Bab 3
Dengan keinginan kuat
untuk bersenang-senang bermain game online bersama teman-teman, aku menuju ke
kamar Komori Risuzu dan mengetuk pintunya. Setelah beberapa detik keheningan,
pintu sedikit terbuka, dan Risuzu muncul dari celahnya, seolah-olah ia sedang
mengintip keadaanku. Ekspresinya terlihat sedikit tidak senang. Ia mengerutkan
kening dan menatapku dengan tajam.
"......Niichan?
Apa?"
"Gimana kalau kita main
game online bareng sekarang?"
"......Rinka-san
juga?"
"Iya. Nonoa-chan
juga ada. Ayo kita semua main game bareng. Akunmu udah dibebaskan dari
suspensi, kan?"
"......Iya sih,
tapi...... Aku merasa canggung ketemu sama Rinka-san."
"Tenang aja. Rinka-san
udah pulang ke rumahnya."
"......Eh?"
Yang berada di rumah ini
hanyalah aku, Risuzu, dan Nonoa. Rinka seharusnya login ke【Black Plain】dari komputer rumahnya.
Nonoa berencana
menggunakan laptop yang sebelumnya dibeli oleh Rinka.
"Kita bisa main bareng
tanpa harus ketemu secara langsung, jadi kita gak perlu khawatir tentang
hal-hal di dunia nyata waktu bermain di dunia game online."
"......Walaupun
kamu bilang gitu, aku masih sedikit khawatir sama hal-hal di dunia
nyata..."
Memang. Aku mengerti
perasaannya, namun aku mengungkapkan pikiranku.
"Tentu saja, aku gak
akan maksa. Kali ini, kita cuman pengen bermain dengan murni...... gak perlu mikirin
cara berpikir Rinka-san atau hal apalah itu. Kita cuman pengen bersenang-senang
bersama, termasuk kamu, Risuzu. Rinka-san juga ngerasain hal yang sama. Kupikir
ini bisa jadi kesempatan buat baikan."
Aku mengobrol dengan
hati-hati, mencoba menyampaikan perasaanku.
Namun, seperti yang
diharapkan, Risuzu tidak langsung mengiyakan. Itu sudah biasa. Jika dia bisa
diterima idealisme yang aku bicarakan, dia pasti sudah menerimanya dari dulu.
Bukan karena Rizusu
tidak suka Rinka dan menolaknya. Hanya karena dia merasa canggung... itulah
yang sederhana.
Aku bisa memahami
perasaannya. Namun, saat kita benar-benar bertemu dan mengobrol dengan terbuka,
seringkali masalah bisa terselesaikan dengan mudah, itu juga salah satu aspek
dari hubungan manusia (meskipun kami belum pernah bertemu secara langsung, aku sudah
mengalaminya beberapa kali dalam game online).
Setiap orang memiliki
cara berpikir yang berbeda, tapi bisa akrab, itu adalah sesuatu yang dipahami
secara laten oleh banyak orang.
"......Itu, aku
selalu menentang cara berpikir Rinka-san...... dan sekarang......"
Apakah ada pertukaran
pendapat? Risuzu mengobrol dengan suara rendah sambil menatap lantai. Mungkin
ada bagian darinya yang keras kepala.
Jika ada sesuatu yang
bisa menggerakkan Risuzu yang jujur dengan keinginannya――――.
"Risu-oneechan, ayo
kita main game bareng."
Yang berkata dengan
ekspresi lembut itu adalah Nonoa. Dia sudah menunggu di kamarku, dan sekarang,
dia datang pada waktu yang tepat. Ini juga bagian dari strategiku. Kalau Risuzu
sangat menyukai Nonoa, dia tidak akan bisa menolak undangan ini dengan mudah.
Jadi, bergantung pada orang lain adalah strategiku!
"......Nonoa-chan......
Tapi aku......"
"Lebih menyenangkan
kalau kita semua main bareng, kan?"
Dalam mata besar dan
indah yang tidak memiliki niat buruk sama sekali, wajah Risuzu yang sedang
bimbang terpantul.
Hanya sedikit lagi
keberanian yang dia butuhkan untuk bisa melakukannya.
"Kalau gitu, aku
yang harus ngebuat kesempatan itu."
"Hey, Nonoa-chan.
Hari ini di game online, kalau aku ikut main, aku pengen kamu menggosok pipimu
ke pipiku sebagai hadiah ya?"
"Baiklah!"
"......Hdh......
ada seorang cabul sejati di depanku......"
Matanya menyipit, tampak
benar-benar terganggu, sosok Risuzu ada di sana. ......Sepertinya ingin
menangis.
Tentu saja, aku tidak
benar-benar ingin itu dilakukan, dan tidak pernah terpikirkan sama sekali.
Aku hanya ingat apa yang
Risuzu pernah katakan dan mengatakannya cuman untuk membuat kesempatan.
"......Kalau
seperti niichan, aku gak keberatan kalau itu cuman menggosok pipi...... Aku pengen
melakukannya."
"Baiklah! Jadi Risu-oneechan
juga mau main game bareng, kan?"
"......Ya,
sepertinya begitu...... grrr...... rasanya seperti aku tertipu......"
Risuzu, yang tampak
kesal, mendengus dengan tatapan tajam.
Aku pura-pura tidak tahu
apa-apa.
Mengingat Risuzu sangat
menyukai Nonoa dan merasa bersaing denganku karena Nonoa...... aku tidak
menyangka akan berjalan sebaik ini.
Mungkin aku sedikit
terbangun ke jalur kejahatan. Perasaan gelisah di dalam dada ini, mirip dengan
saat pertama kali aku bolos sekolah untuk bermain game online.
"Ayo ke kamarku, Risuzu."
"......Ya, ya......
Aku mau membawa laptopku dulu......"
Risuzu berbalik untuk
kembali ke dalam kamarnya, tapi kemudian berhenti dan tidak bergerak.
Apa yang terjadi? Aku
bertanya-tanya, tepat sebelum aku mengobrol, Risuzu yang masih membelakangiku
mulai mengobrol.
"......Niichan,
itu...... terima kasih buat segalanya."
"Eh?"
"......Nggak, gapapa."
Dengan semangat
seolah-olah menyembunyikan sesuatu, Risuzu berlari kecil kembali ke dalam
kamarnya. ......Mungkin dia malu?
Meski pendapatnya
tentang bermain game online ditolak, aku merasa sedikit mengerti mengapa Rinka sangat
menyayangi Risuzu.
☆
Sebelum Rinka datang,
kamar itu penuh dengan buku, game, dan pakaian berserakan, tapi sekarang, jika
kamu melihat sekeliling, itu terlihat seperti kamar anak SMA laki-laki biasa.
Yang menarik perhatian secara pribadi mungkin adalah poster Rinka di dinding
dan boneka Rinka-chan yang berada di samping meja komputer.
Di tengah-tengah kamar,
ada meja yang disiapkan dimana Risuzu dan Nonoa duduk berhadapan dengan laptop
terbuka di depan mereka. Keduanya memakai headphone dengan mikrofon.
Sementara gadis kecil
itu mengeluarkan aura kegembiraan dengan senyuman lebar yang ceria, idola
populer itu tampak tegang, wajahnya kaku, dan tubuhnya menyusut seolah-olah
melindungi dirinya sendiri.
"Risuzu, kamu
baik-baik saja? Rinka-san gak ada di sini kok."
"......Poster
Rinka-san...... sepertinya menatapku......!"
"......Itu cuman
perasaanmu."
Tampaknya itu adalah
ketegangan atau tekanan.
Dia bermain game online
sendirian karena ingin menerima cara berpikir Rinka.
Akibatnya, dia mendapat
hukuman pemblokiran akun...!
Aku juga bersiap-siap,
duduk di kursi komputer, dan menyalakan komputer untuk memulainya.
Aku langsung menjalankan【Black Plain】dan masuk.
Di ibu kota【Black Plain】, tempat yang paling
ramai, ada sebuah alun-alun dengan air mancur besar yang digunakan oleh banyak
pemain sebagai tempat pertemuan. Avatarku, Kaz, muncul di sana.
Kami juga berkumpul di
sini, jadi aku tidak perlu bergerak.
Aku memeriksa ruang
obrolan suara di aplikasi obrolan game di komputer aku.
Ada tiga orang di
dalamnya. Kaz, Nonoa, dan Kokugatsu Ruseze.
"Ah."
Tulisan "Rin telah
masuk" muncul di kolom obrolan.
Setelah itu, suara
notifikasi langsung masuk ke ruang obrolan suara terdengar. Itu Rin.
"Maaf, kayaknya aku
terlambat."
"Gapapa. Kita juga
baru masuk."
"Ah, um...
Rinka-san... itu..."
"Sekarang panggil
aku Rin, Kokugatsu
Ruseze."
"Ah... ya.
Rin-san..."
Tampaknya mereka sengaja
memanggil satu sama lain dengan nama dalam game untuk menghilangkan
kecanggungan di dunia nyata. Itu tampak seperti pertimbangan khas Rinka.
Setelah beberapa saat,
Nonoa muncul di depan Kaz. Gadis mungil yang mengenakan jubah hitam. Entah dia
meniru dirinya di dunia nyata atau tidak, gaya rambutnya sama dan aura wajahnya
juga sangat mirip.
"Wah, Kaz dan onee-chan
berkilauan!"
Nonoa terkejut dan
terkesan melihat avatarku, Kaz.
Kaz mengenakan baju
zirah perak ramping.
Setidaknya, itu bukan
peralatan yang bisa didapatkan pemula atau pemain menengah, dan orang biasa
akan merasa lelah dengan pekerjaan yang diperlukan untuk meningkatkannya.
Jika peralatan Kaz
hilang karena bug, mungkin aku akan mengamuk dan menghancurkan komputer dengan
keyboard (misalnya. Aku mungkin akan sangat emosi).
"............"
"Oh, Risuzu... ngapain
di belakang air mancur?"
Tiba-tiba,
"............" muncul di kolom obrolan, jadi aku memeriksa peta mini
dan menemukan titik hijau di belakang air mancur. Aku bergerak dan menemukan Kokugatsu Ruseze.
Dia memiliki penampilan pembunuh
yang menyembunyikan tubuhnya dengan pakaian hitam. Apakah itu maksudnya untuk
bersembunyi?
"Maaf menunggu, apa
semua sudah berkumpul?"
Segera setelah mendengar
suara Rinka, Rin muncul di depan Kaz. Gadis elf berambut emas yang sudah aku
lihat berkali-kali. Mungkin ciri khas terbesarnya adalah cara mengobrolnya yang
menjadi lebih ceria saat berkomunikasi melalui teks.
“Oke, aku bakal ngundang
semua orang ke grup."
Biasanya aku yang
diundang, tapi kali ini mungkin lebih baik jika aku yang mengatur situasi.
Aku mengirim undangan
grup ke setiap orang. Rin dan Nonoa segera menerima, tetapi Kokugatsu Ruseze tidak.
"Risuzu?"
"............"
Aku berbalik untuk
memeriksa dirinya, tapi dia memegang mouse dan tidak bergerak. Wajahnya juga
tegang. Masih ragu-ragu di saat-saat seperti ini. Ini parah...
Aku pikir bisa kalau
kita tidak bertemu muka, tapi ternyata tidak mudah. Bahkan ngomong saja
sepertinya sulit, dia terus menutup mulutnya rapat-rapat.
Tahu kondisi Risuzu
seperti itu, Rinka memilih chat teks bukan voice chat.
[Rin]: Cepetan masuk
party dong, Kokugatsu
Ruseze! Udah pada
nungguin loh!
"…Eh, apa?"
[Rin]: Cepetan cepetan~
Chat yang dikirim oleh
Rin yang terlihat ceria dan melompat-lompat itu, tidak seperti yang bayangkan
dari seorang idol cool. Risuzu yang bingung dengan perbedaan karakter itu,
matanya bolak-balik.
"…Ini… Rinka-san?
Karakternya… beda…"
[Rin]: Oh, aku kan
seperti biasanya.
"…Pasti,
karakternya beda…!"
[Rin]: Enggak kok! Aku
seperti biasanya!
"Kokugatsu Ruseze, jangan ngomongin hal
aneh deh, mending cepetan gabung di party kita. Kamu yang terakhir itu."
[Rin]: Aku pengen cepet-cepet
main sama Kokugatsu
Ruseze ~
"…Aku… bingung…!"
Dengan Rin yang ceria
dan Rinka yang cool mengobrol padanya sekaligus, Risuzu menjadi bingung dan
memegang kepalanya.
Ini sudah seperti
bullying…
Nonoa mencondongkan
kepalanya dengan reaksi "hmm?" seolah-olah tidak bisa memahami
kenyataan.
Serangan bersamaan dari
Rin & Rinka sepertinya efektif, terlihat di kolom chat " Kokugatsu Ruseze telah
bergabung di party".
"Hey, Kokugatsu Ruseze. Kamu gak perlu mikirin hal yang sulit. Waktu kita masih anak-anak, kita kan main sama teman-teman tanpa mikir apa-apa, hanya dengan perasaan senang kan?"
"...Iya. Tapi, mikirin
situasi ini... kan malah bikin bingung..."
Aku paham perasaanmu, Risuzu...
Kita hanya bisa menerima ini sebagai kenyataan.
"...Karena
Rinka-san terlalu luar biasa, aku jadi bisa lepas dari pikiranku... Aku bakal
berani mulai dari sekarang..."
"Itu udah benar kok
kalau kata aku mah."
Risuzu mengangguk kecil
dengan senyum pahit sebagai reaksiku... Mungkin Rinka sudah menghitung Risuzu
akan seperti ini dan makanya dia memilih mengobrol lewat Rin---
"Masukin aku juga
ke guild dong! Guild masa cuman berdua, Kaz sama Kokugatsu Ruseze... nggak aku
izinin!"
Kayaknya bukan itu
masalahnya. Baik ataupun buruk, Rin bergerak sesuai dengan apa yang dia
rasakan.
Melihat komentar Rin, Nonoa
juga menyadari ada yang aneh dan bertanya.
"Nene. Apa itu ‘Karasu no Tomariki’ yang ada di bawah nama
Kaz-oniichan dan Risu-oneechan?"
"Itu nama guild
kita."
"Guild?"
"Gampangnya,
berarti teman. Kita mau nyobain berbagai permainan bersama."
"Oh begitu! Aku
juga mau juga jadi bagian dari teman!"
Aku menjawab "tentu
saja" dan mengirim undangan guild ke Nonoa.
Langsung muncul di chat
"Nonoa telah bergabung dengan Karasu no Tomariki."
"Karasu no Tomariki... nggak ngerti sih,
tapi keren ya!"
"...Hehe. Nama itu,
aku yang bikin."
"Benarkah! Risu-oneechan
keren banget!"
"...Aku, keren?
Dyufufufufu."
Risuzu tertawa aneh,
bikin aku sedikit mundur tapi tetap mengirim undangan guild ke Rin.
Tentu saja dia langsung
menerima, dan jumlah anggota Karasu no Tomariki menjadi empat orang.
"Kaz yang jadi
pemimpin ya?"
"Iya. Mau
ganti?"
"Nggak, aku suka
Kaz yang jadi pemimpin."
"...Aku juga
setuju. ...Semuanya ribet disini, jadi serahin aja ke dia."
Ada yang komentar tidak
perlu, tapi jadinya aku yang terus jadi pemimpin.
Sebenarnya aku tidak
terlalu suka jadi pemimpin. Bukan tipikalku...
Itu pikiranku
sebelumnya. Tapi sekarang, mungkin aku juga mulai merasa positif.
Mungkin karena
anggotanya mereka.
"...Sekarang, Karasu no Tomariki benar-benar
terbentuk dengan makna sebenarnya."
"Sebelumnya memang
sudah terbentuk sih, tapi nggak ada kegiatan apa-apa."
"Jadi, Kaichou. Di Karasu no Tomariki kegiatan pertama kita
apa nih?"
"...Iya, yang
pertama itu penting."
"Yay! Aku juga
semangat!"
...Aku bisa merasakan
harapan mereka melewati headphone. Ini momen yang tidak boleh aku sia-siakan.
Satu hal yang bahkan aku
yang tidak bisa membaca situasi ini paham.
Jadi, cuman satu
pilihan!!
"Oke! Pertama-tama,
kita semua akan pergi menamb---"
"Gaada."
"...Kayaknya jangan
deh."
"Ah, nggak mau
ah!"
...
"Boleh nggak aku
berhenti jadi kaichou (nangis)."
☆
Cahaya matahari yang
turun dari langit, menerobos dan menerangi permukaan laut yang bergelombang.
Memang pantas disebut 【Black Plain】, grafisnya keren.
Pemandangan dari depan kapal ini, bikin aku terkagum-kagum lagi.
Ukuran kapal yang makin
besar, bikin kesannya jadi lebih wah.
Sebelumnya aku pernah
naik kapal kecilnya Rin. Tapi, "Yaudah, mending kita pilih kapal yang
lebih gede aja!" begitulah ceritanya antara aku dan Rin... Dan sekarang,
kapal kita sudah jadi kapal dengan ranking tertinggi di 【Black Plain】. Seperti kapal yang
sering dipakai oleh karakter utama di game atau anime bertema bajak laut. Kapal
kecil, bisa langsung ditendang jauh.
Aku berdua dengan Rin
sebagai pemain yang udah lama, bisa membuat kapal yang paling rumit dan membutuhkan
waktu. Kalau dipikir-pikir, butuh dana dan material yang banyak, biasanya,
butuh kerjasama dari belasan orang dan beberapa bulan untuk dibuat.
"Memang paling asik
kalau ke laut mancing, kan, semuanya?"
"...Iya. Lebih seru
daripada ngambil batu..."
"Wah, cantik!"
Suara Rin yang segar,
bikin anggota lainnya setuju dengan senang hati.
Karena usulan untuk menambang
ditolak, jadi aku coba ajak mancing dan akhirnya, naik kapal Rin ke laut. Dan
ternyata, kecuali aku, semuanya setuju untuk mancing. Ada rasa tidak puas, tapi
yang penting semua senang. Mancing juga seru kok.
Dengan Rin yang
mengemudikan, kapal kita melaju kencang menjauh dari daratan.
Daratan sudah tidak terlihat
lagi. Samudra yang luas di depan mata. Kalau kita pergi lebih jauh, mungkin
bisa menemukan beberapa pulau yang tersebar di lautan ini. Berlayar juga salah
satu konten yang membuat【Black Plain】seru.
Kalau mau dibilang
kekurangan, mungkin ada risiko diserang monster besar atau bajak laut.
Itu juga termasuk bagian
yang seru dari kontennya.
"Meskipun di dunia
nyata kita nggak bisa pergi ke laut bareng, tapi di game online bisa ya."
Aku cuman bisa bilang
"iya" ke kata-kata Rin. Tapi memang benar.
Kalau di dunia nyata,
pergi ke laut bareng idola pasti bakal jadi heboh. Cuman di game online aja
bisanya.
"Ada nggak waktu ke
kolam renang, wanita yang nyapa gitu?"
"Ada sih. Tapi,
yang dideketin malah Nonoa-chan."
"Oh... Terus, cewek
itu nggak jadi tertarik sama Kaz?"
"Kayaknya dia cuman
nanya nama deh."
Aku jawab tanpa terlalu
mikir. Setelah hening sejenak, Rin bertanya dengan tenang.
"’Ayo kita main
bareng?’ Nggak mungkin diajak gitu kan?"
"Diajak sih."
"Hah...! Emang
pencuri kucing dimana-mana...!"
"Eh, aku nggak main
sama dia kok... Aku kan cuman setia sama Rin..."
"Aaaa Kaz... Aku
cinta kamu."
"Aku juga... cinta
Rin..."
"Jangan masuk ke
dunia kalian sendiri dong... Aku jadi ngerasa kosong..."
Sambil bertukar
percakapan seperti itu, kapal terus bergerak, dan berhenti saat waktunya tepat.
Ini adalah tujuan memancing kita.
Kami berempat mengambil
joran dan mulai memancing berdampingan.
Tanpa ada yang spesial
terjadi, waktu yang damai terus berlalu, dan masing-masing dari kita menangkap
ikan.
"...Ini, seru
ga?"
"..."
Pertanyaan polos dari Risuzu
membawa keheningan di tempat itu. Tentu saja, yang membantah adalah dia yang
cool.
"Seru. Pasti seru
lah."
"...Aku lebih suka
permainan yang menegangkan. Ya, pertarungan sengit yang
berdarah-darah...!"
"Risuzu emang
paling keliatan seneng pas lagi menyiksa lawan ya?"
"...Panggil aku, Kokugatsu Ruseze... kamu ini masih lupa."
"Ah, iya.
Maaf..."
Padahal aku lebih sepuh beberapa
tahun... Bahkan usia nyataku juga lebih tua...
Tapi memang benar, Risuzu
mampu menggunakan combo yang bahkan sulit dipikirkan oleh pemula dengan mahir.
Dari sifatnya juga,
sepertinya dia memang cocok dengan konten pertarungan.
"Aku nikmatin waktu
damai ini loh. Nikmatin waktu ini sama orang-orang yang aku suka... bukannya
itu hal yang luar biasa?"
"...Iya. Aku bisa mandangin
tubuh Rin-san terus..."
Anak ini tidak polos.
Tapi, aku mengerti perasaannya. Grafik di 【Black Plain】memang luar biasa. Tentu
saja, pembuatan avatar juga keren. Bisa menciptakan manusia yang cantik yang
jarang ditemui di dunia nyata melalui pembuatan karakter.
"---Ah!"
Segera setelah mendengar
pekikan singkat dari Nonoa, suara sesuatu yang berat jatuh ke laut terdengar.
Ternyata Nonoa jatuh ke laut...!
"Eh, eh... ah,
stamina bar? Kok turun terus."
"Gawat Nonoa-chan!
Cepat naik ke kapal!"
"Eh?"
"Kalau stamina bar
habis, nanti HP bar yang terpakai!"
Inilah kerugian saat
jatuh ke laut. Kalau tidak naik ke daratan, kamu akan mati.
"...Nonoa-chan!
Aku, Kokugatsu Ruseze akan
menyelamatkanmu---!"
Sambil berkata begitu, Kokugatsu Ruseze melompat
ke laut. Setelah berputar mengelilingi Nonoa, dia berhenti bergerak.
"...Gimana cara, nyelametin
orang? Dan juga, gimana cara naik ke kapal?"
"Jangan ngawur gitu
kalau gak tahu apa-apa! Dan, gak ada cara nyelametin orang! Naik sendiri!"
"...Sendiri...?"
Sementara Kokugatsu Ruseze dan Nonoa
menggosok-gosokkan tubuh mereka ke kapal, tapi sama sekali tidak bisa naik.
Sementara itu, stamina bar terus berkurang, dan Nonoa yang levelnya rendah
akhirnya mulai kehilangan HP.
"Ka-Kazuto-oniichan!
Tolong!"
"Tekan space
key!"
"Space key? Yang
mana...?"
"Tenang Nonoa. Yang
panjang di bawah itu."
Mengikuti suara tenang
dari Rinka, Nonoa berhasil menaiki kapal.
Dan Kokugatsu Ruseze juga
naik. Duo yang bikin ribut ini...
"...Kukira, aku bakal
mati."
"Kebanyakan gaya
sih..."
Tiba-tiba, setelah
kejadian tak terduga itu berlalu, suasana menjadi tenang.
Tepat saat aku pikir,
dengan suara keras, "Dong!" suara keras terdengar dan kapal kami
terguncang keras.
Ini adalah—meriam! Kami
terkena peluru meriam!
"Kaz! Bajak laut!
Bajak laut datang!"
Dipaksa oleh suara Rin
yang terdesak, aku menggerakkan mouse untuk memindai sekitar. Memeriksa
situasi.
Kapal bajak laut yang
ukurannya sama dengan kapal kami sudah mendekat tepat di depan kami.
"Apa—Ini bukan
wilayah yang masih ada bajak lautnya kan!"
"…Niichan. Di
update, area kemunculan bajak laut itu diperluas, tulisannya ada di pengumuman
resmi."
"Serius! Tch Aku lupa
meriksanya lagi…!"
"Kalau begini kapal
nanti jadi rusak! Kita akan kabur!"
Rin menuju kemudi dan mempercepat
gerakan kapal.
Namun, tampaknya ada
perbedaan dalam performa kapal, dan mereka berhasil mendekat dan menempel di
sisi kami.
Jarak yang sempurna
untuk memanfaatkan meriam… Dengan suara ledakan yang keras dan tanpa ampun,
mereka menembakkan meriam.
Dengan cara ini, kapal
Rin yang dibangun dengan susah payah akan rusak…!
Kapal aku dan Rin—tidak,
kapal Karasu no Tomariki berhenti!
Dan jika kapal rusak,
kami berempat akan dilemparkan ke laut dan mati. Itu adalah situasi yang putus
asa.
Dan serangan kapal bajak
laut tidak hanya meriam.
Beberapa kru musuh,
dengan senapan mereka, menembaki kami.
Aku yang berada di garis
depan, hanya menerima sedikit kerusakan, tapi Rin, yang mengemudikan kapal,
HP-nya perlahan berkurang. Nonoa sudah kehilangan setengah dari HP-nya,
berlari-lari di atas kapal sambil panik dengan imut, "Aaaaaaa!"
Kokugatsu Ruseze —diam-diam
tidak terluka dan bersembunyi di belakang Kaz…
Benar-benar, di
saat-saat seperti ini sifat asli orang muncul.
"Aku akan jadi
target! Rin, pegang kemudi! Kokugatsu Ruseze dan Nonoa, serang musuh dari
belakangku!"
"Okehh!"
"Ya!"
"…Saat teman dalam
kesulitan, kekuatan tersembunyi Kokugatsu Ruseze akan mekar—"
"Udah, cukup!"
Sebagai pemimpin, aku
memberi instruksi dan memindahkan Kaz ke tepi kapal untuk mengaktifkan skill
pertahanan. Efek dari skill ini adalah meningkatkan pertahanan diri sambil
menarik perhatian musuh kepadaku. Ini adalah tindakan yang sudah aku lakukan
berkali-kali sebelumnya.
Saat menerima serangan
musuh dari depan, teman-teman terpercaya di belakangku menyerang musuh
—Pada saat itu, dengan
suara ledakan keras, "Boom!" sebuah ledakan terjadi di belakang Kaz.
Dorongan dahsyat dan
gelombang ledakan membuat Kaz terlempar ke arah kapal bajak laut—dan jatuh ke
laut.
"Eh, kenapa…?
Kenapa ada meriam dari belakang…?"
"…Maaf. Aku nyoba
pakai meriam tipe pasang, tapi aku salah tembak ke Niichan."
"Apa-apaan—!"
Tak pernah kubayangkan
di mana aku menerima serangan dari belakang!
Ngomong-ngomong, meriam
tipe pasang adalah senjata yang bisa dibawa dan dipasang bebas di atas kapal,
salah satu elemen yang membuat pertempuran laut lebih menarik.
Dan ini pertama kalinya
dalam hidupku, aku tertembak meriam oleh teman sendiri.
"Wah! Kazuto-oniichan,
Oneechan! Kita, kita bakal mati sekarang…!"
"...Nonoa-chan, di
belakangku... uh, aku juga dalam kondisi buruk..."
"Kaz! Aku juga
hampir mencapai batas! Lebih dari setengah daya tahan kapal kita sudah hilang!"
Ketika aku jatuh dari
kapal, mereka dan kapal menjadi sasaran kerusakan. Dalam sekejap, HP semua
orang terkikis, dan kita terjebak dalam situasi yang sangat kritis (HP Kokugatsu Ruseze masih penuh. Apa yang
dia maksud dengan kondisi buruk?).
Ini buruk... Ini sangat
buruk!
Apakah perjalanan
pertama Crow's Perch, akan berakhir seperti ini?
...Itu tidak bisa
diterima. Kaz yang sudah melindungi teman-temannya berkali-kali dan pernah
disebut sebagai dewa pelindung, tidak boleh menyerah di sini...!
Aku mulai berkonsentrasi
dengan serius untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun.
Aku tidak sadar sedang
mengoperasikan mouse atau keyboard. Itu menjadi perpanjangan dari tubuhku.
Kaz yang mulai bergerak
dalam rute tanpa pemborosan yang paling langsung, berenang ke kapal bajak laut
dan menaikinya. Tentu saja, banyak awak kapal yang langsung mengarahkan senapan
kepadanya. Beberapa bahkan menarik pedang dan menyerang...
Dengan gerakan yang
mengalir, Kaz menghindari pedang para awak kapal dan menyusup ke dalam
kelompok, mengaktifkan skill serangannya. Beberapa pedang cahaya putih yang
dibentuk di sekitar Kaz ditembakkan, meniupkan awak kapal di sekitarnya dan
menghapus mereka dari keberadaan. Ini adalah skill serangan yang kuat, tapi
memiliki cooldown yang panjang sehingga tidak bisa digunakan berulang kali.
Tanpa jeda, awak kapal
yang masih hidup menyerang. Ternyata, sulit untuk bertarung sendirian...
"Tapi, apa
masalahnya...!"
Aku bisa melakukannya.
Sebelum bertemu dengan Rin, aku adalah bagian dari guild tingkat atas yang
spesialisasi dalam pertarungan, dan bahkan dikenal di beberapa lingkungan. Aku
cukup percaya diri dengan skill ku!
Gak mungkin aku kalah sama
musuh yang bukan pemain, cuman NPC!
Aku, sebagai pemimpin,
akan melindungi semua orang...
Kabomm! Sebuah bola
hitam yang terbang dengan kecepatan tinggi mengenai punggung Kaz. Sebuah
ledakan besar yang mengisi layar terjadi di sekitar Kaz, melemparkan
musuh-musuhnya juga!
"Apalagi ini!"
"..., itu kembang
apinya jelek."
"Eh, sengaja? Kamu
sengaja?"
"..., Nggak
sengaja. Sumpah, cuman kebetulan doang... meriam itu susah..."
Dengan nada datar, aku
hanya bisa menjawab Risuzu, "Oh... gapapa," dengan susah payah.
Setelah itu, aku
beberapa kali terlempar oleh meriam Kokugatsu Ruseze, tapi sebagai kebanggaan pemain game online yang
terobsesi, aku mengalahkan para bajak laut sendirian. Kapal kita hampir
tenggelam, tapi kita berhasil menghindari kehancuran total.
HP Nonoa juga tersisa
sedikit, dan dia bertahan hidup (Nonoa di dunia nyata tidak tahu harus berbuat
apa dan panik sampai mengeluarkan air mata).
Kita semua berhasil
lolos dari serangan bajak laut...
"...Ini adalah
kerja tim. Kita semua bertahan hidup berkat kekuatan bersama..."
"Iya, luar biasa.
Aku gak bisa ngendaliin kemudi dengan baik jadinya gak bisa mahamin situasi
pertempuran dengan jelas... tapi kalau Kokugatsu Ruseze ngomong kayak gitu, udah pasti kerja tim
yang baik."
"...Hehe. Tim ini
butuh aku..."
...
Melihat Rin tersenyum
dan mengelus kepala Kokugatsu Ruseze yang tidak terluka sama sekali, aku tidak bisa mengatakan apa-apa.
"Apa, Kenapa
Kaz?"
"...Gapapa."
Ya kamu tahu lah. Tidak
perlu meredam suasana yang baik.
Tapi entah kenapa, aku
jadi merasa cemas...
☆
Setelah berhasil lolos
dari pertarungan dengan para bajak laut, kami berempat tiba di depan dungeon
yang Nonoa ingin tantang.
Alasan kami datang ke
sini sederhana. Ini adalah pertama kalinya kami menyerang dungeon, tempat yang
disebut "Karasu
no Tomariki".
Sambil berdiri di depan
lubang besar yang membentang di bawah tanah, aku menjelaskan kepada mereka.
"Ini adalah dungeon
yang bertema hutan di bawah tanah. Yhh walaupun berada di bawah tanah, tetep ada
matahari dan itu terang, itu uniknya."
"...Matahari di
bawah tanah?"
"Iya, Cuman ada di
game. Banyak monster yang berhubungan sama tanaman dan serangga. Sebagai
batasan masuk, level semua orang nanti disamain, jadi kita semua bisa bertarung
dengan kekuatan yang sama."
"Yaa sebenernya sih,
masih ada perbedaan di perlengkapan."
Rin merespons dengan
benar, dan aku mengangguk setuju.
Tapi, kita di sini bukan
untuk bertarung, melainkan sebagai tim. Jadi, gak masalah kalau ada perbedaan
dalam perlengkapan.
Karena kita membutuhkan
healer, Rin berganti ke sub karakternya. Profesinya adalah Priest, berpakaian
seperti pakaian biarawati berwarna biru tua, tapi karakternya terlihat sama
persis dengan Rin, elf berambut pirang.
Entah mengapa,
sepertinya dadanya sedikit lebih besar.
Namanya adalah
"Karin".
Asal-usul namanya adalah
menambahkan "Ka" dari Kaz ke Rin, membuatku sedikit malu.
"...Biasanya, sub karakter
itu ngubah penampilannya, kan?"
"Aku selalu hidup
sebagai diriku sendiri. Gak berpura-pura, dan apa adanya. Gak peduli profesi
apa yang aku jalanin, penampilanku juga tetep sama. Panggil aku Rin aja kayak
biasa."
"...Apa adanya...
Elfin yang cerah seperti ini... adalah Rin-san yang apa adanya..."
Risuzu mengulang-ulang
monolognya dalam hati.
Aku penasaran, tapi aku
memutuskan untuk menjelaskan tentang boss dungeon itu.
"Bossnya pohon
besar. Namanya Devil Tree. Walaupun tingkat kesulitan dungeonnya udah diatur ke
normal, tapi bossnya sedikit lebih kuat kalau kata para pemain. Bahkan grup
pemain menengah bisa gagal kalau mereka ngeremehin... Itu yang harus kamu pikirin.
Nonoa-chan, kamu baik-baik saja?"
"Yup! Aku akan
berusaha!"
Dia terdengar sangat
bersemangat. Suara Nonoa yang penuh semangat terdengar dari headphoneku.
Yah, semuanya akan
baik-baik saja. Dengan aku dan Rin di sini. Risuzu juga punya selera yang
bagus.
Kalau kita melakukan ini
dengan normal, kita seharusnya bisa merasakan tantangannya dan berhasil.
Mungkin... sebagai
pemimpin, aku harus memotivasi semua orang sebelum kita mulai menyerang
dungeon.
"Ayo! Ini pertama
kalinya ‘Karasu
no Tomariki’ menyerang dungeon! Ayo gaskann!"
”””............”””
"Ngomong napa! Aku
jadi malu sendiri kalau cuman aku yang bersemangat!"
"Maaf. Ini pertama
kalinya aku ngedenger kata-kata semangat dari Kaz... aku jadi kaget."
"...Kita bukan tipe
yang bernafas keras..."
"Hmm?"
Aku merasakan perbedaan
suhu yang luar biasa dari mereka, dan hatiku seolah-olah ditumpahkan air
dingin.
...Tolong, biarkan aku
berhenti menjadi pemimpin.
☆
Kita semua berhasil
mengalahkan monster dengan lancar dan melanjutkan penyerbuan dungeon tanpa
masalah apa pun. Keempat orang itu masing-masing menjalankan perannya dengan
baik. Kaz bertindak sebagai garda depan untuk menarik perhatian musuh sambil
berjuang, Nonoa dan Kokugatsu Ruseze yang bertugas sebagai penyerang menyerang musuh, dan Rin
menyembuhkan semua orang. Tidak ada masalah sama sekali.
Itu karena aku dan Rin
sudah beberapa kali menyerbu dungeon ini sebelumnya.
Walaupun dua dari kami
adalah pemula, kami bisa menangani situasi tak terduga yang mungkin muncul.
Saat kami hampir
mencapai pertengahan penyerbuan, kami bertarung dengan sekelompok monster
serangga seukuran manusia yang mirip belalang.
Kami kira bisa
menyelesaikan ini dengan lancar... Itu yang kami pikirkan sebelumnya.
"Ah! Ada peti harta
di sana!"
"Eh,
Nonoa-chan!?"
Tiba-tiba Nonoa
meninggalkan pertarungan dan berlari menembus pohon-pohon menuju peti harta di
depan.
Sudah pasti, sebagian
dari kawanan monster itu mengejar Nonoa.
"...Aku akan
menyelamatkan malaikat itu...!"
Kokugatsu Ruseze juga
mengejar Nonoa. Tapi jumlah musuh sudah banyak.
Sekilas, ada lebih dari
tujuh.
Ini buruk! Kedua skill
mereka punya daya serang tinggi tapi pertahanan sangat rendah.
Kalau mereka diserang
bersamaan, mereka akan hilang dalam sekejap!
"Kaz! Aku gak bisa ngatasin
semua monster ini!"
"Ah kacau! Gara-gara
kedua penyerang kita pergi...!"
Aku juga bisa bertarung,
tapi sulit untuk mengalahkan semuanya.
Sebagian dari monster
yang tersisa menuju ke Rin dan menyerang tanpa ampun.
Priest dengan pertahanan
selembar kertas itu, HP-nya berkurang dengan cepat...
"Teman party: Karin
telah jatuh" muncul di kolom chat.
Kemudian kedua orang
yang dikelilingi dan dipukuli oleh monster itu juga...
"Teman party: Nonoa
telah jatuh"
"Teman party: Kokugatsu Ruseze telah
jatuh"
.........
Mending nyerah dah. Aku
menggelengkan kepala dengan perasaan frustasi dan mengangkat kedua tangan
sebagai tanda menyerah.
Aku menatap Kaz yang
sedang diiris-iris oleh pasukan belalang dengan perasaan yang.........
☆
"Maaf ya..."
"Gapapa kok
Nonoa-chan. Peti harta itu emang punya daya tarik yang aneh."
"Ini semua
salahku..."
Meskipun hanya gadis
kecil yang polos, kayaknya dia mengerti kalau dia adalah alasan semua orang
mati.
Kita sama sekali tidak
marah, tapi bisa terasa dari suara lemahnya kalau dia benar-benar merasa
bersalah. Aku menoleh untuk memeriksa Nonoa di dunia nyata, dia tampak menyesal
menunduk ke arah komputernya.
"Nonoa-chan, ini
jadi pelajaran yang baik kan?"
"Pelajaran?"
"Dungeon ini gak
bisa ditaklukin sendirian... Kita semua harus kerja sama. Kita butuh kekuatan
Nonoa-chan."
"Kekuatanku dibutuhin...
Oke, aku akan berusaha keras."
"... Malaikat sudah
membulatkan tekadnya... Jadi--"
"Berarti dia
imut-imut dong."
"...Iya,
begitulah."
"Kalian berdua, ada
momen-momen dimana kalian keliatan sangat kompak ya..."
Aku dan Risuzu
menunjukkan kekompakan misterius. Kami berjabat tangan di dalam game.
Ketika kami memulai lagi
penaklukan dungeon, dengan pengalaman dari percobaan kedua, kami bisa melaju
tanpa masalah. Meskipun terlihat sepele, tapi hal seperti ini kadang bisa jadi
sulit.
Karena, kalau ada yang
melakukan kesalahan sepele dan menyebabkan kegagalan, suasana bisa menjadi
canggung.
Orang dengan sifat buruk
akan mulai mengeluh dan anggota lainnya ikut-ikutan... Aku sudah beberapa kali
melihat kejadian seperti itu (di chat teks).
Tapi, hal itu tidak
terjadi pada kami.
Rinka gagal tapi dia mengobrol
seolah itu hal baik dan memberikan semangat kepada Nonoa. Selain itu, dia juga
menjelaskan pentingnya kerja sama tim dan bahkan berhasil meningkatkan motivasi
kami.
Walaupun hanya
percakapan singkat, pemain yang bisa melakukan ini dengan santai sangat langka.
Benar, ini adalah Mizuki Rinka dari Star☆Mains...!
Benar-benar aku
berkencan dengan gadis yang luar biasa...
"Err, Rin-san... Jangan
nyembuhin niichan terus dong."
"Kaz berada di
garis depan jadi mudah terluka, itu gak bisa dihindari."
"...Tapi kamu nyembuhin
niichan padahal gak luka sama sekali."
"Itu cintaku."
"............"
Risuzu jadi diam total.
Tim ini... atau lebih tepatnya, healer ini mungkin tidak berfungsi dengan baik.
Sebagai pemimpin, aku
harus mengingatkan Rinka untuk melakukan pekerjaannya sebagai healer dengan
benar.
Setelah itu, tidak ada
insiden lain yang terjadi, dan kami tiba di suatu tempat yang terbuka.
Di ujung dungeon...
ruangan bos. Di depan kami, sebuah pohon raksasa menjulang tinggi. Kita harus
menggerakkan kamera ke atas untuk bisa melihat keseluruhan karena sangat besar.
"Wah, besar
banget...!"
Di tengah pohon, sebuah
mata besar berwarna kuning muncul, dan karena sangat menjijikkan, Nonoa berteriak.
"Ka-Kazuto-oniichan!
Itu, serem!"
"Tenang aja! Aku
akan melindungi Nonoa-chan!"
"Kazuto-oniichan...!"
"Ne, Kaz. Aku juga
takut. Lindungin aku juga dong."
"Ah boong kamu mah."
Rinka sudah melihat bos
ini beberapa kali. Bahkan pada pertama kali melihatnya, dia langsung
bersemangat sambil berkata, "Pasti mata itu titik lemahnya! Ayo serang
terus!" dan melepaskan panah tanpa merasa takut sama sekali.
"...Oniichan.
Bagian bawah kakiku jadi merah."
"Itu serangan dari
bos!"
"...Eh---ahh!"
Dari bawah kaki Kokugatsu Ruseze, akar tajam seperti
tombak meluncur ke atas dengan cepat—menyebabkan Kokugatsu Ruseze terlempar ke udara. Serangan ini
membuat HP Kokugatsu Ruseze terkuras sampai kurang dari setengah. Itu adalah kerusakan
besar.
"Serangan yang
datang dengan isyarat itu kuat, jadi hati-hati ya!"
"Ahh----"
Nonoa yang berada dekat
bos, kena pukul langsung oleh dahan yang meliuk seperti cambuk, dan terhempas
sampai ke ujung lapangan. Seperti menunggu timing tersebut, dari celah-celah
pohon yang mengelilingi lapangan, monster-monster yang mirip belalang sembah
berdatangan.
"Nonoa-chan, kabur!
Cepatt kabur!"
"Eh, Ah!"
Karena panik, Nonoa
melemparkan bola api ke arah monster-monster itu. Tentu saja, dia jadi sasaran
dan menjadi target. Sekelompok monster itu berlarian ke arah Nonoa.
"Nonoa-chan, kesinii!"
"....Gawat, gak
bisa ngehindar---ahh, aku mati."
"Udah lama gak
bertarung, kemampuanku menurun kayaknya... gak bisa ngehindar serangan kayak
ini doang."
Serangan bos yang
mengayunkan dahan atau menyerang dari tanah dengan akar, tidak bisa dihindari
oleh Rinka dan Risuzu. Sesekali, mereka mengeluarkan jeritan kesakitan.
Melihat gerakan mereka, Kokugatsu Ruseze terlihat sibuk
menyerang dan mengabaikan aksi menghindar. Nonoa selalu panik, jadi serangan
dan menghindarnya gak jelas.
Sesekali, Rin yang kena
serangan yang seharusnya bisa dihindari, berusaha keras menyembuhkan orang yang
HP-nya berbahaya. Pertarungan ini benar-benar di ujung tanduk. Tidak ada yang
bergerak stabil.
Pokoknya, aku
mengaktifkan skill untuk menarik perhatian monster-monster itu, dan berhasil
menghindari semua serangan yang bisa dihindari. Kalau hanya berkumpul dengan
pemain yang sudah terbiasa, cukup dengan melakukan operasi yang sama
berulang-ulang...
Tapi, perasaan frustasi
ini, mungkin seru juga setelah lama tidak merasakannya.
"Hebat juga Kaz.
Kamu selalu nyesuain posisi biar monster-monster itu gak ngedeketin
kita...!"
"Kalau sudah
terbiasa, mungkin siapa pun bisa ngelakuin ini tapi---ah, ini gawat."
Di seluruh tanah
lapangan, bintik-bintik merah seperti corak muncul. Itu serangan area. Langsung,
Kaz dan Rin kabur ke zona aman---tapi Nonoa dan Kokugatsu Ruseze yang gak sempat
bergerak, langsung kena serangan. Akar yang menyembul dari tanah menembus
mereka, dan mereka langsung kehilangan HP.
"Kaz..."
"Ini... gak ada
pilihan selain nyerah."
Kalau dua orang yang
bertugas sebagai penyerang utama hilang bersamaan, gak mungkin menang. Gak
sempat juga mengurus monster-monster kecil...
Di momen saat kekalahan
kedua di pohon, guild Karasu no Tomariki itu dipastikan...
☆
"Aku minta maaf...
Aku langsung bawa kalian lawan bos yang kuat."
Ini alasan sih, tapi
belakangan ini aku gak punya kesempatan pergi ke dungeon sama pemula, jadi
perasaanku jadi kacau. Kalau dipikir-pikir, membawa pemula ke dungeon yang
biasanya ditantang oleh pemain menengah itu bisa dibilang tindakan gila.
Seberapa pun levelnya
disamakan, jelas salahku.
Anggapannya kayak gak
pernah coba jungkir balik di bar, tapi langsung disuruh lakukan backflip.
Sungguh kejam.
"Kazuto-oniichan
gak salah kok! Aku yang langsung kena duluan..."
"....Aku juga, agak
terbawa emosi jadinya terus nyerang gitu... Itu gak baik."
Aku, melihat mereka
menyalahkan diri sendiri, memutuskan untuk memberikan saran yang realistis.
"Nanti kalau kita
lebih terbiasa, kita bakal coba lagi bareng-bareng."
"Sekali lagi! Ayo,
Kazuto-oniichan!"
"...Ini pertama
kalinya Kokugatsu Ruseze merasakan
kekalahan. Namun, di dunia kegelapan, dia yang disebut jenius baru akan
menunjukkan kehebatannya—"
"Itu monolog apaan dah...
Tapi, yah, itu..."
"Gapapa kok, Kaz.
Ayo kita lakukan."
Dengan lembut namun
tegas, Rinka menasihati, membuat kata-kata penolakan tercekat di tenggorokan.
...Benar, meski kita
tidak bisa menang, jika ingin mencoba, kita harus melakukannya.
Demi mereka, sebagai
pemimpin, aku harus melakukan yang terbaik!
"Ayo semuanya!!
Kali ini kita pasti menang!!"
”””…………”””
"Ngomong apa kek!
Kali ini suasannya seperti itu kan!"
"Aku mau berhenti
jadi pemimpin..."
☆
Dengan semangat yang tak
pernah padam, kami terus mencoba.
Percobaan kedua, ketiga,
keempat... kelima...
Namun yang terdengar
hanyalah...
"...Agh! Lagi...
kesalahan yang sama...!"
"Uh... aku gak bisa
ngehindarin itu..."
Tidak salah lagi, kami
semakin terbiasa.
Pada percobaan pertama,
kami cuman bisa mengurangi HP bos sampai tiga puluh persen.
Tapi pada percobaan
kelima, kami bisa menguranginya hingga enam puluh persen. Kami pasti membuat
kemajuan.
"Kalian berdua
hebat! Kalian semakin berkembang!"
"...Tapi, kita gak
bisa menang."
"Maafkan
kami..."
Meskipun aku mencoba
menghibur mereka dengan penuh semangat, kedua orang itu merasa down.
Mungkin karena kelelahan
mental. Terlebih lagi, masalah konsentrasi.
Setelah seharian lelah,
mungkin sudah waktunya performa kami menurun.
Sudah 11 malam. Juga
waktu di mana Nonoa kehabisan baterai.
"Kalau kita nyoba
lagi, itu harus yang terakhir."
Rinka, seolah-olah
mewakili suara hatiku, berkata. Tampaknya dia memiliki pemikiran yang sama.
"...Kalau ini yang
terakhir, kita harus menang."
"Aku juga, akan
berusaha keras."
Jadi, kami berempat
mencoba untuk keenam kalinya menaklukkan dungeon tersebut.
Perjalanan menuju bos
sama sekali tidak terasa berat. Semua dari kami merasakan atmosfer yang relatif
mudah.
Mungkin itulah sebabnya,
Risuzu mulai mengobrol dengan tenang.
"...Terima kasih,
Rinka-san."
Meskipun dia meminta
untuk dipanggil dengan nama kecilnya, Risuzu memanggilnya dengan nama lengkap.
Dari cara dia mengobrol,
jelas itu disengaja. Rinka tidak menyela dan hanya mendengarkan.
"...Selalu ngasih
penyembuhan biar aku gak merasa cemas... Pada awalnya, aku cuman merhatiin niichan."
"Iya... hehe."
"......Selain itu,
dia juga bisa ngeliat sama mahamin semuanya. Saat jadi idol juga begitu.
......Dari dulu dia sudah ngebantu aku."
"Aku juga
mendapatkan kekuatan dari Risuzu, loh."
"......Aku yang
lebih banyak menerima. Kalau aku nggak ketemu sama Rinka-san, aku nggak bakal
pergi ke sekolah...... Aku bakal tiduran di rumah terus......"
Kayak orang yang
mengurung diri. Jujur, kalau melihat aura Risuzu, itu mungkin terjadi.
Gimana ya cara mereka
bertemu. Aku penasaran tapi sekarang bukan waktu yang tepat buat bertanya.
"......Tapi, saat
grup baru terbentuk, aku sangat takut......"
"Waktu itu aku
benar-benar minta maaf. Aku terlalu terburu-buru. Aku cuman bisa minta
maaf,"
"......Aku juga
salah. Aku sombong, sama sering bolos latihan...... Tapi, abis itu......
Rinka-san mulai bersinar...... dan situasi langsung berubah drastis."
"Aku bersinar......
Ah, maksud kamu waktu aku ketemu sama Kaz di game online itu ya. Nostalgia
banget. Kalau aku nggak bertemu sama Kaz di game online, mungkin aku bakal
terus hidup dalam kepuasan diri sendiri. Aku nggak mau mikirin itu lagi serius,
tapi kayaknya aku yang membuat grup ini terpecah belah."
Sekarang sih aku
dibilang penyelamat gitu, Rinka bercanda sambil tertawa.
"......Segitunya.........."
Pembicaraan tentang masa
lalu membuat mereka bersemangat, tapi Risuzu menutup mulutnya dan pembicaraan
pun berakhir.
......Seandainya mereka
nggak terlalu memujiku lebih dari yang perlu sih.
Mereka bilang aku secara
tidak langsung telah membantu Star☆Mains, tapi itu sama
sekali berbeda.
Yang sebenarnya, aku
hanya bermain game online bersama Rinka......
☆
Akhirnya, mereka sampai
di ruangan boss. Ruang terbuka dimana pohon-pohon seolah menghilang, dengan
pohon raksasa yang tingginya sampai harus menatap ke atas. Agar pemain tidak
bisa kabur, pohon yang tak terhitung jumlahnya mengelilingi area tersebut,
menutup celah-celah yang ada. Ini sudah kali ke enam, jadi pemandangan ini
sudah tidak asing lagi.
"Ini......
tantangan terakhir. Ayo, menangin!"
Seruan tenangku sebagai
pemimpin, tidak dijawab oleh siapa pun. Tapi, aku bisa melihat semuanya
mengangguk bersamaan.
Munculnya mata di tengah
pohon raksasa adalah tanda dimulainya pertarungan. Pohon itu mengayunkan
cabang-cabangnya yang padat seperti kipas, mengguncangkannya, dan kadang-kadang
menusuk dari tanah dengan akar tajamnya yang kuat, menyulitkan kami. Musuh kecil
yang terus muncul juga merepotkan.
Dalam percobaan pertama,
Nonoa dan Kokugatsu
Ruseze tampak
panik, tapi sekarang berbeda.
Mereka mengamati gerakan
boss dengan hati-hati sambil menghindari serangan, sadar akan posisi mereka
agar tidak menjadi sasaran musuh kecil, dan dengan tenang mengatasi boss dan
musuh kecil. Mereka tenang.
Aku terus berusaha
menjadi sasaran bagi monster kecil dan bos.
"......Nonoa-chan,
ke sini!"
"Iya. Ah, ada
monster dateng dari situ!"
Dua pemula itu saling
berteriak dan bekerja sama. Bagus juga ya, kayak gini......
Rasanya mereka
benar-benar menikmati game ini. Mungkin ini khas dari voice chat dibandingkan
text chat.
Terlepas dari isi
percakapannya, tindakan saling berteriak itu meningkatkan motivasi.
"......Ahh――ssshh......ah......makasih,
Rin-san."
Boss terus menerus
menyerang, dan HP Kokugatsu Ruseze nyaris habis, tapi langsung diobatin. Itu berkat respons
cepat Rin yang terus memperhatikan situasi.
"Jangan khawatir
soal HP mu, Kokugatsu
Ruseze. Aku
yang ngurusin. Jadi, kamu fokus aja bertarung."
"……Rin-san――――keren
banget!"
Keren banget dong, idol
yang cool abis……! Dia sangat terkesima.
――――Bisa menang tidak ya,
kalau begini terus.
Suasananya gak kacau,
bisa bertarung dengan stabil. Semua gerakannya udah jadi rutin.
Kondisi yang ideal.
Nonoa dan Risuzu pasti juga merasakan usaha keras mereka sambil bertarung.
Tapi, sebenarnya
pertarungan yang sesungguhnya――baru akan dimulai.
HP boss tinggal kurang
dari tiga puluh persen.
Langsung setelah itu,
tubuh boss――pohon raksasa itu berubah jadi hitam pekat, seolah-olah dilumuri
tinta.
Mata boss juga berubah
warna menjadi merah darah. Penampilannya berubah layaknya Devil Tree.
"……Baru tau ada
fase kedua……!"
Risuzu, sangat hebat,
langsung paham apa yang terjadi.
"……Ini, kejam. niichan
dan Rin-san, pasti sengaja gak bilang."
"Kalau diceritain,
kan gak seru?"
"Iya. Rasanya beda kalau
kamu alami sendiri tapi gak tau apa-apa……. Kalau diceritain, nanti sama aja
kayak spoiler trik sulap."
Mendengar kata-kata
santai dari kami, Risuzu gak bisa ngomong apa-apa lagi dan cuman bisa
mengeluarkan suara kesal. Bukan niatan buruk kenapa kami diam.
Saat kupikir bisa menang,
muncul fase kedua, inilah yang bikin seru.
Risuzu dan Nonoa
terlihat lebih semangat, dan langsung menyerang. Serangan boss gak berubah.
Tapi, ritmenya jadi lebih cepat.
Operasi yang udah jadi
rutin mulai kacau, ritme pertarungan jadi berantakan.
Dua pemula itu berusaha
keras untuk menyesuaikan, tapi――mereka mulai kena serang lebih banyak, dan
penyembuhan dari Rin mulai terlambat.
"Rin! Penyembuhan buat
aku bisa belakangan aja!"
"Tapi! Kalau
frontliner jatuh, kita bakal end!"
"Gapapa, aku pasti
gak bakal kalah."
Tentu saja ada serangan
yang tidak bisa dihindari.
Meskipun begitu, aku
pasti tidak akan kena serangan. Apalagi melihat dua pemula itu berusaha keras.
Kalau kalah, ya udah,
coba lagi lain waktu.
Ada suara di dalam hati
aku yang bilang begitu.
Pasti itu yang benar. Tapi,
aku mengabaikannya.
Pertarungan ini, hanya
ada sekarang. Keseruan ini, hanya bisa dirasakan sekarang.
Kalau main game terus,
pasti bisa jago, dan suatu saat bisa mengalahkan boss seperti kerjaan rutin
saja.
Tapi itu bukan
masalahnya. Sekarang.
Risuzu dan Nonoa, mereka
ingin menang di pertarungan ini, sekarang. Menang di masa depan atau apapun
itu, itu gak penting.
Aku, yang diakui oleh
diri sendiri dan orang lain sebagai pecandu game online, sekarang waktunya
untuk menunjukkan semua yang aku pelajari!
Aku bakal mengeluarkan
semuanya, untuk memberikan mereka pengalaman terbaik—!
Tanganku berkeringat
sampe meresap ke mouse, suhu badan naik tinggi sampe aku tidak sadar lagi sama
keyboard dan mouse yang udah kayak bagian dari badanku.
Sebelum berpikir, aku
langsung gerakin Kaz, jadi target buat boss dan monster-monster kecil, sambil
usahain posisi biar tidak terkena serangan.
Tapi, serangan area dari
bossnya, menyerang semua tapi tidak ke aku, namun ke tiga orang lainnya.
Serangan akar yang
muncul dari tanah, cabang yang dibentangin kayak kipas terus dihantam ke
bawah...
Rin kadang-kadang kena,
tapi masih bisa menjaga HPnya.
Iya, kalau udah mahir, tidak
ada masalah.
Tapi, dua orang pemula, tidak
bisa mengikuti tempo serangan yang makin cepat.
Yang jatuh duluan—Nonoa.
"Ah!"
Seperti ditampar keras
dari mimpi ke kenyataan. Teriakan lemas keluar dari mulut Nonoa.
Malaikat—kalah!
Dengan Nonoa yang jatuh,
kita jadi kurang power.
Mengurusi
monster-monster kecil jadi makin lambat—serangan ke Kaz makin banyak. Dalam
sekejap dia dikerubungin, dipukuli sampai tidak bisa gerak.
Itu yang tidak boleh
terjadi. Kaki Kaz mulai bercahaya merah, mata bossnya juga berubah jadi merah
tua.
Itu tanda-tanda serangan
area. Serangan yang muncul dari tanah juga akan datang. Serangan bersamaan?
—Ini bakal mati.
Tiga detik lagi, Kaz akan
kalah.
Pengalaman
bertahun-tahun langsung memberitahuku masa depan dalam sekejap. Aku tetap
tenang, mata aku lari ke jendela yang nunjukin kondisi party. Tidak ada waktu
buat cek angka-angkanya.
HP Kaz tinggal sepuluh
persen kurang. Kokugatsu Ruseze juga, malah dia deket-deket boss, masuk jangkauan serangan
area. Dia bakal mati bareng aku, kalau gitu.
Sementara itu, bosnya
tinggal sepuluh persen, tinggal sedikit lagi.
Berarti MP Rin—tinggal
sedikit. Cuman cukup buat satu kali penyembuhan, itu aja.
"Kazuto!"
"Rinka-san!"
Kita saling memanggil
nama asli dalam sekejap, tapi Rin langsung mengerti maksudku.
Rin menyembuhkan Kokugatsu Ruseze. Dengan ini, walaupun
kena serangan bos, dia harusnya bisa bertahan hidup.
Kalau begitu, tugas
terakhir adalah milikku.
Kaz yang hampir mati,
mengaktifkan skill serangan ke arah boss.
Dari pedang yang
diayunkan, sebuah bilah cahaya putih dilepaskan, mengenai boss. Sedikit lagi
HPnya berkurang.
Kalau perhitunganku
bener, ini harusnya cukup.
Dengan firepower Kokugatsu Ruseze, sebelum dia kalah, HP
bos harusnya bisa berkurang habis—!
Saat itu juga, cabang
raksasa diayunkan menyamping, langsung mengenai Kokugatsu Ruseze dan Kaz. Kaz juga tertusuk oleh
cabang yang muncul dari tanah. Itu combo mati seketika. Cuman melihat saja sudah
bikin dada sakit.
"Anggota party: Kaz
telah jatuh," tampil di kolom chat.
"Sekarang, aku cuman
bisa mercayain kamu... Rin."
"...Niichan...!"
Saat Kokugatsu Ruseze menyerang
bos dengan pisau pendek, monster-monster kecil yang tadinya ngumpul di Kaz,
langsung berlari ke arahnya. Kalau begini, dia akan dikerubungin dan kalah sebentar
lagi.
Tenaga itu
monster-monster lemah tidak bisa ngapa-ngapain. Rin menyerang monster-monster
itu dan jadi target mereka.
Lalu dia lari ke arah
yang berlawanan dari tempat Kokugatsu Ruseze berada. Dia jadi umpan.
Tapi dalam waktu kurang
dari lima detik, dia bakal dikejar dan kalah.
Hanya berhasil memberikan
waktu sangat sedikit untuk Kokugatsu Ruseze buat menyerang.
"Selanjutnya,
terserah kamu, Risuzu."
"…Rinka-san…!"
Melihat HP bosnya, cuman
butuh satu serangan skill kuat lagi buat mengalahkannya. Kalau punya job yang
bisa ngeluarin damage tinggi—!!
Dari tubuh Kokugatsu Ruseze, aura gelap yang sangat
pekat mulai keluar.
Itu pertanda bakal ada
serangan skill super kuat dari Assassin!
Dia mulai gerak, Kokugatsu Ruseze menunduk
dan mengunci boss dalam pandangannya.
Dan dalam sekejap, skill
serangannya diaktifkan—!!!
"Kita bisa menang, pasti
bisa … Ayolah—!!!"
Bukan cuman aku. Mereka
juga pasti bayangin masa depan itu. Masa depan di mana boss itu dikalahkan oleh
Kokugatsu Ruseze.
Tapi kenyataannya—.
Tidak.
Realitanya— sangat
kejam!!
"Kokugatsu Ruseze telah
logout."
—————————
…………………………?
"Um… eh? Logout?
Eh?"
Aku kedip-kedip tidak mengerti
sama kalimat aneh yang muncul di chat, pikiranku jadi bingung.
Kokugatsu Ruseze hilang
tanpa jejak dari layar, "Anggota Party: Karin telah jatuh"
"Party telah hancur total" muncul dan aku jadi tidak bisa mencerna
lagi. …………Hah?
Kami semua diam karena
tidak mengerti situasi ini.
Dalam keheningan yang
membeku—Risuzu ngomong dengan suara gemetar.
"…Baterai
laptopnya, habis…!"
☆
Beberapa belas menit
setelah kata-kata mengejutkan dari Risuzu.
Semua orang masih
terpaku dan tidak bisa ngomong apa-apa, tapi tiba-tiba sadar kalau Nonoa
ketiduran.
Aku melepas headphone
dan mengangkat Nonoa yang tergeletak di laptop, dan menaruhnya di tempat
tidurku. Dia menggerak-gerakkan mulutnya yang imut saat tidur.
Aku mencoba memasukan
boneka Rinka-chan di antara dua tangan Nonoa.
Dia memeluknya erat. Terlalu
lucu! Ini nambahin keimutannya…!
Setelah selesai, aku
menoleh untuk memeriksa Risuzu. Dia duduk di depan laptop yang ada di meja, tidak
bergerak dan terlihat kosong. Matanya tidak fokus. Kelihatan banget lagi kaget.
Sepertinya jiwa keluar
dari mulut deh. Itu berbahaya banget.
"Risuzu. Kamu
bangun? Apa tidur sambil matanya kebuka...?"
Karena khawatir, aku
taruh tanganku di bahu kecilnya dan menggoyangkan. Risuzu terkejut, berkedip,
lalu menoleh ke arahku.
"...Eh...! N-Niichan...?"
"Iya, aku. Sudah
larut malam, tidur yuk?"
"...Ma, maafkan
aku. Ini bukan sesuatu yang bisa dimaafin cuman pakai minta maaf...!"
Dia menggigit bibirnya
kesal, menatap layar laptop yang sudah mati. Ditanggapi begitu, aku jadi tidak
bisa marah.
Lebih tepatnya, aku tidak
punya niat untuk marah, bahkan tidak ada rasa marah sama sekali.
"Gapapa, Risuzu."
"...Tapi---"
"Ending kayak gitu
juga, bisa dibilang khas kita kan?"
"...Kita ini,
kelompok orang bodoh...?"
"Sebut aja unik
atau punya karakter."
"...Apa pun yang
kamu bilang, kekalahan itu karena aku... Aku lupa nggak ngecharge...
salahku..."
"Ya, emang sih."
"---!"
Seberapa pun aku mencoba
menghiburnya, itu adalah fakta. Aku tidak berniat memutarbalikkan fakta hanya
untuk menghiburnya. Tapi, yah...
"Ngeliat Risuzu
sedih, aku malahan agak senang sih."
"...Kamu senang
kalau aku sedih?"
"Bukan gitu. Aku
senang kamu bisa tenggelam di game online."
"...Hmm..."
"Ayo kita main
bareng lagi nanti!"
Merasa senang karena
orang lain menikmati sesuatu yang kusuka. Itu membuat hatiku jadi lebih hangat
dari yang kubayangkan.
Dengan perasaan
berterima kasih, aku mengusap kepala Risuzu yang tertunduk, dengan lembut.
Seperti mengusap kepala
anak kecil, dengan hati-hati.
"Ah---"
Entah karena terkejut
atau perasaanku tersampaikan... dari mulut Risuzu terdengar suara kecil.
...Apakah hubungan kakak
adik biasanya seperti ini?
Melihat Risuzu yang
pipinya memerah, aku jadi berpikir begitu.
"...Niichan, lebih
kuat dong... kamu ngusapnya terlalu lembut."
"Haha, moodmu udah
balik ya."
Sikap berani Risuzu
mungkin yang paling cocok untuknya.
Sambil tersenyum
melihatnya, aku terus mengusap kepalanya, lalu tiba-tiba ponselku berbunyi
notifikasi.
Kuambil dan cek. Dari
Rin.
[Udah tidur?]
"Ah, aku lupa sama
Rinka-san."
"...Aku harus minta
maaf juga ke Rinka-san?"
"Mungkin kamu bisa ngomong
lewat laptop Nonoa-chan?"
Laptop di depannya
sayangnya tidak bisa dinyalakan karena baterainya habis.
Risuzu mengangguk setuju
sama usulanku, terus duduk depan laptop yang biasa dipakai sama Nonoa.
...Mungkin, aku juga
harus ikutan ngobrol.
Sambil make headphone
yang ada mic-nya, Risuzu mulai jelasin ke Rinka kalau dia lagi ngobrol pakai
akun Nonoa. Selama itu, aku juga nyamperin komputer dan pasang headphone lagi.
Mulai dari tengah, tapi
aku mulai dengerin obrolan mereka.
"Risuzu nggak perlu
minta maaf kok. Sebenernya, kalau aku lebih serius, aturan kita bisa menangin
boss itu lebih cepet... Jadi sebelum laptop Risuzu abis baterai, kita udah
menang duluan."
"...Itu kebanyakan nyalahin
diri sendiri... Rinka-san nggak salah apa-apa."
"Kalau gitu, Risuzu
juga nggak usah ngarasa bersalah. Kalau kita mau tau kenapa kita nggak menang,
bisa jadi ada banyak sebab.
Kesalahan yang keliatan
jelas dan gampang dimengerti kebetulan cuman dari Risuzu doang. Tapi, semua
orang juga punya tanggung jawab kok."
"............"
Dikasih penjelasan sampai
segitu, Risuzu jadi tidak bisa balas apa-apa. Aku juga, setuju sama omongan
Rinka.
Kalau mau nyari sebab
kenapa kita beneran tidak menang, berarti ada juga sebabnya karena aku yang
bawa dua pemula ke dungeon itu...
Rinka sangat tau cara
menghibur yang logis, dan mulai ngurangin rasa bersalah Risuzu.
"....Itu Rinka-san
yang biasa. Dingin tapi hangat..."
"Aku cuman ngomong
yang realistis aja... Tapi, aku malah pengen denger pendapatmu."
"...Pendapat?"
"Iya, pendapat.
Hari ini kita semua main game online kan? Aku pengen denger apa yang dirasain
sama Risuzu."
"...Seru
banget."
"Hehe, seru banget
ya."
Ngomongnya Risuzu agak
bercanda, Rinka hanya senyum-senyum sambil meniru-niru.
"...Rasanya kayak
dunia lain yang beda sama kenyataan... Grafisnya kayak di film... Seru bisa
main sama semua orang, ngelakuin hal yang gak bisa dilakuin di dunia
nyata..."
"Kan?"
"...Apalagi, niichan
yang paling semangat itu lucu."
"Iya sih. Justru
kalau dia ngomong nggak nyambung itu yang imut. Itu juga salah satu pesona
suamiku."
...Jadi malu. Kayaknya
aku emang tidak bisa nahan semangat kalau sudah masuk game.
"...Tapi, karena niichan
yang paling semangat, aku juga bisa seru-seruan."
"Aku juga. Kayaknya
itu salah satu alasan aku tertarik."
"...Besok-besok, berhenti
dong masukin perasaan cinta gitu."
Mereka terus ngobrol
tanpa henti, ngulik kenangan hari ini.
Mulai dari guild, terus
ke laut berantem sama bajak laut... penyerbuan dungeon...
Obrolan yang tidak kenal
berhenti itu akhirnya mereda, dan jadi sepi. Mereka menunggu siapa yang bakal
ngomong duluan............
Dan, Risuzu berkata.
"...Kalau di dunia
nyata, aku nggak bisa main bebas gini sama Rinka-san."
"Karena di game
online, informasi dunia nyata nggak ada hubungannya sama sekali, dan kita nggak
perlu ketemuan. Udah pasti, gak mikirin masalah di dunia nyata itu susah...
Tapi, game online bisa nunjukin sisi hati orang. Kalau kamu fokus main, kamu
bisa lepas dari kenyataan."
"......Seperti
anak-anak yang kemarin bertengkar, tapi hari berikutnya udah bermain bareng
lagi......"
"Ya mirip-mirip lah.
Ujung-ujungnya, kalau kamu bisa ngilangin informasi yang gak perlu, kamu bakal
balik ke sifat kekanak-kanakan."
Itu memang pemikiran
yang sangat Rinka. Mungkin banyak orang yang punya pendapat berbeda, tapi
setidaknya Rinka berpikir begitu, dan dia yakin itu fakta.
Aku tidak terlalu
mikirin itu, karena aku sendiri lagi asyik main game online.
"......Menikah di
game online = juga pasangan di kehidupan nyata, itu masih belum bisa aku pahamin."
"Iya......"
Ditanggapi secara
langsung, Rinka menjawab dengan suara sedih.
Tapi, pembicaraan Risuzu
tidak berhenti di situ. Dengan suara penuh semangat, dia melanjutkan.
"......Tapi, aku
jadi semangat. Kayak waktu pertama kali aku nonton konser...... Mungkin......
bisa jadi...... kita bisa dapet ikatan yang sekuat itu...... ikatan keluarga,
dari game online."
"Risuzu......"
"......Eh,
itu...... maksudku...... main game online sama kalian semua, itu sangat
menyenangkan. Itu kesan terbesarku......"
Tanpa campuran, Risuzu
mengungkapkan perasaan sejatinya dan menunggu jawaban dari Rinka.
Sebelumnya, seperti yang
Rinka bilang, ada orang yang pacaran di game online, menikah di kehidupan
nyata, dan membangun keluarga yang bahagia. Risuzu bisa membayangkan pesona
game online sejauh itu.
"Risuzu, itu sudah
bagus kok. Aku juga, butuh beberapa bulan buat ngerti pesona game online.
Jujur, di awal aku juga gak terlalu ngenikmatin."
"......Oh, begitu
ya......"
"Makanya aku nyesel.
Aku berusaha maksain pemikiranku ke Risuzu, biar kamu bisa lebih cepat mengerti
pesona game online."
"......Aku juga,
maaf ya. Langsung nolak dari awal. Aku agak keras kepala waktu itu."
"Iya...... Tapi
kita bisa saling mengerti, meskipun kita nggak bisa saling paham, kita bisa
berusaha dan saling mendekat...... Aku jadi sadar lagi tentang itu. Aku sangat
senang."
Sambil mendengarkan
pembicaraan mereka, aku berpikir mereka punya hubungan yang bagus. Biasanya,
kalau ada perbedaan pendapat, hubungannya bisa langsung putus kan?
Kalau memang pendapat
itu salah satu dari individualitas manusia, hubungan seperti mereka mungkin
salah satu idealnya.
Aku tidak perlu
melakukan apa-apa, mereka pasti bisa menyelesaikan masalah dengan sendirinya.
Faktanya, aku cuman main
game online dengan mereka...... aku tidak melakukan apa-apa.
"Kazuto, terima
kasih udah banyak mikirin sama berusaha buat kita."
"Yang harus bilang
terima kasih aturan aku. Terima kasih buat pengalaman terbaiknya......
Sepertinya aku bisa mimpi indah."
Mengalami sesuatu yang
nggak bisa dirasakan di kehidupan nyata - itu esensi dari game online.
Tiba-tiba, aku sadar ada
satu gadis yang jadi diam.
"Risuzu?"
"............"
Tidak ada jawaban. Aku
menoleh dan memeriksa kondisi nyatanya, Risuzu ternyata sudah tertidur dengan
wajahnya di atas keyboard laptop. Dia tidur ya, itu...... ketiduran.
"Ah, Risuzu
kayaknya udah tidur ya."
"Iya......
Sebenarnya, aku juga...... udah nggak kuat lagi――――"
"Rinka-san?"
"............"
Semua suara hilang.
Rinka juga sudah tidur, sepertinya. Mungkin karena ketegangan yang terputus,
kelelahan dan kantuk yang mendalam menyerang dirinya. Semua anggota selain aku sudah
tertidur....
Menjadi sendirian, aku
pun mulai merasakan kantuk yang meningkat. Bola mataku terasa sakit, dan
kelopak mataku berat.
"Yhh nggak terlalu
buruk juga, semua orang ketiduran bareng."
Dengan sisa kekuatan
terakhir, aku berusaha bangun dari kursi dan menuju ke arah Risuzu.
Dengan mengangkat tubuh
kecilnya layaknya seorang putri, aku membawanya ke tempat tidurku.
Lebih berat dari gadis
kecil kelas satu SD... Aku tidak mungkin untuk terus membawanya.
Walaupun terlihat kecil,
dia adalah siswi SMA kelas satu.
Sambil merasakan
lenganku penuh, aku meletakkan Risuzu di samping Nonoa.
"Ah gak kuat lagi..."
Tidak masalah di mana
pun tempat tidurnya. Aku hanya berbaring di tempat itu, menyerahkan segalanya
pada rasa kantuk, dan menutup mataku.
"............"
Sebuah perasaan kepuasan
yang tak terdefinisi mulai memenuhi dadaku.
Meskipun kami tidak
berhasil menaklukkan dungeon, aku bisa mengatakan dengan bangga bahwa ini
adalah malam terbaik.
...Tentu saja, ini
adalah game online.
Aku menyadari senyuman
di wajahku, perlahan melepaskan kesadaran - itu adalah momen itu.
Tidak boleh adanya spoiler, hormati user lainya. Gunakan komentar dengan bijak sebagai tempat berdiskusi.