Otonari Asobi chap 5 V7

Ndrii
0

Chapter 5

"Kenangan di Malam Tahun Baru"




Beberapa hari telah berlalu sejak Karin menginap, dan hari ini adalah malam tahun baru.

 

'Aku datang!!'

 

Livy datang ke rumah kami. Beberapa hari ini kami sudah pergi ke berbagai tempat, dan hari ini dia ingin bermain di rumah kami.

 

'Selamat pagi. Kamu bersemangat sekali dari pagi, Livy.'

 

'Ah, Lottie, selamat pagi!'

 

'Aduh, lagi...!'

 

Seperti biasa, Livy mencium pipi Charl, dan Charl marah sambil tersipu.

 

Karena mereka melakukan ini setiap hari, aku jadi terbiasa.

 

Charl juga tahu dia akan dicium, jadi seharusnya dia menghindar kalau dia tidak suka... Tapi dia tidak menghindar, itu menunjukkan perasaannya yang sebenarnya.

 

'Selamat pagi, Livy. Kamu tidak tersesat?'

 

'Selamat pagi, Akihito! Aku sudah hafal jalannya.'

 

Livy melepas sepatunya sambil tersenyum ceria.

 

'Apa Kanon tidak ada lagi hari ini?'

 

'Ya, sepertinya dia sibuk.'

 

Dia memang selalu sibuk saat liburan akhir tahun dan tahun baru.

 

Mungkin dia harus menghadiri banyak acara orang kaya.

 

Aku jadi agak malas karena nanti aku juga harus melakukannya.

 

'Emma sedang tidur, ya?'

 

Livy melihat Emma yang ada di gendonganku.

 

'Dia baru bangun tidur, jadi dia masih mengantuk.'

 

Setelah kubangunkan, dia minta digendong, dan dia tertidur lagi setelah kugendong.

 

Karena hari ini libur, tidak perlu memaksanya bangun.

 

'Di mana Kagura?'

 

'Dia di kamarnya.'

 

Mungkin dia menyingkir ke kamarnya agar kami dan Livy tidak sungkan.

 

Dia memang perhatian.

 

'Ayo kita ke ruang tamu dulu.'

 

Lalu, aku membawa Livy ke ruang tamu--

 

'Ah, ini kotatsu...?'

 

Mata Livy berbinar melihat kotatsu yang baru ditaruh di ruang tamu kemarin.

 

Reaksinya sama seperti Charl kemarin, aku hampir tertawa.

 

Kagura-san mengeluarkan kotatsu ini karena Livy juga akan menghabiskan malam tahun baru dan tahun baru di sini.

 

'Apa ini pertama kalinya kamu melihatnya?'

 

'Tentu saja! Di Inggris, kami memakai sepatu di dalam rumah!'

 

Aku sudah mendengarnya dari Charl, tapi sepertinya mereka memang jarang melepas sepatu di dalam rumah.

 

'Ayo kita masuk...!'

 

Livy yang tertarik dengan kotatsu, langsung melepas jaketnya dan mengajak kami masuk.

 

Charl dan Livy duduk berhadapan, dan aku duduk di depan Charl, sedikit ke kiri, dan di depan Livy, sedikit ke kanan, sambil menggendong Emma-chan.

 

Sepertinya mereka berdua duduk dengan lutut ditekuk.

 

Kalau mereka meluruskan kaki, mereka akan mengganggu orang di depannya, dan kalau mereka duduk dengan kaki dilipat ke samping, ujung kaki mereka akan keluar dari kotatsu, jadi mungkin karena itu mereka duduk seperti itu.

 

Aku juga tidak bisa meluruskan kakiku, jadi aku duduk bersila dan mendudukkan Emma-chan di atas kakiku.

 

'Hangat sekali...! Jadi seperti ini rasanya...!'

 

'Fufu... Livy seperti anak kecil.'

 

Charl menutup mulutnya dengan tangan dan tertawa melihat sahabatnya yang bersemangat.

 

Tapi, aku tidak lupa.

 

Kalau kemarin dia juga heboh saat masuk kotatsu.

 

'…………'

 

Livy yang kesal karena dianggap seperti anak kecil, cemberut dan menatap Charl.

 

Lalu, dia tiba-tiba tersenyum nakal.

 

Sepertinya dia punya ide jahil.

 

Charl pun bersiap-siap, tapi aku memperhatikan Livy untuk melihat apa yang akan dia lakukan.

 

Livy memasukkan tangannya ke dalam kotatsu dan meraba-raba, lalu dia mengeluarkan tangannya sambil memegang sesuatu.

 

Kaus kaki...?

 

Itu kaus kaki yang dia pakai, kan...?

 

Apa dia hanya melepasnya karena merasa tidak nyaman di dalam kotatsu?

 

...Tidak, pasti ada alasan lain kenapa dia tersenyum nakal tadi.

 

Aku pun terus memperhatikannya.

 

Lalu--

 

'Hya...!?'

 

Charl yang bergerak, membuatku refleks melihat ke arahnya.

 

Wajahnya sedikit memerah dan dia terdiam.

 

Tapi saat menyadari tatapanku, dia melirikku dengan malu, lalu menatap Livy.

 

Dia terlihat ingin protes.

 

Sedangkan Livy, dia tersenyum nakal, jadi pasti dia yang melakukan sesuatu pada Charl.

 

Karena sepertinya mereka hanya bercanda, aku pun terus memperhatikan mereka dalam diam.

 

'--!? La, lagi...!?'

 

Apa yang mereka lakukan di dalam kotatsu?

 

Charl memejamkan sebelah matanya dan menggeliat seolah sedang menahan sesuatu.

 

Livy juga bergerak sedikit, jadi sepertinya dia sedang menjahili Charl lagi.

 

'Huu... nn... geli...'

 

Charl tidak protes pada Livy, mungkin karena dia tidak mau aku tahu.

 

Wajahnya semakin merah, apa yang sebenarnya mereka lakukan...?

 

Aku bisa langsung tahu kalau aku melihat ke dalam kotatsu, tapi aku tidak bisa melakukannya karena aku tidak mau mereka menganggapku mesum.

 

'Fufu'

 

Livy tersenyum senang melihat Charl menggeliat.

 

Karena dia jahil, sepertinya dia senang melihat reaksi Charl.

 

'Hei hei... Pacar kesayanganmu sedang melihat, lho? Tidak apa-apa kalau dia melihatmu seperti itu?'

 

'--. Ja, jangan...'

 

Sepertinya Livy bergumam pelan, dan Charl yang punya pendengaran tajam pasti mendengarnya.

 

Charl masih menggeliat, dan matanya yang tadinya terbuka sebelah, sekarang tertutup rapat.

 

Dia terus menahannya, tapi--mungkin karena sudah tidak tahan lagi, dia menelungkupkan wajahnya di atas meja.

 

Kedua tangannya juga terkulai lemas.

 

'Ahaha... Kamu masih sama, le--hng!?'

 

Tidak lama setelah Charl menelungkupkan wajahnya di atas meja.

 

Ekspresi Livy yang tadinya senang, tiba-tiba berubah menjadi tegang.

 

'Fufu... Lengah, ya?'

 

Charl tersenyum penuh kemenangan.

 

Kedua tangannya ada di dalam kotatsu, sepertinya dia menjebak Livy sambil berpura-pura pingsan.

 

'Tu, tunggu, Lot--'

 

'Ini balasannya...!'

 

'Hentikan, ahahahaha!'

 

Livy tertawa terbahak-bahak saat Charl membalasnya.

 

Tapi Charl tidak berhenti, dan Livy terus menggeliat geli.

 

'Hentikan, itu curang, ahaha!'

 

'Tidak peduli...! Livy yang mulai duluan...!'

 

Charl terus membalasnya dengan senyum nakal, itu tidak seperti biasanya.

 

Mungkin karena dia kesal setelah dijahili, sisi jahilnya jadi muncul.

 

Dia terlihat sangat senang.

 

'Hiii...! Ihihihi...! Telapak kakiku, jangan, ahahaha...!'

 

Oh, jadi Charl menggelitik telapak kaki Livy dengan tangannya.

 

Kalau begitu, karena dia bilang itu balasan, berarti Livy juga menggelitiknya dengan kaki.

 

'Aku tidak melakukan itu padamu...! Kyahahaha... ihihi...! Aku hanya mengelusnya...!'

 

'Anak nakal yang suka berbohong harus dihukum.'

 

'Sudah hentikan, ahahaha! Akihito, tolong...!'

 

Livy yang juga lemah terhadap gelitikan seperti Charl, memohon padaku sambil menangis.

 

Aku jadi bingung harus melihat ke mana dari tadi, jadi aku tidak bisa menolongnya meskipun dia meminta tolong....

 

'Ah...'

 

Di tengah tawa Livy, Charl yang mendengar Livy memanggil namaku, sepertinya baru ingat kalau aku ada di sini, dia melihat ke arahku dan langsung berhenti.

 

'~~~~~~!'

 

Lalu dia buru-buru melepaskan tangannya dan berteriak dengan wajah memerah.

 

Sepertinya dia benar-benar lupa kalau aku ada di sini.

 

Dia pasti terlalu fokus menggelitik Livy.

 

'Anu... aku tidak melihat apa-apa, jadi tenang saja.'

 

Aku mencoba mencairkan suasana dengan tersenyum, sambil melirik Livy yang terbaring di lantai karena kelelahan.

 

Yah, meskipun aku yakin dia tidak akan percaya.

 

'Ma, maaf sudah menunjukkan sisi burukku...'

 

Charl menunduk, sepertinya dia tidak mau aku melihatnya seperti itu.

 

Meskipun aku baru saja melihat sisi lain darinya, tapi aku tidak terlalu terkejut karena aku tahu dia memang punya sisi jahil.

 

'Aku suka semua sisimu, jadi jangan khawatir.'

 

Aku menghiburnya karena dia terlihat sedih.

 

Tapi, Charl malah menatapku dengan heran.

 

'Jangan-jangan, A-kun suka yang seperti itu...?'

 

Apa yang dia katakan?

 

Aku tidak mengerti, tapi sepertinya dia salah paham lagi.

 

'--Sebagai orang yang menjaga rumah ini, aku tidak suka kalau kalian melakukan hal-hal mesum di sini...?'

 

'---!?'

 

Tiba-tiba pintu ruang tamu terbuka, dan Kagura-san masuk dengan aura gelap di sekelilingnya.

 

Dia masuk tanpa mengetuk, mungkin karena dia ingin melihat sendiri apa yang sedang kami lakukan.

 

Dia pasti sengaja melakukannya karena kami tidak bisa menyembunyikan apa pun kalau dia tiba-tiba masuk.

 

Kagura-san melihat kami satu per satu, lalu menatapku, memiringkan kepalanya, dan berkata dengan pelan:

 

'Livy-sama berkeringat dan terengah-engah, wajahnya memerah dan bajunya berantakan. Charlotte-sama juga, wajahnya merah dan berkeringat seperti Livy-sama. Bisakah kalian menjelaskan apa yang kalian lakukan?'

 

Kagura-san bertanya dengan ekspresi datar.

 

Ekspresinya itu malah membuatku takut.

 

Padahal aku tidak melakukan apa-apa....

 

'Apa kamu akan percaya kalau kubilang Charl dan Livy hanya sedang bercanda...?'

 

Meskipun aku harus menjelaskannya, tapi karena itu memang yang sebenarnya, aku hanya bisa berharap mereka percaya.

 

Setidaknya, aku tidak melakukan apa pun pada mereka.

 

'Aku percaya pada Livy-sama, tapi apa Charlotte-sama akan melakukan itu?'

 

Mungkin karena napas Livy memburu dan bajunya berantakan.

 

Sepertinya dia percaya kalau Livy yang melakukannya pada Charl, tapi dia tidak percaya kalau Charl yang melakukannya pada Livy.

 

Yah, di mata Kagura-san, Charl adalah perempuan anggun dan baik hati....

 

Meskipun dia juga suka bermanja-manja.

 

Setidaknya, Kagura-san tidak bisa membayangkan Charl melakukan hal seperti itu pada Livy.

 

'Aku lebih tidak mungkin melakukannya.'

 

Karena bingung harus menjawab apa, aku pun menjawab seperti itu agar Kagura-san percaya.

 

...Meskipun aku jadi agak sedih mengatakannya.

 

'Oh iya, benar juga.'

 

Seperti dugaanku, Kagura-san percaya.

 

Entah kenapa, aku merasa seperti laki-laki yang menyedihkan....

 

'Aku senang melihat kalian berdua akrab, tapi tolong jaga sikap. Terlebih lagi, kalian tidak seharusnya menunjukkan hal-hal seperti itu di depan laki-laki.'

 

'Ya, maaf...'

 

Charl dan Livy yang ditegur oleh Kagura-san, menunduk dengan sedih.

 

Kagura-san benar-benar memanjakan Charl, dia hanya menegur mereka.

 

'Akihito-sama juga, tolong tegur mereka, jangan hanya menonton saja.'

 

'Padahal aku tidak menontonnya dengan senang!?'

 

Tiba-tiba aku juga kena marah, jadi aku langsung membantahnya.

 

'Benarkah...?'

 

Tapi, Kagura-san menyipitkan mata dengan curiga.

 

Dia sama sekali tidak percaya padaku.

 

Dan, karena aku memang memperhatikan reaksi Charl, aku tidak bisa membantahnya dengan tegas.

 

'Yah, sudahlah. Panggil aku kalau ada apa-apa.'

 

Sepertinya Kagura-san tidak marah, dia pun keluar dari ruang tamu dengan tenang.

 

'A-kun, maafkan aku... Karena kami...'

 

Charl langsung meminta maaf, mungkin karena aku juga ditegur.

 

'Tidak apa-apa, ini bukan masalah besar. Lagipula kita tidak dimarahi.'

 

Dibandingkan dengan siksaan yang kuterima saat kecil dulu, ini bukan apa-apa.

 

Lagipula, Livy yang memulainya.

 

Setelah itu, kami tidak berbuat onar lagi agar tidak dimarahi oleh Kagura-san, dan aku mendengarkan cerita masa lalu Charl dan Livy.

 

 

'--Jadi, Charl memang selalu menempel padamu dulu?'

 

Mendengarkan cerita mereka, sepertinya Charl selalu mengikuti Livy ke mana pun Livy pergi.

 

'Dia sangat imut, kan? Dia mengikutiku seperti anak bebek.'

 

'Su, sudah, jangan bahas itu lagi...'

 

Charl yang malu, mencoba menghentikan Livy yang bercerita dengan gembira.

 

Emma-chan juga selalu mengikutiku, jadi mereka memang mirip.

 

'Tapi Akihito kan ingin mendengar cerita masa lalumu, Charl?'

 

Livy yang tahu Charl tidak akan menolak kalau aku yang memintanya, mencoba memanfaatkanku agar Charl mau bercerita lagi.

 

'Meskipun begitu, tidak perlu menceritakan hal yang memalukan...'

 

'Tidak apa-apa, menurutku itu imut, kok.'

 

Aku serius, menurutku itu imut.

 

Terlebih lagi, dia melakukannya sampai SMP, itu sangat imut.

 

Mungkin dia berhenti melakukannya karena kejadian ayahnya, jadi aku tidak boleh membahasnya.

 

'Charl memang sudah menyayangimu sejak dulu, ya, Livy.'

 

'Dia bahkan akan merajuk dan marah kalau aku bermain dengan anak lain.'

 

'~~~~~~! Ka, kalian berdua jahat...!'

 

Dia tidak membantahnya, jadi mungkin itu benar.

 

Sophia-san juga pernah mengatakannya.

 

'Maaf, maaf.'

 

'Hmm...'

 

Saat aku meminta maaf sambil mengelus kepalanya, Charl mendekat padaku.

 

Aku tidak bermaksud menggodanya, tapi syukurlah dia kembali ceria.

 

'…………'

 

Saat aku sedang mengelus kepalanya, Livy menatapku dengan saksama.

 

Oh iya, dia pernah bilang "jangan bermesraan di depanku", kan?

 

Mungkin dia berpikir kami bermesraan lagi.

 

'...Meskipun kamu melihatnya dengan iri, tapi aku tidak akan memberikan A-kun padamu...?'

 

Entah apa yang dia pikirkan, Charl memeluk lenganku erat-erat.

 

Apa dia membalas ejekanku tadi...?

 

'Aku tidak melihatnya seperti itu.'

 

Aku kira dia akan tertawa, tapi ternyata dia malah cemberut dan memalingkan wajahnya.

 

Eh, apa aku benar...?

 

'Hmm...?'

 

Saat suasana mulai agak canggung, Emma-chan yang ada di gendonganku perlahan membuka matanya.

 

Dia mengedipkan matanya dengan ekspresi mengantuk, dan menatap ke depan dengan pandangan kosong.

 

Dia pasti bangun sendiri karena sudah cukup tidur.

 

"Selamat pagi, Emma-chan."

 

Aku menyapa Emma-chan sambil mengelus kepalanya dengan lembut.

 

'Hmm... Selamat pagi... '

 

Emma-chan membalas sapaanku secara refleks, lalu mengucek matanya dengan ekspresi mengantuk.

 

Sebentar lagi dia pasti akan sadar sepenuhnya.

 

'Emma mengantuk, imut sekali...'

 

Emma-chan yang selalu membuat orang lain merasa tenang, sepertinya berhasil mencairkan suasana, Livy tersenyum lebar.

 

Sepertinya Livy tidak tahu kalau kami baru saja bertukar salam.

 

Mungkin dia tidak terlalu mengenal bahasa Jepang.

 

Bagi orang Jepang, bahasa Inggris adalah bahasa kedua yang penting, tapi bagi orang Inggris, bahasa Jepang tidak terlalu penting, jadi tidak bisa dihindari.

 

Mungkin dia jarang mendengarnya kalau dia tidak suka anime dan manga Jepang seperti Charl.

 

'Aku ingin menggendongnya...'

 

Livy ingin menggendong Emma-chan karena dia sangat imut.

 

Karena dia dibenci oleh Emma-chan saat di Inggris dulu, mungkin dia belum pernah menggendongnya.

 

Meskipun mungkin dia bisa menggendongnya sekarang karena Emma-chan masih mengantuk, tapi aku tidak tahu apa yang akan Emma-chan lakukan saat dia sudah sadar, jadi aku tidak bisa sembarangan.

 

Meskipun Emma-chan sudah dekat dengannya, tapi mungkin lebih baik kalau Livy memintanya langsung nanti, karena Emma-chan suka digendong, jadi mungkin dia akan mengizinkannya.

 

'Kita jadi asyik mengobrol, ya. Bagaimana kalau kita buat mi tahun baru sekarang?'

 

Tanpa kusadari, hari sudah siang.

 

Pantas saja Emma-chan bangun sendiri.

 

Kami akan membuat mi tahun baru, bukan soba tahun baru, karena Emma-chan tidak bisa makan soba.

 

Livy juga mungkin tidak bisa memakannya, jadi kami memutuskan untuk membuat mi.

 

'Aku akan panggil Kagura-san.'

 

Karena dia bilang dia akan membantu saat kami membuat mi, aku pun hendak memanggil Kagura-san.

 

Tapi Charl menghentikanku dengan tangannya.

 

'Biar aku saja yang memanggilnya. A-kun, temani Emma dan yang lainnya saja.'

 

'Oh, begitu, terima kasih.'

 

Aku pun mengurungkan niatku dan membiarkan Charl yang melakukannya.

 

Mungkin karena Charl sudah pergi, Livy menatapku dengan gelisah.

 

'Ada apa?'

 

'Lottie itu suka bermanja-manja, tapi dia juga suka melayani, kan? Aku jadi berpikir dia akan jadi istri yang baik.'

 

Sepertinya dia hanya ingin membanggakan teman masa kecilnya.

 

Dia tidak membahas kejadian yang membuat kami canggung tadi.

 

'Dia memang sudah seperti itu.'

 

Dia sudah memasak untukku sejak kami tinggal bersama, dan sekarang dia juga ikut menjagaku dan tidur bersamaku.

 

Meskipun status kami tunangan, tapi dia sudah seperti istriku.

 

'Hebat sekali kalian bisa tinggal bersama. Melihat Lottie, aku bisa merasakan kalau dia sangat mencintaimu.'

 

'Yah, tentu saja... Kalian kan selalu bermesraan.'

 

'Akihito juga memanjakannya dengan natural~. Enaknya, aku juga ingin punya pacar yang memanjakanku.'

 

Livy menyandarkan siku di kotatsu sambil memegang pipinya dengan kedua tangannya, terlihat iri.

 

Oh, jadi karena itu Charl memeluk lenganku tadi.

 

Livy memperhatikan kami dengan iri.

 

Padahal dia hanya berpikir 'enak ya punya pacar yang memanjakan', tapi Charl pasti mengira aku sedang diincar olehnya.

 

Meskipun Livy bilang dia tidak akan mengganggu orang yang sudah punya pacar, tapi Charl pasti tetap khawatir.

 

'Mungkin kamu juga akan punya pacar yang baik, Livy?'

 

'Hmm, entahlah? Gara-gara seseorang, standar pacarku jadi tinggi.'

 

'Eh, apa kamu sedang menyukai seseorang?'

 

'…………'

 

Aku bertanya dengan serius, tapi Livy malah menatapku dengan kesal.

 

Apa aku salah bicara...?

 

'Anu...?'

 

'Aku memang kagum padamu karena bisa mendapatkan Lottie yang polos dan tidak peka soal percintaan, tapi... Sekarang aku jadi berpikir kalau Lottie juga sudah berusaha keras, bahkan mungkin lebih keras darimu...'

 

Livy menghela napas dan bergumam sambil memalingkan wajahnya dariku.

 

Apa aku melakukan kesalahan...?

 

'Akihito, apa kamu pernah punya pacar sebelum Lottie?'

 

Saat aku sedang menatap Livy, dia tiba-tiba melihatku dan bertanya dengan ekspresi penasaran.

 

Charl dan Kagura-san yang datang ke ruang tamu, mungkin mendengarnya dan melihat ke arahku.

 

'Tidak, aku belum pernah punya pacar.'

 

Agar Charl tidak salah paham, aku membantahnya dengan tegas.

 

Livy mengangkat bahu dan tersenyum kecut.

 

'Entah berapa banyak yang sudah dikorbankan.'

 

'Apa maksudmu...?'

 

'Tidak, tidak apa-apa. Benar kan, Lottie?'

 

Saat aku bertanya karena tidak mengerti, Livy bertanya pada Charl.

 

Charl tersenyum kecut dan mengangguk.

 

Sejak kapan mereka mengobrol berdua?

 

Mungkin mereka membahas sesuatu yang hanya mereka berdua yang tahu sebagai teman masa kecil.

 

'Kenapa Livy ada di sini?'

 

Emma-chan yang sepertinya sudah sadar, memiringkan kepalanya dan bertanya pada Livy yang ada di depannya.

 

'Selamat pagi, Emma. Aku datang untuk bermain hari ini.'

 

'Selamat pagi.'

 

Emma-chan membalas sapaan Livy dalam bahasa Inggris karena Livy menyapanya dalam bahasa Inggris.

 

Kemarin kami pergi keluar bersama Livy, jadi mungkin dia bertanya kenapa hari ini kami tidak pergi.

 

'Hari ini kita akan bersantai di kotatsu~'

 

Livy yang sepertinya suka kotatsu, berbaring di atas meja sambil tersenyum.

 

Emma-chan yang melihatnya, ikut berbaring di atas meja.

 

'Emma suka kotatsu...!'

 

'Oh, sepertinya kalian memang cocok.'

 

'Hmm...!'

 

Mungkin mereka cocok karena punya banyak kesamaan.

 

Emma-chan yang bebas, mungkin akan tumbuh seperti Livy.

 

'Ayo sini, Emma. Biar kupeluk.'

 

Livy merentangkan tangannya ke arah Emma-chan, sepertinya dia senang karena Emma-chan mengakuinya.

 

Tapi--.

 

'Aku mau sama kakak.'

 

Emma-chan memelukku erat-erat dan tidak mau turun dari pangkuanku.

 

'Wah... Apa dia tidak pernah mau sama orang lain selain Akihito?'

 

'Hmm, aku mau sama kakak...!'

 

Emma-chan mengangguk dengan yakin saat Livy bertanya.

 

Tapi, sebenarnya dia juga sering duduk di pangkuan Sophia-san, Karin, dan terkadang Charl, meskipun tidak sesering padaku.

 

Jadi, dia hanya sedang ingin duduk di pangkuanku saja.

 

Mungkin dia akan langsung duduk di pangkuan Livy kalau Livy bertanya lagi beberapa jam lagi.

 

'Apa pangkuan Akihito nyaman sekali?'

 

Livy tidak terlihat sedih karena ditolak oleh Emma-chan, dia malah menatap kami dengan ekspresi tertarik.

 

'Hmm!'

 

'Hmm...'

 

Livy berpikir setelah Emma-chan mengangguk dengan gembira.

 

Tapi--

 

'Kamu tidak boleh duduk di pangkuan A-kun, ya?'

 

--Charl yang sedang memasak sambil menguping, langsung melarangnya.

 

'Nyonya, fokuslah pada masakanmu~'

 

'Nyonya!?'

 

Charl langsung tersipu saat Livy membalasnya.

 

Mungkin dia membayangkan dirinya memakai baju pengantin.

 

Meskipun mereka saling mengenal dengan baik, tapi sepertinya Livy yang periang dan jahil lebih unggul daripada Charl yang penurut dan baik hati.

 

'...Charlotte-sama, apa aku saja yang mengerjakan semuanya hari ini?'

 

Kagura-san yang sepertinya berpikir Charl sedang tidak fokus, menawarkan bantuannya.

 

'Ti, tidak perlu, aku bisa melakukannya sendiri... Maaf...'

 

Sepertinya Charl akan tetap memasak, meskipun dia terlihat malu.

 

Yah, kalau ditanya seperti itu, dia pasti tidak akan mundur....

 

Lagipula, itu sama saja dengan dia mengakui kalau dia terbawa suasana setelah dipanggil 'nyonya'.

 

'Jangan goda Charl saat dia sedang memasak, itu berbahaya.'

 

Wajar saja Kagura-san menghentikannya, karena berbahaya kalau dia panik saat sedang menggunakan pisau atau wajan.

 

Livy harus berhati-hati.

 

'Baiklah~. Tapi, menurutku Lottie yang salah. Dia terlalu protektif pada pacarnya.'

 

Aku mengerti maksud Livy.

 

Charl melarangku hanya karena aku dipangku, dan dia sudah melakukannya beberapa kali.

 

Tapi aku bisa mengerti kalau dia merasa tidak tenang saat pacarnya mengobrol dengan lawan jenis, jadi menurutku itu wajar.

 

'Kamu kan tahu kalau Charl memang seperti itu, Livy?'

 

Lagipula, mereka sudah berteman jauh lebih lama daripada aku.

 

'Yah, begitulah. Tenang saja, aku tidak akan macam-macam dengan pacar Lottie.'

 

Livy tertawa kecut, lalu mendekatkan jarinya ke pipi Emma-chan.

 

Emma-chan sempat ingin menepisnya, tapi dia berhenti setelah menyadari itu Livy, dan membiarkan Livy menyentuhnya.

 

'Oh...! Pipinya kenyal seperti mochi, lembut sekali...!'

 

Livy yang senang karena tidak ditolak oleh Emma-chan, terus menyentuh pipinya.

 

Tentu saja, kalau dia berlebihan--

 

'Hmm...!'

 

--Emma-chan akan marah dan menepisnya.

 

Livy pandai menjaga jarak dengan Emma-chan saat pertama kali bertemu dulu.

 

Dia tidak memaksakan diri, dan langsung mundur saat Emma-chan terlihat tidak suka, tapi... sekarang dia tidak bisa melakukannya, mungkin karena dia senang akhirnya Emma-chan yang dulu selalu menolaknya, sekarang mau menerimanya.

 

Tapi aku yakin dia akan bisa menjaga jarak lagi nanti, jadi aku tidak terlalu khawatir.

 

Kalau dia terlihat berlebihan, aku tinggal membantunya.

 

Setelah itu, mi tahun baru buatan Charl dan Kagura-san pun selesai, kami makan bersama sambil menikmati Emma-chan yang makan dengan lahap.

 

 

'Wah, salju...'

 

Saat kami akan mengantar Livy pulang ke hotel di malam hari, ternyata di luar sedang turun salju.

 

Livy menghela napas dengan pipi memerah sambil menatap salju dengan mata berbinar.

 

'Bukankah salju biasa saja di Inggris?'

 

'Tidak juga! Salju itu cukup langka di London!'

 

Kukira salju biasa saja di Inggris karena letaknya lebih utara daripada Jepang, dan di film-film, Inggris selalu terlihat bersalju, tapi ternyata tidak.

 

'Meskipun kita tidak bisa merayakan White Christmas... Tapi melihat salju di malam tahun baru juga menyenangkan...'

 

Charl yang menyusul kami keluar, menatap salju dengan ekspresi senang.

 

Malam Natal dan hari Natal adalah hari yang spesial untuk kami, jadi mungkin akan lebih baik kalau turun salju saat itu.

 

Tapi meskipun begitu, salju yang turun saat ini juga indah.

 

'Maaf, aku ingin jalan kaki di tengah salju, jadi aku tidak perlu diantar!'

 

Sepertinya Livy berubah pikiran setelah melihat salju, dia bilang dia ingin pulang dengan jalan kaki.

 

Tentu saja, dia tidak akan berjalan kaki sampai ke hotel, dia pasti akan naik kereta.

 

Maaf pada Kagura-san, tapi aku ingin menuruti keinginan Livy.

 

'Kalau begitu, kami antar sampai ke hotel.'

 

'Eh, tidak perlu repot-repot!'

 

Livy menggelengkan kepalanya dengan cepat, sepertinya dia tidak menyangka aku akan mengantarnya.

 

'Tidak mungkin kami membiarkanmu jalan sendirian di malam hari, lagipula ini juga jadi kesempatan untuk kami berkencan, jadi tidak masalah.'

 

Aku berkata begitu, lalu melihat Charl.

 

Aku ingin berjalan berdua saja dengannya di tengah salju, dan ada yang ingin kutunjukkan padanya.

 

Akhir-akhir ini kami jarang menghabiskan waktu berdua saja, jadi kupikir ini kesempatan yang bagus.

 

'Oh, jadi begitu.'

 

Livy tersenyum nakal, sepertinya dia mengerti maksudku.

 

Dia tersenyum seolah berkata, "Kamu memanfaatkan aku, ya? Akan kubalas nanti."

 

'Kalau begitu, biar aku yang menjaga Emma-sama.'

 

Kagura-san yang sedari tadi mendengarkan kami, mengulurkan tangannya padaku.

 

Dia ingin kugendongkan Emma-chan padanya.

 

Aku tidak bisa membawanya karena dia bisa demam kalau diajak berjalan di tengah salju.

 

Lagipula, Emma-chan juga sedang tidur.

 

'Terima kasih. Kami akan segera kembali.'

 

'Tidak perlu terburu-buru, nikmatilah waktu berdua saja.'

 

Aku memberikan Emma-chan padanya, dan dia membalasnya dengan kata-kata yang lembut, itu tidak seperti biasanya.

 

Sepertinya dia sedang senang hari ini.

 

Mungkin karena dia bisa menggendong Emma-chan.

 

'Maaf, aku mau ambil sesuatu dulu.'

 

Aku berkata pada Livy dan Charl, lalu masuk ke dalam untuk mengambil sesuatu.

 

Ini adalah kesempatan yang tepat untuk menggunakannya.

 

'--Maaf sudah menunggu. Kalau begitu, ayo kita pergi, sebentar lagi keretamu akan berangkat.'

 

Setelah menaruh barang yang kubutuhkan ke dalam tas selempang, aku kembali dan menggandeng tangan Charl, lalu memasukkan tangannya ke dalam saku jaketku agar dia tidak kedinginan, lalu mengajak Livy bicara.

 

Livy yang memperhatikan kami, menggandeng tangan Charl yang satunya dan memasukkannya ke dalam sakunya.

 

'Livy...'

 

'Aku tidak mau dikucilkan. Kalian kan mengantarku, jadi tidak masalah, kan?'

 

Dia ingin bergabung dengan kami karena nanti aku dan Charl akan pulang berdua saja.

 

Meskipun aku harus hati-hati di dalam mobil, tapi karena Charl juga terlihat senang, mungkin tidak masalah.

 

Kami pun pergi ke stasiun bersama-sama.



'Kalau begitu, ayo kita main lagi besok!'

 

Setelah mengantarnya ke hotel, Livy melambaikan tangannya dengan gembira.

 

Meskipun besok tahun baru, tapi Livy akan tetap datang ke rumah kami.

 

Dia bilang dia ingin merasakan tahun baru di Jepang, dan dia terlihat tidak sabar.

 

Karena ini juga pertama kalinya Charl dan Emma-chan merayakan tahun baru di Jepang, aku harus berusaha keras agar mereka senang.

 

'Selamat malam, Livy.'

 

'Selamat malam~! Jangan macam-macam meskipun hanya berdua saja, dan pulanglah lebih awal~!

 

Livy berkata dengan senyum nakal pada Charl yang menyapanya dengan senyum lembut.

 

Charl pun langsung tersipu dan berkata:

 

'Ja, jangan berpikiran yang aneh-aneh...!'

 

'Ahaha!'

 

Livy tertawa, lalu masuk ke hotel.

 

Dia pasti hanya bercanda untuk menutupi rasa sedihnya.

 

'Livy memang...'

 

"Kalian berdua sangat akrab, ya."

 

Aku tersenyum dan berkata pada Charl yang sedang marah.

 

"Yah... Kami kan berteman sejak kecil..."

 

Charl tidak membantahnya, dia malah mengakuinya dengan malu-malu.

 

Aku senang melihat mereka akrab.

 

"Kalau begitu, karena kita sudah sampai di sini, bagaimana kalau kita melihat iluminasi?"

 

Inilah yang ingin kutunjukkan pada Charl.

 

Iluminasi sudah dipasang di Stasiun Okayama dan sekitarnya sejak bulan November, jadi Charl sudah melihatnya saat kami mengantar Livy ke hotel.

 

Tapi sekarang, ada tambahan salju yang turun.

 

Iluminasi yang dilihat di tengah salju akan terlihat berbeda.

 

"Indah sekali, ya..."

 

Charl menyandarkan kepalanya di bahuku dan meremas tanganku yang bertautan dengannya.

 

Sepertinya dia jadi lebih manja karena kami hanya berdua saja.

 

"Bagaimana kalau kita pakai ini?"

 

"Ah, itu...!"

 

Mata Charl yang sedang menatap iluminasi dengan ekspresi senang, langsung berbinar saat aku mengeluarkan sesuatu dari tasku--syal rajut buatan tangan, hadiah ulang tahun dari Charl.

 

Sepertinya dia mengerti maksudku.

 

"Ulurkan lehermu."

 

"Baik..."

 

Saat aku memintanya, Charl menyingkirkan rambutnya dengan tangannya, lalu mengulurkan lehernya.

 

Aku melilitkan syal itu di lehernya dengan hati-hati, lalu melilitkan ujungnya di leherku.

 

Kami berdua terhubung dengan satu syal.

 

"Maaf ya, aku belum sempat memakainya."

 

"Tidak apa-apa... Aku sangat senang..."

 

Charl tersenyum dan memeluk lenganku erat-erat.

 

Matanya berkaca-kaca, aku bisa merasakan kalau dia sangat senang.

 

"Syal ini lembut sekali, ya. Dan hangat."

 

"Fufu... Aku merasa hangat di sekujur tubuhku..."

 

Charl menggosok-gosokkan pipinya padaku saat aku memberikan pendapatku tentang syal itu.

 

Aku merasa tenang saat dia bermanja-manja, lalu kami berjalan dari Stasiun Okayama ke pusat perbelanjaan besar.

 

Ada banyak iluminasi di sepanjang jalan, tapi yang paling menarik perhatian kami adalah iluminasi di gedung pusat perbelanjaan itu.

 

"Aku seperti berada di dunia lain..."

 

Sepertinya Charl merasa begitu karena kombinasi iluminasi yang berkilauan dan salju.

 

Aku juga merasakan hal yang sama, lalu kami pergi ke tempat lain.

 

Sepertinya ada juga iluminasi di taman yang ada di gedung ini, tapi kami tidak ke sana karena waktu kami terbatas.

 

Lalu, aku mengajaknya ke terowongan cahaya sepanjang 300 meter dan sungai yang berkilauan seperti jalan cahaya, dan kami menikmati pemandangan itu bersama-sama.

 

Dia sangat senang melihat semuanya, dan aku juga ikut senang.

 

"--Kalau begitu, ayo kita pulang."

 

Setelah kembali ke Stasiun Okayama, aku mengajak Charl pulang.

 

"…………"

 

Tapi Charl malah menunduk.

 

"Ada apa?"

 

Apa aku melakukan kesalahan, padahal dia terlihat senang tadi?

 

"…………Saat kita melihat iluminasi... Ada banyak pasangan yang terlihat sangat mesra..."

 

"Eh? Ah, ya... Memang."

 

Meskipun hari ini malam tahun baru, tapi ternyata banyak orang di luar.

 

Dan kebanyakan dari mereka adalah pasangan.

 

Banyak dari mereka yang bermesraan di depan umum, sampai aku bingung harus melihat ke mana.

 

"Mereka pasti... akan menghabiskan malam bersama... dan..."

 

Charl tidak melanjutkan kata-katanya.

 

Lalu, dia menatapku dengan mata berkaca-kaca dan meremas tanganku.

 

Aku jadi tahu apa yang dia inginkan tanpa dia mengatakannya.

 

Dan aku jadi bingung.

 

Karena aku tidak bisa mengabulkan keinginannya sekarang.

 

"Maaf ya, Kagura-san dan Emma-chan sedang menunggu di rumah, jadi kita harus pulang."

 

Meskipun aku tahu apa yang Charl inginkan, tapi aku hanya bisa mengatakan itu.

 

Kalau aku menuruti keinginanku sekarang, itu akan merusak kepercayaannya padaku.

 

"Aku ingin... pulang ke rumah... yang dulu..."

 

Tapi, Charl yang mengira aku tidak mengerti, malah mengatakannya lebih jelas.

 

Aku sebenarnya ingin menuruti keinginannya karena aku sudah membuatnya menahan diri di malam ulang tahunnya, tapi....

 

"Kagura-san akan kesulitan kalau Emma-chan bangun, jadi... ayo kita pulang, ya?"

 

Aku mengelus kepala Charl sambil membujuknya dengan lembut.

 

Mata Charl berkaca-kaca, lalu dia menyandarkan wajahnya di dadaku.

 

Dan seperti biasa, dia menggosok-gosokkan wajahnya di dadaku untuk menunjukkan rasa tidak puasnya.

 

Dia pasti melakukannya karena dia tahu aku tidak akan mengalah.

 

Meskipun kami akan ketinggalan kereta berikutnya, tapi aku akan menunggunya sampai dia tenang.

 

Lalu, Charl mengangkat wajahnya--

 

"Aku menyerah... Jadi... cium aku..."

 

--dan memohon padaku dengan mata berkaca-kaca.

 

Kalau aku melakukannya, Charl pasti akan bersemangat.

 

Karena itu aku sempat ragu, tapi aku baru saja membuatnya menahan diri.

 

Untungnya kereta berikutnya masih sekitar 30 menit lagi karena kami melewatkan satu kereta.

 

Aku pun menciumnya dengan latar belakang iluminasi Stasiun Okayama.

 

--Tentu saja dia tidak puas hanya dengan satu ciuman, dia memintaku menciumnya lagi dan lagi sampai hampir waktunya kereta berangkat, dan sepertinya dia masih belum puas.

 

Bahkan saat kami naik kereta, dia bergumam, "A-kun, kamu menjahiliku lagi..."

 

Aku merasa kasihan padanya karena dia harus terus menahan diri, dan aku juga hampir tidak tahan, jadi aku harus segera membuat rencana agar kami bisa menghabiskan waktu berdua saja.

 

 

"--Bangun."

 

"Aduh!?"

 

Aku terbangun karena tiba-tiba ada rasa sakit di pipiku.

 

Saat aku bangun, aku melihat Kagura-san sedang menatapku dengan ekspresi datar.

 

"...Eh?"

 

"Akhirnya kamu bangun juga, cepat ganti baju dan bersiap-siap."

 

"Ah..."

 

Aku teringat kenapa aku dibangunkan.

 

Saat kami pulang ke rumah dari Stasiun Okayama, Kagura-san bertanya apa kami mau melihat matahari terbit pertama, dan aku berjanji pada Charl untuk melihatnya bersama karena ini adalah matahari terbit pertama kami sebagai tunangan.

 

"A-kun, kamu baik-baik saja...?"

 

Sepertinya Charl sudah bangun, dia melihatku dengan khawatir.

 

Dia sudah siap untuk pergi.

 

"Apa aku tidur lama sekali?"

 

"Ah, tidak... Kagura-san sudah memperhitungkan waktu untuk kita bersiap-siap, dan dia bilang akan membiarkan A-kun tidur sampai mendekati waktunya berangkat. Tapi, itu... yah, dia juga sudah memperhitungkan kalau dia harus membangunkan A-kun dengan paksa..."

 

Sepertinya dia ingin kami tidur lebih lama karena kami pulang larut malam, tapi aku tidak tahu apa dia baik atau tidak.

 

Jujur saja, aku lebih suka dibangunkan dengan cara biasa meskipun waktu tidurku berkurang.

 

"Terima kasih sudah menjelaskannya. Aku harus cepat bersiap-siap, atau kita akan dimarahi."

 

Kami sudah mencari tahu jam berapa matahari akan terbit, dan agar lebih berkesan, kami memutuskan untuk melihatnya di Kebun Zaitun Ushimado, bukan di balkon lantai dua.

 

Awalnya kami juga ingin melihat matahari terbit di Pegunungan Wake yang terkenal dengan pemandangan matahari terbitnya yang indah, tapi karena sepertinya cukup melelahkan untuk mendaki gunung, kami tidak jadi ke sana karena tidak mau Charl kelelahan.

 

Sebagai gantinya, kami akan melihat matahari terbit di atas laut dan gunung dari atas bukit.

 

"--Kalian boleh tidur sampai kita sampai."

 

Setelah selesai bersiap-siap dan naik mobil, Kagura-san mengizinkan kami untuk tidur.

 

"Maaf ya, sudah merepotkanmu."

 

Aku merasa tidak enak karena dia harus bekerja di tahun baru demi aku dan Charl.

 

Ngomong-ngomong, apa dia tidak perlu pulang ke rumah orang tuanya?

 

Meskipun kami sudah lama kenal, tapi aku tidak tahu kehidupan pribadinya sama sekali.

 

"Ini bukan masalah besar. Lagipula, anak kecil memang seharusnya bermanja-manja pada orang dewasa."

 

Kagura-san berkata dengan nada datar dan lembut.

 

Kami pun berterima kasih dan tidur di mobil.

 

"Fufu... Kalian berdua tidur sambil bersandar, terlihat sangat bahagia. Aku senang bisa melihatnya. Aku senang sekali... akhirnya kalian bisa bahagia."

 

Aku merasa seperti mendengar suara tawa seseorang yang bahagia, tapi aku tidak tahu siapa itu.

 

--Saat aku membuka mata, kami baru saja sampai di Kebun Zaitun.

 

Aku membangunkan Charl, lalu menggendong Emma-chan yang sedang tidur, dan turun dari mobil.

 

"Ada toko zaitun di sana, ayo kita lihat dari dek observasi di sana."

 

Kagura-san yang sudah mencari tahu sebelumnya, memberi instruksi dengan ekspresi datar.

 

"Apa tempat ini buka sepagi ini?"

 

Sekarang jam setengah 7 pagi.

 

Biasanya, tidak ada toko yang buka sepagi ini.

 

"Biasanya mereka buka jam 9 pagi, tapi hari ini mereka buka jam 6 pagi khusus untuk melihat matahari terbit pertama, jadi tidak masalah."

 

Pantas saja ada banyak orang di sini.

 

Aku senang mereka menyediakan tempat untuk melihat matahari terbit.

 

"Kebun Zaitun, ini pertama kalinya aku ke sini..."

 

Charl melihat sekeliling dengan penuh minat, sepertinya dia juga tertarik dengan Kebun Zaitun itu sendiri.

 

"Di Kebun Zaitun ini ada tempat yang populer di kalangan pasangan, dan disebut juga 'Tanah Suci Para Kekasih'. Ada juga beberapa tempat lain di Ushimado yang cocok untuk pasangan, jadi bagaimana kalau kalian berdua datang lagi nanti?"

 

Kagura-san memberitahu kami informasi menarik itu karena Charl terlihat tertarik.

 

Aku tidak menyangka dia tahu hal seperti itu, padahal dia tidak pernah terlihat tertarik dengan hal-hal yang berhubungan dengan cinta...

 

Dia memang pintar.

 

"Tanah Suci... Para Kekasih..."

 

Charl yang suka hal-hal romantis, sepertinya tertarik dengan kata-kata itu.

 

Aku juga penasaran, jadi aku akan mencarinya nanti.

 

Aku ingin datang ke sini lagi nanti, berdua saja dengan Charl.

 

"Ayo kita ke sini lagi nanti, berdua saja."

 

"Ah... Baik!"

 

Charl mengangguk dengan mata berbinar saat aku mengajaknya.

 

Aku sangat berterima kasih pada Kagura-san.

 

Kami pun pergi ke toko zaitun, dan langsung menuju ke dek observasi begitu sampai.

 

"--Sebentar lagi."

 

Saat waktu matahari terbit semakin dekat, Kagura-san memberitahuku.

 

"Apa Emma tidak akan dibangunkan?"

 

"Tidak, dia pasti akan rewel kalau baru bangun tidur, dan dia akan mengganggu orang lain kalau dia berisik."

 

Lagipula, Emma-chan pasti lebih suka tidur daripada melihat matahari terbit.

 

Tidak perlu membangunkannya.

 

"Kalau begitu, biar aku yang menggendongnya."

 

Kagura-san menawarkan diri untuk menggendong Emma-chan, mungkin dia ingin kami berdua saja.

 

Aku bertukar pandang dengan Charl, lalu menggelengkan kepala pada Kagura-san.

 

"Tidak perlu, biarkan saja dia di gendonganku. Meskipun dia tidak bangun, tapi bagiku, dia tetap bersama kami."

 

Emma-chan lah yang mempertemukan aku dan Charl.

 

Kami bisa seperti sekarang karena dia.

 

Karena itu, aku ingin melihat matahari terbit bersama mereka berdua, meskipun dia sedang tidur.

 

"Baiklah."

 

Sepertinya Kagura-san mengerti, dia membungkuk dan menjauh dari kami.

 

Charl malah mendekat dan memeluk lenganku sambil menyandarkan kepalanya di bahuku.

 

Langit di cakrawala sudah berwarna jingga, dan tak lama kemudian, matahari perlahan muncul dari balik gunung.

 

Pulau-pulau yang terlihat seperti siluet karena cahaya dari belakang, dan langit yang berubah menjadi jingga.

 

Laut yang memantulkan cahaya matahari, dan awan yang terlihat lebih nyata dari biasanya.

 

Matahari terbit pertama yang kulihat ini, indah sekaligus terasa sepi.

 

Entah kenapa, aku jadi merasa sedih.

 

"Indah sekali..."

 

Charl memelukku erat-erat dengan ekspresi senang.

 

Aku merasa seperti dia tidak mau berpisah denganku.

 

"Indah sekali..."

 

"Ya... Aku ingin melihatnya setiap tahun..."

 

Dia pasti ingin mengatakan kalau dia ingin selalu bersamaku.

 

Aku merasakan hal yang sama, aku melepaskan pelukan Charl, lalu memeluknya.

 

Kami pun melihat matahari terbit dalam diam--dan saat matahari sudah terlihat sepenuhnya, kami meninggalkan Kebun Zaitun, dan menantikan pemandangan selanjutnya saat kami datang lagi nanti.
















Post a Comment

0 Comments

Tidak boleh adanya spoiler, hormati user lainya. Gunakan komentar dengan bijak sebagai tempat berdiskusi.

Post a Comment (0)
Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !