Netoge No Yome Ga Ninki Aidorudatta Chap 2 V3

Ndrii
0

 Bab 2

Dua Idola Populer, Malaikat, dan Seorang Gamer Online


Apakah hal seperti ini benar-benar bisa terjadi!?

 

Kami bertiga tidak bisa menyembunyikan kegelisahan kami sama sekali, saling memandang dengan mata terbelalak.

 

Yang pertama bergerak adalah Risu—lebih tepatnya, anggota StarMains, Komori Risuzu.

 

"...Niichan, ayo kesini sebentar."

 

"Ah, iya."

 

Ditarik kuat oleh lengan oleh Risuzu, kami meninggalkan ruang tamu.

 

Rinka yang ditinggalkan tidak mencoba untuk menghentikan kami, sebaliknya dia tampak tenggelam dalam pikirannya sendiri.

 

"...Niichan, apa-apaan ini? Coba jelasin!"

 

Setelah kami berdua sendirian di koridor, Risuzu langsung meminta penjelasan. Aku juga merasa gelisah, tapi aku memutuskan untuk mengatakan yang sebenarnya.

 

"Rinka-san itu pacarku."

 

"...Apa kamu megang kelemahannya atau apa gitu?"

 

"Gak sopan! Aku tahu kamu pengen ngomong itu, tapi kami... benar-benar saling mencintai."

 

"...Gak perlu ngasih suasana manis-manis... Serius, aku kagak ngerti sama sekali."

 

Risuzu tampak kesal dan menggumamkan kata-kata itu. Aku merasa sama.

 

"Terus kamu juga, Risuzu? Anggota StarMains, Komori Risuzu, siapa yang nyangka?!"

 

"...Sudah beberapa kali kubilang. Tapi... gara-gara niichan, aku jadi gak bisa ngomongnya."

 

"Kenapa? Aku kan gak ngapa-ngapain."

 

"...Ketidaksadaran adalah dosa."

 

"Aku... gak ngerti...! Terus juga, aku bingung kenapa kamu ngebiarin aku manggil kamu Risu!"

 

"...Risu... itu lucu."

 

"Lucu!? Gara-gara itu doang!?"

 

"...Makanya, aku pengen kamu nyebut itu berkali-kali."

 

Entah mengapa Risuzu tampak lebih kesal daripada aku.

 

Haha, tidak mungkin. Sampai hari ini, apakah aku tidak pernah mengetahui nama asli adikku sendiri? Aku merasa sedikit hancur.

 

"Cuman nanya, boleh gak aku manggil kamu Risuzu dari sekarang?"

 

"...Boleh. Kamu juga bisa nambahin 'Yang Mulia' kalau mau."

 

"Asal nyeplos bae kamu. Dan kamu bilang katanya seorang streamer? Itu berarti."

 

"...Ya. Streamer menjadi idol."

 

"Streamer dan idol populer itu beda banget...!"

 

"...Intinya sama. Memberikan harapan dan senyuman kepada masyarakat, membuat semua orang merasa bahagia...."

 

"Tapi kamu sering terlibat dalam kontroversi, kan? Yang kamu sebarin itu percikan api."

 

"...Aku gak salah. Yang salah itu orang barbar yang gak bisa ngertiin aku (dengan tegas)."

 

Risuzu berkata dengan wajah yang penuh keyakinan. Sungguh cara berpikir yang tidak cocok untuk seorang idol...!

 

"...Terus, tentang Rinka-san. Apa kalian benar-benar berpacaran?"

 

"Iya... Aku akan ngomong sekali lagi, aku dan Rinka-san berpacaran."

 

"...Aku ngerasa kayak kehilangan dua orang penting secara bersamaan... kayaknya aku bakal jatuh ke dalam kegelapan."

Risuzu yang wajahnya hampir menangis, menekan dadanya dengan tangan.

 

Aku tidak bisa benar-benar memahami perasaan Risuzu saat ini.

 

Tetapi aku bisa membayangkannya. Menjadi dekat dengan saudara laki-laki dan menghormati wanita yang sedang berkencan... Memang, itu akan membuat perasaan menjadi rumit.

 

"Gara-gara Rinka-san... Kamu gak senang?"

 

"Lagian kamu beneran manggil Rinka-san, dikiranya bikin aku senang apa?"

 

"Iyalah, Risuzu kan penggemar berat Rinka-san? Makanya aku manggil dia..."

 

Mereka yang berada dalam grup yang sama pasti bertemu berulang kali. Tidak ada kebutuhan khusus untuk membuat mereka bertemu lagi.

 

Namun, ini menjelaskan mengapa semua barang Rinka yang dimiliki Risuzu memiliki tanda tangan langsung dari dia. Tentu saja, mendapatkan tanda tangan dari dia pasti mudah.

 

"Aku pengen buat Risuzu seneng, tapi kayaknya aku gagal. Maaf."

 

"...Aku senang kok Rinka-san datang."

 

"Beneran?"

 

"...Iya."

 

"Terus, apa yang bikin kamu gak puas?"

 

"...Niichan... itu..."

 

Tanpa mengatakan lebih lanjut, Risuzu menutup mulutnya dengan erat. Apa ini...

 

Bagaimanapun juga, jelas kalau dia merasa tidak nyaman dengan sesuatu.

 

"...Sekarang, aku mau balik ke Rinka-san."

 

"Ah, ya."

 

Dengan kata-kata itu, kami berjalan bersama ke ruang tamu. Rinka sedang duduk di sofa menunggu kami.

 

"Oh, apa kalian udah selesai ngobrolnya?"

 

"Tapi... Rinka-san kok tenang banget."

 

"Ya, Kazuto, sebenarnya kakak laki-laki Risuzu. Itu aja ceritanya, kan?"

 

Kekuatan adaptasi pacarku terlalu tinggi. Apa ini adalah idola tipe cool?

 

"...Kamu nggak ngasih tahu tentang pacarmu."

 

Dengan ekspresi tidak puas, Risuzu melangkah mendekati Rinka dengan suasana serius. Rinka tampak canggung sejenak sebelum berdiri dari sofa dan menundukkan kepalanya.

 

"Maaf. Ini pasti dikiranya alasan, tapi aku nggak nemuin waktu yang cocok buat ngomongnya."

 

"...Aku sedih gara-gara kamu nggak ngasih tau aku."

 

"Aku minta maaf..."

 

Dengan kepala tertunduk, Rinka dengan lembut mengelus kepala Risuzu yang terlihat sedih. Gesturnya penuh kasih akung, seperti seorang ibu yang menyayangi anaknya. Tidak hanya itu, dia juga memeluknya dengan erat.

 

Tinggi mereka cocok, dan Risuzu menyembunyikan wajahnya di dada Rinka.

 

"...Kamu bisa ngasih tau tentang pacarmu kapan aja."

 

"Aku udah nyoba mencari waktu yang cocok. Tapi akhir-akhir ini, semua orang sibuk, kan?"

 

"...Kamu yang paling sibuk tapi."

 

"Benar. Aku bakal jelasin semuanya ke semua orang nanti waktu keadaannya sedikit lebih tenang."

 

"...Hmm."

 

"Tapi, aku seneng loh kamu jadi adikku. Semoga kita bisa bekerja sama dari sekarang."

 

"...Adik? Aku nggak terlalu ngerti, tapi aku juga senang."

 

Rinka terus memeluk Risuzu dengan penuh kasih sayang, mengelus kepalanya dengan lembut.

 

Hanya dengan melihat interaksi mereka, bisa dilihat kalau mereka memiliki hubungan yang baik. Risuzu juga merespon perasaan itu dengan menggerakkan wajahnya yang tertanam di dada Rinka dari kiri ke kanan.

 

Itu adalah tindakan seorang cabul yang menikmati lembah dada dengan wajahnya.

 

Dan, dia juga mengelus-elus paha Rinka dengan tangan kanannya.

 

Dengan kata-kata yang sederhana, itu benar-benar mengejutkan. Penuh dengan keinginan yang tidak tersembunyi...

 

"...Jadi, apa yang bikin kalian berdua jadi pacaran?"

 

"Lewat game online. Aku dan Kazuto bertemu di game online dan kami pelan-pelan bangun hubungan yang murni dan jernih."

 

"...Game online... Apa itu,Black Plain?"

 

"Iya. Kamu juga main, Risuzu?"

 

"...Iya. Aku diajak sama seorang pria mesum."

 

Merasa dihina dengan sebutan mesum seolah-olah itu adalah hal yang normal dan merasa terkejut.

 

Apalagi, Rinka hanya menjawab dengan hangat, "Oh, begitu ya, hehe." Aku berharap dia membantahnya.

"...Rinka-san. Mungkin lebih baik kalau kamu hati-hati waktu milih pasangan."

 

Hei, Risuzu. Apa maksudmu dengan itu? Aku hampir bertanya tapi menahannya.

 

Yah, jika dipikir-pikir secara objektif, seorang idola terkenal dan pecandu game online memang tidak cocok.

 

"Risuzu, Kazuto itu anak laki-laki yang hebat. Lagian, kami gak berpacaran. Aku dan Kazuto itu suami istri—ahh."

 

Dia mengobrol dengan lancar dan tanpa sadar mengucapkan sesuatu yang tidak seharusnya, membuatnya panik.

 

Risuzu, yang ternyata cukup sensitif, memalingkan wajahnya dari dada dan menatap mata Rinka dengan tajam.

 

"...Tidak berpacaran...? Suami istri? Apa itu suami istri?"

 

"Um, itu...!"

 

"...Kamu, nyembunyiin sesuatu pasti..."

 

Dihadapkan dengan tatapan yang penuh tekanan, Rinka terlihat bingung, suatu hal yang jarang terjadi. Dia melihat ke arahku, mencari bantuan. Mengapa aku bisa tergelincir seperti ini...!

 

Risuzu memiliki kekhususan tersendiri tentang hubungan keluarga. Sulit untuk memprediksi bagaimana dia akan bereaksi terhadap konsep kalau menikah dalam game online berarti mereka juga suami istri di dunia nyata.

 

"...Rinka-san?"

 

"Maaf, Kazuto. Menyimpan ini sendiri udah susah, tapi ngebohongin teman-teman juga menyakitkan."

 

"Eh—"

 

"Risuzu. Sebenarnya, aku sama Kazuto adalah suami istri."

 

"..........?"

 

Dengan keberanian penuh, Rinka mengungkapkan hal itu dengan kuat. Aku panik karena dia benar-benar mengatakannya. Risuzu terlihat sangat bingung dengan reaksi yang seolah-olah dia baru saja mendengar sesuatu yang tidak terduga.

 

Rinka menangkap mata Risuzu dengan sempurna dan, seolah menambahkan pukulan terakhir, dia berkata.

 

"Aku adalah istri Kazuto."

 

"...Eh, um, eh?... Eh?"

 

Risuzu terlihat sangat bingung. Itu adalah reaksi seolah-olah dia baru saja terkejut.

 

Setelah mungkin melakukan pemrosesan pemikiran yang intens di dalam kepalanya, Risuzu akhirnya bisa mengatur pikirannya untuk menerima kenyataan dan berkata—

 

"Haaahhhhhhh!?"

 

Itu adalah suara aneh yang belum pernah aku dengar sebelumnya.

Yah, itu adalah reaksi yang bisa dimengerti. Rinka dengan tegas menyatakan kalau dia tidak memiliki pacar.

 

Dan sekarang, tak hanya mengaku bahwa dia berpacaran denganku, tapi juga telah membuat pengumuman sebagai istriku...

 

"...Jadi, sebagai suami istri... kalian berdua, udah ngelakuin apa aja bareng-bareng...!?"

 

"Iya... Aku dan Kazuto udah ngelakuin hal-hal yang gak bisa kami ceritain ke orang lain."

 

Risuzu yang sangat gelisah dan Rinka dengan pipi yang memerah.

 

"......Ri, Ri-Ri, Rinka-san dan niichan......!"

 

"Um, kita gak ngelakuin apapun yang aneh, oke?"

 

Itu benar. Paling-paling, kami hanya berciuman sebagai pacar sebanyak dua kali, dan tidak pernah melakukan sesuatu yang mesum. Setidaknya, aku tidak.

 

"......Jadi, niichan...... payudara ini, apa kamu udah pernah megang langsung?"

 

"Kagak!! Lewat baju aja kagak!!"

 

"......Dan tentang punya anak......"

 

"Kagak juga!! Kami ngejalanin hubungan yang sehat!!"

 

"Ya. Tapi, aku udah memikirkan banyak nama anak loh. Sudah pasti, laki-laki atau perempuan. Total ada seratus."


Rinka berkata dengan bangga. Dia sangat terburu-buru, dan seratus itu......

TLN : Buset mau ternak anak.

 

"......Bagaimana dengan pernikahan......?"

 

"Di game online. Kami menikah di dalam game online. Karena usia, kami masih belum bisa nikah di dunia nyata."

 

"......Eh? Jadi, Rinka-san...... itu, pernikahan cuman di game online......?"

 

"Maksud aku, kalau kami menikah di game online, kami juga suami istri di dunia nyata."

 

"............... Aku harus pergi ke dokter THT kayaknya."

 

"Kamu baik-baik aja, Risuzu? Kamu bisa dengerin dengan jelas kan!"

 

Risuzu, yang meragukan pendengarannya sendiri, kembali ke kenyataan setelah mendengar suaraku.

 

Dia pasti tidak menyangka idola keren yang dia kagumi akan mengatakan hal seperti itu.

 

"......Rinka-san, tolong berhenti bercanda."

 

"Aku gak bercanda, aku serius."

 

"------!"

 

Rinka, yang berkata tanpa sedikit pun keraakun, membuat Risuzu kehilangan kata-kata untuk sementara waktu.

 

"Ada orang yang berpikir kalau menikah di game online = suami istri di dunia nyata, jadi aku mengerti itu. Risuzu, kamu masuknya ke kelompok itu, kan?"

 

"......Nggak, nggak...... Rinka-san, kamu aneh......! Aneh banget......!"

 

"Aku percaya Risuzu bisa ngertiin juga. Nana aja ngerti."

 

"......Nana-san juga tahu?"

 

"Ya. sekarang, cuman Nana dan Risuzu yang tahu hubungan aku sama Kazuto...... Kami berencana buat ngejelasin ke anggota lainnya nanti."

 

"......Aku bisa ngebayangin teriakan kepanikan......!"

 

Risuzu memegang kepalanya dan mengeluarkan suara kesal, "......Hmm, hmm."

 

Dia tampaknya memiliki indra yang cukup normal, menunjukkan reaksi yang masuk akal.

 

"......Menikah di game online...... Ah, wanita gila itu...... Rinka-san......?"

 

"Wanita gila? Apa kamu baru aja nyebut aku wanita gila---"

 

"......Keluarga di game online...... itu...... Niichan, apa pendapatmu?"

 

"Hey Risuzu, kamu baru aja nyebut aku wanita gila---"

 

"Aku juga terkejut awalnya. Serius, aku masih belum bisa mahamin semuanya sekarang."

 

"......Syukurlah. Jadi---"


"Tapi aku bisa mengerti perasaan Rinka-san itu nyata, dan kalaupun itu aneh, aku belum berpikir itu sesuatu yang harus ditolak."

 

"......Yang normal cuman aku sendiri ini......?"

 

"Tenang, semua orang normal."

 

Risuzu mencoba untuk membalas Rinka, tetapi berhenti tepat sebelum mengobrol.

 

Setelah terlihat ingin mengatakan sesuatu dengan mulut yang bergerak-gerak, dia menatap Rin dengan ekspresi serius.

 

"...Rinka-san. Aku menghormatimu."

 

"Aku juga. Aku suka gaya alamimu, Risuzu. Gak peduli apa yang orang lain katakan, sikapmu itu tetap jadi dirimu sendiri."

 

Dari cara Rinka mengobrol, sepertinya perilaku idol bernama Komori Risuzu memang asli. Dia tampaknya sempat kebingungan dengan arah karakternya saat debut, tapi mungkin dia memutuskan untuk menjadi dirinya sendiri. Menghabiskan waktu dengan Risuzu membuatnya merasa begitu.

 

"...Aku suka Rinka-san yang keliatan dingin tapi sangat baik hati. Kamu yang paling berusaha keras, selalu merhatiin dan ngedukung kami, pahamu lembut, caramu ngasih perhatian keras tapi aku bisa ngerasain cintanya... Aku suka dan menghormati Rinka-san."

 

"Risuzu, kamu sangat merasakan tentangku..."

 

Rinka terlihat terharu. Dia berpikir kalau komentar tentang pahanya tidak perlu.

"...Tapi, tentang masalah kali ini... hmm!"

 

Dengan erangan, Risuzu sekali lagi memegang kepalanya. Rinka meletakkan tangannya di bahu Risuzu dan dengan suara lembut berkata, "Ya, aku mengerti. Mendadak diperkenalkan suami pasti membuatmu bingung... maafkan aku." Dia mengobrol dengan lembut dan penuh empati. Tapi, itu bukan masalahnya.

 

Masalahnya adalah pernikahan di game online = pasangan suami istri di dunia nyata.

 

...

 

Apa yang akan Risuzu lakukan selanjutnya?

 

Sampai sekarang, orang-orang sudah menerima situasi ini, dan sekarang mereka sepenuhnya menerimanya.

 

Tetapi apakah Risuzu akan...

 

"...Hmm! Aku menyukai Rinka-san... tapi, pasangan di game online itu...!"

 

"Risuzu?"

 

"...Ah, ahhh!"

 

Risuzu, yang menggaruk-garuk kepalanya dengan keras, tiba-tiba berlari menuju tangga...!

 

Dan kemudian, suara langkah kakinya yang berat terdengar. Rinka dan aku saling pandang sejenak, lalu bergegas mengejarnya.


Sebelum kami bisa mengejarnya, Risuzu dengan keras menutup pintu dan mengurung diri di kamarnya. Ini adalah pelarian yang tidak terduga.

 

Kami mencoba mengetuk pintu, tapi tidak ada jawaban. Kemudian Rinka mengetuk dan mengobrol.

 

"Risuzu? Kamu kenapa?"

 

"...Sekarang, aku gak mau ngobrol."

 

Suara kecil terdengar dari balik pintu. Kemudian terdengar lagi.

 

"...Meski aku udah nyoba ngatur pikiran, tapi aku belum ngerti... Aku sedikit gak suka niichan punya pacar. Pacar itu, juga seseorang yang aku hormati, Rinka-san... Ini juga bikin kaget sama bikin perasaan jadi rumit..."

 

Suara Risuzu yang terputus-putus kami dengarkan dengan seksama.

 

"...Intinya itu... pasangan suami istri...! Apa itu pasangan suami istri...! Aku ngerti bisa akrab di game online... Tapi, pasangan suami istri itu aneh."

 

"Risuzu, itu――――"

 

"...Aku gak bisa ngebayangin kalau kita bisa membuat ikatan keluarga yang sama di game online."

 

Aku bisa memahami perasaannya. Aku juga belum bisa merasa itu adalah sesuatu yang wajar.

 

Namun, perasaan Rinka adalah nyata. Tidak ada keraakun tentang itu.

Namun, Risuzu memiliki komitmen tersendiri terhadap hubungan keluarga.

 

"...Mengakui niichan sebagai keluarga, itu karena kamu ngakuin diriku sekarang... Karena kamu nerima aku tanpa meduliin apakah kita keluarga atau bukan waktu aku sedang kesulitan..."

 

"..."

 

"...Dan di atas itu, kamu ngomong kalau kita bakal jadi keluarga."

 

Namun, dia melanjutkan kata-katanya.

 

"...Aku gak bisa percaya kalau kita bisa punya interaksi yang dalam cuman lewat game online."

 

Meskipun dengan suara yang hampir hilang, Risuzu mengungkapkan perasaan sejatinya.

 

Rinka, yang mendengarkan dengan tenang, akhirnya membalas.

 

"Risuzu, itu salah. Justru karena dalam game online, identitas sama penampilan kita gak diketahui, jadinya sifat asli seseorang bisa keliatan. Udah pasti ada pengecualian. Tapi, dari awal juga, dunia game online itu tempat di mana kita bisa berinteraksi dengan tulus sama orang lain."

 

"............"

 

"Risuzu?"

 

Tidak ada jawaban. Apakah dia sedang memikirkan apa yang harus dikatakan?

Tiba-tiba, pintu sedikit terbuka dengan suara 'gatcha'.

 

Dari celah itu, Risuzu mengintip keluar...

 

"...Game online, juga ujung-ujungnya cuman game doang."

 

"---!"

 

Wajah Rinka menjadi tegang dan serius. Bahkan aku bisa melihat bahwa dia tampaknya menginjak ranjau darat.

 

Dengan mata yang tajam dan dingin seperti menarik, Rinka perlahan berkata,

 

"Kamu gak boleh nolak dunia kami, dunia game online. Bahkan kalau itu Risuzu...!!"

 

"---pih"

 

Di hadapan kemarahan yang menakutkan seperti oni Rinka, Risuzu menjerit kecil dan mundur...

 

Dan dengan itu, pintu ditutup sepenuhnya.

 

Tidak ada respons meskipun aku mengetuk atau memanggil. Risuzu tidak keluar.

 

Aku menggigil dengan perasaan marah yang terasa dari sebelah.

 

"Uh, um, Rinka-san?"

 

"Game online, ujung-ujungnya cuman game? Ya, emang, itu cuman game. Tapi, aku gak bisa nerima omongan ngeremehin itu. Game online itu dunia di mana aku dan Kazuto---"

 

Rinka menggigit bibirnya seolah-olah menahan kemarahan yang meledak dari dalam dirinya.

 

Setiap orang memiliki sesuatu yang berharga dan sesuatu yang tidak bisa mereka serahkan.

 

Bagi Rinka, itu adalah game online dan konsep pernikahan dalam game online = pasangan dalam kehidupan nyata. Dan bagi Risuzu, itu adalah konsep menjadi keluarga memerlukan interaksi mendalam dalam kehidupan nyata.

 

Aku merasa berada di posisi yang ambigu karena bisa memahami kedua pandangan mereka.

 

Aku pikir pandangan Rinka terlalu ekstrem, tapi aku tahu kalau ikatan yang kuat bisa terbentuk melalui game online.

 

Di sisi lain, aku juga bisa memahami perasaan Risuzu yang memiliki ide ideal tentang keluarga.

 

"Hah... nyusahin doang."

 

"Kazuto. Apakah aku boleh nginep di sini mulai hari ini?"

 

"Boleh, tapi emang nanti semuanya bakal baik-baik aja?"

 

"Ya, aku bakal ngatur kegiatan idolku. Yang penting sekarang... masalah Risuzu. Kita harus bikin dia ngerti betapa berharganya dunia game online."


"Aku pikir memaksakan pandangan kita juga gak baik..."

 

"Daripada maksain, tujuannya yaa buat dia jadi ngerti. Aku gak bisa nerima kalau game online diremehin terus. Jadi, kita juga harus bikin mereka ngakuin kalau kita itu pasangan suami istri...!"

 

"............"

 

Rinka memiliki nyala tekad di matanya. Dia merasa perjalanan ini akan menjadi sangat panjang.

 

 

Dua hari telah berlalu sejak itu, namun Rinka dan Risuzu belum bisa berbaikan.

 

Mereka mulai berpikir mungkin lebih baik jika mereka menjaga jarak. Interaksi antara keduanya tampak seperti itu. Kami bertiga tinggal di rumah yang sama... namun ini sangat menyakitkan.

 

Pertama, Rinka mencoba mengobrol dengan Risuzu, namun Risuzu merasa canggung dan pergi. Kemudian Rinka secara paksa mengobrol, menjelaskan dengan panas bagaimana permainan online itu sesuatu yang mulia - dan dengan tegas Risuzu menjawab, "......Ujung-ujungnya, itu cuman game doang. Gak ada yang gimana-gimana,"  kata-kata itu memukul Rinka dengan keras... Itu terjadi berulang kali selama dua hari.

 

Berada di antara keduanya, lambungku selalu terasa sakit.

 

Ini tidak masuk akal. Aku tinggal bersama dua idol populer, bukan?

 

Situasi yang membuat banyak pria iri sampai meneteskan air mata darah, namun aku merasakan neraka seperti belum pernah terjadi sebelumnya.

 

"Hah... Satu-satunya hiburan kayaknya cuman makan malam bareng... Nggak, ini juga neraka."

 

Kami makan malam dalam diam... Tidak apa-apa untuk tidak mengobrol saat makan, namun keheningan ini terasa sangat berbeda.

 

Rasa seolah-olah HP terus terkikis karena racun.

 

Saat waktu makan malam tiba, aku meninggalkan kamarku dan turun ke bawah.

 

Saat aku sampai di ruang tamu, Risuzu dan Rinka sudah duduk di meja. Di meja, terhidang masakan buatan Rinka... Menu yang tampak seimbang dari segi nutrisi.

 

"......Niichan, cepetan."

 

Seperti biasa, Risuzu yang memakai selimut mendesakku duduk. Risuzu tidak memakai tudungnya lagi.

 

Berarti, dia tidak perlu lagi menyembunyikan wajahnya karena identitasnya sudah terungkap.

 

Kami bertiga menyatukan tangan kami, mengucapkan selamat makan, dan kemudian makan seperti sedang melakukan pekerjaan.

 

"............"

 

"............"


Lebih dari berkonsentrasi pada makan, suasana terasa seperti menolak untuk mengobrol.

 

HP-ku terasa akan habis karena racun. Sial, makanannya enak... Enak sekali...!

 

Masa diam yang terasa begitu menyakitkan membuat sendok terasa berat. Tiba-tiba, Rinka berkata kepada Risuzu.

 

"Risuzu. Ayo kita main game online bareng nanti."

 

"......Ngapa emangnya?"

 

"Sulit buat jelasinnya kalau cuman pakai kata-kata... Jadi aku pengen nunjukin pesona bermain game online dengan bermain bareng."

 

"......Aku gak bisa main sama Rinka-san..."

 

Jawaban Risuzu yang ragu-ragu, tanpa bertemu mata dengan Rinka, terdengar seperti ngomong sendiri. Mungkin dia merasa tidak nyaman. Karena dia sudah beberapa kali menolak cara pandang Rinka tentang game online.

 

"......Selain itu, yang sama niichan...... itu yang terakhir kali."

 

"Cuman nambang doang kamu juga gak bener-bener ngerasain kesenangannya, bukan?"

 

"......Ya. Suara 'clang clang' itu masih terngiang di telinga, rasanya candu."

 

"Aku juga mengerti perasaan itu. Bukan berarti aku gak nikmatin pertambangan, tetapi segala sesuatu itu punya batasannya."

"...Itu benar. Tapi, niichan aku...!"

 

"Benar-benar suami aku itu...!"

 

"Eh, kok jadi keluhan aku ini gak kedengeran ya? Hei?"

 

Kedua orang itu melirikku sebentar lalu menghela nafas kecewa. Entah bagaimana, aku menjadi terisolasi. Mengapa?

 

"...Dalam game online, memiliki keluarga itu gak mungkin."

 

"Itu gak bener. Itu aja yang gak bakal aku biarin kalau dibantah."

 

"...Aku sangat menyukai dan menghormati Rinka-san. Tapi aku nggak buta."

 

"Terus?"

 

"...Aku bakal ngomong kalau ada yang salah. Menjadi keluarga sejati cuman karena game online itu nggak mungkin."

 

"Risuzu tampaknya belum tahu, jadi aku bakal ngasih tau. Ada orang-orang yang benar-benar menikah setelah bertemu di game online. Bahkan ada rencana pernikahan yang terinspirasi dariBlack Plainyang sebenarnya."

 

"...Kamu salah paham. Yang aku katakan itu, menikah di game online = menjadi suami istri di dunia nyata itu salah."

 

"Nggak ada yang salah. Emang benar ada beberapa orang yang misahin dunia game online dan dunia nyata. Namun, kalau kita melihat esensinya, game online itu dunia di mana kita dapat ngehadapin orang lain dengan hati yang sebenarnya...


Dengan kata lain, menikah di game online = menjadi suami istri di dunia nyata itu bisa terjadi."

 

Rinka benar-benar hebat. Logikanya mungkin kacau, tetapi cara dia mengobrol sedikit meyakinkan. Namun, Risuzu berbeda.

 

"...Di dunia nyata juga, kita bisa ngehadapin orang lain dengan serius."

 

"Ya, itu benar. Aku juga gak menyangkal itu. Aku cumann ngomong dalam game online itu, lebih mudah buat ngehadapin seseorang dengan hati yang sebenarnya."

 

"...Nggak setuju... nggak setuju..."

 

Dengan cepat, Risuzu menelan makanannya dan selesai makan, lalu berjalan seperti melarikan diri ke arah tangga.

 

Rinka tampak ingin mengatakan sesuatu, tetapi pada akhirnya hanya menatap punggung Risuzu yang pergi.

 

"Aku gak bisa... Aku terlalu bersemangat. Aku gak bisa bersimpati sama perasaan Risuzu."

 

"Kamu sudah berusaha, Rinka-san."

 

"Cuman berusaha aja gak cukup. Masalahnya itu, bagaimana proses mencapai hasilnya... Huh."

 

Rinka menghela nafas dalam-dalam seperti untuk menenangkan diri.

 

Kelelahan tampak jelas dari atmosfer dan ekspresinya juga terlihat sangat lelah.

 

"Kamu baik-baik aja? Kamu keliatan capek..."

 

"Ya, aku juga punya aktivitas sebagai idol... Ada banyak hal yang harus dipikirin."

 

"Kalau gitu, aturan biar aku yang masak aja."

 

"Kamu cuman bisa membuat telur rebus, kan?"

 

"Ya."

 

"Aku yang masak aja. Lagian aku suka memasak... ini jadi hiburan yang baik buat aku."

 

"Begitu ya... terima kasih."

 

Saat aku mengucapkan terima kasih sambil menunduk, Rinka dengan lembut mengatakan "Tidak apa-apa."

 

Sebagai catatan, Risuzu hanya bisa membuat mie instan. Sebelum Rinka datang, aku benar-benar hanya makan mie instan.

 

Dan aku adalah telur rebus itu.

 

Kami adalah saudara yang paling tidak berguna, hanya bisa merebus air.

 

"Bisa gak aku ngedapetin pengakuan dari Risuzu, aku bingung?"

 

"Susah sih."

 

Sebaliknya, itu sudah seperti keajaiban bisa mendapatkan pengakuan dari banyak orang sebelumnya. Kali ini mungkin yang normal.


"Aku menyukai Risuzu, keinginan buat baikan udah pasti ada... Tapi, dengan menolak ikatan yang terbentuk lewat game online, itu sama aja kayak nolak aku. Aku pengen dia bisa nerima."

 

Rasanya seperti pria yang tidak bisa mendapatkan restu dari ayah kekasihnya untuk menikah.

 

Mengetahui perasaan sejati Rinka, keinginanku untuk membantunya semakin kuat. Bukan ingin memaksakan pendapat, tapi perasaan ingin diakui... Aku bisa mengerti itu.

 

"Maaf. Aku bakal mikirin sendiri."

 

Setelah selesai makan, Rinka membereskan piring dan pergi ke lantai dua.

 

Dia pasti kembali ke kamar yang aku siapkan untuknya.

 

"Mungkin aku harus mendengar dari Risuzu..."

 

Aku tidak tahu apa yang bisa aku lakukan, tapi setidaknya aku ingin membantu dengan mendengarkan perasaan yang mereka simpan.

 

 

Setelah mencuci piring untuk tiga orang, aku menuju ke kamar Risuzu dan mengetuk pintunya. Tak disangka, pintu segera terbuka dan dia menampakkan wajahnya. Entah kenapa, dia tampak cemberut dan menatapku dengan tajam.

 

"......Apa?"

 

"Aku cuman pengen ngobrol bentaran."

"......Tentang Rinka-san?"

 

"Yah, uh......"

 

"......Masuk."

 

Aku diundang masuk ke dalam kamar. Suasananya sama seperti terakhir kali aku melihat, masih bernuansa anak muda.

 

Perbedaannya hanya satu, tidak ada lagi sangkar serangga.

 

Saat aku duduk sembarangan di lantai, Risuzu duduk di tempat tidurnya dan berkata pelan.

 

"......Cabul."

 

"Apa-apaan tiba-tiba gitu?"

 

"......Seneng dipanggil suami sama pacar idol populer?"

 

"Aku gak seneng, malah bingung."

 

Bukan karena aku tidak suka dengan perilaku Rinka. Tapi secara pribadi, aku lebih suka memiliki hubungan cinta yang normal.


Sambil berpikir begitu, aku menatap poster Rinka di dinding. Dengan ekspresi serius dan tegas, dia tampak sangat imut.

 

"......Kalau aja aku datang ke rumah ini lebih awal......sama niichan......"

 

"Eh?"

 

Suara kecilnya terdengar sangat samar, aku tidak bisa mendengarnya dengan jelas.

Aku memindahkan pandanganku dari poster ke Risuzu, tapi dia menggeleng seolah meminta untuk tidak mengejar lebih lanjut.

 

"......Nggak, bukan apa-apa. Masalah ini, walaupun dipikirin juga gak bakal nemuin solusi. Jadi cuman bisa diterima aja."

 

Lebih dari menerima, sepertinya dia sudah menyerah. Risuzu tersenyum sinis dan mengalihkan pandangannya dariku, menatap boneka yang memiliki tujuh lengan dan tergeletak di lantai.

 

Sebagai kakak, bukan hanya sebagai seorang manusia, aku ingin bisa membantu.

 

"Kalau ada yang bisa aku bantu, ngomong aja."

 

"......Itulah yang dikatakan sama akar dari segala kejahatan......!"

 

"Eh...... apa maksudmu?"

 

Risuzu menatapku dengan tatapan tajam yang serius. Aku merasa diperlakukan tidak adil...

 

Tapi dia tidak mengatakan apa-apa lagi, jadi aku memutuskan untuk masuk ke topik utama.

 

"Aku mau nanya langsung, apa kamu mulai membenci Rinka-san?"

 

"......Nggak. Aku masih sangat menyukainya. Aku pengen baikan sama Rinka-san. Aku gak mau bertengkar."

 

"Jadi, begitu. Terus––––"

 

"......Tapi, aku gak bisa ngertiin pemikiran kalau menikah di game online = menjadi suami istri di dunia nyata. Aku menolak pemikiran penting Rinka-san. Dan... sampai sekarang pun aku gak bisa ngerti sama sekali."

 

"Susah buat diterima?"

 

"......Aku mikir, jadi keluarga gak semudah itu, gak bisa cuman dari game semacam itu... Ya paling jauh cuman jadi teman."

 

Meskipun tidak sepenuhnya, aku bisa mengerti beberapa hal yang dikatakan Risuzu.

 

Pemikiran tentang keluarga ini, bagi Risuzu, sama seperti bagi Rinka, adalah garis yang tidak bisa dilewati.

 

"......Selama aku gak bisa mengerti, aku benar-benar gak bisa baikan dengan Rinka-san. Bahkan kalau aku berpura-pura nerima, itu pasti langsung keliatan. Rinka-san benci pura-pura... Aku bakal dibenci."

 

"Aku pikir gak bakal sampai dibenci... tapi kayaknya bakal canggung."

 

Risuzu tampaknya menjadi sedih saat membayangkan dirinya dibenci, dan wajahnya menjadi murung dengan mata berkaca-kaca. Dia benar-benar menyukai Rinka.

 

Kedua orang itu memiliki keinginan untuk berbaikan. Namun, pemikiran inti mereka tidak cocok.

 

Namun, sepertinya masalahnya menjadi jelas.

 

Kalau Risuzu bisa menerima pemikiran menikah di game online = menjadi suami istri di dunia nyata... mungkin itu adalah satu-satunya poin.

 

Intinya, kalau dia bisa merasakan daya tarik dari game online sampai-sampai menjadi toleran...

 

"......Aku udah nyoba nerimanya pakai caraku sendiri."

 

"Oh, beneran? Gimana tuh?"

 

"......Aku nyoba berinteraksi sama banyak orang di game online. Aku mau ngeliat apa bisa terbentuk ikatan sama banyak orang lewat game online."

 

"Kamu hebat, Risuzu. Terus, gimana hasilnya?"

 

"......Aku dapet suspensi akun selama dua hari."

 

"Lah? Serius, kenapa...!"

 

"......Aku cuman mengobrol menyenangkan sama banyak orang... cuman itu doang."

 

Dia pasti mengatakan sesuatu yang memprovokasi orang lain, anak ini. Mungkin sebagai kakak, aku harus memberikan teguran yang tepat.

 

"......Niichan. Aku pengen siap-siap buat besok... jadi, keluar dari kamarku."

 

"Baiklah. Terima kasih udah ngobrol sama aku."

 

Setelah meninggalkan kamar Risuzu, aku kembali ke lantai bawah dan ke ruang tamu untuk merenungkan situasi.

 

Sekarang masalahnya telah jelas, yang tersisa hanyalah menemukan solusi.

 

"Apa yang harus dilakukan......"

 

Tidak perlu mengerti kalau menikah di game online = menjadi suami istri di dunia nyata.

 

Setidaknya bisa diterima dan menjadi lebih toleran...

 

Kalau dia bisa merasakan ada ikatan yang dapat dibentuk di game online, itu akan baik.

 

"Jalan tercepatnya kita bertiga harus bermain game online bareng dan ngerasain kesenangan dari itu."

 

Membangun ikatan dengan orang lain dari awal juga bukan ide buruk, tapi itu memakan waktu terlalu lama.

 

Dalam kasus Risuzu, dia mungkin akan cepat bosan.

 

Plus, karena mudah untuk bermain game online, mudah juga untuk memutuskan hubungan dengan teman. Hubungan bertahan selama beberapa tahun atau lebih itu sendiri cukup jarang.

 

Jadi, Rinka dan Risuzu sudah bermain game online bersama dan dengan bersenang-senang, mereka berbaikan, dan bahkan Risuzu mulai memahami cara berpikir Rinka melalui pesona game online. Ini terasa seperti solusi terbaik yang bisa aku pikirkan saat ini.

 

"Tapi, kalau kita bertiga pengen bermain game online bareng, Risuzu gak mau main sama Rinka-san... dan akunnya bahkan disuspend...!"

 

Mungkin saja menunggu waktu untuk menyelesaikannya?... Tidak, itu tidak baik. Aku memiliki firasat buruk.

 

Aku ingat ekspresi lelah Rinka yang aku lihat sebelumnya. Aku tidak boleh menambah beban Rinka saat ini. Sebaliknya, aku harus menguranginya.

 

Apalagi dia tampak sibuk dengan aktivitas idolnya.

 

"Apa yang bisa aku lakukan... apa yang harus aku lakukan...!"

 

Aku mencoba keras untuk berpikir, tapi tidak bisa menemukan cara untuk melaksanakan solusi.

 

Suara bel pintu mengganggu pikiran aku. Ada tamu.

 

Aku bergegas menuju pintu depan dan membukanya. Di sana, terlihat wajah khawatir dari Kasumi.

 

Mengapa dia terlihat khawatir? Alasannya langsung aku ketahui. Di samping Kasumi adalah――――.

 

"Sniff, hiks... uhh, sniff... Kazuto-oniichan...!"

 

Nonoa, yang menangis sambil mengeluarkan air mata dan ingus, ada di sana.

 

 

Sepertinya dia menangis untuk waktu yang lama, matanya merah dan pipinya berkilau karena air mata.

 

Nonoa yang masih terus menangis, terus mengusap air mata yang mengalir dari matanya dengan kedua tangannya yang kecil.

 

"Um, Kasumi-neesan. Dia kenapa...?"

 

"Ahaha... Nonoa, dia kesepian tanpa Kazuto-kun..."

 

"Karena kesepian dia jadi nangis?"

 

Kasumi mengangguk sambil mengelus kepala Nonoa. Situasi yang menyedihkan.

 

"Kayaknya dia juga khawatir gara-gara dia ngomong kalau membencimu. Dan hari ini, dia gak bisa nahan semuanya, jadi akhirnya nangis dah."

 

"Ohh gituu..."

 

Melihat Nonoa yang masih menangis, hatiku merasa sangat tertekan.

 

"Maaf udah dateng tiba-tiba, Kazuto-kun. Aku sebenarnya udah mengirim pesan ke kalian berdua sebelumnya buat bawa Nonoa..."

 

"Kamu berdua" mungkin berarti aku dan Rinka. Aku mengambil smartphone aku untuk memeriksanya, dan seperti yang dikatakan Kasumi, ada pesan darinya. Aku tidak memperhatikan smartphoneku karena sibuk memikirkan tentang Risuzu dan Rinka.

 

Mungkin Rinka juga karena alasan yang sama belum memeriksanya.

 

"Uhh... hic, sniff... Kazuto-oniichan...!"

 

Seolah tidak bisa menahan lagi, Nonoa memeluk kaki kananku dengan erat.

 

Seperti koala. Aku tanpa sadar mulai mengelus kepalanya.

 

Mungkin karena dia menangis, suhu badannya terasa hangat di telapak tanganku. ...Meskipun ini benar-benar bukan hal yang baik, aku merasa kasihan pada Nonoa yang menangis karena merasa kesepian tanpa aku.

 

"Maaf ya, tapi bisa tolong jaga Nonoa buat sementara waktu?"

 

"Jadi, dia harus nginep di rumah ini?"

 

"Ya. Rinka juga ada... dan Risu-chan juga, kan? Buat Nonoa, ini pasti lingkungan yang baik."

 

Dari cara bicaranya, mungkin Risuzu dan Nonoa memiliki hubungan yang baik.

 

"Yah, siapa sangka adiknya Kazuto-Boy itu Risu-chan. Dunia ini sempit banget."

 

"Iya bener..."

 

Kami berdua menggumamkan hal itu dengan perasaan yang dalam. Tapi, istri di game online adalah idol populer, jadi tidak aneh jika adik iparnya juga idol populer, kan?

 

"Hey Kazuto, siapa yang datang-- Oh, bukan adikmu. Dan Nonoa juga."

 

Rinka mengobrol dari belakang. Sepertinya ia tertarik dengan suara kami dan datang.

 

"Mulai hari ini, Nonoa-chan ikut nginep juga."

 

"O begitu... Kamu rindu Kazuto sampai nangis dan datang kesini ya... Aku bisa ngerasain itu."

 

Melihat Nonoa yang menangis dan memeluk kaki kananku, Rinka mengangguk dengan paham... dimana dia bisa merasakan itu?

 

"Ah, kayaknya aku juga harus nginep juga. Apa aku harus gabung sama harem Kazuto-Boy?"

 

"Serius jangan, aku bisa ngerasain niat membunuh dari belakang."

 

Rinka, yang tampaknya bereaksi terhadap kata "harem," menatap belakang kepalaku dengan tatapan menakutkan. Aku bisa merasakannya tanpa harus melihat... akungnya!

 

"Cuman bercanda kok, Rinka. Jadi jangan lihat aku pakai mata ingin membunuh... Lihat, ini set menginapnya Nonoa."


"Meskipun kamu kakaknya, aku tidak akan membiarkan kalau kamu mendekati suamiku... meskipun itu hanya bercanda."

 

Menerima tas sambil mengobrol dengan nada tenang, Kasumi mengalirkan keringat dingin sambil tertawa canggung "ah haha." Sungguh menakutkan. Aku baru saja menyaksikan keserakahan seorang wanita.

 

Dan dengan itu, Kasumi seolah-olah melarikan diri dengan naik ke mobil dan pergi.

 

Yang tersisa di tempat ini adalah aku, Rinka, dan Nonoa yang masih menangis sambil memeluk kaki kananku. Sekarang, apa yang harus dilakukan...?

 

"Nonoa-chan? Kita pulang ke rumah, maaf ya."

 

Sambil mengelus kepalanya dengan lembut, Nonoa tidak mengangkat kepalanya, tapi dengan suara yang sangat kecil dia berkata, "....iya."

 

“Oh...”

 

"Rinka-san?"

 

"Ternyata rival terbesarnya malah adikku. Ini sulit...!"

 

Apa yang sedang dia pikirkan? Rinka dengan wajah yang serius menatap Nonoa.

 

Ah, mungkin dia hanya merasa gemas saja?

 

"Kazuto-oniichan... peluk."

 

"Oke."

 

Karena terus menangis, suaranya sudah serak. Tidak mungkin aku bisa menolak permintaan dengan suara seperti itu.

 

Nonoa mengangkat kedua tangannya kecil dan aku memeluknya. Segera, kedua lengannya yang tipis melilit leherku.

 

"...Suara... suara Nonoa-chan... aku denger suara Nonoa-chan...!"

 

Dengan langkah kaki yang tergesa-gesa, Risuzu yang tampaknya semangat muncul ke tempat ini. Dia berlari dengan kecepatan tinggi... Seperti serangga.

 

Maksudku, dia mendengar suara Nonoa dari kamar di lantai dua?

 

"...Ah, Rinka-san juga..."

 

"Risuzu..."

 

Ketika mata mereka bertemu, kedua orang tersebut tampak canggung dan segera mengalihkan pandangan mereka. Lebih tepatnya, memang situasinya canggung.

 

Suasana yang berat seakan akan mengalir, namun ketika pandangan Risuzu berpindah kepada Nonoa, suasana menjadi lebih cerah.

 

"……Ah, Nonoa-chan…… Nonoa-chan beneran ada di sini…… hehehe."

 

"Berhenti natap kayak penjahat. Nonoa-chan nanti ketakutan."

 

Risuzu menunjukkan tawa serakah yang membuat orang meningkatkan kewaspadaan mereka. Nonoa dalam bahaya!

 

"……Nonoa-chan…… Kamu, datang buat ketemu sama aku……?"

 

"Eh? nggak."

 

"…………Tsundere?"

 

"Risuzu, mendingan kamu nyerah dah. Nonoa-chan dateng buat ketemu sama aku."

 

"……Aku juga, pengen gendong Nonoa-chan. Aku, pengen temenan  sama Nonoa-chan."

 

Dia menekankan hal itu dengan cara mengobrol yang terputus-putus seperti robot.

 

"Sekarang, aku lebih suka Kazuto-oniichan."

 

Nonoa-chan membenamkan wajahnya ke dalam dadaku.

 

Risuzu menggigilkan seluruh tubuhnya dan air mata mulai mengalir dari kedua matanya.

 

"……Biasanya…… kamu bakal biarin aku ngegendong kamu……. Bahkan ngebiarin aku ngusap pipimu……!"

 

"Hey, Rinka-san. Apa Risuzu benar-benar sangat menyukai Nonoa-chan? Kayaknya itu sedikit berbahaya."

 

"Ya, dia sangat menyukainya. Berbahaya atau nggak, dia sudah lama baik ke Nonoa."

 

"Jadi begitu. Tapi dari perkataan Risuzu, kayak ada semacam aura kejahatan gitu……?"

 

"Eh? Itu normal, bukan?"

 

"Standar cinta dia udah gila……!"

 

Rinka tampak bingung, namun dalam hal cinta, persepsinya jelas tidak normal.

 

"…… Nonoa-chan …… Aku akan gendong kamu……"


"Nggak mau. Aku lebih suka Kazuto-oniichan."

 

"……Chhh…… Menyebalkan…… niichan menyebalkan……!"

 

Risuzu menggerutu seolah merapal kutukan, menatapku dengan tatapan yang menakutkan. Menakutkan!!

 

Saat aku merasa takut, Rinka yang tampak tidak puas berkata.

 

"Kazuto. Aku senang kalau kamu memanjakan adikku. ……Tapi, masa ninggalin istri kamu sendirian? Lihat, di sini ada seorang istri yang kesepian."

 

Dia berkata sambil menepuk-nepuk lengan aku. Itu begitu menggemaskan sehingga membuat jantungku berdebar.

 

Namun, aku sedang menggendong Nonoa-chan yang sedang menangis.

 

"Maaf Nonoa-chan. Boleh aku turunkan?"

 

"……*hiks…… Kazuto-oniichan, apa kamu…… membenciku?"

 

"Nggak! Sama sekali nggak kok! Aku sangat menyayangimu, Nonoa-chan!"

 

Dia tampaknya terpuaskan, wajahnya yang hampir menangis besar menjadi tenang. Namun, ada dua wanita (idola populer) yang kehilangan ketenangannya.

 

"Kata-kata cinta…… iya kan? Kazuto emang seorang lolicon…… lebih memilih gadis kecil daripada istrinya……!"

 

"……Kalau aku bisa menghilangkan niichan, aku bisa memiliki perhatian Nonoa-chan hanya untukku sendiri…… hehehe"

 

Rinka gemetar penuh dengan rasa cemburu, dan Risuzu tertawa seperti penjahat kecil.

 

Situasi tampaknya menjadi semakin rumit. Sial, semakin lama semakin kompleks!

TLN : Liyeur wkwk.

 

 

Saat waktunya tidur, aku kembali ke kamarku sendiri, tapi tentu saja, seorang gadis kecil mengikuti langkahku dengan langkah kecilnya. Seolah-olah tertarik, dua idola populer pun datang.

 

Empat orang berkumpul di kamarku. Sekilas terlihat seperti harem, tapi sebenarnya itu adalah neraka.

 

Satu-satunya kenyamanan adalah malaikat kecil yang penuh emosi dan sangat menggemaskan itu saja...

 

"Kazuto-oniichan, aku mau tidur bareng."

 

"Ya ya, ayo kita tidur bareng."

 

"Suaramu udah kayak kakek-kakek yang manjain cucunya..."

 

Sambil tersenyum lembut, aku mengelus kepala Nonoa, dan melihat itu, Rinka sedikit mundur. Mengapa...?

 

"...Aku juga, pengen tidur sama Nonoa-chan...!"

 

"Kamu benar-benar menyukai Nonoa-chan, ya?"

 

"...Iya lah. Gak ada alasan kalau menyukai seseorang. Aku cuman menyukai Nonoa-chan... Lebih dari itu, aku menyukai keberadaan yang lebih kecil dari diriku. Karena aku selalu bisa ngambil kendali."

 

".........."

 

Aku merasakan sedikit suasana berbahaya dari Risuzu yang mengobrol dengan tenang itu.

 

Aku pikir dia tidak akan pernah menyakiti Nonoa...

 

"Kazuto-oniichan, pakaiin baju piyama dong."

 

"Itu... itu..."

 

"Apa itu gak boleh?"

 

Dengan mata besar yang berkaca-kaca, malaikat itu menatap ke atas. Seolah-olah melepaskan kesepian yang telah terakumulasi, itu adalah keegoisan anak-anak yang sangat menggemaskan. Ini curang.

 

"...Aku yang bakal gantiin."

 

"Gak, lebih baik aku yang menggantinya...!"

 

"...Aku pengen kamu percaya ke aku aja. Aku bahkan pernah mengganti popok Nonoa-chan."

 

"Itu bohong! Itu pasti bohong!"

 

"Aku sebagai kakaknya, aku pernah menggantinya. Artinya, aku punya pengalaman... jadi kamu bisa tenang sama Kazuto."

 

"Apa itu!? Dan juga ngapain kamu ngeliatin bagian bawahku!?"

 

"Kazuto-oniichan, cepat..."

 

"...No-Nonoa-chan... aku akan... Gyaaaahhhh"

 

---INI TERLALU CHAOSS!!

 

Rinka yang melihat bagian bawahku dengan imajinasi (bukan dalam arti seksual), Nonoa yang meminta untuk berganti pakaian padaku, dan Risuzu yang mendekati Nonoa dengan senyum yang terlihat seperti penjahat...! Apakah ini aturan umum kalau idola populer itu aneh!?

 

Sudah tidak bisa lagi, ini---

 

"Nonoa-chan! Biar Rinka-san aja yang gantiin pakaianmu! Tidurnya juga sama Rinka-san aja!"

 

"Aku pengen Kazuto-oniichan yang gantiin aku..."

 

"Bahkan suamiku belum pernah gantiin aku..."

 

"Tolong, Nonoa-chan! pikirin ini sebagai penyelamatanku!"

 

Di saat itu, Rinka memberikan tatapan cemburu.

 

Mungkin karena pemikiranku yang sangat serius, Nonoa dengan enggan berkata, "...Baiklah."

 

Dengan begitu, Rinka dan Nonoa pergi bersama, dan Risuzu juga pergi setelah beberapa waktu.

 

"Ah... Semuanya terlalu sulit."

 

Hanya karena Rinka dan Risuzu merasa canggung satu sama lain, perutku terasa sakit, dan lebih buruk lagi, ketika Nono menerobos masuk, keadaan menjadi lebih kacau.

 

Bagaimanapun, aku berhasil mengakhiri hari ini dengan selamat.

 

Setelah mematikan lampu kamar, aku merayap ke tempat tidur dan menutup mataku.

 

...Mulai besok, apa yang harus aku lakukan?

 

Apakah Nonoa bisa membawa suasana yang lebih baik, membuat hubungan antara Rinka dan Risuzu menjadi lebih baik...

 

Bukan berarti kedua orang itu saling benci.

 

Mereka hanya tidak setuju satu sama lain dan merasa canggung tentang hal itu. Sambil memikirkan hal ini, tidak tahu berapa lama waktu telah berlalu.

 

Saat aku mulai mengantuk—suara pintu terbuka terdengar. Dengan malas, aku bangkit dan bertanya sambil mengusap mataku.

 

"Siapa?"

 

"Kazuto-oniichan..."

 

"Nonoa-chan? Ada apa?"

Aku mengoperasikan remote kontrol lampu, menyalakan cahaya yang lebih redup.

 

Nonoa, mengenakan piyama polkadot yang menggemaskan, dengan bantal pink di tangannya, berjalan mendekatiku. Ekspresinya tampak malu-malu tapi juga seolah-olah merasa bersalah, matanya mengalihkan pandangan dari wajahku ke lantai.

 

"Um, aku pengen tidur sama Kazuto-oniichan..."

 

"Ah iya... Ayo, sini."

 

"Ya—"

 

Memikirkan kalau kejam untuk menolaknya sekarang, aku menerima dengan tulus. Aku juga sedikit teringat tentang Risuzu. Menolak tindakan seseorang yang merasa kesepian dan ingin dimanja bukanlah hal yang baik.

 

Setelah memastikan Nonoa merayap ke sisi tempat tidurku, aku mematikan lampu kamar lagi sehingga menjadi gelap gulita.

 

"Kazuto-oniichan... maafkan aku udah manja..."

 

"Gapapa, jangan khawatir tentang itu.”

 

"Mm..."

 

Dari mulut Nonoa terdengar suara lemah. Dia tampaknya cukup memperhatikan tindak-tanduknya.

 

"Um, Kazuto-oniichan?"

 

"Apa? Kamu bisa bilang apa saja."

 

Dari suasana hatinya, aku bisa menebak dia ingin meminta sesuatu.

 

"Mau gak ngelus-ngelus kepalaku?"

 

"Tentu saja boleh."

 

Permintaan yang menggemaskan. Dalam kegelapan, aku bangun dan mulai mengelus kepala Nonoa dengan lembut. Dia sepertinya fokus pada sentuhan tanganku, tidak mengatakan apapun lagi.

 

Seiring berlalunya waktu, kantuk datang lagi.

 

Dengan dengkur yang terdengar nyaman dari sisi tempat tidurku, sepertinya Nonoa sudah tertidur.

 

Aku juga menutup mata untuk pergi ke dunia mimpi—tapi lagi-lagi, aku mendengar suara pintu terbuka.

 

Ada orang lain datang... Aku meraih remote kontrol lampu yang aku letakkan di samping bantal.

 

Dan ketika aku menyalakan lampu, Rinka berdiri di sana—!

 

Dengan wajah serius. Dengan langit-langit sebagai latar belakang, wajah serius Rinka dengan rambut panjangnya terlihat. Apakah ini film horor?

 

"Um... Rinka-san?"

 

"Aku juga... pengen tidur sama Kazuto... sama pengen ngabisin malam sambil ngerasain suhu tubuh suami..."


"Uhhh."

 

"Aku gak berguna... tapi Nonoa baik-baik saja ya?"

 

Wajah serius ditambah cara bicaranya yang datar membuatku merasa sangat disalahkan.

 

"Nggak, itu... masalahnya berbeda..."

 

"Masalah apa?"

 

"Rinka-san... sangat menarik sampai... jadi masalah."

 

"Menarik---! Masalah apa itu?"

 

"Yah, insting... laki-laki, mungkin?"

 

"---!"

 

Sambil menambahkan kata-kata dalam hati kalau ini sudah hampir terjadi sekali sebelumnya.

 

Rinka, yang mengerti kata-kataku, segera memerah pipinya. Dia terlihat gelisah, memindahkan pandangannya ke kiri dan kanan berkali-kali, dan ketika dia tampak seperti ingin berkata sesuatu, dia berkata dengan suara gemetar.

 

"Kalau kamu beneran pengen... aku gak keberatan sih. Meskipun aku pikir itu masih terlalu dini... kita juga suami istri, setelah semuanya..."

 

"Itu... maksudku..."

 

"Gak keberatan," artinya... itu, maksudnya seperti itu.


Saat aku menyadari artinya, wajahku memanas. Sepertinya aku bisa membuat telur mata sapi di pipiku?

 

"Kazuto... boleh kan aku tidur sama kamu?"

 

"Si... silakan..."

 

Sudah tidak ada ruang untuk menolak. Suasana yang penuh ketegangan namun manis...

 

Jika Nonoa tidak ada di sini---pikiran itu sejenak berlari di kepala.

 

Tidak, tidak! Masih ada urutan atau tahapan dalam berkencan...!

 

"Kazuto? Kenapa wajahmu merah?"

 

"Ga... Gapapa..."

 

"Beneran... Kalau gitu, aku matiin lampunya ya?"

 

"Ya, silakan..."

 

Rinka dengan hati-hati naik ke tempat tidur agar tidak membangunkan Nonoa. Aku mematikan lampu dengan remote. Sekarang, kita bertiga tidur di tempat tidur untuk satu orang. Tentu saja, itu sempit. Meskipun aku mencoba menempel ke dinding sebisa mungkin, Rinka mungkin akan jatuh jika dia berguling.

 

Nonoai, yang terjepit di antara kami, tidur nyenyak tanpa mengetahui apa-apa. Dia lucu.

 

"Nee, Kazuto?"

 

"Apa?"

 

"Situasi ini terasa sangat seperti suami istri, kan?"

 

"Ah, hah---?"

 

"Kita berdua sebagai suami istri, dan anak kita, tidur bareng... kayak gini, kan?"

 

Rinka merenungkan situasi saat ini, berkata dengan bahagia.

 

Dia pernah mengatakan kalau dia sudah memikirkan seratus nama untuk anak-anak, jadi sepertinya dia memang merindukan memiliki keluarga dengan anak-anak. Meskipun dia seorang idola bertipe cool, dia bermimpi tentang memiliki keluarga biasa.

 

"Menenangkan, aku ngerasa hatiku semakin damai. Aku bisa ngerasain semua kelelahanku hilang..."

 

Sesuai dengan kata-katanya, aku bisa merasakan Rinka mulai rileks dengan napasnya yang dalam.

 

...Jika aku ingin menjadi dukungan untuk Rinka, mungkin lebih baik kalau aku tidur bersamanya.

 

Karena masalahku dengan rasionalitas, aku sudah menjauh darinya. Aku ingin memiliki kekuatan mental yang kuat untuk dapat menghadapi situasi apa pun...!

 

Saat aku berpikir tentang hal itu---suara pintu terbuka terdengar lagi.

TLN : Semuanya aja dateng nying.

 

....... Tidak perlu menyalakan lampu lagi.

 

"Hey, Risuzu."

 

"...... Bukan aku."

 

"Kamu udah ngaku waktu kamu bilang 'aku'. Lagian, Rinka-san dan Nonoa-chan juga di sini."

 

"......Cuman aku......yang gak ada......? *Sob......dingin."

 

"Risuzu? Datang ke sini."

 

"......Rinka-san?"

 

Dalam ruangan yang gelap gulita di mana tidak ada yang bisa dilihat. Suara menutup pintu terdengar, dan kehadiran seseorang mendekat.

 

"......Kesepian ini, sepi kayak waktu aku ngeliat barang-barangku dibuang. Lebih tepatnya, sedih sampai mau nangis."

 

Benar-benar sedih ya! Ya gimanapun juga, itu tidak tertahankan.

 

"......Aku gak tahan sendirian, dingin...... Aku juga pengen ke tempat tidur......"

 

"Tapi sudah penuh......"

 

Risuzu benar-benar merasa kesepian. Jadi, aku harus keluar dari tempat tidur---.

 

"......Gapapa, masih ada tempat di bawah."

 

"Di bawah? Di bawah tempat tidur?"

 

"......Ya. Tempat di bawah tempat tidur ini luas."

 

Tepat waktu aku mau mengatakan sesuatu, suara gesekan benda terdengar dari bawah tempat tidur---dia benar-benar masuk ke sana! Kamu percaya? Risuzu adalah salah satu anggota dari grup idola populer, loh?

 

"Risuzu, aku bakal keluar dari tempat tidur, jadi keluar dari sana."

 

"......Gak masalah. Aku suka tempat yang gelap dan sempit......"

 

"Kamu gak tahan sendirian, kan?"

 

"......Aku cuman gak suka terisolasi di tengah kerumunan...... kalau aku bisa merasakan kehadiran orang lain...... aku lebih suka tempat yang gelap dan sempit."

 

Sebuah kegemaran yang aneh...... Tapi aku bisa sedikit merasakan itu.

 

"......Dan dari sini, aku bisa merasakan kehadiran Nonoa-chan di atas kepala...... aku bahagia......"

 

Dia benar-benar seorang yang aneh. Aku tidak bisa merasakan empati lagi untuk semua hal itu.

 

"Risuzu. Kamu serius mau tidur di sana?"

 

"......Ya."

 

"Jadi...... kalau gitu, aku juga mau tidur di bawah tempat tidur."

 

"......Eh?"

 

Rinka tampaknya serius, dan dia turun dari tempat tidur. Dan suara merangkak masuk terdengar...!

 

Saat itu, seorang idola cool yang dikenal sebagai kecantikan nasional telah merangkak ke bawah tempat tidur.

 

"......Ri-Rinka-san......! Tempat seperti ini bukan buat orang kayak Rinka-san buat tidur......!"

 

Risuzu tidak bisa menyembunyikan kejutannya waktu orang yang dia hormati datang, dan dia dengan panik mencoba untuk mengusirnya.

 

Namun, Rinka dengan sikap tegas menjawab.

 

"Tempat tidur itu gak penting. Yang penting adalah, dengan siapa kamu tidur."

 

"......I-itu benar, Rinka-san......! Cara berpikir yang menghargai esensi, luar biasa."

 

..........

 

Benarkah? Aku pikir tempat tidur juga sangat penting.

 

"Belakangan ini, kita agak canggung, kan? Maaf, itu gara-gara aku yang terlalu maksain cara berpikirku."

 

"......Itu bukan seperti itu...... Cara berpikir orang berbeda-beda. Walaupun gitu, aku masih menolaknya. ......Namun, tetap aja......itu......"

 

"Jangan pikirkan apa pun, mari kita hargai momen ini."


"......Rinka-san?"

 

"Mungkin besok bakal canggung lagi. Tapi sekarang... cuman untuk saat ini, mari kita kembali jadi teman baik seperti dulu. ......gak bisa, kah?"

 

Dalam arti tertentu, itu adalah gencatan senjata. Tentu saja, jawaban dari Risuzu adalah......

 

"......B-bukan itu......"

 

"Baguslah."

 

Dari kata-kata Rinka, terasa kalau dia sudah merasa lega.

 

Dan kemudian, tanpa tahu apa yang terjadi, "......ah!" teriakan Risuzu terdengar dari bawah tempat tidur.

 

"......Ri-Rinka-san...... kalau kamu memelukku seperti itu......!"

 

"Harus seperti ini atau aku nanti dalam bahaya. Jadi biarin aku ngelakuin kayak gini."

 

"......eh, tolong...... kumohon......!"

 

Rupanya Rinka sedang memeluk Risuzu. Itu masuk akal. Risuzu memiliki kebiasaan tidur yang buruk. Jadi, sebelum tidur,  Rinka memeluk dan membatasinya...... itu adalah cara yang masuk akal.

 

Mereka sudah bekerja bersama di grup yang sama selama bertahun-tahun, pasti ada kesempatan untuk menginap bersama. Mereka sudah menghabiskan waktu bersama untuk mengenal kebiasaan tidur satu sama lain.


......Namun, Rinka sangat baik kepada Risuzu.

 

Dia marah jika ide pernikahan dalam game online = suami istri dalam kehidupan nyata ditolak atau game online diremehkan, tapi selain itu, dia seperti kakak perempuan yang sangat peduli...... Tidak heran Risuzu sangat dekat dengannya.

 

Aku mulai merasa kalau Rinka memiliki banyak sisi yang berbeda. Pesonanya semakin meningkat di mataku.

 

"Tapi situasi ini......"

 

Aku hampir menghela napas. Dua idola populer tidur di bawah tempat tidurku......

 

Beneran, ini tidak masuk akal.

 

"Hey...... Risuzu...... ah, jangan sentuh itu――uhnn"

 

............serius, apa yang mereka lakukan.

TLN : Let me know :D

 

 

Kami berempat menyambut pagi berikutnya. Sinar matahari yang masuk melalui celah-celah tirai menerangi debu yang berterbangan di dalam kamar, membuatnya berkilauan. Aku mengangkat tubuh dan meregangkan kedua tangan ke arah langit-langit untuk mengusir kantuk.

 

Nonoa yang berada di sampingku tampaknya sedang bermimpi indah, menggerak-gerakkan mulutnya sambil mengobrol dalam tidur. ......Dia sangat lucu.


Dum!! Tiba-tiba, suara benturan keras terdengar dari bawah tempat tidur. Sepertinya ada yang terpental.

 

――Ah, itu benar.

 

"Uh, uh...... itu sakit......"

 

"Rinka-san?"

 

"Aku nabrakin kepalaku dengan keras...... uh......"

 

Suara Rinka yang menderita karena rasa sakit ini, aku rasa ini pertama kalinya aku mendengarnya. Aku tentu saja khawatir, tapi ada juga perasaan baru. Terlihat seperti canggung yang menggemaskan.

 

Dengan suara gesekan pakaian, seorang gadis cantik dengan rambut panjang merangkak keluar dari bawah tempat tidur.

 

Ini benar-benar perasaan yang aneh. Pacarku, yang juga seorang idola populer, muncul dari bawah tempat tidurku...... Aku yakin aku adalah satu-satunya orang yang pernah melihat pemandangan seperti ini.

 

Tampaknya Risuzu juga bangun, dan merangkak keluar dengan perlahan.

 

"......Tidur nyenyak...... bangun dalam keadaan terbaik."

 

"Memang hebat ya, Risuzu... Aku malahan ngerasa sakit."

 

"...Aku, hebat? Byuhyuhyuhyu."

 

...Apa itu cara tertawa?

 

 

Setelah bersiap, Rinka dan Risuzu bergegas pergi bersama. Mereka melakukan kegiatan idol. Meskipun merasa canggung, tampaknya mereka bisa bekerja dengan baik ketika sudah berhubungan dengan pekerjaan. Mungkin itu kesadaran sebagai profesional. Atau mungkin karena mereka sudah menghabiskan malam bersama di bawah satu selimut, mereka jadi menerima satu sama lain...?

 

Setelah mengantar mereka pergi, aku membangunkan Nonoa-chan untuk sarapan. Kemudian, aku memintanya untuk berganti ke pakaian rumah dan melanjutkan pekerjaan rumah musim panas yang belum selesai bersama-sama...

 

Begitulah kami menyambut siang hari dan makan siang selesai.

 

"Kazuto-oniichan, ayo main!"

 

Karena waktu setelah makan siang sudah aku tentukan sebagai waktu bebas, dia langsung menarik lenganku.

 

"Okehh. Mau main apa?"

 

"Umm, aku mau main game online!"

 

"Okelah! Gasss!"

 

Aku (siswa SMA tahun kedua) menjadi sangat bersemangat, setara dengan anak-anak.

 

Bersaing dengan Nonoa-chan, kami berlari menaiki tangga dan masuk ke kamarku.

 

Aku menyalakan komputer dan memulai game online! Aku menyuruh Nonoa-chan duduk di kursi dan meluncurkanBlack Plain.

 

"Nonoa-chan, kamu ingat ID sama passwordmu?"

 

"Apa itu...?"

 

"Ya, sudah kuduga... Tunggu, sebentar..."

 

Aku mengambil ponselku dan memeriksa ruang obrolan dengan Rin.

 

Pagi ini, Rinka memberitahuku ID dan password. Agar Nonoa-chan bisa bermain game online kapan pun dia mau. Pacarku sangat perhatian.

 

Aku memasukkan ID dan password yang tertera di ruang obrolan, dan login ke akun Nonoa-chan. Di dalamnya, ada karakter "Nonoa" yang dibuat oleh Nonoa-chan sebelumnya.

 

Kami langsung memulai permainan. Walaupun gitu, aku hanya menonton Nonoa-chan bermain. Tidak ada yang terlalu berbeda terjadi.

 

Namun, saat Nonoa-chan berjuang melawan monster dengan mengeluarkan suara "Ei! Ei!" yang menggemaskan, itu adalah hal terbaik. Dia juga terlihat terpesona melihat langit dan laut yang indah sambil berkata "Wah!" dengan mata berkilauan... Reaksinya membuatku merasa sangat bahagia.

 

Sepertinya Nonoa-chan sudah lama tidak bermain game online.

 

Ketika aku tinggal di rumah keluarga Mizuki, kami sering bermain di luar...

"Nene, Kazuto-oniichan. Bisa gak kita pergi ke laut pakai kapal?"

 

"Bisa."

 

"Beneran? Aku pengen pergi!"

 

"Maaf, tapi ngedapetin kapal itu cukup sulit. Ditambah lagi, ada juga bajak laut yang muncul di laut..."

 

"Nuu... gak bisa pergi ke laut yaa?"

 

Nonoa-chan tampak sedih menatap laut di layar dan aku mengangguk. Ini memang tidak bisa dihindari. Tapi, pergi ke laut itu cukup menyenangkan. Bisa memancing berbagai ikan.

 

Selain itu, berjuang melawan bajak laut bersama teman-teman juga seru.

 

Nonoa, yang jauh dari laut, berjalan bebas di dunia yang luas. Di tengah padang rumput, dia menemukan lubang besar yang terbuka. Itu adalah dungeon.

 

"Kazuto-oniichan, ini tempat apa?"

 

"Ini dungeon. Kalau Nonoa-chan sendirian, kayaknya bakal sulit... Ini tempat buat menyelam dengan kerjasama teman."

 

"Begitu ya... Sendirian, cuman bisa ngelakuin hal-hal terbatas."

 

Sekali pun,Black Plaindirancang agar bisa dinikmati sendirian. Pasti, ada juga konten yang lebih menyenangkan kalau dimainkan bersama teman.

 

Banyak momen di mana ikatan menjadi lebih dalam melalui mengatasi berbagai rintangan dan kerjasama.

 

Aku sendiri juga sudah mengalami berbagai pertemuan. Ada juga drama yang tidak akan pernah aku lupakan dalam hidupku.

 

"Itu dia. Aku mau Nonoa-chan ngelakuin hal ini! Pasti akan menyenangkan."

 

"Aku mauuu!"

 

Aku memberi instruksi kepada Nonoa-chan untuk berpindah ke tempat tertentu.

 

Ya, itu adalah tempat penambangan.

 

"Jadi, Nonoa-chan, pasang cangkul... Ya, benar, klik di sana terus ketuk-ketuk."

 

"............"

 

"Lihat, menyenangkan kan?"

 

"............uh, ya."

 

"............?"

 

Reaksinya agak dingin ya. Nonoa-chan tidak tertawa, hanya mengerutkan alis dan klik saja... Ya, dia baru saja mulai.

 

Mungkin butuh lebih banyak waktu untuk bisa merasakan kesenangan menambang!

 

 

 

Satu jam kemudian.

 

 

 

"Bagaimana, Nonoa-chan? Menyenangkan kan?"

 

"............"

 

"Nonoa-chan?"

 

"Um, ya tahu, Kazuto-oniichan. Aku, mau hal lain..."

 

"Ah, lihat! Batu naga keluar! Ini langka dan jarang muncul loh. Luar biasa ya Nonoa-chan."

 

"Ya, ya............"

 

 

 

Dua jam kemudian.

 

 

 

"Ya, menambang itu gak ngebosenin. Udah bikin seneng cuman ngeliatin doang. Kan, Nonoa-chan?"

 

"Hik... gus... uu"

 

"Eh!? Nonoa-chan!?"

TLN : W malu sendiri liat kelakuan lu tod.

 

Apakah dia berusaha keras menahan tangis, wajahnya menjadi sangat kacau dan dia menggigit bibirnya.

 

Reaksi malaikat yang tidak terduga ini membuatku tiba-tiba merasa dingin seperti disiram air.

 

Dalam kebingungan, Nonoa-chan mengobrol dengan cara yang menyedihkan, seolah-olah seorang tahanan yang menerima penyiksaan memohon pengampunan.

 

"Ka, Kazuto-oniichan... hiks... Aku gak bakal bersikap egois lagi... Maafkan aku... Aku....akuu...!"

 

"――――!"

 

Hari ini, aku memahami.

 

Hanya karena aku menikmatinya, bukan berarti orang lain juga merasakan hal yang sama.

 

Meskipun aku tahu itu sebagai pengetahuan, aku tidak benar-benar memahaminya. Sebagai siswa SMA kelas dua, aku memahami ini dengan sangat dalam di jiwaku.

 

Bahwa malaikat―― tidak cocok untuk menambang.

 

Menambang, pada akhirnya, adalah sesuatu yang dinikmati oleh manusia――――.

 

 

Ketika malam tiba, Risuzu dan Rinka sudah pulang.


Ada semacam jarak antara mereka, terlihat sedikit canggung dan menghindari satu sama lain. Padahal malam sebelumnya mereka tampak akrab di bawah tempat tidur...

 

Saat waktu makan malam semakin dekat, aku dan Nonoa-chan duduk di sofa ruang tamu sambil menonton video StarMains di smartphone. Di dapur, Rinka dengan rambutnya diikat ekor kuda, memakai apron dan sedang memasak. Risuzu... mungkin dia berada di kamarnya.

 

"Rinka-oneechan, keren banget!"

 

"Iya, benar."

 

"Nana-chan juga imut ya!"

 

Nonoa-chan berbinar-binar saat menonton kedua orang tersebut menari. Suasana yang murni dan tanpa noda.

 

Dengan keadaan ini, Nonoa mungkin benar-benar ingin menjadi idol.

 

"...Nonoa-chan... siapa yang paling kamu suka?"

 

"Wah, Risuzu... Nongol darimana kamu?"

 

Risuzu berdiri di belakang kami. Dia mengintip smartphone kami dari atas sofa.

 

Jangan mendekat seperti pembunuh bayaran tanpa membuat suara...

 

"Hmm, aku suka semuanya."

 

"...Aaaa terlalu manis, Nonoa-chan... waktu kamu jadi dewasa, nanti ada waktu dimana kamu harus memilih apa yang paling penting... Nah buat latihan untuk itu, pilih sekarang."

 

"Hmm..."

 

"Jangan bikin Nonoa-chan kesulitan lah..."

 

Meskipun gadis kecil itu benar-benar bingung, dia masih menatap layar dengan bibirnya membentuk huruf ''.

 

Namun, jawabannya tidak berubah.

 

"Semuanya imut, dan aku suka semuanya."

 

"...Ini perang."

 

"Apa?"

 

"...Aku gak mikirin kalau aku bisa ngalahin orang kayak Rinka-san... Tapi, aku pengen jadi yang paling penting buat Nonoa-chan...!"

 

Risuzu, dengan semangat yang menyala-nyala, meninggalkan ruang tamu. Entah dia menuju kamarnya atau tidak, tapi aku bisa mendengar suara langkah kakinya yang tergesa-gesa di tangga. Apa yang dia rencanakan.

 

Dengan perasaan setengah berharap setengah takut, aku menunggu. Tidak sampai tiga menit, Risuzu kembali.

 

...Dia sudah mengganti pakaiannya. Dia memakai topeng perak, dan mengenakan mantel hitam besar yang menutupi seluruh tubuhnya. Seperti terkena penyakit kelas dua. Hei, hei... ini benar-benar serius.

"Wah! Risu-oneechan keren banget!"

 

"……Fufufu, aku menang."

 

Risuzu tersenyum bangga saat melihat Nonoa yang tampak senang bertepuk tangan.

 

Apa ini? Mereka memang terlihat akrab.

 

"Ngomong-ngomong, Risuzu, apa benar――――"

 

"……Bukan chuunibyou."

 

"Tapi itu――――"

 

"……Bukan chuunibyou."

 

"……"

 

"……Bukan gara-gara chuunibyou. Ini demi Nonoa-chan."

 

"Apa benarrr……"

 

Tampaknya dia sudah terbiasa memakainya. Sudah jelas kalau dia memiliki baju itu.

 

"Risu-oneechan, ngomong sesuatu dong!"

 

"……fufufu, demi malaikat kecil yang menyembuhkan hati kacauku……!"

 

Risuzu dengan pengantar yang agak tidak jelas, mengibarkan mantelnya dengan semangat dan mengucapkan dengan suara yang kuat dan indah, sangat berbeda dari suara anak-anaknya yang biasa.


"――――Aku tidak punya orang tua. Karena aku adalah keberadaan yang ditakdirkan untuk kesendirian, dilahirkan dari kegelapan……!"

 

"Wah! Aku gak ngerti tapi keren!"

 

Dia bilang dia tidak mengerti.

 

Aku memberi komentar dalam hati, tapi Risuzu tampaknya puas karena Nonoa senang. Wajahnya tidak terlihat karena topeng, tapi aku bisa mendengar nafasnya yang kasar.

 

"Kamu langsung mengucapkannya dengan lancar. Kamu pasti sudah memikirkannya sebelumnya."

 

"……Nggak. Aku baru aja mikirin kata-katanya."

 

"Kalau kamu bisa langsung mikirin gitu, berarti kamu pasti udah mikirin sebelumnya, kan?"

 

"……Niichan jahat……"

 

Risuzu yang tampak cemberut, melepas topengnya dan melemparkannya kepadaku. Topeng itu menabrak kepala dengan dampak yang lembut. Terbuat dari plastik yang ringan dan sama sekali tidak sakit.

 

"Makanannya sudah siap. Ayo kesini."

 

Suara lembut tersebut sampai ke telinga kami. Rinka datang ke ruang tamu dan memanggil kami.

 

"……Rinka-san mode rumah tangga……aku suka."

 

Risuzu terlihat terpesona saat melihat Rinka dengan ekor kuda dan celemek. Sampai segitunya suka, tapi karena satu pandangan yang tak bisa dikompromikan, jadi canggung…….

 

Tapi mungkin sekarang――――.

 

"Rinka-oneechan, kamu seperti ibu ya."

 

"Ibu……ya, dalam peran sekarang, itu gak sepenuhnya salah. Lagipula, aku kan istri Kazuto."

 

"……"

 

Aku melirik dan melihat Risuzu mengerutkan wajahnya. Sepertinya itu tidak berhasil.

 

 

Langit cerah dan menyegarkan. Apakah matahari yang memancarkan panas terik mencoba membakar kita sampai mati di bumi? Matahari musim panas cukup terik hingga membuatmu berpikir tentang omong kosong seperti itu. Kalau itu adalah dungeon game online, HP akan berkurang secara perlahan.

 

Namun, ada beberapa hiburan yang bisa dinikmati hanya karena panas sekali.

 

――――Itu adalah kolam.

 

"Hei! Rin-chan!"

 

"Hei Nana! Hentikan--aku balas dendam nih!"

 

"Hei! Dingin banget!"

 

"Kauto-oniichan. Kolamnya enak banget."

 

"Iyaa..."

 

Kami berempat datang ke kolam renang besar di Tokyo. Ada berbagai jenis kolam yang tersedia, termasuk kolam renang dalam ruangan. Ada juga bangunan tempat Anda bisa makan dan minum...

 

Aku pergi ke kolam renang bersama teman-temanku untuk pertama kalinya, tetapi jumlah orangnya lebih banyak dari yang aku perkirakan, dan aku membuang banyak energi. Saat ini, aku sedang menaiki floating ring di kolam arus, memandangi langit biru cerah yang sedang melayang-layang. Sungai malas adalah yang paling santai, jadi aku bisa bersantai.



Ahh, air yang sejuk ini terasa menyenangkan.

 

Di sebelahku, Nonoa-chan yang juga mengapung dengan ban renangnya—berputar-putar sambil menyemburkan air, tampak bersenang-senang. Dia sangat bersemangat.

 

Dia mengenakan baju renang one-piece, yang membuatnya tampak lebih seperti seorang gadis yang penuh energi.

 

“Banyak air yang masuk ke dalam hidungku, Rin-chan...!”

 

“Kan kamu yang mulai duluan, Nana? Aku gak mau menahan diri.”

 

“Aaaa...! Tolong, Kazu-kun!”

 

......

 

Mengikuti arus kolam, mereka berdua tampak menikmati diri mereka sendiri dengan menyemprotkan air satu sama lain.

 

Aku hanya bisa menatap mereka dari jauh sambil terkejut.

 

Rambut mereka yang basah kuyup dan berkilauan di bawah sinar matahari, setiap kali mereka bergerak, tetesan air jatuh dari ujung rambut mereka, mengalir dari leher ke dada.

 

Bagian atas tubuh mereka yang terlihat dari atas permukaan air juga basah dan memantulkan sinar matahari, dengan bangga menunjukkan kulit mereka yang sehat dan kecokelatan dari pelajaran renang.

 

“Sudahlah! Rin-chan! Baju renangku terlepas!”

 

Dia marah sambil menutupi dadanya dengan kedua tangannya—.


“Oh, baju renangmu cuman bagian bawah, bukan? Kamu juga gak nutupin dadamu dari awal.”

 

“Ahaha, benar juga ya.”

 

......! Batas kesabaran sudah tercapai...!!

 

“Berhentilah kalian berdua!”

 

“”Eh...?””

 

Mereka berhenti bergerak dan menoleh ke arahku—Tachibana dan Saito menunjukkan ekspresi kebingungan.

 

Ya, aku tidak datang ke kolam bersama Rinka dan Nana. Aku datang bersama mereka...!

TLN : Illust nya tadi halu doang dong, wadaw.

 

“Hei, jangan bilang kau mengejek Rinka-san sama Nana!?”

 

“Lah, ngapa marah, Ayanokouji? Apa kau gak ngerti niat baik kita?”

 

“Apa?”

 

“Itu benar. Kita ngelakuin ini demi mikirin kamu tahu,”

 

Mereka mengobrol seolah-olah mereka dihina dengan niat baik mereka ditolak. Apa-apaan ini.

 

Catatan, Tachibana berpura-pura menjadi Rinka, dan Saito berpura-pura menjadi Nana. Kualitas dialognya cukup tinggi, seolah-olah itu adalah sesuatu yang akan dikatakan oleh mereka sendiri


(meskipun dialog setelah baju renang terlepas itu sangat buruk!). Kalau hanya dilihat dari teksnya, banyak orang pasti akan tertipu.

TLN : Ngerusak tembok keempat jir.

 

“Niat sebenarnya Ayanokouji itu pengen pergi ke kolam bersama mereka, kan?”

 

“Yah, mungkin...”

 

“Tapi! Keadaan nggak ngizinin!”

 

“Jadi, kita mengambil tindakan buat kamu! Walaupun, yang kami lepas cuman pakaian saja!”

 

“Berisik! Kalian kagak ngebantu sama sekali!”

 

Bagaimana Saito bisa merasa bangga. Sangat misterius.

 

“Tenanglah, Ayanokouji. Kamu pasti ngerasa kayak kamu udah ngabisin waktu main-main sama mereka, kan?”

 

“Ah, malah aku ngerasain kayak di neraka...!”

 

Siapa pun akan berpikir ini hanyalah kekonyolan. Namun, meskipun terheran-heran, aku juga merasa terhibur.

 

Mungkin ini juga karena kami sudah saling mengenal dengan baik. Aku merasa senang datang ke kolam bersama mereka. Kami sudah berjanji untuk pergi ke kolam sebelum liburan musim panas, jadi aku membawa Nonoa untuk bermain. Jujur saja, aku ingin Rinka, Nana, dan juga Risuzu ikut bersama kami...

 

Sulit sekali untuk menyelaraskan jadwal dengan mereka yang sibuk. Bahkan kalau bisa, pasti akan menjadi keributan, jadi tidak mungkin mereka bisa datang bersama. Memang sulit bermain dengan para idola populer...

 

"Lihat lihat!"

 

Ketika aku menoleh ke arah suara itu, Nonoa muncul dari lubang ban renang.

 

Seperti permainan whack-a-mole. Dia begitu polos dan imut...

 

Keimutan ini juga menyebar ke sekitar. Pasangan muda yang berjalan mengikuti arus terlihat tersenyum melihat Nonoa. Dan juga kepada Tachibana dan Saito..

 

"Nonoa-chan terlalu imut! Seperti malaikat!"

 

"Menurut perhitunganku, kemungkinan Nonoa-chan imut adalah... nggak bisa dihitung!"

 

Meski terdengar aneh, aku bisa memahami perasaan mereka. Aku juga bereaksi sama.

 

"Sial! Aku lupa tujuan asliku!"

 

"Tujuan asli?"

 

"Iya! Nikmatin pemandangan gadis-gadis cantik!"

 

Abis berkata begitu, Tachibana dengan mata merah memandang sekeliling. Seperti orang mencurigakan.

 

Tidak heran kalau dia ditangkap besok atau lusa.

 

"Hey, lihat Saito! Gadis itu, dadanya besar!"

 

"Apa...! Dengan mata telanjangku... kagak keliatan!!"

 

Meskipun mereka adalah temanku, jujur aku berpikir mereka bodoh. Tapi, selain keinginan lurus mereka, mereka adalah teman yang baik.

 

"Chh. Kagak puas ah kalau cuman ngeliat! Semoga gadis-gadis itu ngedeketin kita!"

 

"Menurut perhitunganku, kemungkinan kita dideketin adalah 96%. Jadi tunggu saja."

 

"Itu kemungkinan gak bakal dideketin, kan..."

 

Kami bertiga yang tidak memiliki elemen menarik tidak mungkin didekati.

 

Kalau ada, mungkin itu adalah penipuan.

 

"Nee, Kazuto-oniichan. Apa yang kalian bicarakan?"

 

"Jangan khawatir Nonoa-chan. Mereka rada sakit."

 

"Nggak dibawa ke rumah sakit aja...?"

 

"Masalahnya, ini gal bisa disembuhin di rumah sakit."

 

"Nh... kasihan..."

TLN : awkwokaokawokwook

Nonoa-chan menatap Tachibana dan Saito yang sedang bersemangat dengan mata sedih. Ada dua siswa SMA yang benar-benar dikasihani oleh seorang gadis kecil.

 

Mereka adalah satu-satunya temanku...

 

"Ayo! Kita akan berjalan-jalan sambil nunggu dideketin."

 

"Berhenti ngapa. Buang-buang waktu doang."

 

"Kita gak bakal tahu kalau gak nyoba!"

 

"Yaudah kalau gitu, lebih baik kalian yang duluan nyapa aja."

 

"Dasar idiot! Kalau aku punya keberanian untuk itu, aku gak bakal kesulitan! Kamu ini idiot!

 

"Kenapa malah aku yang dimarahin?"

 

Mereka saling pandang dan mengangguk kuat, Tachibana dan Saito bersiap meninggalkan kolam dan berjalan pergi. Nonoa yang melihat kedua orang itu memiringkan kepalanya.

 

"Mereka mau ke mana?"

 

"Ke medan perang."

 

"Medan perang?"

 

"Jangan coba-coba menghentikanku, wahai malaikat (dengan gaya tegas)"

 

Tachibana tersenyum dengan gaya yang agak dipaksakan. Orang biasa mungkin akan merasa aneh, tetapi bagi malaikat Nonoa, itu berbeda. Dengan ekspresi khawatir yang muncul karena perasaan murni, Nonoa berkata kepada Tachibana,

 

"Eh... tolong jangan terluka ya."

 

"---!"

 

Tachibana terlihat terkejut dan tampak kesakitan sambil menekan dadanya, kemudian berlutut di tempat.

 

"Ah, terlalu polos...! Aku merasa sebaiknya aku mati aja buat bersihin jiwaku...!"

 

"Kamu baik-baik aja, Tachibana! Hatimu juga bakal tetep kotor kalau kamu mati!"

 

Mereka berdua berjalan perlahan sambil melakukan percakapan konyol semacam itu.

 

Itu pasti bukan cara untuk mendapatkan perhatian dari lawan jenis...

 

 

Berduaan dengan Nonoa, kita menikmati kolam arus dengan membiarkan diri terbawa arus. Mungkin karena mulai merasa bosan, Nonoa mulai berkata, "Aku mau pergi ke kolam yang itu!"

 

Tidak ada alasan untuk menolak permintaannya, jadi aku keluar dari kolam arus bersama Nonoa dan bergerak ke arah yang ditunjuk olehnya - menuju kolam ombak.

 

"Wah, lucu sekali!"

 

"Kecil dan lucu. Seperti malaikat."

 

"Hm?"

 

Tiba-tiba, dia (Nonoa) diganggu oleh dua wanita muda yang cantik seolah-olah mereka adalah mahasiswa.

 

Kedua wanita itu membungkuk untuk menyamakan pandangan mereka dengan Nonoa dan mulai mengobrol.

 

"Namamu siapa?"

 

"Nonoa!"

 

"Namanya Nonoa-chan ya~ Namanya lucu~"

 

Dengan penuh semangat, Nonoa menjawab dan salah satu wanita itu mengelus kepala Nonoa dengan lembut.

 

Wow, dia benar-benar mendapat perhatian dari lawan jenis... walaupun mungkin bukan itu istilahnya.

 

Kedua wanita itu tampak senang sambil terus mengatakan "lucu" kepada Nonoa.

 

Nonoa tampak terbiasa dan tidak terlihat bingung, tetapi malah tersenyum cerah dan ceria. Mungkin kalau berjalan di jalan dengan keluarga, dia tidak jarang mendapat perhatian seperti itu.

 

Sebenarnya, saat aku dan dia pergi ke taman bersama, kami juga sempat diajak ngomong oleh seorang nenek-nenek di sekitar sana.


Sementara itu, aku merasa gugup. Kali ini, orang yang mendekati kami adalah lawan jenis yang usianya tidak jauh berbeda.

 

"Hey, siapa namamu?"

 

"Eh?"

 

"Kamu, iya kamu."

 

Aku tidak menyangka akan ditanya, jadi aku panik.

 

Suara aku menjadi lemah, tetapi aku menjawab, "Eh, namaku Kazuto..."

 

"Oh, namanya Kazuto ya. Kamu juga keren. Kakak adik yang tampan dan cantik, jadi iri deh~"

 

Apakah itu pujian? Aku pikir begitu, tetapi sepertinya dia benar-benar memujinya dengan tulus.

 

Tapi, aku pernah dibilang oleh Risuzu bahwa "wajahmu malah bikin wanita menangis". ...Aku merasa ingin menangis. Dan aku juga diperlakukan seperti kakak adik. Aku senang, jadi aku tidak akan memperbaikinya.

 

"Kamu punya pacar?"

 

"Tidak ada."

 

Dengan tergesa-gesa, aku berbohong. Aku harus merahasiakan hubungan dengan idola populer itu. Itulah alasan mengapa aku berbohong tanpa berpikir.

 

"Kalau mau, gimana kalau kita berempat main bareng?"

 

"Eh------"

 

Dengan senyum malu-malu, seorang wanita lebih tua mengajukan usul itu.

 

Mungkinkah ini adalah cara untuk mendekati Nonoa dengan menggunakan reverse--tapi sebenarnya adalah skema penipuan?

 

Kalau aku menerima undangan ini, nanti akan muncul preman yang sangat menakutkan.

 

...........Seseorang......tolong aku (menangis).

 

"Hei, Ayanokouji! Ternyata gak bisa! Ayo kita pergi ke kolam renang di sebelah sana! Nonoa-chan juga ikut!"

 

"Menurut perhitunganku, wanita-wanita di kolam renang ini gak bisa memilih pria dengan benar! Gak perlu dihitung lagi!"

 

Melihat mereka mendekat sambil berteriak seperti itu, wanita-wanita itu tertawa kecil sambil menarik diri dan bertanya padaku, "Apakah mereka temanmu?" Segera aku mengangguk dan menjawab, "Iya."

 

Wanita-wanita itu berbisik satu sama lain dengan suara yang tidak bisa kudengar, dan setelah sepertinya mereka telah membuat rencana, mereka mengangguk satu sama lain.

 

"Maaf ya, Kazuto-kun. Aku ingat ada urusan."

 

"Oh, begitu ya."

 

"Iyaa... maaf ya."

 

Dengan suasana yang seolah-olah ingin melarikan diri, kedua wanita itu cepat-cepat pergi.

 

"Hah? Apa itu? Siapa wanita cantik itu?"

 

"...........Aku diselamatkan, terima kasih."

 

"Hah?"

 

Dengan ekspresi tidak mengerti, Tachibana dan Saito memiringkan kepala mereka.

 

Nonoa juga tampak bingung memiringkan kepalanya.

 

Memang benar, yang terbaik untuk dimiliki adalah teman.

 

Kalau mereka tidak kembali, mungkin aku sudah dikelilingi oleh preman yang menakutkan.

 

......Kolam renang adalah tempat yang menakutkan.

 

Hari ini, aku belajar bahwa tempat-tempat ramai di dunia nyata itu berbahaya.

 

 

Sore hari. Setelah kembali dari kolam renang, aku dan Nonoaa menghabiskan waktu yang tenang di ruang tamu.

 

Rinka dan Risuzu belum pulang. Mungkin mereka tidak akan kembali sampai malam.


Aku duduk di sofa sambil melirik ke Nonoaa yang sedang sibuk menulis sesuatu di buku catatannya di meja. Itu adalah diary gambar. Tugas liburan musim panas yang sangat khas siswa sekolah dasar.

 

Mungkin karena lelah setelah bermain di kolam renang, kepala Nonoaa bergoyang ke depan dan ke belakang. Dia terus mengusap matanya berkali-kali. Sepertinya dia akan segera tertidur.

 

"Fuwaah...... Kazuto-oniichan...... hari ini menyenangkan ya......"

 

"Iya, menyenangkan."

 

"Main sama semua orang...... menyenangkan...... Jadi, aku pengen...... main sama Risu-oneechan, Rinka-oneechan, Kazuto-oniichan, dan...... semua orang...Tapi tahu gak, walaupun Risu-oneechan sama Rinka-oneechan akrab, mereka agak kaku satu sama lain..."

 

Meskipun tampaknya dia menghabiskan waktu dengan kepolosan, tampaknya Nonoa, si anak kecil yang penuh cinta, juga memperhatikan hal itu.

 

Dan dia ingin bermain dengan semua orang, huh... Sungguh polos.

 

...Itu normal, sebenarnya.

 

Tanpa sadar, aku hanya memikirkan bagaimana caranya agar Risuzu mengakui game online.

 

Aku berpikir bagaimana cara membuat Rinka menjadi lebih toleran terhadap pandangan tentang game online. Dengan cara ini, aku tidak bisa memikirkan strategi yang bagus.

 

Tidak, sebenarnya tidak perlu strategi. Hanya ingin bermain, itu saja sudah cukup.

 

Rinka juga mengatakannya, bukan? Aku baik-baik saja seperti biasa.

 

Akhirnya, aku mengerti maksudnya.

 

Bersenang-senang bermain bersama semua orang. Sebagai hasilnya, Risuzu akan lebih mengerti daya tarik game online, dan Rinka bisa menjadi lebih toleran... Itu pasti yang terbaik.

 

Masalahnya adalah bagaimana cara mengajak Risuzu. Idealnya adalah bermain berempat.

 

Namun, aku tidak bisa memaksa Risuzu yang merasa canggung untuk bermain game online dengan Rinka.

 

Perlu membuat suatu aliran sampai Risuzu ingin melakukannya.

 

Apa pun pemicunya, jika mereka mulai bermain game online, itu akan menjadi kemenangan kita.

 

Jadi, ini perlu sedikit strategi.

 

"Aku gak pinter dalam hal kayak ini. Hmm."

 

Bisa dibilang cerdik, atau bisa juga dibilang licik. Aku perlu cara atau ide seperti itu.

 

"...suu... suu..."

 

"Nonoa-chan? Udah tidur kah?"

 

Nonoa yang tertidur di meja tampaknya mengeluarkan nafas tidur yang nyaman.

 

Sambil tersenyum, aku perlahan melihat ke buku harian gambarnya. Mari kita lihat...

 

"..."

 

Lukisan yang tampak seperti dilukis oleh seorang anak, lucu namun tidak terampil. Suasana yang menghangatkan hati, tapi aku kehilangan kata-kata.

 

Di sana, Saito yang tampak malu menutupi dadanya, dan Tachibana dengan senyum licik tergambar di situ...!

 

Dari semua adegan, mengapa harus adegan itu...!

 

Guru yang melihat gambar seperti ini juga merasa kasihan.


Post a Comment

0 Comments

Tidak boleh adanya spoiler, hormati user lainya. Gunakan komentar dengan bijak sebagai tempat berdiskusi.

Post a Comment (0)
Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !