Masa Depan 1
"Kalau saja... kita tidak pergi ke kencan buta itu, kira-kira kita akan jadi seperti apa?"
Di hari libur, sesaat sebelum keluar rumah berdua, Ritsuka tiba-tiba bertanya begitu pada Roushi.
Sambil mencari tas selempang yang akan dipakainya, Roushi menjawab dengan singkat, "Ah."
"Apa kita masih sama-sama sendiri?"
"Eh, apa maksudmu? Kamu mau bilang aku tidak laku!?"
"Bukan begitu... Hmm, aku tidak pernah memikirkannya."
Sekitar enam tahun telah berlalu sejak kencan buta itu──Ritsuka mengganti nama keluarganya dari Nagira menjadi Saigawa. Setiap kali pergi ke suatu tempat, mereka selalu memakai cincin yang sama di jari mereka. Artinya, mereka sudah menikah.
"Memang terkadang aku memikirkan 'bagaimana jika' dalam hidup. Tapi, ada juga 'bagaimana jika' yang tidak pernah kupikirkan."
"'Bagaimana jika' aku dan Rou-kun tidak pergi ke kencan buta itu?"
"Aku tidak suka kalau kamu terus membahas kencan buta itu... Ah, maksudku, aku tidak akan memikirkan 'bagaimana jika' aku dan Ritsuka tidak bertemu lagi. Atau lebih tepatnya, aku tidak mau memikirkannya."
"Aku juga. Nfufu... Syukurlah aku memanas-manasimu waktu itu♡"
"Ya. Ritsuka yang tiba-tiba melempar es di kencan buta itu memang keren."
"Nah kan~?"
"Itu sindiran."
Jika ada sedikit saja perbedaan, mungkin masa depan Roushi dan Ritsuka akan berubah. Pertemuan mereka saat itu memang tidak menyenangkan sampai mereka berpikir seperti itu. Ritsuka bertingkah aneh, Roushi emosian dan sombong. Roushi menyadari kalau mereka berdua masih kekanak-kanakan saat itu.
"Ngomong-ngomong, kamu mewarnai rambutmu waktu itu?"
"Ya. Kayaknya aku mewarnainya sampai aku mulai serius mencari kerja."
"Karena kamu mau terlihat keren?"
".........Ya."
"Hmm. Tapi, jujur saja, itu tidak cocok untukmu. Aku lebih suka rambut hitammu yang sekarang, itu lebih cocok untukmu."
"Cara bicaramu itu membuatku senang sekaligus sedih..."
Lebih tepatnya, meskipun dia mewarnai rambutnya, dia tetap tidak populer. Tapi, Roushi berkata kalau itu ada gunanya.
"Karena aku mewarnai rambutku, aku jadi bisa bertemu denganmu lagi."
"Kita bisa bertemu karena kita pergi ke kencan buta itu. Tidak ada hubungannya dengan rambut."
"Hentikan mengatakan fakta itu...!! Aku ini romantis...!!"
Melihat reaksi Roushi, Ritsuka tertawa terbahak-bahak. Dia ingin pertemuannya dengan orang yang dicintainya terdengar seperti takdir. Dia tidak suka alasan "kencan buta" itu, karena itu terlalu biasa.
Tentu saja, Ritsuka tahu itu. Dia hanya menggodanya.
"Tapi memang, aku tidak menyangka kita akan seperti ini waktu bertemu lagi. Bisa saja kalau cuman berteman, tapi kita sampai menikah. Takdir itu memang misterius!"
"Jujur saja, aku juga berpikir begitu. Waktu itu, aku sama sekali tidak menyukaimu."
"Hmm... Aku juga menganggapmu lebih rendah dari serangga!"
"Itu berlebihan..."
"Tapi sekarang, aku lebih menyukaimu daripada serangga mana pun♡"
"Kalau ada serangga yang lebih kamu sukai daripada aku, beri tahu aku. Akan kubasmi."
Ritsuka memang tidak suka serangga. Tapi, Roushi mengingat kalau Ritsuka yang dulu tidak pernah bercanda atau menggodanya seperti ini.
Ada sebab, ada kebetulan, ada proses, dan ada masa kini. Jika semua itu disebut takdir, bagi Roushi dan Ritsuka, takdir adalah sesuatu yang harus dicintai dan disyukuri.
Sebentar lagi mereka akan pergi, tapi Roushi tanpa sadar memeluk pinggang Ritsuka.
"Ritsuka."
"Eh..."
Dia memeluknya, membisikkan namanya di telinga Ritsuka, dan suhu tubuh mereka yang sedikit bersentuhan itu meningkat.
Mereka masih punya sedikit waktu luang. Roushi melepaskan pelukannya dan menatap Ritsuka.
"Aku mencintaimu."
"Be-beberapa hari ini kamu jadi berani... uhm, aku juga..."
"Karena itu──"
‘Nyaa! Manusia jantan dan manusia betina ini mesra-mesraan di siang bolong! Ah, ah, B. Morel (mantan pemain Orix)!’
Byur. Kucing kesayangan mereka, Nyan-kichi, melihat mereka berdua, lalu pipis di tempat.
"Hei, Nyan-kichi! Kau sengaja pipis lagi!?"
"Ya ampun, aku harus mengambil lap."
‘Aku memang sengaja, nya... Rasakan...’
"Jadi itu memang disengaja! Dan kenapa kau tahu Morel!?"
"Apa maksudmu, Rou-kun? Senshu?"
Entah kenapa, Nyan-kichi hanya bisa bicara dengan Roushi. Meskipun bisa bicara, dia tidak pernah menurut.
Di sisi lain, karena Ritsuka tidak mengerti, dia hanya mengerutkan kening sambil mengambil tisu penyerap.
Suasana romantisnya jadi rusak. Yah, karena mereka memang akan keluar, tidak ada gunanya mesra-mesraan. Roushi menghela napas dan membantu membersihkan kekacauan itu.
Hari ini baru saja dimulai. Hari ini, ada beberapa hal yang harus dilakukan.
Jadi, sambil memikirkan rencana selanjutnya, Roushi menjentikkan hidung Nyan-kichi, dan iseng meremas pantat Ritsuka, lalu menerima serangan balasan yang menyakitkan dari istri dan kucingnya.
Tidak boleh adanya spoiler, hormati user lainya. Gunakan komentar dengan bijak sebagai tempat berdiskusi.