Prolog
Perlahan
kesadaran muncul, dan aku membuka kelopak mataku dengan hati-hati.
Langit-langit
putih bersih tanpa noda terlihat. Langit-langit rumah keluarga Mizuki. Aku sudah
menghabiskan dua minggu lebih di ruangan ini sejak liburan musim panas dimulai,
dan aku sudah terbiasa dengan pemandangan ini.
"Hm?"
Aku
merasakan sesuatu di dalam selimut. Rasanya seperti ada seseorang yang
meringkuk dan tidur di sekitar perutku...
Sambil
memikirkan kucing, aku membuka selimut, dan ternyata benar saja, seorang gadis
kecil yang menggemaskan bersembunyi di dalamnya.
Dia
menarik napas dalam-dalam dengan suara yang menenangkan hatiku. ...Itu adalah
Nonoa, adik perempuan dari idola keren Mizuki Rinka. Mizuki Nonoa. Murid kelas
satu SD yang polos dan murni. Kuncir dua kecilnya semakin menunjukkan kelucuan
Nonoa.
Saat
ini, dia meringkuk seperti kucing dan menempel di pinggangku.
"Nee,
Nonoa-chan."
"......hmm?"
Aku
menggoyangkan bahunya dengan lembut, dan dia membuka matanya dengan linglung
dan menatap wajahku. Dia menunjukkan senyum lembut yang khas anak-anak.
"Ah,
Kazuto-onnichan. Selamat pagi......hehe."
"..."
Senyum
yang keluar tanpa sadar, apakah itu? Dia sangat imut sampai dia terlihat
seperti malaikat.
Tidak,
dia memang malaikat. ...Sebagai catatan, aku bukan lolicon.
Aku merasa
senang saat melihat sesuatu yang lucu adalah emosi alami manusia...!
"Nonoa-chan,
kamu ngapain disini? Kenapa kamu masuk ke dalam selimut..."
Aku
bertanya dengan heran karena ini adalah pertama kalinya terjadi.
Nonoa
menggosok matanya yang mengantuk dan berkata dengan suara kecil,
"hmm......aku datang mau ngebangunin Kazuto-oniichan..."
"Kamu
datang buat bangunin aku, tapi malah tidur?"
"Un-"
Lucu.
Apakah Rinka juga seperti ini saat dia masih kecil...?
Aku
tidak bisa membayangkannya, dan aku berdiri bersama Nonoa.
"Ngomong-ngomong,
di mana Rinka-san?"
"Aku
gak ngeliat dari pagi..."
"Hmm,
kayakya dia udah pergi."
Idol
populer tidak memiliki waktu luang di pagi hari.
Biasanya,
Rinka pulang larut malam dan pergi pagi-pagi. Dia menjalani hari-hari yang
sibuk.
"Kazuto-oniichan,
gendong!"
"Iyaa."
Aku
mengangkat Nonoa dengan lembut dan memeluknya. Dia masih mengantuk, dan dia
menundukkan kepalanya ke dadaku dan mulai bernapas dalam-dalam. Dia benar-benar
anak yang lemah di pagi hari.
Sambil
tersenyum pada Nonoa, aku mencoba keluar dari ruangan -- dan punggungku
merinding.
Aku
segera berbalik dan menyadari kalau lemari pakaian sedikit terbuka. Benar-benar
sedikit.
Cukup
terbuka untuk mengintip ke luar...
"Mau
ngapain ya sekarang. Hmm, aku ngerasa ada aura aneh...!"
Dia
pasti ada di sana. Aku tidak akan mengatakan siapa, tapi dia pasti ada di sana.
Perlahan
aku melangkah maju, dan sampai di depan lemari pakaian. Aku menelan ludah.
Setelah
menurunkan Nonoa, aku membungkuk dan perlahan membuka pintu -- dan seorang
wanita berambut panjang dengan mata kaca berwarna keruh duduk bersila dan
menatapku dengan saksama --!
"Waaah
Rinka-san!! Apa-apaan ini!!"
"Reaksinya
udah kayak diganggu hantu aja."
"Ngapa
kamu ada di dalam lemari...!"
Aku
tahu... Aku tahu dia ada di sana... Tapi aku tetap takut.
Idol
populer yang keren, apa yang sebenarnya kamu lakukan...? Serius.
"Bukannya
Kazuto yang bilang?"
"Aku?
Aku gak ingat ngomong apaan."
"’Aku
gak mau kamu masuk ke futonku’... Kazuto bilang begitu."
"Ah..."
Benar,
aku memang mengatakan itu beberapa hari yang lalu. Rinka selalu menyelinap ke
futonku setiap malam, saat aku sedang tidur.
Dan
dia memelukku. Meskipun aku senang dipeluk oleh gadis yang aku sukai, yang juga
seorang idol populer... Tapi tetap saja, ada yang salah dengan pikiranku. Itu
wajar. Aku juga laki-laki normal yang sedang dalam masa pubertas, dan
pertahananku bisa runtuh kapan saja. Bahkan jika aku adalah prajurit terkuat
yang selalu berdiri di depan musuh dan melindungi teman-temannya... (Itu hanya
di game online).
Yah,
kami adalah pacar dan Rinka menganggap kami sebagai suami istri, jadi tidak
apa-apa kalau aku melewati batas... Aku terkadang memikirkannya. Tapi
masalahnya adalah Rinka sangat polos. Dia menjadi sangat bingung ketika mengobrol
tentang hal-hal seksual, meskipun dia ingin memelukku.
Dia
adalah idol yang keren, tapi dalam hal ini dia seperti anak kecil yang polos.
Dalam arti tertentu, itu seperti siksaan. Kalau aku kehilangan kendali, orang
tua Rinka bisa mengetahuinya dan itu bisa menjadi masalah.
Tapi
kupikir mereka akan cukup toleran.
Dan Kasumi
tampaknya mendorongnya...
Pokoknya,
sekarang bukan waktu yang tepat untuk Rinka yang sedang sibuk. Aku juga ingin
menghargai waktu yang kita habiskan bersama.
Itu
sebabnya beberapa hari yang lalu, sebelum akal sehatku hilang, aku memohon
padanya. Aku bilang, tolong jangan masuk ke futonku.
"Kalau
aku gak boleh masuk futon... Aku cuman bisa masuk ke lemari, kan?"
"A-aku
gak ngerti maksud kamu. Kamu ngapain di dalam lemari juga...!"
"Aku
nisa ngerasain napas sama keberadaan Kazuto lewat pintu ini... hehehe."
"A-apa,
kamu di sini sepanjang malam...?"
Rinka
tersenyum gelap di dalam lemari yang gelap. Ini gawat, dia kelelahan karena
kesibukannya sebagai idol. Tapi aku segera teringat bahwa ini adalah perilaku
normal Rinka.
"Kejam
sekali, Kazuto. Kita kan suami istri, tapi kamu maksa aku tidur di kamar yang
berbeda..."
"Kita
bukan suami istri, kita cuman pacar. Keluargamu juga ada di sini. Tidur di
futon yang sama agak..."
"Jadi,
kalau cuman kita berdua, kamu mau tidur sama aku?"
"...Yah,
itu... entahlah."
Aku
menjadi malu karena Rinka mengatakannya sangat blak-blakan.
Meskipun
aku juga pernah menggoda Rinka (kadang-kadang), sepertinya akulah yang lebih
sering dipermainkan.
"Ya
ya, Kazuto-oniichan. Aku juga mau!"
"Hah?"
"Kalau
Rinka-oneechan dan Kazuto-oniichan pindah, aku juga ikut!"
"Gak
boleh. Nonoa harus tinggal di rumah ini."
"Gak
mau!"
Nonoa
memalingkan wajahnya dari Rinka dengan cemberut. Tingkahnya yang
kekanak-kanakan itu terlihat sangat menggemaskan.
Tatapan
tajam Rinka menusuk pipiku seperti jarum.
"Apa,
Rinka-san...?"
"Kalian
berdua benar-benar akur ya. Selalu bersama."
"Yah,
kita emang sering main bareng setiap hari dari awal liburan musim
panas..."
"Aku
juga pengen dipeluk Kazuto dong setiap malam sama tidur bareng sambil
dimanja..."
"Hei,
hei."
"Udah
pasti, sebaliknya juga boleh. Aku bakal mencintai Kazuto versi anak-anak dengan
berbagai cara."
"Contohnya
gima... Ah, sudahlah."
"Oh,
kamu punya referensi buat dot gak? Bagaimana dengan mainan..... "
"Sudah
kubilang! Kamu benar-benar memperlakukan aku kayak bayi!"
"...
Dan, aku pengen bermain game online sama Kazuto... Ya, dengan sepenuh
hati."
Suasana
bercanda sebelumnya menghilang, dan Rinka mengungkapkan perasaannya yang
sebenarnya dengan suara kecil.
Sebagai
idol populer yang sibuk, sepertinya Rinka tidak punya waktu untuk bermain game
online saat ini.
Saat
aku sedang memikirkan cara menghiburnya, Nonoa menarik lenganku dengan cepat.
"Kazuto-oniichan,
tinggal dong di rumah ini selamanya."
"Hmm.
Aku cuman tinggal di sini selama liburan musim panas."
"Hmm...
Baiklah."
Nonoa
menjawab dengan tertunduk dan tampak sedih. Percakapan yang persis sama terjadi
saat aku pertama kali datang ke rumah ini. Dan idol keren yang melihat kami...
"*Mendesah...*
Aku iri sama Nonoa. Aku juga pengen jadi anak yang bebas."
Dia
bergumam sambil menatap Nonoa dengan jari di mulut.
Apakah
orang-orang di dunia ini akan percaya jika mereka melihat Rinka seperti ini?
Idol
keren yang dirumorkan membenci laki-laki di sekolah dan bahkan disebut dingin
oleh beberapa orang.
☆
"Kupikir
kamu gak ada di pagi hari, eh ternyata bersembunyi di dalam lemari. Adikku
emang nakutin~"
Kasumi
duduk di seberangku dan berkata dengan santai.
Meskipun
dia mengatakan menakutkan, dia tampaknya sudah terbiasa dan tidak menunjukkan
tanda-tanda kegelisahan sama sekali.
"Aku
juga terkejut. Lebih baik dia tidur di futon."
"Bisa
gak kamu kecilin suaramu waktu ngomong itu?"
"Apa
maksudmu..."
Kasumi
tersenyum lebar padaku dengan ekspresi geli. Dia terlihat senang...!
Hanya
aku, Kasumi, dan Nonoa yang duduk di ruang tamu ini, menonton TV.
Rinka
tampaknya sedang bersiap-siap untuk pergi di kamarnya. Orang tua kami sedang
tidak ada di rumah.
"Baru-baru
ini, bukan cuman Rinka, tapi Nonoa juga sering nempel sama Kazuto-kun. Dia
terus-terusan nyebut Kazuto-oniichan, Kazuto-oniichan."
"Tapi
sekarang dia kalah sama TV."
Aku
melirik Nonoa yang terpaku pada TV. Dia tampak bersemangat menonton anime,
dengan kedua tangan terangkat ke langit-langit. Mungkin dia meniru pose dari
anime.
Di
TV, seorang gadis berpakaian seperti idol melambaikan tongkat sihirnya dan
berubah menjadi gadis penyihir. Dari gayanya, ini pasti anime untuk anak
perempuan. Mungkin ada juga "anak dewasa" yang menontonnya.
"Maaf,
aku mau ke toilet..."
Nonoa
berdiri dari kursi dengan suara keras dan tiba-tiba menoleh ke arahku.
Sebelum
aku bisa bertanya apa yang terjadi, dia berlari ke arahku dan menarik lenganku
ke bawah dengan kuat. Saat aku duduk diam, dia mengangguk puas.
"Eh,
Nonoa-chan?"
"Gak
boleh. Kazuto-oniichan harus tetep di sini."
"Eh..."
Setelah
mengatakan itu, dia kembali duduk di depan TV. ... Kenapa?
"Kayaknya
dia pengen berada di ruangan yang sama denganmu?"
"Ya,
mungkin..."
"Apa
kamu ngomong sesuatu ke Nonoa? Ngomong apa gitu yang bikin dia sedih, seperti
kamu mau ninggalin dia?"
"Aku
bilang aku cuman tinggal di rumah ini selama liburan musim panas."
"Hmm,
begitu ya."
Kasumi
menyilangkan tangannya dan mengangguk puas berkali-kali.
Aku
senang Nonoa merindukanku, tapi sekarang aku benar-benar ingin buang air kecil.
"Nonoa
benar-benar menyukai Kazuto-kun. Di rumah dan di luar, dia selalu nyebut Kazuto-oniichan,
Kazuto-oniichan... Dia sepertinya akan tumbuh menjadi gadis yang ceria kayak
Rinka... Ugh..."
"..."
Melihat
Kasumi yang gemetar, hawa dingin menjalari hatiku. Tapi, disukai oleh malaikat
seperti itu adalah hal yang baik, bukan?
Meskipun
aku memikirkannya, aku teringat ibu Rinka dan merasa ngeri, menyadari darah
keluarga Mizuki tidak bisa diremehkan.
"A-aku
seriusan pengen buang air kecil, jadi aku pergi ke toilet dulu."
Aku
berdiri dari kursi dengan hati-hati agar tidak mengeluarkan suara, dan melihat
ke arah Nonoa yang asyik menonton TV. Aku keluar dari ruang tamu dan bergegas
ke toilet. Di toilet, aku berhasil buang air kecil dengan lega, dan setelah
mencuci tangan, aku keluar dari wastafel.
"Oh,
Kazuto."
Rinka,
yang sudah selesai bersiap di kamarnya, keluar dari ruang tamu. Tas bahu besar
yang dia slung di bahunya menunjukkan bahwa dia akan pergi untuk beberapa
waktu.
Sepertinya
Rinka sudah menyapa Nonoa dan Kasumi saat aku pergi ke toilet.
"Mau
pergi sekarang?"
"Heem,
aku gak bisa ketemu kamu selama beberapa hari."
"Empat
hari nginep... ya?"
"Aku
sedikit gugup kali ini. Ini bukan acara Star☆Mains, tapi aku akan nginep sendirian."
Berjalan
menuju pintu depan bersama Rinka yang memasang wajah serius, aku mengobrol
dengannya.
Rinka,
yang sedang naik daun di Star☆Mains,
tampaknya semakin banyak mendapatkan pekerjaan solo. Dia luar biasa... Aku
hanya bermain game online dan bermain dengan Nonoa di rumah.
"Aku
nanti akan merindukanmu... ya, sangat merindukanmu."
Rinka
memakai sepatunya di pintu depan dan mengucapkan selamat tinggal.
"Hanya
empat hari, itu cepat kok."
"Gak,
gak. Satu hari tanpa bertemu denganmu terasa seperti penderitaan abadi. Karena
kita itu pasangan, kekasih, dan dipisahkan dari orang yang kita cintai adalah
hal terberat di dunia."
"Y-ya,
begitulah...!"
Aku
juga merasa sedih, tapi tidak separah itu.
Perasaanku
masih dalam batas normal, seperti, aku merasa sedih, semangat ya Rinka.
"Sebagai
gantinya karena gak bisa ketemu buat beberapa waktu, aku pengen ngerasain
keberadaan Kazuto dengan kuat..."
"Aku
nelepon kamu nanti kalau kamu lagi santai."
"Terima
kasih. Tapi, bukan itu... bukan itu..."
Dia
menatapku dengan mata sedih, seolah ingin berkata, "Kenapa kamu gak
ngerti?".
Dan
aku menyadari dia sesekali melirik bibirku.
"Ah,
a-aku mengerti..."
"Suamiku
gak peka ah kalau yang gini-gini."
"Bukan
suami, tapi pacar--ah, sudahlah. Aku malu ngelakuinnya kalau kayak gini..."
"Dulu
kan kamu pernah melakukannya, Kazuto."
"Itu
karena aku gak ada persiapan. Kalau aku bersiap-siap, aku nanti malah ngerasa
malu."
"Mau
maluin apaan coba? Kita kan pasangan suami istri yang menikah di game online,
di mana sifat asli kita lebih keluar daripada di dunia nyata... Gak usah malu gitu
dong buat ciuman doang."
"Tapi
wajah Rinka-san memerah sekarang."
"---!"
Rinka
menutupi pipinya yang memerah dengan kedua tangannya. Dia sangat menggemaskan.
Aku
memastikan Nonoa tidak ada di belakangku. Aku merasa gugup, tetapi aku berbalik
ke arah Rinka. Merasakan perubahan suasana, Rinka menegangkan bahunya dan
bersiap.
...
Justru karena suasananya tenang, aku jadi semakin gugup.
Aku
meletakkan tanganku di kedua bahu Rinka-- dan tiba-tiba aku merasakan tatapan
dari bawah kakiku. Aku melihat ke bawah.
Di
sana, Nonoa menatapku dengan mata berbinar...
"Dia
sudah ada di sini!"
"Nene,
mau ciuman?"
"Eeee,
anu..."
"Wah
keren! Ayo cepat!"
"...
Sejak kapan kamu di sana?"
TLN : Kok iso kepergok mulu?
"Waktu
Rinka-oneechan make sepatu."
Dia
sudah ada di sana sejak lama... Aku sama sekali tidak menyadarinya.
"Nonoa.
Walaupun kamu masih kecil, kamu gak boleh ngeganggu orang dewasa yang sedang
berduaan."
"Apa
aku mengganggu? Hiks..."
"Ugh...
Sepertinya emang nggak ada orang dewasa yang bisa ngalahin kepolosan
anak-anak... ugh..."
Melihat
Nonoa yang berlinang air mata, Rinka menyerah dan mengangkat bendera putih
dengan wajah sedih.
Idol
keren yang memiliki citra tegas di depan publik ternyata sedikit lunak terhadap
adiknya.
"Kazuto.
Aku punya sesuatu yang mau aku kasih ke kamu sebelum aku pergi."
Rinka
mengeluarkan boneka yang tampak seperti Kazuto-kun dari tas bahunya. Itu adalah
boneka lucu yang diubah menjadi bentuk chibi Rinka.
"Eh,
ini apa?"
"Aku
ngebuat ini biar suamiku gak nangis gara-gara kesepian. Apa kamu senang?"
"..."
"Apa
kamu gak suka?"
"A-aku
suka! Aku suka banget!"
"Baguslah."
Wajahnya
yang tadinya cemas berubah menjadi senyuman lega. ... Boneka Rinka-chan ya.
Hanya dengan melihatnya sekilas, aku bisa merasakan kualitasnya yang tinggi.
Aku mengambilnya di tanganku, dan yah, boneka ini sangat imut. Dia mengenakan
kostum idol. Matanya besar dan berbinar, dan senyumnya memancarkan keceriaan
yang polos. Meskipun penampilannya seperti Mizuki Rinka, aura karakternya lebih
seperti Rin.
"Baiklah,
aku pergi ya."
Diantar
oleh aku dan Nonoa, Rinka akhirnya keluar dari rumah.
Selama
empat hari ke depan, Rinka tidak akan pulang. Rasa hampa seperti lubang
menganga di hatiku.
".........?"
Nada
notifikasi berbunyi, jadi aku mengeluarkan ponselku dan memeriksanya. Pesan itu
dari ayahku. Pesan itu hanya berisi kalimat sederhana, "Pulanglah ke
rumah." Ada apa? Atau mungkin tentang dia yang ingin "mengobrol"
seperti yang dia kirimkan sebelumnya? Atau mungkin dia merasa kesepian di rumah
tanpa putranya -- tidak mungkin. Untuk saat ini, aku membalasnya dengan
"Baiklah."
"Ada
apa?"
"Maaf,
Nonoa-chan. Aku juga harus pergi sekarang."
"Okee!
Aku juga mau ikut!"
"Kali
ini, aku harus pergi sendiri... Maaf ya."
"Hmm..."
Nonoa
menundukkan kepalanya dengan sedih. Rasa bersalah menusuk hatiku. Tapi kali
ini, aku benar-benar tidak punya pilihan. Tidak ada gunanya membawa Nonoa
bersamaku.
Aku
tidak tahu apa urusannya, tapi aku akan segera kembali kalau aku bisa.
☆
Aku
tiba di rumah sekitar tengah hari. Aku mengeluarkan kunci dan membuka pintu, lalu
masuk ke dalam.
Aku
berjalan ke ruang tamu, tetapi tidak menemukan ayahku yang seharusnya
memanggilku.
Setidaknya
dia tidak ada di lantai satu.
"Apa
sih ini?"
Saat
aku hendak mengeluarkan ponselku untuk memastikan, aku melihat pesan dari
ayahku yang bertuliskan "Aku tidak bisa pulang karena pekerjaan.
Maaf."
Aku
sedikit kesal, tetapi aku mencoba untuk memaklumi, karena ayahku memang seperti
itu.
"Sekalian
main game online kali ya."
Omong-omong,
aku belum menerima bonus login sama sekali.
Aku
juga belum menyelesaikan event musim panas. Kapan terakhir kali aku bermain
game online ya?
---
Gawat, aku ingin sekali bermain.
Kekurangan
unsur game online!
Dorongan
yang tak tertahankan.
Aku
berlari.
Aku
berlari menaiki tangga dan menyusuri lorong menuju kamarku.
Di
tengah jalan, aku berpapasan dengan seorang gadis dan menyapanya, "Ah,
halo." Dia membalas dengan suara kecil, "...Ha-halo..."
"........."
Ada
yang aneh?
Aku
berhenti tepat di depan kamarku. Aku berbalik. Yang turun tangga adalah seorang
gadis mungil.
Seluruh
tubuhnya terbungkus selimut berkerudung.
"S-siapa
kamu?"
“――――!”
Gadis
itu terjatuh dengan bunyi gedebuk. Itu gila!
Aku
bergegas mendekat dan dengan hati-hati mengintip ke bawah tangga.
“…A-aku…aku…uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu”
Seorang
gadis tak dikenal sedang berbaring di tanah sambil memegangi kepalanya.
Tidak boleh adanya spoiler, hormati user lainya. Gunakan komentar dengan bijak sebagai tempat berdiskusi.