Soshiki no Shukuteki to Kekkon Shitara Mecha Amai V2 chap 1

Ndrii
0

Episode 1




《Saigawa Roushi》, dua puluh tahun. Karena aku cukup pintar, aku berkuliah di universitas yang lumayan bagus, sekarang aku mahasiswa tingkat tiga. 


Kalau ditanya apa yang membedakan aku dari orang lain, mungkin karena dulu aku pernah menjadi bagian dari organisasi bernama Shijima, dan bertarung melawan orang-orang berkekuatan super meskipun aku tidak punya kekuatan apa pun~


(Tidak, tidak boleh... Ini memalukan sekali... Pasti aku akan dijauhi...)


Di pertengahan bulan April, aku mengerang di kamarku di apartemen.

Karena akhir pekan ini, aku akan ikut kencan buta. Tentu saja, ini kencan buta pertamaku.


Meskipun aku selalu bilang "Tidak masalah meskipun tidak punya pacar", tapi karena aku belum pernah berpacaran dan tidak punya kesempatan bertemu banyak orang, aku mulai merasa cemas dan minder. Lalu, temanku mengajakku ikut kencan buta. Ini seperti durian runtuh, atau lebih tepatnya, kapal pesiar mewah yang jatuh dari langit. Aku langsung ingin memanfaatkan kesempatan emas ini untuk mendapatkan pacar pertamaku di kencan buta pertamaku.


Karena itu, sekarang aku sedang mati-matian memikirkan apa yang harus kukatakan untuk memperkenalkan diri... tapi.


(Padahal aku tidak bohong...)


Namaku, universitasku, tingkatku, masa laluku, semuanya benar.


Ya──aku benar-benar pernah menjadi bagian dari organisasi yang tidak jelas, dan bertarung sendirian melawan orang-orang berkekuatan super. 


Di dunia di mana kita bisa mengetahui apa pun hanya dengan mengetiknya di mesin pencari, ada kejadian-kejadian yang tidak diketahui siapa pun, pertarungan hidup dan mati yang melampaui batas manusia.


Beberapa tahun setelah pertarungan panjang itu berakhir, akhirnya aku menyadari sesuatu.


(Ternyata... aku pernah berada di dunia yang tidak normal...)


Saat itu, aku tidak memikirkan apa pun, atau mungkin karena ketidaknormalan itulah yang normal bagiku, jadi aku tidak pernah meragukannya. Tapi, setelah menjalani kehidupan kampus yang biasa-biasa saja, mau tidak mau aku menyadarinya.


Mahasiswa normal tidak pernah mempertaruhkan nyawa mereka untuk bertarung, apalagi menembakkan senjata api, mereka bahkan menganggap kekuatan super itu hanya ada di dunia fiksi.


Karena itu──atau mungkin karena kepribadianku──aku tidak punya banyak teman, yang akhirnya membuatku tidak punya pacar sampai sekarang. Dan aku tahu kalau orang seperti itu dianggap sebagai "pecundang" di masyarakat.


(Tapi──aku akan mengubahnya. Di kencan buta ini, aku akan mengubah hidupku.)


Hampir semua kemampuanku sekarang tidak berguna. Kemampuan menembak, bertarung, semua itu tidak ada apa-apanya dibandingkan kemampuan berbicara untuk membuat seorang gadis tertawa. Karena itu, sebagai mahasiswa biasa, aku akan melupakan masa lalu dan hidup lebih bahagia lagi. Untuk itu, aku ikut kencan buta.


"Kau tidak perlu segugup itu."


Aku menoleh ke arah suara itu, dan melihat seorang pria tinggi kurus berdiri di sana.

"Kayama... Jangan masuk kamarku seenaknya." 


"Haha. Pintunya tidak terkunci. Aku mengintip karena penasaran, terus melihatmu lagi memasang wajah aneh." 


"Aku tidak memasang wajah aneh." 


"Kalau begitu, berarti memang dari sana nya wajah aslinya." 


"Kupukul kau."


Orang yang menggodaku ini adalah, 《Kayama Reiichi》... dia salah satu dari sedikit temanku, dia seumuran denganku dan satu fakultas. Dan dialah yang mengajakku ikut kencan buta.


"Lagipula, gugup apanya? Memangnya sejak kapan aku gugup?" 


"Eh? Haha, kau mau aku nyebutin? Kau keliatan jelas lagi mati-matian memikirkan kalimat perkenalan yang bagus buat kencan buta akhir pekan ini. Kau sangat bersemangat?" 


"Guh..."


Lebih baik dibilang memasang wajah aneh saja. Aku tidak bisa membantahnya.


"Ah, enak ya jadi kau! Pasti banyak yang menyukaimu!?"


Kayama itu, bisa dibilang, tampan. Tubuhnya kurus, wajahnya rupawan, tipe yang sangat disukai wanita. Selera fashion-nya juga bagus, kalau kami berjalan berdua di kampus, hampir semua mahasiswi akan menoleh ke arah Kayama. Dia cocok menjadi model──


"Aku tidak membantah kalau aku populer, tapi──bisakah kau tidak mengatakannya? Untukku yang fobia wanita, disukai banyak wanita itu seperti dihujani teror."


Ya. Kayama itu fobia wanita. Kalau ada wanita di dekatnya, dia langsung panik.


Kurasa itulah alasan utama kenapa dia yang seharusnya bisa hidup bahagia malah berteman dengan orang yang hampir tidak punya teman sepertiku. Katanya, aku tidak berbau wanita jadi dia merasa tenang di dekatku. 


Diam kau.


"Tapi, aneh juga kau mengajakku ikut kencan buta. Uhm... apa kau tidak apa-apa? Kurasa kau tidak perlu memaksakan diri." 


"Terima kasih atas sarannya. Tapi, kencan buta ini ada artinya untukku. Jadi, sekalian saja aku mengajakmu yang diam-diam mau punya pacar." 


"Ada-ada saja... Jangan mengasihaniku."


“Haha. Kita senasib. Kau yang tidak laku, dan aku yang fobia wanita.”


“Penyakit kita beda!”


Seperti itulah, saat tidak ada kuliah, Kayama akan datang ke kamarku, mengobrol ngalor ngidul, menonton film yang dia pinjam, atau membaca komik yang dibeli dari toko buku bekas, menjalani kehidupan mahasiswa yang cenderung malas-malasan. Meskipun tidak menyenangkan, tapi tidak buruk juga.


Tapi, karena aku yang tidak punya pengalaman dengan wanita dan Kayama yang fobia wanita akan pergi ke kencan buta, mungkin kami harus siap menghadapi masalah. Aku kembali mengumpulkan tekad dan mencoba memikirkan lagi kalimat perkenalan yang sangat bagus.




Sepertinya, teman kencan kami adalah sekelompok mahasiswi dari universitas wanita. Mereka bukan anggota klub atau UKM mana pun. Penyelenggara dari pihak laki-laki──sepertinya dia kenalan Kayama──juga bukan anggota organisasi apa pun, jadi ini hanyalah kencan buta biasa antara mahasiswa, 6 lawan 6.


Tapi, yah, aku tidak peduli lagi.


“Yoshino, bolehkah aku pulang...? Perutku...”


“Eh, tapi kan acaranya belum mulai? Kamu sakit perut?”


“Kayaknya... aku lapar.”


“Makanya kau harus di sini! Sebentar lagi kita akan makan!!”


“Mana bisa kurasakan apa pun di tempat seperti ini...”


Awalnya, aku kira dia seorang cosplayer atau berpenampilan punk, intinya, aku kira rambutnya itu wig atau diwarnai. Tapi, ternyata bukan. Rambut peraknya yang mencolok itu jelas rambut asli──berkilau terkena cahaya lampu di kedai minum ini.


Aku tidak akan pernah melupakan sosoknya yang menyerangku dengan pedang putih di bawah sinar rembulan. Pasti karena gerakannya, setiap helai rambut peraknya, terlihat sangat indah sekaligus menakutkan. Karena semua itu, aku menganggapnya musuh bebuyutanku.


Tapi sekarang, dia malah jadi orang aneh yang matanya melihat ke mana-mana dan mengisap udara dengan sedotan!!


(Kenapa dia ada di sini...?)


Salah satu Actor terkuat yang menjadi anggota organisasi lawan  Shijima, yang disebut sebagai《Organisasi Rod》, Nagira Ritsuka. Biasa dipanggil《White Demon》. 

Saat pertama kali bertemu di kencan buta ini, aku langsung tahu kalau orang aneh itu adalah dia. Yah, karena penampilannya memang mencolok, tidak mungkin aku melupakannya.


Di sisi lain, Nagira tidak langsung menyadari keberadaanku. Terakhir kali aku bertemu dengannya adalah saat pertempuran terakhir, sekitar empat tahun yang lalu. Dibandingkan dulu, penampilanku sekarang lebih berandalan, dan aku juga mewarnai rambutku. Pasti dia tidak langsung mengenaliku.


Karena terlalu fokus pada Nagira, aku tidak bisa mengucapkan 1% pun dari kalimat perkenalan yang sudah kupikirkan. Tapi, karena aku sudah menyebutkan namaku, Nagira akhirnya mengenaliku.


“Ah...! Aaaaa...!!”


Aku bisa memastikan kalau dia tidak melupakanku.


Karena dia adalah musuh bebuyutanku, dan aku juga musuh bebuyutannya.


(Ternyata dia tipe orang yang ikut kencan buta...)


Nagira yang dari awal sudah bertingkah aneh, jadi semakin aneh setelah mengenaliku.


Mungkin karena kami tidak menyangka akan bertemu lagi di tempat seperti ini. Yah, memang.


“A-a-a-aku... uwaaaaaaa!! Da-dada mereka berjejer seperti orang bodoh!! Aku tidak suka!! Lihat saja ini!!”


Saat aku dan Nagira sedang tegang, perkenalan diri Kayama benar-benar buruk.


Susunan tempat duduknya laki-laki di satu baris, perempuan di satu baris, saling berhadapan, dan dia menyebut barisan perempuan itu sebagai “dada yang berjejer seperti orang bodoh”, itu adalah ucapan yang sangat berani di zaman sekarang. Lalu, Kayama melemparkan kartu namanya (kenapa dia bawa begituan?) ke arah para perempuan, dan akhirnya pingsan karena syok. Hei, kau ini fobia wanita, kenapa ikut kemari...?


Saat itulah aku memutuskan untuk pura-pura tidak kenal dengan Kayama di kencan buta ini.


“A-a-a-aku... Na-nagi... Hiyaaaaaaa!!”


Ctar ctar ctar ctar... 


Kerikil es dilemparkan ke arah barisan laki-laki. Itu ulah Nagira saat dia memperkenalkan diri. Jangan menyaingi Kayama dengan hal seperti itu. Kalian ini sedang lomba membuat orang ilfil?


Sekilas, sepertinya dia melemparkan es batu dari minuman yang dipesan, tapi jumlahnya jelas lebih banyak. Seolah-olah dia sudah menyiapkannya dari awal.


(Jangan gunakan《Breath of Blessing》di tempat seperti ini...!!)


Jawabannya adalah, dia membuatnya di tangannya. Saat ini juga, Nagira menggunakan kekuatan supernya──yang disebut《Breath of Blessing》.


Nagira Ritsuka adalah orang yang bisa mengendalikan es dan salju sesuka hati──itulah kenapa dia dipanggil《White Demon》. 


“Hei! Jangan melempar es ke orang-orang tampan ini! Meskipun panik, ada hal yang boleh dan tidak boleh kau lakukan! Ah, maaf semuanya. Anak ini namanya Nagira Ritsuka, aku, Kuri Yoshino, akan menasihatinya...”


Seorang wanita yang tampak cerdas berkacamata, duduk di sebelah Nagira, memarahi Nagira sambil membungkuk meminta maaf ke berbagai arah. Hanya dari adegan ini saja, sudah jelas bahwa dia orang yang bertanggung jawab.


Kencan buta dimulai dengan suasana yang mengerikan. Penyelenggara dari pihak pria marah pada Kayama, dan penyelenggara dari pihak wanita memelototi Nagira. Sementara itu, kedua penyebabnya sama sekali tidak merasa bersalah.


"Ke, ke ke ke ke... kenapa,《White Hunter》, ada di sini..."


Kata-kata yang akhirnya diucapkan Nagira adalah apa yang ingin kukatakan juga.


Sebagai informasi,《White Hunter》adalah julukanku saat itu. Kalau dipikir-pikir sekarang, cukup memalukan.


"Itu yang ingin kukatakan,《White Demon》. Apa ini semacam tugas?"


Meskipun aku berpikir tidak mungkin, aku bertanya kembali dengan sinis. Sama seperti《Organisasi Shijima》yang telah dibubarkan, 

《Organisasi Rod》juga sudah dibubarkan. Artinya, Nagira Ritsuka juga tidak lagi berada dalam hari-hari pertempuran.


"Tu, tu tu tu... tugas.... Ya, ini, tugas...!"


"Tidak mungkin itu tugas."


"Ya, mana mungkin itu tugas. Menyebut kencan buta sebagai tugas, seberapa hauskah dia pada pria! Oh, sebagai informasi, aku datang sebagai tugas~. Salam kenal, Saigawa-san."


Kuri-san ikut campur seolah membela Nagira. Secara intuitif, aku mengerti.


(Orang ini──dari pihak sana)


Keberadaan dari sisi non-sehari-hari yang tergabung dalam《Organisasi Rod》. Sama seperti Nagira dan aku, Kuri-san juga sama. Tidak ada bukti, tetapi mungkin benar.


"…Sebaiknya jangan gunakan julukan《White Demon》di tempat seperti ini. Rikka juga, menggunakan《Breath of Blessing》juga tidak boleh. Sekarang kalian berdua hanya mahasiswa biasa."


Tanpa perlu menyelidiki apakah dia dari pihak sana atau bukan, Kuri-san menegur kami berdua dengan berbisik.


Dia tidak bisa mengatakan itu jika dia tidak tahu situasi kami.


Kalau begitu, yang tersisa adalah apakah wanita ini memiliki《Breath of Blessing》atau tidak──


"Lihat, Saigawa-san. Sekarang kamu penasaran keahlianku? Kamu punya kebiasaan yang sama dengan Rikka. Ahaha, kita mirip!"


(Ketahuan? Sulit dipercaya dia membaca pikiranku──)


"Ti, ti ti, tidak mirip... dengan orang seperti ini.... Yoshino, ada hal yang boleh dan tidak boleh dikatakan..."


"Apakah sampai segitunya?"


Orang yang tidak sopan.... Seberapa banyak pun kewaspadaan yang dimiliki, tidak akan menjadi masalah.


Awalnya, Nagira juga, di tengah tatapannya yang berkeliaran, sedang mencari apakah aku membawa senjata atau tidak. Yah, karena aku tidak membawa senjata ke kencan buta, percuma saja dia melakukannya.


"Untuk saat ini, bagaimana kalau kita bersulang untuk merayakan pertemuan kembali ini?"


"Yah... aku tidak keberatan."


"Ge-gelasnya, kosong."


"Kalau begitu, kita pesan sesuatu. Rikka, apa kamu mau minum alkohol?"


"Tidak boleh... aku masih di bawah umur. Yoshino juga harus minum air, nanti bisa ditangkap."


"Jangan terlalu kaku~. Lagipula, tidak akan ada pemeriksaan usia, dan tidak ketahuan berarti aman!"


"Tapi..."


"Tunggu sebentar. Eh, kalian berdua............ masih di bawah umur?"


Aku telah bertarung dengan Nagira Ritsuka berkali-kali, tetapi aku hampir tidak tahu apa pun tentang kepribadiannya.


Aku tahu sedikit banyak tentang《Breath of Blessing》yang dimilikinya, tetapi sebenarnya aku bahkan tidak tahu usia Nagira. 


Jadi aku sangat terkejut dengan ucapan 'di bawah umur' Nagira.


"Ah, Saigawa-san. Apa kamu akan mengatakan hal yang tidak sopan? Di kencan buta, itu agak..."


"Di, di di... diam! Yo-Yoshino tidak akan kubiarkan ditangkap...!"


"Itu tidak penting...! Kalian berdua, berapa umur kalian...?"


"18 tahun."


"…!?"


Mereka berdua berusia 18 tahun. Mereka masih mahasiswa baru, mahasiswa tahun pertama. Jadi jika mereka minum alkohol, itu akan menjadi pelanggaran minum di bawah umur, tetapi itu benar-benar tidak penting.


Masalahnya adalah, Nagira Ritsuka dua tahun lebih muda dariku.


Empat tahun lalu, yaitu saat aku berusia 16 tahun dan kelas 2 SMA. Saat aku bertarung sengit dengan orang-orang《Organisasi Rod》.


Nagira masih 14 tahun... yang berarti dia masih kelas 3 SMP.


“Oh, kamu...! Apa kamu mengalami kesulitan melawan siswa sekolah menengah...!?”


Aku mengira Nagira──《White Demon》seusiaku, atau sedikit lebih tua. Nagira terlihat sangat dewasa, atau lebih tepatnya, kekuatannya sedemikian rupa hingga bisa dengan mudah mengalahkan orang dewasa. Tentu saja, karena aku juga bisa dengan mudah mengalahkan orang dewasa, aku salah mengira usianya.


Ternyata... saat itu anak SMP? Eh? Apa boleh ada anak SMP sekuat itu?


"Berhenti memalsukan umur!! Kamu berumur dua puluh tahun, atau sedikit lebih tua!!"


"Orang ini... menakutkan."


"Hmm.... Begitu ya. Rikka, coba tunjukkan kartu ID-mu pada Saigawa-san."


"I-informasi pribadi..."


"Tidak apa-apa. Kamu akan melihat sesuatu yang lebih menarik."


Dengan ekspresi enggan, Nagira menunjukkan kartu pelajarnya kepadaku (padahal dia tidak perlu melakukannya).


Setelah diperiksa, sudah pasti... 18 tahun. Dipastikan bahwa dia anak SMP saat itu.


Sejujurnya, aku dan《White Demon》tidak setara. Dia lebih tinggi dariku. Aku entah bagaimana bisa menghadapinya dengan menggunakan peralatan, teknik, pengetahuan, dan lingkungan di tempat itu. Aku bahkan merasakan semacam kekaguman, 'Ada orang sekuat ini di usiaku'.


"Aku, dengan siswi SMP...! Begitu saja...!?”


Ini masalah harga diri. Terutama saat remaja, perbedaan usia satu tahun sangat berarti. Semua orang pasti berpikir, “Aku tidak mau kalah dari yang lebih muda.” Aku juga tidak terkecuali.


Tentu saja, ada banyak orang yang lebih muda dan lebih kuat dariku. Aku tidak meragukannya, dan aku bisa menerimanya. Tapi, kalau lawannya adalah《White Demon》, aku tidak mau mengakuinya.


Sekarang, harga diriku──runtuh berkeping-keping.


“Se-setidaknya, kalau lebih tua...”


Aku menutup wajahku dengan kedua tanganku. Kencan buta ini benar-benar terbagi menjadi beberapa area, “Kayama”, “Nagira”, dan “yang lainnya”. Tidak ada yang memperhatikan kami lagi.


Nagira menatapku dengan heran, lalu Yoshino membisikkan sesuatu padanya.


Mungkin dia mengatakan sesuatu yang tidak perlu. Sepertinya Yoshino memang orang seperti itu.


“Uhm, Feath... Saigawa-san. Berapa umurmu sekarang?”

“...Dua puluh tahun... Mahasiswa tingkat tiga...”


Seharusnya aku sudah mengatakannya saat perkenalan diri tadi. Kenapa dia bertanya lagi?


“Ah, dua puluh. Hmm... Jadi saat itu kau kelas dua SMA.”


“Iya...”


“Hee... Aku kelas tiga SMP.”


“Ya, aku tahu...”


“Kau disiksa... Sama anak SMP?”


“.........”


“Fuh.”


Eh? Dia baru saja menertawaiku? Dia menertawaiku, kan? Dia mengejekku, kan?


Dia mengejekku dengan wajah penuh kemenangan. 


“Ma-maaf (tertawa). Aku kira,《Feather Hunter》itu anak SMP yang seumuran denganku... (tertawa).”


“Hei... hentikan...”


“Mulai sekarang aku akan memanggilmu dengan benar.”


“Hentikan...”


“Saigawa-senpai... (tertawa).”


Ctok... 


Gelas minum Nagira yang sudah diisi ulang dan gelas birku bersulang dengan canggung.


“Aaaaaaaaaaa!! Ayo bertarung lagi denganku, dasar brengsek!!”


Saat itulah area ini terbagi menjadi “Kayama”, “Nagira”, “aku”, dan “yang lainnya”...





“Kalian berdua. Ngapain ke sini?”


Aku dan Kayama dipanggil oleh penyelenggara dari pihak laki-laki di tengah acara. Dia berpakaian seperti mahasiswa pada umumnya, tapi wajahnya sangat marah.


“Yah, uhm...”


“Haha. Tidak ada gunanya mencari alasan. Seperti yang kau lihat, memang ada dua makhluk di negara ini yang tidak cocok untuk kencan buta.”


“Jangan santai saja! Kayama, aku mengundangmu karena wajahmu tampan! Dan kau... aku lupa namamu, tapi kalau kau tidak tahu situasi, pulang saja! Akan kubayari!!”


Ternyata dia cukup baik. Atau mungkin dia ingin kami pergi meskipun harus membayar kami.


Aku tahu aku sudah melakukan kesalahan besar. Karena terpancing oleh Nagira, aku berteriak. Mudah ditebak kalau suasana akan langsung dingin jika melakukan itu di kencan buta. Lebih baik dibekukan oleh 

《White Demon》Nagira.


Aku menatap Kayama. Dia mengangguk kecil.


“Terima kasih──aku tidak akan melupakanmu. Meskipun aku lupa namamu...”


Lalu Kayama memeluk penyelenggara itu dari depan dan menepuk punggungnya.


“Kenapa kau malah begitu?”


“Hentikan!! Sepertinya aku yang dihibur!! Dan namaku──”


“Kalau begitu, kita terima saja tawarannya dan pulang, Saigawa. Kita makan gyudon dengan uangnya nanti.”


“Jangan bilang uangnya... Ah, terima kasih.”


Kayama langsung pergi, dan aku bergegas mengejarnya.


Kami tidak mungkin bisa kembali ke kencan buta itu, dan kami tidak punya pilihan lain selain pulang.


“Jangan pernah muncul lagi di hadapanku!! Terima kasih!!”


(Jadi dia membalas terima kasihku...)


Bisa dibilang dia memang seorang mahasiswa. Mungkin penyelenggara ini bukan orang jahat.


“Pasti kau akan mimpi melihat payudara sebanyak itu.”


“Laki-laki mana pun pasti senang dengan mimpi seperti itu, kecuali kau...”


Aku dan Kayama berjalan pulang dengan gontai. Tidak... Kayama tidak berjalan. Dia melompat-lompat seperti besar. Aku tidak terlalu memperhatikan, tapi, apa kau kenal dengan gadis berambut perak itu?”


“Yah, bisa dibilang begitu. Kenapa kau melompat-lompat?”


“Reaksi. Reaksi karena sudah bebas dari gerombolan payudara. Tubuhku ikut melompat.”


“Orang seperti itu tidak boleh ikut kencan buta...!!”


Aku sering tidak mengerti apa yang Kayama pikirkan. Dan terkadang, dia melakukan hal aneh seperti ini. Yah, aku sudah cukup terbiasa. Dan jangan panggil wanita dengan sebutan “gerombolan payudara”. Kau berlebihan sekali.


“Tapi, aku benar-benar... Tidak peduli dia kenalanku atau tidak, seharusnya aku bersikap biasa saja... Aku terlalu fokus padanya...”


“Gadis berambut perak itu juga lumayan parah. Baru pertama kali aku melihat wanita yang melempar es saat perkenalan diri.”


“Kurasa semua orang juga baru pertama kali melihat laki-laki yang melempar kartu nama dan pingsan saat perkenalan diri.”


“Itu memang benar──”


“Heeeeeei! Kalian berdua! Tunggu!!”


Saat Kayama yang sedang melompat-lompat hendak menoleh, seseorang memanggil kami dari belakang.


Suara yang familiar. Aku langsung menoleh.


“Kuri-san. Dan... Nagira.”


“Kalian kok tidak kembali? Kata penyelenggaranya, kalian pulang duluan. Kami juga keluar dari kencan buta itu.”


“Padahal aku bilang mau langsung pulang... Aku tidak bilang mau mengejar kalian...”


Kuri-san yang sedikit terengah-engah, dan Nagira yang tidak terengah-engah tapi terlihat kesal, ada di sana.


Kenapa mereka keluar dari kencan buta dan mengejar kami?


“Uwaaaaaaaa!! Payudara berjalan datang!!”

Kayama yang sedang melompat-lompat langsung jatuh terlentang, dan menggeliat seperti ikan yang terdampar di darat. Kau ini kenapa, sih? Kubilang, jangan panggil wanita dengan sebutan “payudara”.


“Kalau ada yang ingin kalian bicarakan, kita bicara di taman sana saja. Abaikan saja dia.”


“Ah, oke. Ayo kita ke sana~”


“Dia pintar meniru ikan...”


Aku meninggalkan Kayama, dan pergi ke taman kecil terdekat bersama Kuri-san dan Nagira.


Tanpa sadar, aku meraba pinggangku. Aku baru sadar kalau aku sedang mencari pegangan pistol.


(Kami dulunya musuh. Tidak mungkin tidak ada kemungkinan kami akan bertarung.)


Aku menjaga jarak dan bersandar pada tiang lampu di taman. Di belakangku ada semak-semak, jadi aku bisa bersembunyi dengan cepat. Di sisi lain, Kuri-san dan Nagira berdiri berdampingan.


“Jadi──ada apa kalian menemuiku?”


“Yah, aku hanya ingin meminta maaf soal tadi. Aku terlalu memanas-manasi Ritsuka, aku tidak menyangka kau akan semarah itu. Maafkan aku!”


Kuri-san membungkuk meminta maaf padaku.


“Ah... tidak, yah, aku juga agak kekanak-kanakan...”


Karena tidak menyangka akan dimintai maaf, aku jadi terkejut.


“Hei, Rikka, minta maaf juga!”

“...Tidak mau.”


“Ha?”


Kuri-san mendorong punggung Nagira, tapi Nagira tidak mau membungkuk.


“Jangan begitu! Orang ini kan lebih tua, dan Rikka juga membuat keributan di kencan buta, jadi dia harus minta maaf! Ayo bungkuk... tidak bisa!! Kamu terbuat dari besi!?”


“Tidak mau, tidak mau! Aku tidak mau minta maaf!”


“Kenapa!?”


“Karena...”


Nagira melirik ke arahku. Lalu dia menatapku selama beberapa detik, seperti sedang menilai.


“...Fuh.”


“Minta maaflah! Kau harus minta maaf padaku, termasuk karena senyumanmu barusan!”


Aku tidak menyangka akan diejek lagi. Tidak seperti Kuri-san, dia ini kenapa, sih?


“Ah, anak ini... Maafkan dia, Saigawa-san. Biasanya dia tidak seperti ini.”


“Karena... itu kan fakta. Aku yang lebih muda, lebih kuat darinya yang lebih tua. Kenapa aku harus minta maaf karena mengatakan fakta? Itu aneh.”


“Guh...!!”


Berisik sekali... Tapi, Nagira memang hanya mengatakan fakta. Memang benar aku selalu kesulitan melawan Nagira yang lebih muda, dan wajar saja kalau Nagira memanggilku “senpai”.


Tapi, masalahnya adalah sikap Nagira yang sangat merendahkan. Jadi, tetap saja dia harus minta maaf.


“Yah, itu memang... benar. Mungkin Saigawa-san memang lebih lemah.”


“Kenapa kau ikut-ikutan mengejekku?”


“Tuh, kan? Marah kalau dikatakan fakta, berarti kau tidak berlapang dada. Kau tidak berlapang dada.”


Nagira kembali merendahkanku. Ah, sekarang aku baru sadar... tatapannya itu familiar.


Kami dulunya musuh, dan kami selalu bersikap angkuh satu sama lain. Karena kalau tidak, kami akan terintimidasi oleh satu sama lain, jadi kami sering mengobrol seperti ini.


Apa sekarang juga sama? Kalau begitu, Nagira tidak perlu meminta maaf padaku. Untuk saat ini.


“Jadi kau akan minta maaf kalau itu bukan fakta?”


“Hah? Apa maksudmu──”


Sebelum Nagira selesai bicara, aku menembakkan batu yang kupegang ke atas dengan jariku.


Prak.


Lampu jalan di atas kepalaku pecah, dan kami diselimuti kegelapan.


Aku menendang tanah. Menendang sekuat tenaga. Dengan kecepatan eksplosif di tangan kananku, aku meninju Nagira.


Aku memilih tempat ini karena aku bisa langsung bersembunyi jika diserang, dan juga──jika aku yang menyerang, aku bisa memadamkan lampu dan menyerang lawan dengan tiba-tiba.


──Tinjuku mengenai leher Nagira sebelum dia sempat membuat dinding es.


“Kau jadi lemah sekali dalam empat tahun ini, ya? 《White Demon》.”


“.........”


Aku tidak menghancurkan lehernya hanya karena aku ingin dia meminta maaf. Lagipula, Nagira pasti mengerti. Kalau aku sedikit lebih berniat membunuhnya, dia pasti sudah tamat.


“Minta maaf. Aku lebih kuat.”


“...Kubunuh kau...!!”


“Coba saja...!!”


Karena lampu jalannya rusak, sekitar kami sangat gelap. Hanya cahaya bulan yang redup yang menerangi kami.


Di tengah kegelapan itu, kabut tipis menyelimutiku.


Suhu dingin yang menusuk tulang itu benar-benar karena suhu udara yang turun.


Pasti itu ulah《Breath of Blessing》Nagira, dan juga pertanda serangan.


Tapi, kalau dia menyerang, aku akan menghancurkan lehernya sebelum itu──

“Stop stop stop!!”


Sst! Sst!


Terdengar suara seperti sesuatu yang disemprotkan... atau lebih tepatnya, disemprotkan ke arah kami.


“Wah! Apa ini...!?”


“Uhuk! Hei, Yoshino! Kenapa aku juga kena...?”


Aku langsung tahu dari aroma manisnya. Sepertinya Kuri-san menyemprotkan parfum ke wajahku dan Nagira.


Aku tanpa sadar menjauh dari Nagira. Dia juga melakukan hal yang sama.


“Kalian ini, sampai kapan mau main perang-perangan!? Zaman itu sudah berakhir, ayo kita lulus dari hal itu!”


“Perang...”


“Perangan...”


Aku sadar kalau aku sedang emosi.


Memang, bertarung sungguhan di taman pada malam hari seperti ini, jujur saja itu gila.


“Tapi! Aku tahu kalau Rikka dan Saigawa-san itu sangat kompetitif! Jadi──”


Rikka mengeluarkan dompet dari tasnya, lalu mengambil dua lembar tiket dari sana.


“Ini! Kupon arena bowling! Kuponnya mau kedaluwarsa, jadi kalian berdua pergi saja besok!”

“Tu-tunggu. Aku tidak mengerti. Kenapa aku harus pergi ke tempat seperti itu dengan《White Demon》?”


“Benar, Yoshino! Kalau pun kami pergi, kau juga harus ikut!?”


“Ah, besok aku ada kerja paruh waktu, jadi tidak bisa. Lagipula kuponnya Cuma dua, dan aku sedang bokek. Yah, sudahlah, intinya, kalau mau bertanding, tentukan pemenangnya dengan cara lain selain bertarung! Atau kalian takut kalah, jadi mencari alasan untuk tidak jadi? Aku sih tidak masalah──”


“”Kami pergi.””


“Kompak sekali... Kalau begitu, sudah diputuskan. Bersenang-senanglah, kalahkan satu sama lain sepuasmu♪”


Dengan ekspresi gembira, Kuri-san memutuskan begitu saja.


Jadi, entah bagaimana ceritanya. Aku bertemu musuh bebuyutanku di kencan buta, hampir saja bertarung sungguhan, dan akhirnya kami akan pergi bermain bowling berdua besok.


Awal dari hari-hari yang sangat konyol, tidak normal, tapi biasa saja.


Sampai akhirnya aku menyadari kalau musuh bebuyutanku itu adalah takdirku.




Cerita ini──adalah kisah cinta, tentang awal pertemuan kami berdua.














Post a Comment

0 Comments

Tidak boleh adanya spoiler, hormati user lainya. Gunakan komentar dengan bijak sebagai tempat berdiskusi.

Post a Comment (0)
Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !