Netoge No Yome Ga Ninki Aidorudatta Prolog V3

Ndrii
0

 Prolog




Perlahan kesadaran muncul, dan aku membuka kelopak mataku dengan hati-hati.

 

Langit-langit putih bersih tanpa noda terlihat. Langit-langit rumah keluarga Mizuki. Aku sudah menghabiskan dua minggu lebih di ruangan ini sejak liburan musim panas dimulai, dan aku sudah terbiasa dengan pemandangan ini.

 

"Hm?"

 

Aku merasakan sesuatu di dalam selimut. Rasanya seperti ada seseorang yang meringkuk dan tidur di sekitar perutku...

 

Sambil memikirkan kucing, aku membuka selimut, dan ternyata benar saja, seorang gadis kecil yang menggemaskan bersembunyi di dalamnya.

 

Dia menarik napas dalam-dalam dengan suara yang menenangkan hatiku. ...Itu adalah Nonoa, adik perempuan dari idola keren Mizuki Rinka. Mizuki Nonoa. Murid kelas satu SD yang polos dan murni. Kuncir dua kecilnya semakin menunjukkan kelucuan Nonoa.

 

Saat ini, dia meringkuk seperti kucing dan menempel di pinggangku.

 

"Nee, Nonoa-chan."

 

"......hmm?"

 

Aku menggoyangkan bahunya dengan lembut, dan dia membuka matanya dengan linglung dan menatap wajahku. Dia menunjukkan senyum lembut yang khas anak-anak.

 

"Ah, Kazuto-onnichan. Selamat pagi......hehe."

 

"..."

 

Senyum yang keluar tanpa sadar, apakah itu? Dia sangat imut sampai dia terlihat seperti malaikat.

 

Tidak, dia memang malaikat. ...Sebagai catatan, aku bukan lolicon.

 

Aku merasa senang saat melihat sesuatu yang lucu adalah emosi alami manusia...!

 

"Nonoa-chan, kamu ngapain disini? Kenapa kamu masuk ke dalam selimut..."

 

Aku bertanya dengan heran karena ini adalah pertama kalinya terjadi.

 

Nonoa menggosok matanya yang mengantuk dan berkata dengan suara kecil, "hmm......aku datang mau ngebangunin Kazuto-oniichan..."

 

"Kamu datang buat bangunin aku, tapi malah tidur?"

 

"Un-"

 

Lucu. Apakah Rinka juga seperti ini saat dia masih kecil...?

 

Aku tidak bisa membayangkannya, dan aku berdiri bersama Nonoa.

 

"Ngomong-ngomong, di mana Rinka-san?"

"Aku gak ngeliat dari pagi..."

 

"Hmm, kayakya dia udah pergi."

 

Idol populer tidak memiliki waktu luang di pagi hari.

 

Biasanya, Rinka pulang larut malam dan pergi pagi-pagi. Dia menjalani hari-hari yang sibuk.

 

"Kazuto-oniichan, gendong!"

 

"Iyaa."

 

Aku mengangkat Nonoa dengan lembut dan memeluknya. Dia masih mengantuk, dan dia menundukkan kepalanya ke dadaku dan mulai bernapas dalam-dalam. Dia benar-benar anak yang lemah di pagi hari.

 

Sambil tersenyum pada Nonoa, aku mencoba keluar dari ruangan -- dan punggungku merinding.

 

Aku segera berbalik dan menyadari kalau lemari pakaian sedikit terbuka. Benar-benar sedikit.

 

Cukup terbuka untuk mengintip ke luar...

 

"Mau ngapain ya sekarang. Hmm, aku ngerasa ada aura aneh...!"

 

Dia pasti ada di sana. Aku tidak akan mengatakan siapa, tapi dia pasti ada di sana.

 

Perlahan aku melangkah maju, dan sampai di depan lemari pakaian. Aku menelan ludah.

Setelah menurunkan Nonoa, aku membungkuk dan perlahan membuka pintu -- dan seorang wanita berambut panjang dengan mata kaca berwarna keruh duduk bersila dan menatapku dengan saksama --!

 

"Waaah Rinka-san!! Apa-apaan ini!!"

 

"Reaksinya udah kayak diganggu hantu aja."

 

"Ngapa kamu ada di dalam lemari...!"

 

Aku tahu... Aku tahu dia ada di sana... Tapi aku tetap takut.

 

Idol populer yang keren, apa yang sebenarnya kamu lakukan...? Serius.

 

"Bukannya Kazuto yang bilang?"

 

"Aku? Aku gak ingat ngomong apaan."

 

"’Aku gak mau kamu masuk ke futonku’... Kazuto bilang begitu."

 

"Ah..."

 

Benar, aku memang mengatakan itu beberapa hari yang lalu. Rinka selalu menyelinap ke futonku setiap malam, saat aku sedang tidur.

 

Dan dia memelukku. Meskipun aku senang dipeluk oleh gadis yang aku sukai, yang juga seorang idol populer... Tapi tetap saja, ada yang salah dengan pikiranku. Itu wajar. Aku juga laki-laki normal yang sedang dalam masa pubertas, dan pertahananku bisa runtuh kapan saja. Bahkan jika aku adalah prajurit terkuat yang selalu berdiri di depan musuh dan melindungi teman-temannya... (Itu hanya di game online).

 

Yah, kami adalah pacar dan Rinka menganggap kami sebagai suami istri, jadi tidak apa-apa kalau aku melewati batas... Aku terkadang memikirkannya. Tapi masalahnya adalah Rinka sangat polos. Dia menjadi sangat bingung ketika mengobrol tentang hal-hal seksual, meskipun dia ingin memelukku.

 

Dia adalah idol yang keren, tapi dalam hal ini dia seperti anak kecil yang polos. Dalam arti tertentu, itu seperti siksaan. Kalau aku kehilangan kendali, orang tua Rinka bisa mengetahuinya dan itu bisa menjadi masalah.

 

Tapi kupikir mereka akan cukup toleran.

 

Dan Kasumi tampaknya mendorongnya...

 

Pokoknya, sekarang bukan waktu yang tepat untuk Rinka yang sedang sibuk. Aku juga ingin menghargai waktu yang kita habiskan bersama.

 

Itu sebabnya beberapa hari yang lalu, sebelum akal sehatku hilang, aku memohon padanya. Aku bilang, tolong jangan masuk ke futonku.

 

"Kalau aku gak boleh masuk futon... Aku cuman bisa masuk ke lemari, kan?"

 

"A-aku gak ngerti maksud kamu. Kamu ngapain di dalam lemari juga...!"

 

"Aku nisa ngerasain napas sama keberadaan Kazuto lewat pintu ini... hehehe."

 

"A-apa, kamu di sini sepanjang malam...?"

 

Rinka tersenyum gelap di dalam lemari yang gelap. Ini gawat, dia kelelahan karena kesibukannya sebagai idol. Tapi aku segera teringat bahwa ini adalah perilaku normal Rinka.

 

"Kejam sekali, Kazuto. Kita kan suami istri, tapi kamu maksa aku tidur di kamar yang berbeda..."

 

"Kita bukan suami istri, kita cuman pacar. Keluargamu juga ada di sini. Tidur di futon yang sama agak..."

 

"Jadi, kalau cuman kita berdua, kamu mau tidur sama aku?"

 

"...Yah, itu... entahlah."

 

Aku menjadi malu karena Rinka mengatakannya sangat blak-blakan.

 

Meskipun aku juga pernah menggoda Rinka (kadang-kadang), sepertinya akulah yang lebih sering dipermainkan.

 

"Ya ya, Kazuto-oniichan. Aku juga mau!"

 

"Hah?"

 

"Kalau Rinka-oneechan dan Kazuto-oniichan pindah, aku juga ikut!"

 

"Gak boleh. Nonoa harus tinggal di rumah ini."

 

"Gak mau!"

 

Nonoa memalingkan wajahnya dari Rinka dengan cemberut. Tingkahnya yang kekanak-kanakan itu terlihat sangat menggemaskan.

 

Tatapan tajam Rinka menusuk pipiku seperti jarum.

"Apa, Rinka-san...?"

 

"Kalian berdua benar-benar akur ya. Selalu bersama."

 

"Yah, kita emang sering main bareng setiap hari dari awal liburan musim panas..."

 

"Aku juga pengen dipeluk Kazuto dong setiap malam sama tidur bareng sambil dimanja..."

 

"Hei, hei."

 

"Udah pasti, sebaliknya juga boleh. Aku bakal mencintai Kazuto versi anak-anak dengan berbagai cara."

 

"Contohnya gima... Ah, sudahlah."

 

"Oh, kamu punya referensi buat dot gak? Bagaimana dengan mainan..... "

 

"Sudah kubilang! Kamu benar-benar memperlakukan aku kayak bayi!"

 

"... Dan, aku pengen bermain game online sama Kazuto... Ya, dengan sepenuh hati."

 

Suasana bercanda sebelumnya menghilang, dan Rinka mengungkapkan perasaannya yang sebenarnya dengan suara kecil.

 

Sebagai idol populer yang sibuk, sepertinya Rinka tidak punya waktu untuk bermain game online saat ini.

 

Saat aku sedang memikirkan cara menghiburnya, Nonoa menarik lenganku dengan cepat.

"Kazuto-oniichan, tinggal dong di rumah ini selamanya."

 

"Hmm. Aku cuman tinggal di sini selama liburan musim panas."

 

"Hmm... Baiklah."

 

Nonoa menjawab dengan tertunduk dan tampak sedih. Percakapan yang persis sama terjadi saat aku pertama kali datang ke rumah ini. Dan idol keren yang melihat kami...

 

"*Mendesah...* Aku iri sama Nonoa. Aku juga pengen jadi anak yang bebas."

 

Dia bergumam sambil menatap Nonoa dengan jari di mulut.

 

Apakah orang-orang di dunia ini akan percaya jika mereka melihat Rinka seperti ini?

 

Idol keren yang dirumorkan membenci laki-laki di sekolah dan bahkan disebut dingin oleh beberapa orang.

 

 

"Kupikir kamu gak ada di pagi hari, eh ternyata bersembunyi di dalam lemari. Adikku emang nakutin~"

 

Kasumi duduk di seberangku dan berkata dengan santai.

 

Meskipun dia mengatakan menakutkan, dia tampaknya sudah terbiasa dan tidak menunjukkan tanda-tanda kegelisahan sama sekali.

 

"Aku juga terkejut. Lebih baik dia tidur di futon."

 

"Bisa gak kamu kecilin suaramu waktu ngomong itu?"

 

"Apa maksudmu..."

 

Kasumi tersenyum lebar padaku dengan ekspresi geli. Dia terlihat senang...!

 

Hanya aku, Kasumi, dan Nonoa yang duduk di ruang tamu ini, menonton TV.

 

Rinka tampaknya sedang bersiap-siap untuk pergi di kamarnya. Orang tua kami sedang tidak ada di rumah.

 

"Baru-baru ini, bukan cuman Rinka, tapi Nonoa juga sering nempel sama Kazuto-kun. Dia terus-terusan nyebut Kazuto-oniichan, Kazuto-oniichan."

 

"Tapi sekarang dia kalah sama TV."

 

Aku melirik Nonoa yang terpaku pada TV. Dia tampak bersemangat menonton anime, dengan kedua tangan terangkat ke langit-langit. Mungkin dia meniru pose dari anime.

 

Di TV, seorang gadis berpakaian seperti idol melambaikan tongkat sihirnya dan berubah menjadi gadis penyihir. Dari gayanya, ini pasti anime untuk anak perempuan. Mungkin ada juga "anak dewasa" yang menontonnya.

 

"Maaf, aku mau ke toilet..."

 

Nonoa berdiri dari kursi dengan suara keras dan tiba-tiba menoleh ke arahku.

 

Sebelum aku bisa bertanya apa yang terjadi, dia berlari ke arahku dan menarik lenganku ke bawah dengan kuat. Saat aku duduk diam, dia mengangguk puas.

 

"Eh, Nonoa-chan?"

 

"Gak boleh. Kazuto-oniichan harus tetep di sini."

 

"Eh..."

 

Setelah mengatakan itu, dia kembali duduk di depan TV. ... Kenapa?

 

"Kayaknya dia pengen berada di ruangan yang sama denganmu?"

 

"Ya, mungkin..."

 

"Apa kamu ngomong sesuatu ke Nonoa? Ngomong apa gitu yang bikin dia sedih, seperti kamu mau ninggalin dia?"

 

"Aku bilang aku cuman tinggal di rumah ini selama liburan musim panas."

 

"Hmm, begitu ya."

 

Kasumi menyilangkan tangannya dan mengangguk puas berkali-kali.

 

Aku senang Nonoa merindukanku, tapi sekarang aku benar-benar ingin buang air kecil.

 

"Nonoa benar-benar menyukai Kazuto-kun. Di rumah dan di luar, dia selalu nyebut Kazuto-oniichan, Kazuto-oniichan... Dia sepertinya akan tumbuh menjadi gadis yang ceria kayak Rinka... Ugh..."

 

"..."

 

Melihat Kasumi yang gemetar, hawa dingin menjalari hatiku. Tapi, disukai oleh malaikat seperti itu adalah hal yang baik, bukan?

 

Meskipun aku memikirkannya, aku teringat ibu Rinka dan merasa ngeri, menyadari darah keluarga Mizuki tidak bisa diremehkan.

 

"A-aku seriusan pengen buang air kecil, jadi aku pergi ke toilet dulu."

 

Aku berdiri dari kursi dengan hati-hati agar tidak mengeluarkan suara, dan melihat ke arah Nonoa yang asyik menonton TV. Aku keluar dari ruang tamu dan bergegas ke toilet. Di toilet, aku berhasil buang air kecil dengan lega, dan setelah mencuci tangan, aku keluar dari wastafel.

 

"Oh, Kazuto."

 

Rinka, yang sudah selesai bersiap di kamarnya, keluar dari ruang tamu. Tas bahu besar yang dia slung di bahunya menunjukkan bahwa dia akan pergi untuk beberapa waktu.

 

Sepertinya Rinka sudah menyapa Nonoa dan Kasumi saat aku pergi ke toilet.

 

"Mau pergi sekarang?"

 

"Heem, aku gak bisa ketemu kamu selama beberapa hari."

 

"Empat hari nginep... ya?"

 

"Aku sedikit gugup kali ini. Ini bukan acara StarMains, tapi aku akan nginep sendirian."

Berjalan menuju pintu depan bersama Rinka yang memasang wajah serius, aku mengobrol dengannya.

 

Rinka, yang sedang naik daun di StarMains, tampaknya semakin banyak mendapatkan pekerjaan solo. Dia luar biasa... Aku hanya bermain game online dan bermain dengan Nonoa di rumah.

 

"Aku nanti akan merindukanmu... ya, sangat merindukanmu."

 

Rinka memakai sepatunya di pintu depan dan mengucapkan selamat tinggal.

 

"Hanya empat hari, itu cepat kok."

 

"Gak, gak. Satu hari tanpa bertemu denganmu terasa seperti penderitaan abadi. Karena kita itu pasangan, kekasih, dan dipisahkan dari orang yang kita cintai adalah hal terberat di dunia."

 

"Y-ya, begitulah...!"

 

Aku juga merasa sedih, tapi tidak separah itu.

 

Perasaanku masih dalam batas normal, seperti, aku merasa sedih, semangat ya Rinka.

 

"Sebagai gantinya karena gak bisa ketemu buat beberapa waktu, aku pengen ngerasain keberadaan Kazuto dengan kuat..."

 

"Aku nelepon kamu nanti kalau kamu lagi santai."

 

"Terima kasih. Tapi, bukan itu... bukan itu..."

 

Dia menatapku dengan mata sedih, seolah ingin berkata, "Kenapa kamu gak ngerti?".

 

Dan aku menyadari dia sesekali melirik bibirku.

 

"Ah, a-aku mengerti..."

 

"Suamiku gak peka ah kalau yang gini-gini."

 

"Bukan suami, tapi pacar--ah, sudahlah. Aku malu ngelakuinnya kalau kayak gini..."

 

"Dulu kan kamu pernah melakukannya, Kazuto."

 

"Itu karena aku gak ada persiapan. Kalau aku bersiap-siap, aku nanti malah ngerasa malu."

 

"Mau maluin apaan coba? Kita kan pasangan suami istri yang menikah di game online, di mana sifat asli kita lebih keluar daripada di dunia nyata... Gak usah malu gitu dong buat ciuman doang."

 

"Tapi wajah Rinka-san memerah sekarang."

 

"---!"

 

Rinka menutupi pipinya yang memerah dengan kedua tangannya. Dia sangat menggemaskan.

 

Aku memastikan Nonoa tidak ada di belakangku. Aku merasa gugup, tetapi aku berbalik ke arah Rinka. Merasakan perubahan suasana, Rinka menegangkan bahunya dan bersiap.

 

... Justru karena suasananya tenang, aku jadi semakin gugup.

Aku meletakkan tanganku di kedua bahu Rinka-- dan tiba-tiba aku merasakan tatapan dari bawah kakiku. Aku melihat ke bawah.

 

Di sana, Nonoa menatapku dengan mata berbinar...

 

"Dia sudah ada di sini!"

 

"Nene, mau ciuman?"

 

"Eeee, anu..."

 

"Wah keren! Ayo cepat!"

 

"... Sejak kapan kamu di sana?"

TLN : Kok iso kepergok mulu?

 

"Waktu Rinka-oneechan make sepatu."

 

Dia sudah ada di sana sejak lama... Aku sama sekali tidak menyadarinya.

 

"Nonoa. Walaupun kamu masih kecil, kamu gak boleh ngeganggu orang dewasa yang sedang berduaan."

 

"Apa aku mengganggu? Hiks..."

 

"Ugh... Sepertinya emang nggak ada orang dewasa yang bisa ngalahin kepolosan anak-anak... ugh..."

 

Melihat Nonoa yang berlinang air mata, Rinka menyerah dan mengangkat bendera putih dengan wajah sedih.

 

Idol keren yang memiliki citra tegas di depan publik ternyata sedikit lunak terhadap adiknya.

 

"Kazuto. Aku punya sesuatu yang mau aku kasih ke kamu sebelum aku pergi."

 

Rinka mengeluarkan boneka yang tampak seperti Kazuto-kun dari tas bahunya. Itu adalah boneka lucu yang diubah menjadi bentuk chibi Rinka.

 

"Eh, ini apa?"

 

"Aku ngebuat ini biar suamiku gak nangis gara-gara kesepian. Apa kamu senang?"

 

"..."

 

"Apa kamu gak suka?"

 

"A-aku suka! Aku suka banget!"

 

"Baguslah."

 

Wajahnya yang tadinya cemas berubah menjadi senyuman lega. ... Boneka Rinka-chan ya. Hanya dengan melihatnya sekilas, aku bisa merasakan kualitasnya yang tinggi. Aku mengambilnya di tanganku, dan yah, boneka ini sangat imut. Dia mengenakan kostum idol. Matanya besar dan berbinar, dan senyumnya memancarkan keceriaan yang polos. Meskipun penampilannya seperti Mizuki Rinka, aura karakternya lebih seperti Rin.

 

"Baiklah, aku pergi ya."

 

Diantar oleh aku dan Nonoa, Rinka akhirnya keluar dari rumah.

 

Selama empat hari ke depan, Rinka tidak akan pulang. Rasa hampa seperti lubang menganga di hatiku.

 

".........?"

 

Nada notifikasi berbunyi, jadi aku mengeluarkan ponselku dan memeriksanya. Pesan itu dari ayahku. Pesan itu hanya berisi kalimat sederhana, "Pulanglah ke rumah." Ada apa? Atau mungkin tentang dia yang ingin "mengobrol" seperti yang dia kirimkan sebelumnya? Atau mungkin dia merasa kesepian di rumah tanpa putranya -- tidak mungkin. Untuk saat ini, aku membalasnya dengan "Baiklah."

 

"Ada apa?"

 

"Maaf, Nonoa-chan. Aku juga harus pergi sekarang."

 

"Okee! Aku juga mau ikut!"

 

"Kali ini, aku harus pergi sendiri... Maaf ya."

 

"Hmm..."

 

Nonoa menundukkan kepalanya dengan sedih. Rasa bersalah menusuk hatiku. Tapi kali ini, aku benar-benar tidak punya pilihan. Tidak ada gunanya membawa Nonoa bersamaku.

 

Aku tidak tahu apa urusannya, tapi aku akan segera kembali kalau aku bisa.

 

 

Aku tiba di rumah sekitar tengah hari. Aku mengeluarkan kunci dan membuka pintu, lalu masuk ke dalam.

 

Aku berjalan ke ruang tamu, tetapi tidak menemukan ayahku yang seharusnya memanggilku.

 

Setidaknya dia tidak ada di lantai satu.

 

"Apa sih ini?"

 

Saat aku hendak mengeluarkan ponselku untuk memastikan, aku melihat pesan dari ayahku yang bertuliskan "Aku tidak bisa pulang karena pekerjaan. Maaf."

 

Aku sedikit kesal, tetapi aku mencoba untuk memaklumi, karena ayahku memang seperti itu.

 

"Sekalian main game online kali ya."

 

Omong-omong, aku belum menerima bonus login sama sekali.

 

Aku juga belum menyelesaikan event musim panas. Kapan terakhir kali aku bermain game online ya?

 

--- Gawat, aku ingin sekali bermain.

 

Kekurangan unsur game online!

 

Dorongan yang tak tertahankan.

 

Aku berlari.

 

Aku berlari menaiki tangga dan menyusuri lorong menuju kamarku.

Di tengah jalan, aku berpapasan dengan seorang gadis dan menyapanya, "Ah, halo." Dia membalas dengan suara kecil, "...Ha-halo..."

 

"........."

 

Ada yang aneh?

 

Aku berhenti tepat di depan kamarku. Aku berbalik. Yang turun tangga adalah seorang gadis mungil.

 

Seluruh tubuhnya terbungkus selimut berkerudung.

 

"S-siapa kamu?"

 

“――――!”

 

Gadis itu terjatuh dengan bunyi gedebuk. Itu gila!

 

Aku bergegas mendekat dan dengan hati-hati mengintip ke bawah tangga.

 

“…A-aku…aku…uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu”

 

Seorang gadis tak dikenal sedang berbaring di tanah sambil memegangi kepalanya.



Post a Comment

0 Comments

Tidak boleh adanya spoiler, hormati user lainya. Gunakan komentar dengan bijak sebagai tempat berdiskusi.

Post a Comment (0)
Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !