari."
"Hebat Rion! Keren banget!"
"Eh, kenapa malah muji... Tapi, aku bangga bisa jadi
anggota klubnya Senpai!"
"Oke! Ayo kita pelajari suara Ai-chan bareng-bareng!
Ini juga bagian dari kegiatan klub anime!"
"Siap, Pak Ketua!"
Sebenarnya, klub anime ini hanya untuk aku dan Rion
nonton anime bareng saja, tidak ada kegiatan klub beneran. Dulu, ketika masih
ada senior tahun lalu, kita pernah mencoba buat anime sendiri tapi gagal, atau
nulis essay tentang anime dan posting di internet tapi gagal juga. Tapi, aku
dan Rion tetep puas dengan kegiatan kita sekarang. Lagipula tidak merepotkan
orang lain, jadi lebih baik menikmati saja masa muda ini.
Aku dan Rion kembali menonton anime.
"Aku Kana! Penyihir baru! Jurus pamungkas, Badai
Besar Cinta Polos!"
"Monster terkutuk! Aku nggak bakalan maafin kamu!
Aku bakalan kalahin kamu!"
"Aku nggak menyesal... Aku cuma... mencintai kalian
semua..."
"Aku juga cinta kamu Kana-chaaaaan! Aku cinta
kamuuuu!"
"Senpai, beneran suka banget sama dia. Tapi,
suaranya emang imut. Aku pengen denger suaranya di anime lain juga."
"Iya kan! Iyaaaa! Aaaaah! Kapan ya aku bisa denger
suara Ai-chan lagi? Kalo nggak bisa, mending kita pacaran aja!"
"Eh, nggak mungkin. Nggak mungkin gitu, ngefans sama
seiyuu sampe mau pacaran. Ketemu langsung aja nggak mungkin."
"Gak salah... Emang nggak mungkin..."
"Gimana kalo aku temenin kamu marathon anime aja?
Cukup itu aja ya?"
"Hmm... Boleh juga... Rasanya bahagia kalo bisa
ngobrol tentang anime bareng cewek..."
Dan seperti biasa, kami menikmati menonton anime hingga
tiba waktu terakhir kali pulang sekolah.
※
Setelah berpisah dengan Rion, aku berjalan pulang.
Sebelum pulang, aku mampir dulu ke toko buku di dekat
stasiun. Jalanan ramai dengan para pelajar yang pulang sekolah dan karyawan
yang baru selesai bekerja. Aku masuk ke dalam toko buku kecil di salah satu
gang.
"Maaf, ada orang di sini?"
Aku memanggil ke arah dalam toko yang penuh rak buku. Dan
kemudian──
"Wah, Souta-kun. Masuklah."
Seorang wanita yang aku kenal muncul dari balik tirai dan
berjalan cepat ke arahku.
Wanita cantik dengan wajah dewasa.
Rambut hitam panjang dan kacamata polosnya menciptakan
suasana anggun dan tenang. Tapi, tubuhnya ramping, dengan dada yang besar dan montok.
"Akhirnya kamu datang, Souta-kun. Aku kira kamu gak
bakal mampir hari ini,"
"Enggak kok, Nene-san. Aku kan sudah bilang sore ini
mau ke sini,"
Saeki Nene-san. Dia adalah putri pemilik toko buku ini,
"Tsubasa Bookstore", dan selalu menjaga toko pada jam ini. Dia satu
tahun lebih tua dariku dan sering memanjakanku. Ngomong-ngomong, dia juga
seniorku di SMA yang sama.
"Ngomong-ngomong, barang itu sudah masuk belum? Hari
ini kan tanggal rilisnya, ya?"
"Iya, tentu saja."
Nene-san menyerahkan buku padaku. Judulnya "Manjakan Saya Oleh Atasan
Kuudere".
"Fufu. Ini yang kamu incar, kan?"
"Iya! Ini dia! Terima kasih!"
Aku menerima bukunya dan menyeringai melihat gambar
pahlawan wanita kuudere yang tersipu di sampulnya.
Syukurlah! Akhirnya aku mendapatkannya! Ini adalah
kesenangan utamaku hari ini!
"Aku seneng kalo kamu suka. — Oh, tapi
ngomong-ngomong. Penjualan bulan ini lumayan bagus. Berkat saranmu buat mesen
lebih banyak produk yang direkomendasiin, Souta-kun."
"Oh, beneran? Seneng bisa bantu."
Kadang-kadang, aku membantu Nene-san dengan saran tentang
jumlah produk baru yang masuk dan cara memajangnya. Tapi, aku hanya
menyampaikan kesukaanku atau apa yang aku dengar di internet.
"Jadi, aku pengen konsultasi tentang pemesanan
berikutnya. Ada karya yang akan laku selanjutnya kah?"
"Hmm.... Untuk new release berikutnya, yang pasti
"Love Sharing" volume baru. Anime-nya lumayan bagus, dan
popularitasnya meningkat pesat."
"Ah! 'Love Sharing', bagus tuh! Aku juga jadi fans abis
nonton animenya."
Ternyata Nene-san juga tahu. Anime itu ceritanya dan
gambarnya bagus dan halus.
"Suaranya juga bagus. Seiyuunya ngegambarin banget
perasaan karakternya dengan baik!"
"Eh...? S-suaranya...??"
Nene-san tiba-tiba menjadi gugup.
"Apa? Kamu gak merhatiin? Pengisi suara di anime itu
keren banget! Apalagi, pengisi suara sub-heroin, Ezaki-san. Dia kayaknya masih
baru dan ini pertama kalinya aku denger suaranya,
tapi suaranya yang jernih dan seksi itu punya daya tarik
yang unik! Aku suka banget suaranya!"
"B-begitu.... Ezaki-san bagus ya...."
Nene-san menundukkan kepalanya dan menghindari tatapanku.
Apa dia tidak suka seiyuu? Aku ingin berbicara lebih banyak, tapi sepertinya
lebih baik aku tidak membahasnya lagi.
"Ya, pokoknya 'Love Share' pasti laku. Aku akan pikirin
kandidat lain sebelum pemesanan berikutnya."
"Baiklah. Terima kasih. Souta-kun emang bisa
diandalkan,"
Nene-san tersenyum dengan senyuman yang biasa lagi.
"Pendapatmu selalu membantu. Kayaknya aku harus ngasih
kamu hadiah."
"Ha? Hadiah?"
Wah! Apa ya kira-kira?
Sebelum aku sempat bertanya, Nene-san sudah bergerak.
"Jadi, ya. Silakan."
"Apa-apaan!?"
Nene-san mengangkat dada megahnya sendiri dengan kedua tangannya.
Lebih lanjut, dia menonjolkan dadanya ke depan, menekankan bentuknya yang
membusung.
"Eh, Nene-san!? Apa-apaan ini tiba-tiba! Kenapa,
dada...!"
"Tentu saja, biar kamu seneng, Souta-kun. Dadaku
ini, cuma sekarang boleh kamu apa-apain. Boleh disentuh, boleh diremas, kalo
kamu mau banget bisa juga disusuin?"
"Apa...! Serius!? Eh, tapi, aku kan gak minta-minta
gitu!"
"Tapi Souta-kun suka komik dan novel-novel yang
gitu-gitu, berarti kamu tertarik dong?"
"Eh, iya... Tapi itu..."
"Ayo sini aku ajarin tentang wanita, dari A sampai
Z... Praktek langsung yuk?"
Nene-san menggoyangkan dadanya sendiri, menunjukkan
ukuran, kelembutan, dan juga elastisitasnya yang padat. Hal itu membuat
pandanganku semakin tertuju pada dadanya. Meskipun aku tahu harusnya tidak
melihat, aku tidak bisa mengalihkan pandangan dari dadanya. Bahkan, tanpa sadar
aku melangkah mendekati Nene-san.
Tapi tiba-tiba, terjadi kecelakaan.
Mungkin karena gerakan yang tidak disengaja dan tidak
stabil, aku tersandung dan terjatuh ke depan dengan keras. Akibatnya, dada
besar Nene-san mendekat ke arahku.
"Aaaaa!?"
Akibatnya, wajahku langsung tertanam di dada Nene-san.
"Wahhhh! Wahhhhhhh! Apa-apaan ini, ehh! Lembutttttt────!"
Sensasi ditekan erat ke dalam dada yang penuh dan lembut.
Kenikmatan dada yang lembut seperti marshmallow, kurasakan sepenuhnya dengan
seluruh wajahku.
"Hehe. Kamu aktif ya. Gak usah malu, nikmati
sepuasnya ya? Ini sebagai ucapan terima kasih kok."
Nene-san memeluk wajahku. Bahkan lebih kuat, seolah-olah
menekan ke dalam dadanya.
"Mugh! Mughghghgh...! Nnnn... Nnnnnn...!"
Elastisitas yang kenyal, dan pada saat yang sama,
kelembutan yang dirasakan. Sensasi seksual yang unik ini, membuatku merasa
sangat bahagia...! Bahagianya sampai-sampai, perlahan kesadaran mulai
menjauh...!
"Eh, tunggu...? Kalau dilanjutin, bisa-bisa mati
lemas nih?"
"Puhah!"
Nene-san yang bergumam, melepaskanku. Aku juga langsung
mengambil napas dalam-dalam, menyebarkan oksigen ke seluruh tubuh.
Ah, kukira aku akan mati... Tapi, itu tadi... dada yang
lembut...!
"Maaf. Aku cuma pengen kamu seneng, maaf kalo kebablasan.
Mau coba lagi?"
"Eh, udah gak usah...! Udah cukup...!"
Kalau terus-terusan seperti ini, berapapun akal sehatku tidak
akan cukup....
"Hehehe. Kamu jadi merah sama panik gitu. Souta-kun
emang lucu deh♪"
Begitu katanya, Nene-san tersenyum nakal. Dari ekspresi
itu, aku bisa tahu. Dia sepertinya main-main sama aku?
"Tapi, mungkin aku kelewat batas? Maaf ya, Souta-kun.
Sebagai permintaan maaf, yuk minum teh. Tokonya juga mau tutup, orang tua aku juga
lagi nggak ada, jadi kita bisa ngobrol berdua dengan tenang."
"Eh, nggak... Terima kasih, tapi aku harus pulang
sekarang. Udah malem banget ini."
Melihat jam dan ternyata jam tujuh. Walaupun diajak,
seharusnya tidak baik kalau terus-terusan di sini.
"Eh? Udah mau pulang...? Padahal aku masih oke
lho..."
Tiba-tiba, Nene-san kelihatan sedih. Melihat ekspresinya,
hati aku jadi ikut sedih.
Sejujurnya, agak senang sih... Dia sedih karena aku mau
pulang...
"Sayang banget... Tapi emang udah larut sih. Yuk,
bayar bukunya."
"Iya. Oke──eh, sialan!"
Saat mengeluarkan dompet, aku berteriak karena menyadari
suatu kenyataan yang mengerikan.
"Kenapa? Kok tiba-tiba teriak?"
"Aku lupa narik uang...!"
Di dompet cuma ada beberapa koin doang... Ini nggak cukup
bahkan untuk satu buku. Kalau narik uang sekarang, sampai balik ke sini,
tokonya pasti udah tutup...
"Maaf ya, Nene-san...! Aku mau narik uang dulu,
besok baru beli bukunya!"
"Hehe. Gapapa kok. Aku tunggu besok ya."
Nene-san malah tersenyum bahagia saat aku minta maaf.
※
"Oi... Apa ini...?"
Setelah berpisah dengan Nene-san dan meninggalkan Toko
Buku Tsubasa, aku berjalan ke ATM di supermarket yang tidak terlalu jauh. Hari
ini seharusnya aku menerima kiriman uang dari orang tuaku.
Orang tuaku adalah fotografer, dan saat ini mereka sedang
dalam perjalanan panjang di luar negeri. Mereka mengirimkan uang setiap bulan
untuk biaya hidupku, tapi aku tidak bisa membeli manga, apalagi makanan untuk
malam ini, jika aku tidak menarik uang itu terlebih dahulu.
Uang kiriman bulan lalu habis untuk membeli cakram dan
CD, atau untuk kegiatan otaku lainnya, jadi aku sama sekali tidak punya
tabungan. Sepertinya uang kiriman bulan ini juga akan habis dengan cara yang
sama.
Sambil memikirkan apa lagi yang akan aku beli selain
manga, aku mulai memeriksa buku tabunganku. Kemudian, setelah beberapa saat,
aku melihat saldo di buku tabunganku dengan perasaan gembira.
Hasilnya... saldo: 202 yen.
"Lah!?"
Eh, apa...? Lah kok...?
Mengapa tidak ada uang yang masuk...? Uang makan dan
biaya hiburanku, ke mana...?
Mengira ada masalah dengan mesin, aku mencoba memeriksa
buku tabunganku lagi. Aku menekan tombol dan memasukkan buku tabungan sekali
lagi.
Setelah itu, aku memeriksa jumlah uangnya lagi. Tapi...
hasilnya tetap sama, 202 yen.
"Yah, saldonya kenapa dah---!?"
Ini tidak benar! Ini pasti tidak benar! Aku bahkan tidak
bisa membeli makan malam hari ini!
Mungkin orang tua... lupa mengirimkan uang padaku...!?
Langsung saja, aku menelepon ayahku yang berada di luar
negeri. Aku tidak peduli dengan perbedaan waktu. Ini masalah hidup dan mati
bagiku!
"Halo? Ada apa, Souta? Aku akan bekerja bentar lagi,
jadi kalau ada urusan, langsung ngomong aja."
"Ah! Ayah!? Uang kiriman bulan ini belum
masuk!"
Ayahku, yang merespon panggilan dengan suara santai,
langsung aku tanya tentang uang.
Dan kemudian, seolah-olah itu adalah hal yang biasa...
"Uang kiriman...? Itu gak bisa aku kirim buat
sementara waktu."
"Hah!? Kenapa? Aku nanti kesulitan hidup bulan
ini!?"
Aku tidak ingin meminta uang sambil terus bergantung pada
mereka, tapi aku tidak bisa tidak makan!
"Karena ayah dan ibu mau ngabisin beberapa bulan ke
depan buat ngambil foto hewan liar di dalam hutan. Jadi, kita nggak bisa ngirim
uang buat sementara waktu. Sebagai gantinya, kami udah ngirim lebih banyak uang
selama enam bulan terakhir. Kita udah bilang lewat telepon nyuruh nabung uang
itu buat persiapan waktu kita gak bisa mengirim uang, kan?"
"Eh...?"
"Kamu gak inget?"
Rupanya... Aku sepenuhnya mengabaikannya.
Memang, aku menyadari bahwa jumlah uang kiriman
belakangan ini meningkat, tapi aku pikir itu adalah bentuk kasih sayang dari
orang tua dan aku menghabiskannya semua untuk kegiatan otaku...!
"Dari nada nya sih... kayaknya kamu gak punya
tabungan? Kamu nggak dengerin ayah ngomong, kan?"
"Uh...!"
"Aku udah ngirim cukup uang. Kalau kamu ngabisin
sendiri, kamu harus bisa cari solusi sendiri. Oke, sampai jumpa!"
"Tunggu, tunggu! Eh? Serius!? Gak bisa minta
tambahan dana gitu...!?"
"Gak usah manja, idiot. Kamu pasti
menghambur-hamburkan uang kiriman yang lebih itu. Ini saatnya buat merenung dan
mungkin mulai nyari pekerjaan. Sebagai siswa SMA kelas 2, pasti ada tempat yang
mau mempekerjakanmu."
"Ugh...! Pekerjaan part time...!"
Itu sedikit kendala...! Aku sudah sibuk dengan pekerjaan
rumah, belajar untuk ujian, dan menjadi otaku hanya untuk sekolah, tapi ditambah
pekerjaan di atas semua itu...
“Lagian, kalo kamu gak kerja, kamu nanti gak bisa bayar
SPP SMA-mu. Di sekolah swastamu, SPP dibayar setiap enam bulan sekali.
Pembayaran berikutnya tenggat di bulan Oktober, tapi mau gak kamu kerja? Biar
bisa bayar tepat waktu."
"Eh...?"
"Kita gak bisa pulang buat sementara. Jadi, Souta,
kamu harus bisa hidup sendiri. Daaah!"
"Eh, tunggu dulu! Terus gimana, masa diabaikan doang──eh?!
Halo? Ah, diputus!"
Duh... Ini serius...! Jadi, intinya, aku harus bisa
menghasilkan uang sendiri untuk biaya hidup dan sekolah sampai orang tua aku
balik...?
Untuk biaya hidup sehari-hari mungkin masih bisa diatasi
dengan tabungan angpao, tapi untuk biaya sekolah, itu sangat berat.
Dengan keadaan seperti ini, bukan cuma soal hobi, tapi
kehidupan sehari-hari saja terancam. Belum lagi, aku pasti mau tidak mau harus DO
dari SMA. Kalau tiba-tiba aku harus keluar dari sekolah dan masuk ke masyarakat
dengan cuma lulus SMP, aku sama sekali tidak tahu harus ngapain. Aku harus bisa
menghasilkan uang sebelum pembayaran sekolah berikutnya.
Jadi, tidak ada pilihan lain selain...
"Kalau udah gini... ya, harus berusaha
keras...!"
Kalau tidak punya uang, ya harus cari cara untuk
menghasilkannya.
Mengikuti aturan dunia ini, aku memutuskan untuk pertama
kalinya dalam hidupku untuk bekerja paruh waktu.
※
Tanpa menunda, aku langsung mulai mencari pekerjaan malam
itu juga.
Aku mencari lowongan yang menerima pelajar SMA di situs
pencarian kerja, dan melamar ke berbagai tempat seperti pegawai toko serba ada
dan staf acara. Tapi mungkin karena aku belum punya pengalaman, sulit untuk
mendapatkan kerjaannya.
Tapi, setelah mencari kerja selama dua minggu, akhirnya
aku juga mendapat kesempatan.
"Kamu, bagus. Keliatannya serius, aku terima
kamu."
"Eh, iya! Terima kasih banyak!"
Yang aku lulus adalah di sebuah agensi talenta bernama
"PT LightRoad" yang berlokasi di Tokyo. Pekerjaanku adalah sebagai
staff administrasi, dengan tugas utama sebagai petugas serba bisa. Lagipula,
sepertinya gaji di sini lumayan tinggi karena kondisi perusahaan yang bagus.
TLN : Bused masih
SMA udah jadi staff admin.
Bagus...! Kalau aku bisa kerja di sini, sepertinya nggak
akan kesulitan untuk biaya hidup. Dan sepertinya aku juga bisa bayar biaya
sekolah! Aku bisa lolos dari krisis harus DO SMA.
Dan beberapa hari setelah interview, aku datang lagi ke
kantor untuk hari pertama kerjaku.
"Fiuh... Aku agak gugup..."
Aku berjalan mondar-mandir di sekitar resepsionis, tidak
bisa tenang menghadapi pekerjaan pertamaku dalam hidup.
Menurut penjelasan sebelumnya, kalau aku menunggu di
sini, nanti akan ada orang yang bertanggung jawab untuk membimbingku... Tapi,
orangnya kayak gimana...? Semoga bukan tipe orang yang badannya kekar atau tipe
pria tampan yang cerah. Aku sama sekali tidak tahu harus gimana kalau ketemu
orang seperti gitu.
Saat aku sedang berpikir begitu...
"Maaf. Kamu Shido Souta, kan...?"
"Eh...?"
Aku menoleh ke arah suara yang memanggil namaku. Dan yang
terlihat adalah sosok wanita yang mencolok.
Rambut panjang hitam, dada besar yang mendorong
kemejanya. Mata sipit yang berkilau memberikan kesan yang kuat, dan dada yang
sedikit terbuka itu terlihat lembut bergerak. Tangan dan kakinya langsing dan
panjang, dada yang begitu besar hampir meledak.
Kesimpulan. Ada wanita dengan dada yang sangat besar.
"Err... tolong jawab. Kamu Shido Souta, kan?"
"Eh...? Ah, iya! Benar!"
Sial, aku hampir kehilangan diriku sendiri karena terlalu
fokus pada dada yang ada di depanku...
"Nama saya adalah Nikaido Maya, saya akan menjadi
pembimbingmu, jadi mohon kerjasama nya."
"Ah, iya!"
Jadi ini orang yang disebut-sebut sebagai pembimbing di
telepon... Tidak pernah terpikir akan bekerja dengan seseorang dengan bentuk
tubuh yang begitu... Hmm, ini akan jadi sibuk!
"Baiklah, mari saya antar ke meja kerjamu. Setelah
itu, saya akan menjelaskan tentang pekerjaanmu. Walaupun kebanyakan, kamu akan
saya minta untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan kecil."
"Aku mengerti! Aku akan berusaha!"
"Oh, dan satu hal penting yang ingin saya ingatkan
dari awal..."
Maya-san, yang hampir saja berjalan menuju meja, berbalik
menghadapku sambil dada bergetar.
"Tolong jangan terus-menerus memandangi dada saya.
Saya akan menggugatmu."
"Eh!? Apa anda sadar...?"
"Kalau dipandangi dengan mata seperti itu, siapa
yang tidak sadar. Kamu itu, sedikit menjijikkan, tau!"
Uh! Dipanggil menjijikkan oleh wanita dengan wajah
serius!
Ini menyakitkan...! Ya, memang salahku! Tapi, kalau
dadanya sebesar itu, pasti dilihat dong! Berapa cup itu sebenarnya? Boleh
pegang tidak?
TLN : Cabul ajg
"Ayo, kita cepat berangkat. Saya juga tidak punya
waktu luang."
"Ah, iya... Maaf..."
Aku pun mengikuti Maya-san dengan hati yang terluka.
"Jadi... Saya sudah menjelaskan secara kasar, ada
pertanyaan?"
"Ah, tidak. Semua baik-baik saja."
Beberapa jam kemudian, aku telah diberi pengarahan
tentang kantor dan penjelasan tentang pekerjaan secara umum.
Walaupun kebanyakan adalah pekerjaan kecil seperti
mengatur dokumen dan membuat teh, sepertinya aku bisa bekerja dengan baik.
"Baik, untuk sisa hari ini, saya ingin kamu
menyelesaikan pengaturan dokumen yang sudah saya jelaskan tadi. Kalau ada yang
tidak kamu mengerti, silakan bertanya. Saya akan di sini sepanjang hari."
"Aku mengerti. Aku akan berusaha!"
Dan, Maya-san kembali ke meja kerjanya yang berada tepat
di sebelahku.
Oke... Ini awal dari pekerjaanku. Pekerjaan paruh waktu
pertama dalam hidupku, aku akan menunjukkan yang terbaik!
Dengan semangat, aku menatap tumpukan dokumen di meja.
"Tunggu, Manager!!"
Tiba-tiba, suara seorang gadis terdengar di dalam kantor.
"Ada apa!? Jelaskan dengan baik-baik!"
"Ya, jadi gini. Maksudnya seperti yang aku bilang
tadi. Aku tidak punya waktu lebih untuk mengurus kamu lagi. Jadi, setelah
pekerjaan berikutnya selesai, kita harus berpisah."
"Tapi...! Sebelumnya, kamu bilang, 'kantor juga
berharap pada kamu, jadi ayo kita naikkan perlahan-lahan', kan!?"
"Ya, tapi situasi berubah sekarang. Semuanya jadi
lebih sulit, tau."
Melihatnya, di dekat pintu masuk kantor, seorang pria dan
wanita sedang berdebat. Pria itu berambut pirang dan terlihat santai. Wanita
itu, sepertinya seumuran denganku.
Sepertinya pria itu adalah manager gadis tersebut. Dari
apa yang aku tangkap, sepertinya dia adalah talenta yang diurus oleh perusahaan
ini, tapi sepertinya mereka akan mengakhiri kontrak. Situasinya terlihat sangat
sulit.
Tapi... lebih dari itu, ada sesuatu yang mengganjal.
Suara gadis itu, entah kenapa terasa familiar...
"Eh... maaf. Mereka itu siapa?"
Begitu penasaran, tanpa sadar aku bertanya kepada Maya-san
di sebelah.
"Oh. Yang pria itu, Kisaragi Akito. Salah satu
manager di kantor kita. Meskipun dikatakan manager, dia anak presiden, jadi seperti
bos gitu."
Oh begitu... Calon presiden berikutnya. Sikapnya yang
agak sombong mungkin karena itu.
"Dan yang cewek itu, artis Aizaki Yuka. Dia aktif
sebagai seiyuu."
"Hmm... Aizaki Yuka. Kayaknya pernah denger..."
...eh, tunggu. Seiyuu, Aizaki Yuka...?
Aku memiringkan kepala, berhenti bergerak. Nama itu,
jangan-jangan...!
"Souta-san? Ada apa?"
"Tunggu sebentar... Itu, Aizaki Yuka itu... mungkin,
Ai-chan...?"
"Ai-chan...? Ah, iya juga, dia... sepertinya punya
nama panggilan begitu..."
"Uwaaaaaa!? Ai-chaaaaan!?"
Bohong, beneran!? Itu Ai-chan asli!? Ai-chan yang asli
ada di depan mataku!?
Padahal aku ingat wajahnya dari video radio "Majika☆Marika"! Karena kualitas videonya kurang bagus,
kesannya agak beda sama aslinya, jadi tidak langsung nyadar, tapi kalau
diliat-liat, itu pasti Ai-chan! Malah aslinya, lebih imut dari yang aku bayangkan!?
Ini serius! Seriusan ini!? Seiyuu favoritku, yang aku
suka banget, ada di depan mata!?
"Kenapa... kenapa Ai-chan bisa...!?"
Mungkin... agensi hiburan ini, terlibat juga dengan
seiyuu!? Tapi, apa iya kebetulan! Kerja paruh waktu di tempat, lalu bertemu
Ai-chan...!
Ini gila! Jantungku seperti ingin meledak! Seiyuu
favoritku ada di sini...!
"Ga bisa... ini ga bisa dibiarkan!"
"Eh... Souta-san...!?"
Aku mengambil dokumen dan pena di tanganku, lalu berlari
ke arahnya.
Dan masih dalam pertengkaran, aku menundukkan kepala
sambil menyergap.
"Ai-chan saaaan! Tolong kasih aku tanda
tangan!"
"Eh...? Kyaa! Apa!? Apa ini!?"
Dorongan kuat dari aku membuat Ai-chan mundur tiga
langkah. Aku menyerahkan kertas dan pena kepadanya, lalu sekali lagi memohon
dengan sepenuh hati.
"Tolong! Kasih aku tanda tangan! Aku bakal ngapain
aja!"
"Eh!? Tanda tangan!? Maksudnya apa...!?"
"Aku! Fans beratnya Ai-chan! Peran Kana di 'Majika☆Marika', keren banget! Setiap denger suara kamu,
telingaku selalu bahagia... Serius, tahun baru yang bahagia! Iya! Selamat tahun
baru! Berkat kamu, telingaku selalu kayak tahun baru!"
"Eh, umm! Aku ga ngerti maksudnya...!?"
"Pokoknya, aku suka banget sama kamu! Jadi tolong
kasih aku tanda tanga-auuu!"
"Berhenti, Souta-san. Aku akan hancurkan tahun
barumu itu."
Tiba-tiba ada rasa nyeri di bagian belakang kepala. Maya-san
yang datang dari belakang, memukulku dengan sudut file.
"Jangan coba-coba minta tanda tangan di dokumen
kerjaan orang. Tidak cuma aneh, tapi menakutkan. Kayaknya kamu perlu bimbingan
keras."
TLN : W malu sendiri
liatnya.
“Maaf... Aku
kehilangan kendali...”
Sambil meringkuk, aku merenung. Kegirangan membuatku
bicara hal-hal yang tak masuk akal...
“Nee,
Maya-chan. Ini siapa?”
“Dia Shido Souta,
mulai hari ini dia kerja part-time di sini.”
“Oh, gitu! Jadi
kamu yang kerja part-time ya! Aku Kisaragi Akito! Senang bertemu denganmu~”
“Ah, iya...
Saya Shido Souta. Mohon bantuannya...”
Kami berjabat tangan secara ringan setelah dia
menyodorkan tangannya dengan santai.
“Eh? Jadi kamu
fans berat Ai-chan ya? Katanya mau minta tanda tangan atau apa gitu?”
“Iya! Saya fans
berat! Saya sudah nonton semua karya yang dia bintangi!”
“Wah! Kamu ini
unik~! Padahal Ai-chan jarang banget main di karya yang layak.”
“Tapi saya
tetap jadi fan! Suara Ai-chan itu luar biasa bagusnya kok!”
“Begitu ya. beruntung
Ai-chan! Bisa ketemu fan bersemangat kayak kamu sebelum resign! Sekarang kamu
bisa pergi tanpa penyesalan dong!”
“...!”
Situasi yang tadinya kacau karena kedatanganku, sekarang
dia menggigit bibirnya dengan tampang kesal.
Tapi, tunggu... Ini bukan waktunya aku senang bisa ketemu
dengan dia... Kalau dipikir-pikir, situasi ini kan kritis, soalnya idolaku mau
keluar dari industri!
“Manager...
Saya, tidak mau resign...! Saya masih mau di industri ini!”
“Ya, tapi mau
bagaimana lagi... Keputusannya sudah final.”
“Tapi saya
benar-benar mau tetap di industri ini! Saya mau berusaha keras, sampai bisa
menang Penghargaan Aktris Utama di Penghargaan Voice Actor Populer! Jadi,
tolong biarkan saya tetap di sini... Saya akan berusaha lebih keras lagi!”
“Hmm... tapi
sejujurnya, kita juga lagi kekurangan manager. Aku juga sibuk belakangan ini,
jadi susah juga mengurus pemula yang sudah dua tahun gabung tapi belum juga terlihat
hasilnya. Kamu juga setuju kan, Maya-chan?”
“Ya...
Sejujurnya, iya. Meskipun terdengar keras, kita tidak bisa mengalokasikan
banyak sumber daya untuk pemula dengan ekspektasi rendah. Kami juga merasa
berat sebenarnya...”
“.........”
Ai-chan menunduk, menutup mulutnya dengan tenang,
sementara Kizuki-san tampak puas mengangguk.
“Ya, begitulah.
Maaf, tapi bulan ini kamu udah selesai sama agensi kita.”
Kisaragi-san memukul-mukul bahu Ai-chan dengan tangannya.
“Sayang sekali.
Tapi kayaknya kamu juga tidak akan sukses di masa depan──”
“Eh... Tunggu
sebentar.”
Aku memotong sebelum dia selesai berbicara. Aku tak bisa
lagi menahan diri.
“Hmm? Ada apa, anak
baru?”
“Tolong...
Jangan bicara buruk tentang Ai-chan.”
Aku tak bisa tahan melihat Ai-chan dilecehkan lagi.
Meskipun itu mungkin penilaian yang adil, aku tidak bisa diam saja melihat
idolaku sedih!
“Menurutku
suaranya bagus! Suara manis dan imutnya itu pasti cuma bisa dia yang keluarkan!
Tapi kalian malah mau memutus kontraknya... Aku merasa sangat kecewa!”
“Eh, sungguh?
Menurutku pengganti dia banyak di industri ini.”
"Anda tidak bisa berkata seperti itu! Itu terlalu
kasar pada Ai-chan!"
"Karena anak ini hampir tidak pernah mengikuti
audisi. Menurutku dia tidak punya bakat apa pun."
“Bukannya itu karena manajer yang melakukan kesalahan?”
Wajah Kisaragi yang tadinya tersenyum, langsung membeku
mendengar perkataanku.
"Eh...!? Apa maksudmu, Souta-san!?"
"Manager itu kan partner yang mendukung Ai-chan,
kan!? Kalau kamu saja tidak mengerti daya tariknya, ya wajarlah dia sulit bekerja!"
"Tunggu dulu, Souta-san!"
"Saya pasti bisa promosikan dia lebih baik! Saya
orang yang paham daya tariknya, dan saya akan dukung dia dengan sepenuh hati!
Orang seperti anda yang menjatuhkan partnernya tidak pantas jadi manager!"
Maya-san mencoba menghentikanku, tapi aku terus memarahi Kisaragi.
Dia kemudian menunjukkan senyum sinis.
"Hee... gitu ya... Baiklah, kalau kamu bicara seperti
gitu, coba saja!"
"Eh...?"
"Kamu kan bilang bisa bantu Ai-chan lebih baik
daripada aku? Terus, coba saja kamu jadi managernya dan buat dia
terkenal!"
Eh, aku jadi manager Ai-chan...?
"Tunggu sebentar, Kisaragi-san! Anda serius ingin menyerahkan
Ai-chan ke anak baru yang baru saja masuk!?"
"Gak masalah kan? Dia kan ngomong besar tadi. Soal
cara kerjanya, dia bisa belajar dari senpai lain. Atau jangan-jangan dia gak
bisa? Gak mungkin kan?"
Kisaragi menatapku sinis. Sepertinya dia benar-benar
marah. Tapi, ini bisa jadi kesempatan... Mungkin aku bisa bikin dia dipecat!
"Oke! Saya akan buktikan!"
"Souta-san! Apa yang kamu pikirkan!? Aku tidak
setuju!"
Maya-san menatapku dengan tajam.
"Tenang aja, Maya-san! Aku akan tetap mengerjakan
tugas-tugas lain! Tapi, tolong kasih aku waktu di luar pekerjaan utama untuk
jadi manager Ai-chan!"
"Tapi kan... kamu tidak bisa jadi manager..."
"Ya udahlah, Maya-chan. Percayalah sama dia...
Souta-san kan?"
Kisaragi membelaku dengan senyum licik. Kayaknya dia tidak
rela aku ngomong kasar ke dia, dan dia ingin membuatku malu. Tapi, aku tidak
akan kalah!
"Saya pasti bakal bikin Ai-chan lebih terkenal dari
sekarang! Dia itu bakat luar biasa yang bisa jadi nomor satu di industri ini!
Tapi, kalau saya gagal, anda akan membatalkan pemecatan Ai-chan, kan?"
"Tentu saja. Hmm... kalau Ai-chan bisa mendapatkan
peran utama atau pemeran utama wanita dalam waktu tiga bulan, kontraknya bakal
diperpanjang! Tapi, kalau gagal... kamu dan Ai-chan akan dipecat!"
Ai-chan dan aku tersentak mendengar perkataannya.
"Tunggu dulu! Kenapa Souta-san juga..."
"Dia sudah berbicara kasar ke aku? Dia harus
tanggung jawab!"
"Tenang aja! Ai-chan pasti bisa mendapatkan peran
utama!"
"Oh, baguslah. Aku tunggu. Baiklah, aku mau kerja
dulu!"
Kisaragi-san berkata begitu dan meninggalkan kantor. Anak
itu... dia telah mengejek Ai-chan ku terlalu jauh... Aku pasti akan membuatnya
menyesal!
"Haah... ini menjadi masalah besar... Siapa sangka,
aku akan mempertaruhkan pekerjaanku sendiri..."
Maya-san memandangku dengan mata yang terlihat takjub.
"Apakah ini benar-benar baik-baik saja? Kalau orang
itu serius, saya tidak bisa melindungimu... Apalagi, apakah kamu bisa
menjalankan peran sebagai manajer?"
"Aku akan berusaha! Setidaknya, aku akan mencoba
mati-matian demi Ai-chan!"
Aku menatap mata Maya-san dengan langsung dan menyatakan
dengan penuh semangat.
Kemudian, dia terus memandangku sebentar... dan akhirnya
menghela nafas sambil dadanya bergoyang.
"Haah... Baiklah, saya tidak akan berkata apa-apa
lagi..."
Akhirnya, aku mendapatkan persetujuan dari atasan
langsungku. Dia berkata, "Tapi untuk sekarang, tolong lakukan pekerjaan
administratif..." sambil kembali ke tempat duduknya. Dan yang tersisa
adalah aku dan Ai-chan...
"Jadi... Ai-chan. Karena udah kayak gini, sementara
mohon kerjasama nya..."
"Ah, ya, ya......!"
Kami saling membungkuk dalam keadaan yang sedikit kacau.
Dan aku kembali ke tempat dudukku untuk memulai pekerjaan
yang telah diberikan padaku.
Setelah kekacauan itu. Aku menyelesaikan pekerjaan
sehari-hari yang diberikan kepadaku dan berhasil menyelesaikan hari pertama
kerja tanpa masalah.
Namun... hari ini adalah hari yang luar biasa. Aku tidak
pernah membayangkan bisa bertemu dengan Ai-chan yang asli. Apalagi aku menjadi
manajernya.
Tunggu, saat itu aku dipenuhi dengan keinginan untuk
melindungi idolaku dan penuh dengan gairah... tapi setelah dipikir-pikir, aku
akan menjadi rekan kerja dengannya dari sekarang...?
Saat aku memikirkannya lagi... aku, aku telah mengatakan
sesuatu yang sangat berani, bukan...? Maksudku, aku hanya seorang siswa SMA!
Bisakah aku benar-benar menjadi manajer seorang pengisi suara? Aku bahkan tidak
tahu harus mulai dari mana untuk pekerjaan... Apalagi, pekerjaanku juga
dipertaruhkan...
Pekerjaan... Jujur, itu berbahaya. Karena hidup sekolahku
bergantung pada pekerjaan ini? Jika aku dipecat, itu berarti pasti aku harus
berhenti dari sekolah mengingat situasi keuanganku sekarang... Itu sesuatu yang
benar-benar harus aku hindari dengan serius...
Tapi, situasi itu tidak bisa dihindari! Aku tidak bisa
mengabaikan saat Ai-chan dalam masalah!
Saat aku berpikir tentang hal itu dan hendak keluar dari
pintu masuk kantor...
"Ah, um... Terima kasih atas kerja kerasnya..."
"Ah, terima kasih... eh, Ai-chan!?"
"Kyaa!? Jangan tiba-tiba teriak gitu! Kamu bikin aku
kaget..."
Tidak, yang terkejut itu aku! Pengisi suara idolaku
tiba-tiba muncul di depanku! Meskipun kami sudah bertemu sekali tadi, Ai-chan
yang asli masih terasa baru bagiku!
"Maksudku, eh...? Kenapa Ai-chan ada di sini...? Apa
kamu punya urusan di kantor...?"
"Um... Bukan itu... Aku lagi nunggu kamu..."
"Eh, beneran!? Kamu nunggu aku!?"
Perkembangan ini... Aku melihatnya dalam imajinasiku!
Ai-chan, yang menungguku di gerbang sekolah dalam perjalanan pulang dari
sekolah, berlari ke arahku begitu dia melihatku, memelukku erat dan berkata, “Souta-kun,
selamat datang kembali, sayang, cintaku!” dia berbisik di telingamu dan
memanjakanmu!
TLN : Halu mulu lu
"Ah, uh... kamu gapapa...? Matamu agak kosong,
tapi..."
"──Eh! Aku terbawa ke dunia khayalan lagi...... Ah, maafin
aku! Kenalan dulu, namaku Shido Souta! Umurku tujuh belas tahun! Senang bertemu
denganmu!"
"Ah...... Kita seumuran? Aku, Aizaki Yuka. Aku juga
senang bertemu denganmu."
Ai-chan yang menundukkan kepalanya dengan sopan. Ah,
senangnya...... Nama panggungnya sama dengan nama aslinya, ternyata,
Ai-chan......!
"Maafin aku...... sama yang tadi! Aku bikin kamu jadi
terlibat......!"
"Eh...... nggak, itu karena aku yang kebablasan. Itu
gak ngerepotin kamu?"
"Nggak kok! Kalo kamu gak ada, aku mungkin udah
dipecat......"
Sambil berkata itu, Ai-chan menggigil. Pasti, dia sangat
ketakutan. Sungguh menyedihkan. Aku ingin memeluknya dan membuatnya merasa
lebih baik.
"Um...... kalo kamu keberatan, bisa gak kita
berbicara sambil berjalan? Kamu mau ke stasiun yang di depan, kan?"
"Ya, ya! Aku ikut! Aku mau ikut!"
Wah!? Aku akan pulang bersama Ai-chan!
Tidak bisa, aku! Aku takut akan hari esok! Aku sudah
menggunakan semua keberuntungan hidupku hanya untuk hari ini!
Berjalan bersama Ai-chan seperti ini......! Dan, gadis
ini memiliki aroma yang menyenangkan! Seperti aroma bunga yang indah, wangi
yang manis dan menyegarkan......!
"Um...... Apa aku boleh nanya sesuatu?"
"Hyaa, iyaa!? Apa itu!?"
Ketika kami keluar dari kantor, Ai-chan bertanya. Aku
terkejut dan suaraku berubah karena ketegangan.
"Um...... kenapa kamu mau ngelindungin aku......?"
"Itu sudah jelas, kan! Karena aku itu penggemar
berat Ai-chan!"
Aku sangat menyukai Ai-chan, dan aku tidak ingin dia
pensiun sama sekali. Hanya dengan perasaan itu, aku berhadapan dengan Kisaragi.
"Penggemar...... ya...... emang sih, kamu sudah ngomong
itu sebelumnya......"
Ai-chan, entah mengapa, menurunkan nada suaranya.
"Tapi...... apa itu beneran......?"
"Eh......?"
"Aku...... sejujurnya, gak percaya...... kalo aku
punya penggemar......"
Sambil berkata itu, Ai-chan tampak sedih.
"Nggak......! Aku beneran penggemarmu! Aku sangat
menyukaimu! Sejujurnya, kalo aku bukan penggemar sejati, aku gak bakal nyoba
melindungi Ai-chan!"
"Tapi...... aku gak terkenal sama sekali, kamu tau
kan? Sebagai seorang seiyuu, aku cuma memerankan karakter figuran......
Satu-satunya peran yang memiliki nama, itu juga dari anime yang gak terkenal, cuma
jadi karakter pendukung. Tapi ada orang yang menyukaiku yang masih pemula
sampai sejauh ini......"
"Itu nggak penting! Aku Cuma suka suara sama akting
Ai-chan, Makanya aku jadi penggemarmu! Kalo mau, aku bisa nunjukin
buktinya!"
Aku berkata dengan penuh keyakinan, dan Ai-chan sedikit
mengangkat wajahnya.
"Bukti......?"
"Ya! Sebagai penggemar, aku tau semua karya yang
Ai-chan bintangi dan karakter yang kamu peranin! Kamu itu Kana dari 'Majika☆Marika', kan? Kemudian ada siswi D dari ‘Boroshi no Machi', ksatria wanita F dari 'Fantomunaitsu', dan juga pegawai toko dari ‘Ashita no Kyōmade Sayōnara'──"
"Eh!? K-keren......! Selain 'Kana', semuanya itu
karakter sampingan......!"
"Dan, aku juga ingat semua dialognya! Pertama,
dialog waktu Kana-chan muncul, 'Aku Kana! Gadis sihir baru! Jurus Pembunuh
Cinta Innocent Tornado Hurricane!' Siswi D berkata, 'Ada yang aneh dengan kota
ini...! Aku mencoba keluar dari sini tapi...!' Dialog Ksatria Wanita F, kalo gak
salah, 'Ini benar-benar seperti Olympia!'"
"Ah, sepertinya emang ada dialog kayak gitu... Aku
sendiri aja agak lupa..."
"Lalu, ada dialog saat Ai-chan kalah dalam permainan
mini di siaran radio 'Maji☆Mari' dan harus memakai telinga kucing! ‘Nyan nyan! Kana adalah idola semua
orang nyann──'"
"Kyaaaa!? Stop, jangan bilang! Jangan-jangan kamu
tahu itu juga──!"
Ai-chan membuka mata lebar-lebar dan gemetar. Sepertinya
dia percaya.
"Be... beneran...!? Kamu beneran
penggemarku...!?"
"Ya! Aku bersumpah ke Tuhan dan ngomong! Aku adalah
penggemar Ai-chan yang sebenarnya!"
Deklarasi itu seolah menjadi pukulan penutup. Dan
kemudian... Ai-chan menjadi kaku seolah membeku.
Aku bertanya-tanya apa yang terjadi dan memperhatikannya
dengan seksama. Lalu dia... meledak.
"Waaaah! Aku seneng banget!"
"Woah!?"
Ai-chan menangis sambil melompat ke arahku.
"Ada penggemarku di dunia ini! Aaaaa seneng banget! Terima
kasih banyak!"
Wow wow wow! Ini gawat! Terlalu dekat! Orang yang aku
kagumi ada di jarak nol dari ku! Wanginya enak! Aku harus mengambil napas
dalam-dalam karena ini terlalu berharga!
"Ga bisa ga bisa ga bisa! Ini terlalu menyenangkan! Kayaknya
aku mau bereinkarnasi! Jadi ternyata beneran ada penggemar! Kalau aku terus
aktif, aku benar-benar bisa mendapatkan penggemar──!"
Waaaaaa! Ai-chan memegang tanganku erat!
Dia menyentuh...!? Ai-chan menyentuhku! Apa ini nyata!?
Ini bukan VR!? Kepalaku hampir gila!
Maksudku, kenapa Ai-chan bereaksi seperti ini!? Kenapa dia begitu berlebihan senang!? Reaksinya sama ketika aku meminta tanda tangan dari Ai-chan tadi!
"Uwaaaaaaaan! Luar biasa, ini keajaiban! Aku jadi
mau nangis——!"
...Iya, dia benar-benar senang banget!
Darahku langsung naik sampe level masuk rumah sakit
karena bertemu sama seiyuu yang aku suka, tapi setidaknya, aku jadi lebih
tenang karena semangatnya dia. Semangatnya itu luar biasa.
"Eh... Ai-chan? Kamu seneng banget bisa ketemu sama
fans?"
"Seneng dong! Kan mereka fans aku!? Mereka suka sama
aku sebagai seiyuu dan selalu dukung aku, bisa ketemu mereka secara langsung
tuh seneng banget!"
"Oo, gitu ya... Aku paham sekarang..."
"Dan juga... ini pertama kali aku ketemu sama
fans... Aku sama sekali gak nyangka bakal punya fans... Di internet juga, gak
ada yang ngomongin aku..."
Memang, di forum pecinta seiyuu pun, hampir tidak ada
yang membicarakan dia. Saat "Maji☆Mari" ditayangkan, mungkin ada yang ngomongin Kana-chan, tapi Ai-chan?
Tidak terlalu.
"Makanya... waktu ketemu kayak gini, aku seneng
banget! Terima kasih ya... Souta-kun!"
"Uwaaa!?"
Serangan kejutan dengan memanggil namaku——! Ah, tidak bisa!
Dadaku! Dadaku berdegup kencang! Ini deg-degannya gila! Sepertinya kita sudah
pacaran!
"Eh, iya...! Kebetulan banget, kamu mau aku lakuin
apa?"
"Ma-mau aku lakuin apa...!?"
"Iya! Aku mau bikin fans seneng sekuat tenaga...
buat Souta-kun, aku mau lakuin apa aja!"
Sambil bilang begitu, Ai-chan tersenyum cerah.
Gimana...? Ini keberuntungan yang murni...! Aku sering mendengar
cerita idol atau seiyuu yang mengabaikan fans, tapi idolku ini anak yang
baik...!
"Apa ya... Mungkin, coba deh akting sesuatu?"
"Eh...?"
Tiba-tiba, Ai-chan merangkul lenganku dan mendekatkan
tubuhnya. Dengan senyum berkilau dia bilang,
"Aku Kana! Penyihir baru! Jurus khusus, Badai Cinta
Innocent Hurricane!"
"Fuoooooooh!?"
Ini suaranya...! Kana-chan dari "Maji☆Mari"! Itu suara Kana-chan!
Keren banget! Ini Kana-chan asli! "Badai Cinta
Innocent Hurricane" asli!
"Aku masih punya, loh! 'Aku tidak akan
memaafkanmu... Itu adalah kebaikan dariku!'"
"Itu dari!? Ucapan epic episode tujuh! Saat dia
ngalahin bos musuh yang super jahat sendirian!"
"Ih kamu inget, Souta-kun! Kamu tau banget! Kalau
gitu, selanjutnya... 'Hueeen...! Marika-chan, kamu kemana...? Aku takut,
sampai-sampai pipis di celana...'"
"Ah! Itu dari episode lima, saat Kana-chan kepisah
dari Marika waktu tes keberanian!"
Ai-chan terus mengulang-ulang dialog anime dengan
sempurna. Apa ini layanan fans terbaik? Untuk fans asli atau penggemar seiyuu, tidak
ada layanan yang lebih membuat senang dari ini!
Dan lagi, mungkin karena kesadaran layanannya, dia
merangkul lenganku jadi ada sesuatu yang lembut bersentuhan. Kelembutan dan
kenyal ini... mungkin, itu pa... pa... oppai...!
"Hehehe... Ini pertama kali aku ngelakuin layanan
fans. Seneng deh kamu suka."
Dia tersenyum lebar, bahkan lebih erat merangkul
lenganku.
Aaaaaaaa! Imut banget! Aku disucikan!
Reaksi apa ini, sangat imut! Dia sangat senang melayaniku
sebagai fans!
Ha────Ai-chan, Ai-chan…! Tidak, aku tidak bisa melakukannya lagi...!
"Nee, Ai-chan...! Yuk kita omongin soal masa depan! Biar
Ai-chan bisa terus jadi seiyuu, aku bakal berjuang keras selama tiga bulan ke
depan!"
"Eh, iya...! Hidupku juga taruhannya... Aku, gak mau
nyerah dan akan berjuang keras!"
"Kalo kamu bisa ngomong gitu, aku jadi lega. Aku
juga taruh hidupku buat Ai-chan!"
Dengan mengatakan itu, aku menceritakan bahwa aku sedang
menghadapi kesulitan finansial yang membuatku berisiko putus sekolah.
"Eh, beneran!? Yah, kita harus lebih keras lagi
dong! Demi melindungi fans yang berharga!"
Ai-chan menggenggam kedua tangannya dan membuat pose
semangat. Ah, semuanya tentang dia itu lucu banget...
"Situasi aku memang lagi kritis... Aku yang hampir
gak punya track record, kalau dalam tiga bulan ini gak dapet peran utama atau
heroine, langsung dipecat... Biasanya itu mustahil banget, kupikir sepertinya
sulit."
Ugh... Denger itu lagi, memang bener-bener kritis.
Keluarnya aku dari sekolah juga jadi kenyataan...
Tapi, tentu saja aku percaya sama oshi aku. Karena kita berdua
taruhan hidup, meskipun sedikit tidak yakin.
"Tapi, di satu sisi aku merasa lebih lega! Karena
situasi udah paling buruk, gak mungkin jadi lebih buruk lagi! Dari sini cuma
bisa naik!"
"Eh... Mungkin ada benarnya juga..."
"Kalau udah kayak gini, gak ada gunanya pesimis!
Kalau mikir 'udah ah, gak bisa lagi...' nanti yang bisa dilakuin aja jadi gak
bisa. Jadi, kita harus tetap positif dan berjuang!"
Ai-chan berusaha keras untuk tetap semangat.
Dan, tiba-tiba ada panggilan masuk. Sepertinya dari
smartphone dia.
"Eh, hmm...? Ahh, dari tempat kerja paruh
waktu!"
Wajahnya langsung pucat, dan Ai-chan buru-buru menjawab
telepon.
"Ma-manager! Maaf saya telat tanpa kabar! Hari ini,
banyak kekacauan jadi saya lupa... eh, bukan, saya sudah berusaha tapi tidak
bisa datang! Saya langsung ke sana sekarang! Eh...? Tidak usah datang lagi
mulai hari ini...? Ah, jangan kumohon! Tunggu, Manager! Saya akan kerja keras
dari sekarang-------!"
Dengan suara ceria, teleponnya tiba-tiba diputus.
"Eh, Ai-chan...? Ada apa...?"
"..........Kerja paruh waktu.......... aku
dipecat.........."
Dengan suara yang hampir mati, Ai-chan menjawab
pertanyaan hati-hati dariku.
"Aku terlalu fokus sama masalah di agensi sampai...
lupa sama kerja paruh waktu..."
Wah, gawat... Karena tidak masuk tanpa kabar, jadi
dipecat...
"Dipecat dua kali dalam sehari itu... cuma bisa menerima
nasib aja..."
"Ai-chaaaaan! Tetap semangat!"
Sambil mencoba kuat, Ai-chan hampir jatuh dan aku
langsung menangkap tubuhnya. Kalau sampai dia cedera, bisa gawat.
"Uhh, situasi yang lebih buruk dari terburuk... Tapi...
ini bukan waktunya buat down. Aku harus cepat cari kerja paruh waktu baru...
Tapi, kalau sibuk, kerjaan seiyuu jadi..."
Bagi Ai-chan, ini adalah saatnya untuk benar-benar
berusaha keras. Dia pasti gak mau diganggu dengan hal lain.
"Eh, sebelum itu... Aku harus cari tempat tinggal
baru dulu! Aku nanti diusir dari asrama..."
"Eh, asrama...? Ai-chan tinggal sendiri...?"
"Ya...Aku bersekolah di sini walaupun orang tuaku menentang
aku jadi seiyuu... Hanya ada studio di pusat kota..."
Jadi begitu……. Sulitkah menjadi pengisi suara jika
tinggal di pedesaan?
"Sekarang aku tinggal di asrama tempatku kerja...
tapi karena dipecat, jadi harus cepet keluar... Gimana ini...! Aku nggak punya
tabungan, kalo minta bantuan ke orang tua pasti langsung disuruh pulang... hhhh..."
Dalam konflik yang mendalam, Ai-chan benar-benar memegang
kepalanya.
Masih ada tiga bulan lagi dia harus memainkan peran utama
atau heroine, tapi sekarang dia tidak punya gambaran hidup. Kejar mimpi tapi
kenyataannya terlalu berat.
Tapi... meskipun begitu, aku tidak mau dia pensiun. Aku
tidak peduli kalo ini juga berarti leherku taruhannya, aku hanya tidak mau dia
menyerah. Karena aku adalah fansnya yang murni...
Dari pemikiran itu, sebuah usulan terlontar dari mulutku.
"Eh... kalo kamu mau, gimana kalo tinggal di rumahku...?"
"Eh...?"
Ai-chan menatap dengan wajah bingung. Beberapa detik
kemudian, dia bertanya pelan.
"Rumah... kamu maksudnya rumahnya Souta-kun...?"
"Iya. Jadi, kamu bisa fokus ke pekerjaan seiyuu
tanpa harus mikirin masalah hidup. ...Ah! Tentu saja, aku nggak mengundang kamu
dengan alasan yang aneh-aneh ya!?"
Karena khawatir akan terjadi kesalahpahaman, aku
buru-buru menambahkan.
"Aku cuma pengen bantu Ai-chan sebisaku! Jadi
meskipun kita berdua, aku nggak akan melakukan apapun! Aku itu fans sekaligus
manajermu! Jadi, percayalah! Aku pasti gak akan macam-macam!"
"Ah, iya... Paham..."
...Sepertinya, semakin aku coba menjelaskan, semakin
kelihatan mencurigakan...
Mengajak wanita tinggal bersama dalam situasi seperti
ini, mungkin memang tidak pantas... Dari sudut pandang dia, mungkin menakutkan.
Aku merasa bersalah.
Baiklah, aku harus minta maaf sekarang juga... saat itu aku
berpikir. Tapi kemudian, dia berkata.
"Kalau begitu... Aku terima tawaranmu! Biarkan aku menginap di
rumah Souta-kun!"
"Eh!?"
Aku terkejut dengan jawaban yang tidak terduga.
"Eh... tunggu, serius!? Kamu beneran!?"
"Iya. Aku gak punya tempat lain buat pergi... Jadi,
kalo kamu mau menampung aku, aku jadi sangat terbantu..."
"Ah, ya... meskipun aku yang nawarin, tapi ini rumah
laki-laki yang baru pertama kali ketemu loh?"
Sejujurnya, aku merasa terhormat karena dimintai tolong.
Dan, idolaku datang ke rumah itu seperti mimpi yang jadi kenyataan.
Tapi kalau dia langsung setuju, aku jadi khawatir.
Terutama tentang kesadaran bahayanya dia.
"Dan di rumah sekarang cuman ada aku sendiri... kamu
nggaka khawatir?"
"Iya. Kalo itu masalahnya, aku sama sekali gak
khawatir kok?"
"Eh...?"
"Karena, fansku pasti gak akan melakukan hal buruk
ke aku!"
...Eh?
"Souta-kun adalah fansku kan? Kalo gitu, aku aman! Aku
percaya sama Souta-kun!"
Fans aku, orang baik! Dia berkata dengan mata yang sangat
tulus, seolah di dunia ini tidak ada kebohongan, pencurian, atau penggelapan
pajak.
Eh... ini... dia serius!?
"Jadi, aku aman! Kalo Souta-kun ga keberatan, boleh
gak aku tinggal buat sementara...?"
"Ya, ya... kalo Ai-chan oke, aku juga menerima
kok..."
"Beneran!? Makasiih! Kau udah nyelametin hidup aku
dua kali, Souta-kun penyelamatku──!"
Air mata memenuhi mata Ai-chan, dan ia berulang kali
menundukkan kepalanya.
"Ah, gak usah khawatir. Aku juga seneng bisa bareng
Ai-chan."
Tidak pernah terbayangkan bahwa idolaku ini se-murni ini.
Ai-chan memang seperti malaikat...
Namun... ini adalah tanggung jawab yang besar. Jika aku
kalah oleh hasrat terhadap idolaku dan melakukan sesuatu yang tidak sepatutnya,
itu akan mengkhianati kepercayaan para fans yang murni terhadapnya.
Harus berusaha untuk tidak terlalu terbawa suasana...
"Jadi, buat sementara... Aku bakal bawa kamu ke
rumahku. Tempatnya gak terlalu istimewa..."
"Ah, terima kasih!"
Dan begitu, aku berjalan bersama seiyuu idolaku menuju
rumahku.
※
Wah... ini... ini luar biasa!
"Jadi... aku akan masuk...!"
"Y-ya! Silakan gak usah sungkan!"
Seiyuu idolaku datang ke rumahku... Seiyuu idolaku datang
ke rumahku!
Bersama seiyuu yang sangat ku sukai. Fantasi yang biasa aku
bayangkan, kini menjadi kenyataan...
"Aahh...! Rumah Souta-kun, tiga lantai. Luas
ya!"
"Nggak, nggak! Gak ada apa-apanya! Ini biasa banget!"
"Tapi, karena rumah orang tuaku itu apartemen. Cuma karena
rumah ini udah bikin aku jadi iri!"
Sambil melihat-lihat sekeliling, Ai-chan terlihat sangat
menggemaskan. Sungguh menggemaskan! Ai-chan yang terlihat sedikit senang saat
melihat-lihat rumah sangat menggemaskan!
"Souta-kun... terima kasih banyak hari ini. Kamu
nggak cuma ngelindungin aku dari Kisaragi-san, tapi juga ngasih tempat di
rumahmu... Dan, aku seneng bisa ketemu sama fans pertama kalinya!"
"Ah...! Aku juga seneng bisa ketemu sama
Ai-chan!"
Aku ingin mengucapkan terima kasih karena bisa menjadi
dekat dengan idolaku.
"Meskipun banyak hal buruk terjadi hari ini, berkat Souta-kun,
Aku merasa jadi lebih semangat...! Benar! Aku harus berlatih keras buat
audisi!"
"Eh? Audisi?"
Ai-chan mengeluarkan tumpukan kertas dari tasnya.
"Oh. Ini, naskah buat audisi! ' Ore no mei-kko ga
tsuyo-sa dake janaku, kawai-sa mo esuranku' karya novel yang diadaptasi jadi anime. Ini
satu-satunya kesempatan yang Aku punya..."
"Oh begitu... Jadi, peran apa yang kamu ikutin kali
ini?"
"Seorang penyihir pemula di tim pahlawan utama.
Bukan peran utama sih, jadi walaupun lolos juga gak bakal mengubah kontrak...
Tapi, aku mau berlatih dengan keras! Aku harus ningkatin kemampuan sedikit demi
sedikit!"
Sulit membayangkan Ai-chan dengan suara yang sangat
menggemaskan ini tidak lolos audisi, tapi tentu saja ada seiyuu berbakat
lainnya. Untuk mengalahkan mereka, dia juga harus berusaha keras.
"Jadi, maaf tapi aku mau berlatih sebentar.
Audisinya udah dekat."
Dia mengambil napas dalam-dalam, menatap naskah di
tangannya. Lalu setelah jeda...
"Tolong... seseorang tolong aku────!"
Dia mulai membaca dialognya.
"Tidak... tidak! Aku tidak ingin mati! Aku masih
tidak bisa dimakan!"
"......waaahh... waaahh...!"
Setelah lama tidak mendengarnya, suara peran baru itu
terdengar. Bagi seorang penggemar, suaranya lebih berharga daripada permata.
"Berhenti, jangan datang...! Jangan datang ke
sini...! Aku sudah bilang jangan datang!"
Mungkin, karakter yang dia perankan sedang diserang oleh
musuh. Dialog yang penuh kekuatan dan serius. Ini berbeda dari Kana-chan atau
peran-peran figuran lainnya, ini adalah tipe karakter yang pertama kali dia
perankan.
"Ah... Aku akan mati... Semuanya akan berakhir di
sini... Untuk apa aku dilahirkan...? Bahkan itu pun, aku tidak tahu..."
Mendengar suara Ai-chan ini, membuatku berpikir lagi.
Suaranya luar biasa. Selain suara yang menggemaskan, dia juga bisa melakukan
akting yang berbeda untuk setiap karakter.
Pada dasarnya, aku hanya seorang amatir. Tapi sebagai
penggemar, aku yakin bisa mengatakan dengan yakin. Dia memiliki sesuatu yang
berkilau. Meskipun sekarang dia masih tidak dikenal, suatu hari nanti dia akan
berada di posisi yang lebih tinggi.
Aku benar-benar ingin memproduksi Ai-chan dengan baik. Aku
merasa tidak yakin apakah saya bisa melakukan pekerjaan manajer, tapi sekarang,
keinginan untuk mendukungnya lebih kuat.
"Huff... Kayaknya itu dulu..."
Setelah membaca satu dialog, Ai-chan menatap naskahnya
dengan serius. Mungkin dia sedang memikirkan tentang apa yang baru saja dia
baca. Aku memberinya tepuk tangan.
"Ai-chan, kamu memang hebat! Bagus! Dialog tadi
bagus banget!"
"Beneran...? Terima kasih..."
Berbeda dengan kegembiraanku, Ai-chan terlihat agak
dingin.
"Ai-chan...? Apa kamu gak puas sama aktingmu
tadi?"
"Ya... Aku pengen nampilin lebih banyak
ketegangan... Suara yang bikin orang yang denger juga merasa takut, suara yang
penuh ketakutan... Ah, mungkin ini susah... Mungkin suaraku gak cocok buat
akting kayak gitu... Dan mungkin, kemampuanku juga belum cukup..."
Ai-chan tampak murung.
"Aku selalu nggak yakin sama aktingku... Semakin aku
berlatih, semakin aku ngerasa nggak yakin. Aku harus dapetin peran utama, tapi
aku bahkan nggak yakin bisa lolos audisi buat peran ini..."
"Gak mungkin...! Ai-chan pasti bisa!"
Aku menjawab dengan emosional.
"Aku yakin kamu bisa! Audisi seperti itu pasti mudah
buat kamu!"
"Ahaha... Terima kasih. Ini pertama kali aku dapet
dukungan kayak gini, jadi walaupun itu cuma basa-basi, aku seneng kok."
"Ini bukan basa-basi! Dari semua seiyuu, aku paling
suka sama akting Ai-chan!"
Aku berbicara dengan penuh semangat tentang perasaanku
padanya.
"Eh...? Beneran...? Kamu beneran berpikir aktingku
bagus...?"
"Iyalah! Dari peran Kana, dengan suara tinggi dan
gemesin yang merangsang keinginan buat ngelindungin dari orang jahat... Kalo
kamu nonjolin pesona itu, orang lain selain aku juga pasti bisa ngeliat
kebaikan Ai-chan. Bahkan mungkin kamu bisa dapet Penghargaan Aktris Utama di
Penghargaan Seiyuu Populer."
"....!"
Penghargaan Seiyuu Populer adalah acara di mana seiyuu
terbaik tahun itu dipilih melalui voting oleh penggemar, dan diberi penghargaan
seperti Aktris Utama atau Seiyuu Baru Terbaik. Terpilih di salah satu kategori
tersebut sangat terhormat bagi seiyuu.
Aku tahu dari percakapan antara Kisaragi dan dia
sebelumnya bahwa Ai-chan mengincar hal itu. Dan menurutku itu bukan mimpi jika
itu Ai-chan. Lagipula, aku menyukai suara Ai-chan yang kekanak-kanakan namun
tidak menarik serta aktingnya yang lucu, dan aku menjadi penggemar beratnya.
"S-Souta-kun...! Terima kasih..."
“Tapi itu benar… Lagipula, suara yang terlalu serius itu
kayaknya gak cocok.”
"Eh……?"
Ekspresi Ai-chan menjadi mendung sejenak.
"Gapapa kalo memainkan karakter seperti itu sih,
tapi kupikir kamu harusnya gak maksain suara kamu, tapi nonjolin kelebihan
Ai-chan! Itu pasti bikin orang ngerasa lebih terpesona!"
"Kelebihan aku…?"
"Kamu bisa nunjukin kemampuanmu lebih baik kalo kamu
bertarung dengan suara aslimu! Bahkan kalo itu gagal dalam audisi, berarti
peran itu gak cocok buat Ai-chan! Kalo kamu dapet peran seperti itu, kamu jadi
kesulitan nanti!"
".........!"
"Jadi, kupikir Ai-chan harus manfaatin kelebihannya
dan berjuang! Sebagai penggemar, aku pengen nikmatin suara sama akting Ai-chan
sepenuhnya!"
Aku berbicara dengan cepat, khas otaku, dan menyampaikan
semua itu sekaligus.
Segera setelah itu, aku berpikir, "Ah, ini buruk.
Mungkin dia merasa tidak nyaman…" dan aku menatap wajahnya dengan seksama.
Namun, Ai-chan tiba-tiba tersenyum.
"…Mungkin, yang Souta-kun bilang itu benar."
"Ai-chan…?"
"Kalo aku kehilangan kelebihanku, aku gak akan bisa
berakting dengan baik… Aku mengerti! Aku akan pikirin pendapat Souta-kun!"
Oh, oh…! Serius…!? Seiyuu yang kudukung mengatakan bahwa
dia akan mempertimbangkan pendapat ku…! Ini gila, aku sangat senang! Apakah aku
akan mati hari ini!?
"Souta-kun, berkat kamu, aku ngerasa seperti jalanku
sudah kebuka sedikit! Emang sih, seperti yang diomongin Kisaragi-san, Kamu emang
beneran bisa diandalkan sebagai manajer!"
"Ah, terima kasih banyak! Aku merasa
terhormat!"
"Kamu berlebihan banget. Ah, itu benar! Sebagai fan
service, aku harus ngasih sesuatu sebagai tanda terima kasih."
Fan service, katamu…!? Betapa manisnya bunyi itu…!
"Souta-kun mau aku ngapain……? Apa ada sesuatu yang pengen
kamu minta?"
"Eh……? Kamu mau ngelakuin apa yang aku minta…?"
Tentu saja, seperti tidur bersama tanpa busana…
"Ahh! Tapi, hal-hal seksual itu gak boleh! Itu memalukan…!"
"Aku, aku mengerti! Aku nggak mikirin hal kayak gitu
kok!"
Kalau sebenarnya aku tidur bersama tanpa busana, itu bisa
mengkhianati seiyuu yang aku dukung secara murni…!
"Dari awal, fan service terbaik bagiku itu melihat
Ai-chan berhasil sebagai seiyuu. Jadi, daripada melayani penggemar, mending
fokus sama pertumbuhan kamu."
"Souta-kun…! Aku akan berusaha keras juga demi Souta-kun!"
Dia menggenggam tangannya erat, meneguhkan kembali
tekadnya. Tapi… aku juga ingin tidur bersama tanpa busana.
"Ah, iya! Bolehkah aku minta sesuatu juga?"
"Eh…? Apa itu?"
"Bisa nggak berhenti make bahasa hormat ke aku? Kita
kan seumuran, aku gak mau ngerasa ada jarak antara kita!"
Ah, aku mengerti… Meskipun merasa tidak pantas
menggunakan bahasa informal dengan orang yang aku dukung, jika dia yang
meminta, aku akan berhati-hati.
"Ya… aku mengerti—ah, aku paham… Mulai sekarang, aku
akan mencoba lebih sadar sama hal itu."
"Sip! Jadi, sekali lagi—Souta, ayo kita bekerja sama
dengan baik! Sebagai manajer, tolong ajari aku banyak hal!"
"Ya! Ai-chan! Aku nggak punya pengalaman, tapi aku akan
berusaha keras!"
Kami berjabat tangan dengan erat. Dengan demikian, secara resmi aku menjadi partnernya.
Tidak boleh adanya spoiler, hormati user lainya. Gunakan komentar dengan bijak sebagai tempat berdiskusi.