Chapter 5
"Kenangan di Malam Tahun Baru"
Beberapa hari telah
berlalu sejak Karin menginap, dan hari ini adalah malam tahun baru.
'Aku datang!!'
Livy datang ke rumah
kami. Beberapa hari ini kami sudah pergi ke berbagai tempat, dan hari ini dia
ingin bermain di rumah kami.
'Selamat pagi. Kamu
bersemangat sekali dari pagi, Livy.'
'Ah, Lottie, selamat
pagi!'
'Aduh, lagi...!'
Seperti biasa, Livy
mencium pipi Charl, dan Charl marah sambil tersipu.
Karena mereka
melakukan ini setiap hari, aku jadi terbiasa.
Charl juga tahu dia
akan dicium, jadi seharusnya dia menghindar kalau dia tidak suka... Tapi dia
tidak menghindar, itu menunjukkan perasaannya yang sebenarnya.
'Selamat pagi, Livy.
Kamu tidak tersesat?'
'Selamat pagi, Akihito!
Aku sudah hafal jalannya.'
Livy melepas
sepatunya sambil tersenyum ceria.
'Apa Kanon tidak ada
lagi hari ini?'
'Ya, sepertinya dia
sibuk.'
Dia memang selalu
sibuk saat liburan akhir tahun dan tahun baru.
Mungkin dia harus
menghadiri banyak acara orang kaya.
Aku jadi agak malas
karena nanti aku juga harus melakukannya.
'Emma sedang tidur,
ya?'
Livy melihat Emma
yang ada di gendonganku.
'Dia baru bangun
tidur, jadi dia masih mengantuk.'
Setelah kubangunkan,
dia minta digendong, dan dia tertidur lagi setelah kugendong.
Karena hari ini
libur, tidak perlu memaksanya bangun.
'Di mana Kagura?'
'Dia di kamarnya.'
Mungkin dia
menyingkir ke kamarnya agar kami dan Livy tidak sungkan.
Dia memang perhatian.
'Ayo kita ke ruang
tamu dulu.'
Lalu, aku membawa
Livy ke ruang tamu--
'Ah, ini kotatsu...?'
Mata Livy berbinar
melihat kotatsu yang baru ditaruh di ruang tamu kemarin.
Reaksinya sama
seperti Charl kemarin, aku hampir tertawa.
Kagura-san
mengeluarkan kotatsu ini karena Livy juga akan menghabiskan malam tahun baru
dan tahun baru di sini.
'Apa ini pertama
kalinya kamu melihatnya?'
'Tentu saja! Di
Inggris, kami memakai sepatu di dalam rumah!'
Aku sudah
mendengarnya dari Charl, tapi sepertinya mereka memang jarang melepas sepatu di
dalam rumah.
'Ayo kita masuk...!'
Livy yang tertarik
dengan kotatsu, langsung melepas jaketnya dan mengajak kami masuk.
Charl dan Livy duduk
berhadapan, dan aku duduk di depan Charl, sedikit ke kiri, dan di depan Livy,
sedikit ke kanan, sambil menggendong Emma-chan.
Sepertinya mereka
berdua duduk dengan lutut ditekuk.
Kalau mereka
meluruskan kaki, mereka akan mengganggu orang di depannya, dan kalau mereka
duduk dengan kaki dilipat ke samping, ujung kaki mereka akan keluar dari
kotatsu, jadi mungkin karena itu mereka duduk seperti itu.
Aku juga tidak bisa
meluruskan kakiku, jadi aku duduk bersila dan mendudukkan Emma-chan di atas
kakiku.
'Hangat sekali...!
Jadi seperti ini rasanya...!'
'Fufu... Livy seperti
anak kecil.'
Charl menutup
mulutnya dengan tangan dan tertawa melihat sahabatnya yang bersemangat.
Tapi, aku tidak lupa.
Kalau kemarin dia
juga heboh saat masuk kotatsu.
'…………'
Livy yang kesal
karena dianggap seperti anak kecil, cemberut dan menatap Charl.
Lalu, dia tiba-tiba
tersenyum nakal.
Sepertinya dia punya
ide jahil.
Charl pun
bersiap-siap, tapi aku memperhatikan Livy untuk melihat apa yang akan dia
lakukan.
Livy memasukkan
tangannya ke dalam kotatsu dan meraba-raba, lalu dia mengeluarkan tangannya
sambil memegang sesuatu.
Kaus kaki...?
Itu kaus kaki yang
dia pakai, kan...?
Apa dia hanya
melepasnya karena merasa tidak nyaman di dalam kotatsu?
...Tidak, pasti ada
alasan lain kenapa dia tersenyum nakal tadi.
Aku pun terus
memperhatikannya.
Lalu--
'Hya...!?'
Charl yang bergerak,
membuatku refleks melihat ke arahnya.
Wajahnya sedikit
memerah dan dia terdiam.
Tapi saat menyadari
tatapanku, dia melirikku dengan malu, lalu menatap Livy.
Dia terlihat ingin
protes.
Sedangkan Livy, dia
tersenyum nakal, jadi pasti dia yang melakukan sesuatu pada Charl.
Karena sepertinya
mereka hanya bercanda, aku pun terus memperhatikan mereka dalam diam.
'--!? La, lagi...!?'
Apa yang mereka
lakukan di dalam kotatsu?
Charl memejamkan
sebelah matanya dan menggeliat seolah sedang menahan sesuatu.
Livy juga bergerak
sedikit, jadi sepertinya dia sedang menjahili Charl lagi.
'Huu... nn...
geli...'
Charl tidak protes
pada Livy, mungkin karena dia tidak mau aku tahu.
Wajahnya semakin
merah, apa yang sebenarnya mereka lakukan...?
Aku bisa langsung
tahu kalau aku melihat ke dalam kotatsu, tapi aku tidak bisa melakukannya
karena aku tidak mau mereka menganggapku mesum.
'Fufu♪'
Livy tersenyum senang
melihat Charl menggeliat.
Karena dia jahil,
sepertinya dia senang melihat reaksi Charl.
'Hei hei... Pacar
kesayanganmu sedang melihat, lho? Tidak apa-apa kalau dia melihatmu seperti
itu?'
'--. Ja, jangan...'
Sepertinya Livy
bergumam pelan, dan Charl yang punya pendengaran tajam pasti mendengarnya.
Charl masih
menggeliat, dan matanya yang tadinya terbuka sebelah, sekarang tertutup rapat.
Dia terus menahannya,
tapi--mungkin karena sudah tidak tahan lagi, dia menelungkupkan wajahnya di
atas meja.
Kedua tangannya juga
terkulai lemas.
'Ahaha... Kamu masih
sama, le--hng!?'
Tidak lama setelah Charl
menelungkupkan wajahnya di atas meja.
Ekspresi Livy yang
tadinya senang, tiba-tiba berubah menjadi tegang.
'Fufu... Lengah, ya?'
Charl tersenyum penuh
kemenangan.
Kedua tangannya ada
di dalam kotatsu, sepertinya dia menjebak Livy sambil berpura-pura pingsan.
'Tu, tunggu, Lot--'
'Ini balasannya...!'
'Hentikan,
ahahahaha!'
Livy tertawa
terbahak-bahak saat Charl membalasnya.
Tapi Charl tidak
berhenti, dan Livy terus menggeliat geli.
'Hentikan, itu
curang, ahaha!'
'Tidak peduli...!
Livy yang mulai duluan...!'
Charl terus
membalasnya dengan senyum nakal, itu tidak seperti biasanya.
Mungkin karena dia
kesal setelah dijahili, sisi jahilnya jadi muncul.
Dia terlihat sangat
senang.
'Hiii...! Ihihihi...!
Telapak kakiku, jangan, ahahaha...!'
Oh, jadi Charl
menggelitik telapak kaki Livy dengan tangannya.
Kalau begitu, karena
dia bilang itu balasan, berarti Livy juga menggelitiknya dengan kaki.
'Aku tidak melakukan
itu padamu...! Kyahahaha... ihihi...! Aku hanya mengelusnya...!'
'Anak nakal yang suka
berbohong harus dihukum.'
'Sudah hentikan,
ahahaha! Akihito, tolong...!'
Livy yang juga lemah
terhadap gelitikan seperti Charl, memohon padaku sambil menangis.
Aku jadi bingung
harus melihat ke mana dari tadi, jadi aku tidak bisa menolongnya meskipun dia
meminta tolong....
'Ah...'
Di tengah tawa Livy, Charl
yang mendengar Livy memanggil namaku, sepertinya baru ingat kalau aku ada di
sini, dia melihat ke arahku dan langsung berhenti.
'~~~~~~!'
Lalu dia buru-buru
melepaskan tangannya dan berteriak dengan wajah memerah.
Sepertinya dia
benar-benar lupa kalau aku ada di sini.
Dia pasti terlalu fokus
menggelitik Livy.
'Anu... aku tidak
melihat apa-apa, jadi tenang saja.'
Aku mencoba
mencairkan suasana dengan tersenyum, sambil melirik Livy yang terbaring di
lantai karena kelelahan.
Yah, meskipun aku
yakin dia tidak akan percaya.
'Ma, maaf sudah
menunjukkan sisi burukku...'
Charl menunduk,
sepertinya dia tidak mau aku melihatnya seperti itu.
Meskipun aku baru
saja melihat sisi lain darinya, tapi aku tidak terlalu terkejut karena aku tahu
dia memang punya sisi jahil.
'Aku suka semua
sisimu, jadi jangan khawatir.'
Aku menghiburnya
karena dia terlihat sedih.
Tapi, Charl malah
menatapku dengan heran.
'Jangan-jangan, A-kun
suka yang seperti itu...?'
Apa yang dia katakan?
Aku tidak mengerti,
tapi sepertinya dia salah paham lagi.
'--Sebagai orang yang
menjaga rumah ini, aku tidak suka kalau kalian melakukan hal-hal mesum di
sini...?'
'---!?'
Tiba-tiba pintu ruang
tamu terbuka, dan Kagura-san masuk dengan aura gelap di sekelilingnya.
Dia masuk tanpa
mengetuk, mungkin karena dia ingin melihat sendiri apa yang sedang kami
lakukan.
Dia pasti sengaja
melakukannya karena kami tidak bisa menyembunyikan apa pun kalau dia tiba-tiba
masuk.
Kagura-san melihat
kami satu per satu, lalu menatapku, memiringkan kepalanya, dan berkata dengan
pelan:
'Livy-sama
berkeringat dan terengah-engah, wajahnya memerah dan bajunya berantakan.
Charlotte-sama juga, wajahnya merah dan berkeringat seperti Livy-sama. Bisakah
kalian menjelaskan apa yang kalian lakukan?'
Kagura-san bertanya
dengan ekspresi datar.
Ekspresinya itu malah
membuatku takut.
Padahal aku tidak
melakukan apa-apa....
'Apa kamu akan
percaya kalau kubilang Charl dan Livy hanya sedang bercanda...?'
Meskipun aku harus
menjelaskannya, tapi karena itu memang yang sebenarnya, aku hanya bisa berharap
mereka percaya.
Setidaknya, aku tidak
melakukan apa pun pada mereka.
'Aku percaya pada Livy-sama,
tapi apa Charlotte-sama akan melakukan itu?'
Mungkin karena napas
Livy memburu dan bajunya berantakan.
Sepertinya dia
percaya kalau Livy yang melakukannya pada Charl, tapi dia tidak percaya kalau Charl
yang melakukannya pada Livy.
Yah, di mata Kagura-san,
Charl adalah perempuan anggun dan baik hati....
Meskipun dia juga
suka bermanja-manja.
Setidaknya, Kagura-san
tidak bisa membayangkan Charl melakukan hal seperti itu pada Livy.
'Aku lebih tidak
mungkin melakukannya.'
Karena bingung harus
menjawab apa, aku pun menjawab seperti itu agar Kagura-san percaya.
...Meskipun aku jadi
agak sedih mengatakannya.
'Oh iya, benar juga.'
Seperti dugaanku, Kagura-san
percaya.
Entah kenapa, aku
merasa seperti laki-laki yang menyedihkan....
'Aku senang melihat
kalian berdua akrab, tapi tolong jaga sikap. Terlebih lagi, kalian tidak
seharusnya menunjukkan hal-hal seperti itu di depan laki-laki.'
'Ya, maaf...'
Charl dan Livy yang
ditegur oleh Kagura-san, menunduk dengan sedih.
Kagura-san
benar-benar memanjakan Charl, dia hanya menegur mereka.
'Akihito-sama juga,
tolong tegur mereka, jangan hanya menonton saja.'
'Padahal aku tidak
menontonnya dengan senang!?'
Tiba-tiba aku juga
kena marah, jadi aku langsung membantahnya.
'Benarkah...?'
Tapi, Kagura-san
menyipitkan mata dengan curiga.
Dia sama sekali tidak
percaya padaku.
Dan, karena aku
memang memperhatikan reaksi Charl, aku tidak bisa membantahnya dengan tegas.
'Yah, sudahlah.
Panggil aku kalau ada apa-apa.'
Sepertinya Kagura-san
tidak marah, dia pun keluar dari ruang tamu dengan tenang.
'A-kun, maafkan
aku... Karena kami...'
Charl langsung
meminta maaf, mungkin karena aku juga ditegur.
'Tidak apa-apa, ini
bukan masalah besar. Lagipula kita tidak dimarahi.'
Dibandingkan dengan
siksaan yang kuterima saat kecil dulu, ini bukan apa-apa.
Lagipula, Livy yang
memulainya.
Setelah itu, kami
tidak berbuat onar lagi agar tidak dimarahi oleh Kagura-san, dan aku
mendengarkan cerita masa lalu Charl dan Livy.
◆
'--Jadi, Charl memang
selalu menempel padamu dulu?'
Mendengarkan cerita
mereka, sepertinya Charl selalu mengikuti Livy ke mana pun Livy pergi.
'Dia sangat imut,
kan? Dia mengikutiku seperti anak bebek.'
'Su, sudah, jangan
bahas itu lagi...'
Charl yang malu,
mencoba menghentikan Livy yang bercerita dengan gembira.
Emma-chan juga selalu
mengikutiku, jadi mereka memang mirip.
'Tapi Akihito kan
ingin mendengar cerita masa lalumu, Charl?'
Livy yang tahu Charl
tidak akan menolak kalau aku yang memintanya, mencoba memanfaatkanku agar Charl
mau bercerita lagi.
'Meskipun begitu,
tidak perlu menceritakan hal yang memalukan...'
'Tidak apa-apa,
menurutku itu imut, kok.'
Aku serius, menurutku
itu imut.
Terlebih lagi, dia
melakukannya sampai SMP, itu sangat imut.
Mungkin dia berhenti
melakukannya karena kejadian ayahnya, jadi aku tidak boleh membahasnya.
'Charl memang sudah
menyayangimu sejak dulu, ya, Livy.'
'Dia bahkan akan
merajuk dan marah kalau aku bermain dengan anak lain.'
'~~~~~~! Ka, kalian berdua
jahat...!'
Dia tidak
membantahnya, jadi mungkin itu benar.
Sophia-san juga
pernah mengatakannya.
'Maaf, maaf.'
'Hmm...'
Saat aku meminta maaf
sambil mengelus kepalanya, Charl mendekat padaku.
Aku tidak bermaksud
menggodanya, tapi syukurlah dia kembali ceria.
'…………'
Saat aku sedang
mengelus kepalanya, Livy menatapku dengan saksama.
Oh iya, dia pernah
bilang "jangan bermesraan di depanku", kan?
Mungkin dia berpikir
kami bermesraan lagi.
'...Meskipun kamu
melihatnya dengan iri, tapi aku tidak akan memberikan A-kun padamu...?'
Entah apa yang dia
pikirkan, Charl memeluk lenganku erat-erat.
Apa dia membalas
ejekanku tadi...?
'Aku tidak melihatnya
seperti itu.'
Aku kira dia akan
tertawa, tapi ternyata dia malah cemberut dan memalingkan wajahnya.
Eh, apa aku benar...?
'Hmm...?'
Saat suasana mulai
agak canggung, Emma-chan yang ada di gendonganku perlahan membuka matanya.
Dia mengedipkan
matanya dengan ekspresi mengantuk, dan menatap ke depan dengan pandangan
kosong.
Dia pasti bangun
sendiri karena sudah cukup tidur.
"Selamat pagi,
Emma-chan."
Aku menyapa Emma-chan
sambil mengelus kepalanya dengan lembut.
'Hmm... Selamat
pagi... '
Emma-chan membalas
sapaanku secara refleks, lalu mengucek matanya dengan ekspresi mengantuk.
Sebentar lagi dia
pasti akan sadar sepenuhnya.
'Emma mengantuk, imut
sekali...'
Emma-chan yang selalu
membuat orang lain merasa tenang, sepertinya berhasil mencairkan suasana, Livy
tersenyum lebar.
Sepertinya Livy tidak
tahu kalau kami baru saja bertukar salam.
Mungkin dia tidak
terlalu mengenal bahasa Jepang.
Bagi orang Jepang,
bahasa Inggris adalah bahasa kedua yang penting, tapi bagi orang Inggris,
bahasa Jepang tidak terlalu penting, jadi tidak bisa dihindari.
Mungkin dia jarang
mendengarnya kalau dia tidak suka anime dan manga Jepang seperti Charl.
'Aku ingin
menggendongnya...'
Livy ingin
menggendong Emma-chan karena dia sangat imut.
Karena dia dibenci
oleh Emma-chan saat di Inggris dulu, mungkin dia belum pernah menggendongnya.
Meskipun mungkin dia
bisa menggendongnya sekarang karena Emma-chan masih mengantuk, tapi aku tidak
tahu apa yang akan Emma-chan lakukan saat dia sudah sadar, jadi aku tidak bisa
sembarangan.
Meskipun Emma-chan
sudah dekat dengannya, tapi mungkin lebih baik kalau Livy memintanya langsung
nanti, karena Emma-chan suka digendong, jadi mungkin dia akan mengizinkannya.
'Kita jadi asyik
mengobrol, ya. Bagaimana kalau kita buat mi tahun baru sekarang?'
Tanpa kusadari, hari
sudah siang.
Pantas saja Emma-chan
bangun sendiri.
Kami akan membuat mi
tahun baru, bukan soba tahun baru, karena Emma-chan tidak bisa makan soba.
Livy juga mungkin
tidak bisa memakannya, jadi kami memutuskan untuk membuat mi.
'Aku akan panggil Kagura-san.'
Karena dia bilang dia
akan membantu saat kami membuat mi, aku pun hendak memanggil Kagura-san.
Tapi Charl
menghentikanku dengan tangannya.
'Biar aku saja yang
memanggilnya. A-kun, temani Emma dan yang lainnya saja.'
'Oh, begitu, terima
kasih.'
Aku pun mengurungkan
niatku dan membiarkan Charl yang melakukannya.
Mungkin karena Charl
sudah pergi, Livy menatapku dengan gelisah.
'Ada apa?'
'Lottie itu suka
bermanja-manja, tapi dia juga suka melayani, kan? Aku jadi berpikir dia akan
jadi istri yang baik.'
Sepertinya dia hanya
ingin membanggakan teman masa kecilnya.
Dia tidak membahas
kejadian yang membuat kami canggung tadi.
'Dia memang sudah
seperti itu.'
Dia sudah memasak
untukku sejak kami tinggal bersama, dan sekarang dia juga ikut menjagaku dan
tidur bersamaku.
Meskipun status kami
tunangan, tapi dia sudah seperti istriku.
'Hebat sekali kalian
bisa tinggal bersama. Melihat Lottie, aku bisa merasakan kalau dia sangat
mencintaimu.'
'Yah, tentu saja...
Kalian kan selalu bermesraan.'
'Akihito juga
memanjakannya dengan natural~. Enaknya, aku juga ingin punya pacar yang
memanjakanku.'
Livy menyandarkan
siku di kotatsu sambil memegang pipinya dengan kedua tangannya, terlihat iri.
Oh, jadi karena itu Charl
memeluk lenganku tadi.
Livy memperhatikan
kami dengan iri.
Padahal dia hanya
berpikir 'enak ya punya pacar yang memanjakan', tapi Charl pasti mengira aku
sedang diincar olehnya.
Meskipun Livy bilang
dia tidak akan mengganggu orang yang sudah punya pacar, tapi Charl pasti tetap
khawatir.
'Mungkin kamu juga
akan punya pacar yang baik, Livy?'
'Hmm, entahlah?
Gara-gara seseorang, standar pacarku jadi tinggi.'
'Eh, apa kamu sedang
menyukai seseorang?'
'…………'
Aku bertanya dengan
serius, tapi Livy malah menatapku dengan kesal.
Apa aku salah
bicara...?
'Anu...?'
'Aku memang kagum
padamu karena bisa mendapatkan Lottie yang polos dan tidak peka soal percintaan,
tapi... Sekarang aku jadi berpikir kalau Lottie juga sudah berusaha keras,
bahkan mungkin lebih keras darimu...'
Livy menghela napas
dan bergumam sambil memalingkan wajahnya dariku.
Apa aku melakukan
kesalahan...?
'Akihito, apa kamu
pernah punya pacar sebelum Lottie?'
Saat aku sedang
menatap Livy, dia tiba-tiba melihatku dan bertanya dengan ekspresi penasaran.
Charl dan Kagura-san
yang datang ke ruang tamu, mungkin mendengarnya dan melihat ke arahku.
'Tidak, aku belum
pernah punya pacar.'
Agar Charl tidak
salah paham, aku membantahnya dengan tegas.
Livy mengangkat bahu
dan tersenyum kecut.
'Entah berapa banyak
yang sudah dikorbankan.'
'Apa maksudmu...?'
'Tidak, tidak
apa-apa. Benar kan, Lottie?'
Saat aku bertanya
karena tidak mengerti, Livy bertanya pada Charl.
Charl tersenyum kecut
dan mengangguk.
Sejak kapan mereka
mengobrol berdua?
Mungkin mereka
membahas sesuatu yang hanya mereka berdua yang tahu sebagai teman masa kecil.
'Kenapa Livy ada di
sini?'
Emma-chan yang
sepertinya sudah sadar, memiringkan kepalanya dan bertanya pada Livy yang ada
di depannya.
'Selamat pagi, Emma.
Aku datang untuk bermain hari ini.'
'Selamat pagi.'
Emma-chan membalas
sapaan Livy dalam bahasa Inggris karena Livy menyapanya dalam bahasa Inggris.
Kemarin kami pergi
keluar bersama Livy, jadi mungkin dia bertanya kenapa hari ini kami tidak
pergi.
'Hari ini kita akan
bersantai di kotatsu~'
Livy yang sepertinya
suka kotatsu, berbaring di atas meja sambil tersenyum.
Emma-chan yang
melihatnya, ikut berbaring di atas meja.
'Emma suka
kotatsu...!'
'Oh, sepertinya
kalian memang cocok.'
'Hmm...!'
Mungkin mereka cocok
karena punya banyak kesamaan.
Emma-chan yang bebas,
mungkin akan tumbuh seperti Livy.
'Ayo sini, Emma. Biar
kupeluk.'
Livy merentangkan
tangannya ke arah Emma-chan, sepertinya dia senang karena Emma-chan
mengakuinya.
Tapi--.
'Aku mau sama kakak.'
Emma-chan memelukku
erat-erat dan tidak mau turun dari pangkuanku.
'Wah... Apa dia tidak
pernah mau sama orang lain selain Akihito?'
'Hmm, aku mau sama
kakak...!'
Emma-chan mengangguk
dengan yakin saat Livy bertanya.
Tapi, sebenarnya dia
juga sering duduk di pangkuan Sophia-san, Karin, dan terkadang Charl, meskipun
tidak sesering padaku.
Jadi, dia hanya
sedang ingin duduk di pangkuanku saja.
Mungkin dia akan
langsung duduk di pangkuan Livy kalau Livy bertanya lagi beberapa jam lagi.
'Apa pangkuan Akihito
nyaman sekali?'
Livy tidak terlihat
sedih karena ditolak oleh Emma-chan, dia malah menatap kami dengan ekspresi
tertarik.
'Hmm!'
'Hmm...'
Livy berpikir setelah
Emma-chan mengangguk dengan gembira.
Tapi--
'Kamu tidak boleh
duduk di pangkuan A-kun, ya?'
--Charl yang sedang
memasak sambil menguping, langsung melarangnya.
'Nyonya, fokuslah
pada masakanmu~'
'Nyonya!?'
Charl langsung
tersipu saat Livy membalasnya.
Mungkin dia
membayangkan dirinya memakai baju pengantin.
Meskipun mereka
saling mengenal dengan baik, tapi sepertinya Livy yang periang dan jahil lebih
unggul daripada Charl yang penurut dan baik hati.
'...Charlotte-sama,
apa aku saja yang mengerjakan semuanya hari ini?'
Kagura-san yang
sepertinya berpikir Charl sedang tidak fokus, menawarkan bantuannya.
'Ti, tidak perlu, aku
bisa melakukannya sendiri... Maaf...'
Sepertinya Charl akan
tetap memasak, meskipun dia terlihat malu.
Yah, kalau ditanya
seperti itu, dia pasti tidak akan mundur....
Lagipula, itu sama
saja dengan dia mengakui kalau dia terbawa suasana setelah dipanggil 'nyonya'.
'Jangan goda Charl
saat dia sedang memasak, itu berbahaya.'
Wajar saja Kagura-san
menghentikannya, karena berbahaya kalau dia panik saat sedang menggunakan pisau
atau wajan.
Livy harus
berhati-hati.
'Baiklah~. Tapi,
menurutku Lottie yang salah. Dia terlalu protektif pada pacarnya.'
Aku mengerti maksud
Livy.
Charl melarangku
hanya karena aku dipangku, dan dia sudah melakukannya beberapa kali.
Tapi aku bisa mengerti
kalau dia merasa tidak tenang saat pacarnya mengobrol dengan lawan jenis, jadi
menurutku itu wajar.
'Kamu kan tahu kalau Charl
memang seperti itu, Livy?'
Lagipula, mereka
sudah berteman jauh lebih lama daripada aku.
'Yah, begitulah.
Tenang saja, aku tidak akan macam-macam dengan pacar Lottie.'
Livy tertawa kecut,
lalu mendekatkan jarinya ke pipi Emma-chan.
Emma-chan sempat
ingin menepisnya, tapi dia berhenti setelah menyadari itu Livy, dan membiarkan
Livy menyentuhnya.
'Oh...! Pipinya
kenyal seperti mochi, lembut sekali...!'
Livy yang senang
karena tidak ditolak oleh Emma-chan, terus menyentuh pipinya.
Tentu saja, kalau dia
berlebihan--
'Hmm...!'
--Emma-chan akan
marah dan menepisnya.
Livy pandai menjaga
jarak dengan Emma-chan saat pertama kali bertemu dulu.
Dia tidak memaksakan
diri, dan langsung mundur saat Emma-chan terlihat tidak suka, tapi... sekarang
dia tidak bisa melakukannya, mungkin karena dia senang akhirnya Emma-chan yang
dulu selalu menolaknya, sekarang mau menerimanya.
Tapi aku yakin dia
akan bisa menjaga jarak lagi nanti, jadi aku tidak terlalu khawatir.
Kalau dia terlihat
berlebihan, aku tinggal membantunya.
Setelah itu, mi tahun
baru buatan Charl dan Kagura-san pun selesai, kami makan bersama sambil
menikmati Emma-chan yang makan dengan lahap.
◆
'Wah, salju...'
Saat kami akan
mengantar Livy pulang ke hotel di malam hari, ternyata di luar sedang turun
salju.
Livy menghela napas
dengan pipi memerah sambil menatap salju dengan mata berbinar.
'Bukankah salju biasa
saja di Inggris?'
'Tidak juga! Salju
itu cukup langka di London!'
Kukira salju biasa
saja di Inggris karena letaknya lebih utara daripada Jepang, dan di film-film,
Inggris selalu terlihat bersalju, tapi ternyata tidak.
'Meskipun kita tidak
bisa merayakan White Christmas... Tapi melihat salju di malam tahun baru juga
menyenangkan...'
Charl yang menyusul
kami keluar, menatap salju dengan ekspresi senang.
Malam Natal dan hari
Natal adalah hari yang spesial untuk kami, jadi mungkin akan lebih baik kalau
turun salju saat itu.
Tapi meskipun begitu,
salju yang turun saat ini juga indah.
'Maaf, aku ingin
jalan kaki di tengah salju, jadi aku tidak perlu diantar!'
Sepertinya Livy
berubah pikiran setelah melihat salju, dia bilang dia ingin pulang dengan jalan
kaki.
Tentu saja, dia tidak
akan berjalan kaki sampai ke hotel, dia pasti akan naik kereta.
Maaf pada Kagura-san,
tapi aku ingin menuruti keinginan Livy.
'Kalau begitu, kami
antar sampai ke hotel.'
'Eh, tidak perlu
repot-repot!'
Livy menggelengkan
kepalanya dengan cepat, sepertinya dia tidak menyangka aku akan mengantarnya.
'Tidak mungkin kami
membiarkanmu jalan sendirian di malam hari, lagipula ini juga jadi kesempatan
untuk kami berkencan, jadi tidak masalah.'
Aku berkata begitu,
lalu melihat Charl.
Aku ingin berjalan
berdua saja dengannya di tengah salju, dan ada yang ingin kutunjukkan padanya.
Akhir-akhir ini kami
jarang menghabiskan waktu berdua saja, jadi kupikir ini kesempatan yang bagus.
'Oh, jadi begitu.'
Livy tersenyum nakal,
sepertinya dia mengerti maksudku.
Dia tersenyum seolah
berkata, "Kamu memanfaatkan aku, ya? Akan kubalas nanti."
'Kalau begitu, biar
aku yang menjaga Emma-sama.'
Kagura-san yang
sedari tadi mendengarkan kami, mengulurkan tangannya padaku.
Dia ingin
kugendongkan Emma-chan padanya.
Aku tidak bisa
membawanya karena dia bisa demam kalau diajak berjalan di tengah salju.
Lagipula, Emma-chan
juga sedang tidur.
'Terima kasih. Kami
akan segera kembali.'
'Tidak perlu
terburu-buru, nikmatilah waktu berdua saja.'
Aku memberikan
Emma-chan padanya, dan dia membalasnya dengan kata-kata yang lembut, itu tidak
seperti biasanya.
Sepertinya dia sedang
senang hari ini.
Mungkin karena dia
bisa menggendong Emma-chan.
'Maaf, aku mau ambil
sesuatu dulu.'
Aku berkata pada Livy
dan Charl, lalu masuk ke dalam untuk mengambil sesuatu.
Ini adalah kesempatan
yang tepat untuk menggunakannya.
'--Maaf sudah
menunggu. Kalau begitu, ayo kita pergi, sebentar lagi keretamu akan berangkat.'
Setelah menaruh
barang yang kubutuhkan ke dalam tas selempang, aku kembali dan menggandeng
tangan Charl, lalu memasukkan tangannya ke dalam saku jaketku agar dia tidak
kedinginan, lalu mengajak Livy bicara.
Livy yang
memperhatikan kami, menggandeng tangan Charl yang satunya dan memasukkannya ke
dalam sakunya.
'Livy...'
'Aku tidak mau
dikucilkan. Kalian kan mengantarku, jadi tidak masalah, kan?'
Dia ingin bergabung
dengan kami karena nanti aku dan Charl akan pulang berdua saja.
Meskipun aku harus
hati-hati di dalam mobil, tapi karena Charl juga terlihat senang, mungkin tidak
masalah.
Kami pun pergi ke
stasiun bersama-sama.
'Kalau begitu, ayo
kita main lagi besok!'
Setelah mengantarnya
ke hotel, Livy melambaikan tangannya dengan gembira.
Meskipun besok tahun
baru, tapi Livy akan tetap datang ke rumah kami.
Dia bilang dia ingin
merasakan tahun baru di Jepang, dan dia terlihat tidak sabar.
Karena ini juga
pertama kalinya Charl dan Emma-chan merayakan tahun baru di Jepang, aku harus
berusaha keras agar mereka senang.
'Selamat malam,
Livy.'
'Selamat malam~!
Jangan macam-macam meskipun hanya berdua saja, dan pulanglah lebih awal~!
Livy berkata dengan
senyum nakal pada Charl yang menyapanya dengan senyum lembut.
Charl pun langsung
tersipu dan berkata:
'Ja, jangan
berpikiran yang aneh-aneh...!'
'Ahaha!'
Livy tertawa, lalu
masuk ke hotel.
Dia pasti hanya
bercanda untuk menutupi rasa sedihnya.
'Livy memang...'
"Kalian berdua
sangat akrab, ya."
Aku tersenyum dan
berkata pada Charl yang sedang marah.
"Yah... Kami kan
berteman sejak kecil..."
Charl tidak
membantahnya, dia malah mengakuinya dengan malu-malu.
Aku senang melihat
mereka akrab.
"Kalau begitu,
karena kita sudah sampai di sini, bagaimana kalau kita melihat iluminasi?"
Inilah yang ingin
kutunjukkan pada Charl.
Iluminasi sudah
dipasang di Stasiun Okayama dan sekitarnya sejak bulan November, jadi Charl
sudah melihatnya saat kami mengantar Livy ke hotel.
Tapi sekarang, ada
tambahan salju yang turun.
Iluminasi yang
dilihat di tengah salju akan terlihat berbeda.
"Indah sekali,
ya..."
Charl menyandarkan
kepalanya di bahuku dan meremas tanganku yang bertautan dengannya.
Sepertinya dia jadi
lebih manja karena kami hanya berdua saja.
"Bagaimana kalau
kita pakai ini?"
"Ah,
itu...!"
Mata Charl yang
sedang menatap iluminasi dengan ekspresi senang, langsung berbinar saat aku
mengeluarkan sesuatu dari tasku--syal rajut buatan tangan, hadiah ulang tahun
dari Charl.
Sepertinya dia
mengerti maksudku.
"Ulurkan
lehermu."
"Baik..."
Saat aku memintanya, Charl
menyingkirkan rambutnya dengan tangannya, lalu mengulurkan lehernya.
Aku melilitkan syal
itu di lehernya dengan hati-hati, lalu melilitkan ujungnya di leherku.
Kami berdua terhubung
dengan satu syal.
"Maaf ya, aku
belum sempat memakainya."
"Tidak
apa-apa... Aku sangat senang..."
Charl tersenyum dan
memeluk lenganku erat-erat.
Matanya berkaca-kaca,
aku bisa merasakan kalau dia sangat senang.
"Syal ini lembut
sekali, ya. Dan hangat."
"Fufu... Aku
merasa hangat di sekujur tubuhku..."
Charl
menggosok-gosokkan pipinya padaku saat aku memberikan pendapatku tentang syal
itu.
Aku merasa tenang
saat dia bermanja-manja, lalu kami berjalan dari Stasiun Okayama ke pusat
perbelanjaan besar.
Ada banyak iluminasi
di sepanjang jalan, tapi yang paling menarik perhatian kami adalah iluminasi di
gedung pusat perbelanjaan itu.
"Aku seperti
berada di dunia lain..."
Sepertinya Charl
merasa begitu karena kombinasi iluminasi yang berkilauan dan salju.
Aku juga merasakan
hal yang sama, lalu kami pergi ke tempat lain.
Sepertinya ada juga
iluminasi di taman yang ada di gedung ini, tapi kami tidak ke sana karena waktu
kami terbatas.
Lalu, aku mengajaknya
ke terowongan cahaya sepanjang 300 meter dan sungai yang berkilauan seperti
jalan cahaya, dan kami menikmati pemandangan itu bersama-sama.
Dia sangat senang
melihat semuanya, dan aku juga ikut senang.
"--Kalau begitu,
ayo kita pulang."
Setelah kembali ke
Stasiun Okayama, aku mengajak Charl pulang.
"…………"
Tapi Charl malah
menunduk.
"Ada apa?"
Apa aku melakukan
kesalahan, padahal dia terlihat senang tadi?
"…………Saat kita
melihat iluminasi... Ada banyak pasangan yang terlihat sangat mesra..."
"Eh? Ah, ya...
Memang."
Meskipun hari ini
malam tahun baru, tapi ternyata banyak orang di luar.
Dan kebanyakan dari
mereka adalah pasangan.
Banyak dari mereka
yang bermesraan di depan umum, sampai aku bingung harus melihat ke mana.
"Mereka pasti...
akan menghabiskan malam bersama... dan..."
Charl tidak
melanjutkan kata-katanya.
Lalu, dia menatapku
dengan mata berkaca-kaca dan meremas tanganku.
Aku jadi tahu apa
yang dia inginkan tanpa dia mengatakannya.
Dan aku jadi bingung.
Karena aku tidak bisa
mengabulkan keinginannya sekarang.
"Maaf ya, Kagura-san
dan Emma-chan sedang menunggu di rumah, jadi kita harus pulang."
Meskipun aku tahu apa
yang Charl inginkan, tapi aku hanya bisa mengatakan itu.
Kalau aku menuruti
keinginanku sekarang, itu akan merusak kepercayaannya padaku.
"Aku ingin...
pulang ke rumah... yang dulu..."
Tapi, Charl yang
mengira aku tidak mengerti, malah mengatakannya lebih jelas.
Aku sebenarnya ingin
menuruti keinginannya karena aku sudah membuatnya menahan diri di malam ulang
tahunnya, tapi....
"Kagura-san akan
kesulitan kalau Emma-chan bangun, jadi... ayo kita pulang, ya?"
Aku mengelus kepala Charl
sambil membujuknya dengan lembut.
Mata Charl
berkaca-kaca, lalu dia menyandarkan wajahnya di dadaku.
Dan seperti biasa,
dia menggosok-gosokkan wajahnya di dadaku untuk menunjukkan rasa tidak puasnya.
Dia pasti
melakukannya karena dia tahu aku tidak akan mengalah.
Meskipun kami akan
ketinggalan kereta berikutnya, tapi aku akan menunggunya sampai dia tenang.
Lalu, Charl
mengangkat wajahnya--
"Aku menyerah...
Jadi... cium aku..."
--dan memohon padaku
dengan mata berkaca-kaca.
Kalau aku
melakukannya, Charl pasti akan bersemangat.
Karena itu aku sempat
ragu, tapi aku baru saja membuatnya menahan diri.
Untungnya kereta
berikutnya masih sekitar 30 menit lagi karena kami melewatkan satu kereta.
Aku pun menciumnya
dengan latar belakang iluminasi Stasiun Okayama.
--Tentu saja dia
tidak puas hanya dengan satu ciuman, dia memintaku menciumnya lagi dan lagi
sampai hampir waktunya kereta berangkat, dan sepertinya dia masih belum puas.
Bahkan saat kami naik
kereta, dia bergumam, "A-kun, kamu menjahiliku lagi..."
Aku merasa kasihan
padanya karena dia harus terus menahan diri, dan aku juga hampir tidak tahan,
jadi aku harus segera membuat rencana agar kami bisa menghabiskan waktu berdua
saja.
◆
"--Bangun."
"Aduh!?"
Aku terbangun karena
tiba-tiba ada rasa sakit di pipiku.
Saat aku bangun, aku
melihat Kagura-san sedang menatapku dengan ekspresi datar.
"...Eh?"
"Akhirnya kamu
bangun juga, cepat ganti baju dan bersiap-siap."
"Ah..."
Aku teringat kenapa
aku dibangunkan.
Saat kami pulang ke
rumah dari Stasiun Okayama, Kagura-san bertanya apa kami mau melihat matahari
terbit pertama, dan aku berjanji pada Charl untuk melihatnya bersama karena ini
adalah matahari terbit pertama kami sebagai tunangan.
"A-kun, kamu
baik-baik saja...?"
Sepertinya Charl
sudah bangun, dia melihatku dengan khawatir.
Dia sudah siap untuk
pergi.
"Apa aku tidur
lama sekali?"
"Ah, tidak... Kagura-san
sudah memperhitungkan waktu untuk kita bersiap-siap, dan dia bilang akan
membiarkan A-kun tidur sampai mendekati waktunya berangkat. Tapi, itu... yah,
dia juga sudah memperhitungkan kalau dia harus membangunkan A-kun dengan
paksa..."
Sepertinya dia ingin
kami tidur lebih lama karena kami pulang larut malam, tapi aku tidak tahu apa
dia baik atau tidak.
Jujur saja, aku lebih
suka dibangunkan dengan cara biasa meskipun waktu tidurku berkurang.
"Terima kasih
sudah menjelaskannya. Aku harus cepat bersiap-siap, atau kita akan
dimarahi."
Kami sudah mencari
tahu jam berapa matahari akan terbit, dan agar lebih berkesan, kami memutuskan
untuk melihatnya di Kebun Zaitun Ushimado, bukan di balkon lantai dua.
Awalnya kami juga
ingin melihat matahari terbit di Pegunungan Wake yang terkenal dengan
pemandangan matahari terbitnya yang indah, tapi karena sepertinya cukup
melelahkan untuk mendaki gunung, kami tidak jadi ke sana karena tidak mau Charl
kelelahan.
Sebagai gantinya,
kami akan melihat matahari terbit di atas laut dan gunung dari atas bukit.
"--Kalian boleh
tidur sampai kita sampai."
Setelah selesai
bersiap-siap dan naik mobil, Kagura-san mengizinkan kami untuk tidur.
"Maaf ya, sudah
merepotkanmu."
Aku merasa tidak enak
karena dia harus bekerja di tahun baru demi aku dan Charl.
Ngomong-ngomong, apa
dia tidak perlu pulang ke rumah orang tuanya?
Meskipun kami sudah
lama kenal, tapi aku tidak tahu kehidupan pribadinya sama sekali.
"Ini bukan
masalah besar. Lagipula, anak kecil memang seharusnya bermanja-manja pada orang
dewasa."
Kagura-san berkata
dengan nada datar dan lembut.
Kami pun berterima
kasih dan tidur di mobil.
"Fufu... Kalian
berdua tidur sambil bersandar, terlihat sangat bahagia. Aku senang bisa
melihatnya. Aku senang sekali... akhirnya kalian bisa bahagia."
Aku merasa seperti
mendengar suara tawa seseorang yang bahagia, tapi aku tidak tahu siapa itu.
--Saat aku membuka
mata, kami baru saja sampai di Kebun Zaitun.
Aku membangunkan Charl,
lalu menggendong Emma-chan yang sedang tidur, dan turun dari mobil.
"Ada toko zaitun
di sana, ayo kita lihat dari dek observasi di sana."
Kagura-san yang sudah
mencari tahu sebelumnya, memberi instruksi dengan ekspresi datar.
"Apa tempat ini
buka sepagi ini?"
Sekarang jam setengah
7 pagi.
Biasanya, tidak ada
toko yang buka sepagi ini.
"Biasanya mereka
buka jam 9 pagi, tapi hari ini mereka buka jam 6 pagi khusus untuk melihat
matahari terbit pertama, jadi tidak masalah."
Pantas saja ada
banyak orang di sini.
Aku senang mereka menyediakan
tempat untuk melihat matahari terbit.
"Kebun Zaitun,
ini pertama kalinya aku ke sini..."
Charl melihat
sekeliling dengan penuh minat, sepertinya dia juga tertarik dengan Kebun Zaitun
itu sendiri.
"Di Kebun Zaitun
ini ada tempat yang populer di kalangan pasangan, dan disebut juga 'Tanah Suci
Para Kekasih'. Ada juga beberapa tempat lain di Ushimado yang cocok untuk
pasangan, jadi bagaimana kalau kalian berdua datang lagi nanti?"
Kagura-san
memberitahu kami informasi menarik itu karena Charl terlihat tertarik.
Aku tidak menyangka
dia tahu hal seperti itu, padahal dia tidak pernah terlihat tertarik dengan
hal-hal yang berhubungan dengan cinta...
Dia memang pintar.
"Tanah Suci...
Para Kekasih..."
Charl yang suka
hal-hal romantis, sepertinya tertarik dengan kata-kata itu.
Aku juga penasaran,
jadi aku akan mencarinya nanti.
Aku ingin datang ke
sini lagi nanti, berdua saja dengan Charl.
"Ayo kita ke
sini lagi nanti, berdua saja."
"Ah...
Baik!"
Charl mengangguk
dengan mata berbinar saat aku mengajaknya.
Aku sangat berterima
kasih pada Kagura-san.
Kami pun pergi ke
toko zaitun, dan langsung menuju ke dek observasi begitu sampai.
"--Sebentar
lagi."
Saat waktu matahari
terbit semakin dekat, Kagura-san memberitahuku.
"Apa Emma tidak
akan dibangunkan?"
"Tidak, dia
pasti akan rewel kalau baru bangun tidur, dan dia akan mengganggu orang lain
kalau dia berisik."
Lagipula, Emma-chan
pasti lebih suka tidur daripada melihat matahari terbit.
Tidak perlu
membangunkannya.
"Kalau begitu,
biar aku yang menggendongnya."
Kagura-san menawarkan
diri untuk menggendong Emma-chan, mungkin dia ingin kami berdua saja.
Aku bertukar pandang
dengan Charl, lalu menggelengkan kepala pada Kagura-san.
"Tidak perlu,
biarkan saja dia di gendonganku. Meskipun dia tidak bangun, tapi bagiku, dia
tetap bersama kami."
Emma-chan lah yang
mempertemukan aku dan Charl.
Kami bisa seperti
sekarang karena dia.
Karena itu, aku ingin
melihat matahari terbit bersama mereka berdua, meskipun dia sedang tidur.
"Baiklah."
Sepertinya Kagura-san
mengerti, dia membungkuk dan menjauh dari kami.
Charl malah mendekat
dan memeluk lenganku sambil menyandarkan kepalanya di bahuku.
Langit di cakrawala
sudah berwarna jingga, dan tak lama kemudian, matahari perlahan muncul dari
balik gunung.
Pulau-pulau yang
terlihat seperti siluet karena cahaya dari belakang, dan langit yang berubah
menjadi jingga.
Laut yang memantulkan
cahaya matahari, dan awan yang terlihat lebih nyata dari biasanya.
Matahari terbit
pertama yang kulihat ini, indah sekaligus terasa sepi.
Entah kenapa, aku
jadi merasa sedih.
"Indah
sekali..."
Charl memelukku
erat-erat dengan ekspresi senang.
Aku merasa seperti
dia tidak mau berpisah denganku.
"Indah
sekali..."
"Ya... Aku ingin
melihatnya setiap tahun..."
Dia pasti ingin
mengatakan kalau dia ingin selalu bersamaku.
Aku merasakan hal
yang sama, aku melepaskan pelukan Charl, lalu memeluknya.
Kami pun melihat
matahari terbit dalam diam--dan saat matahari sudah terlihat sepenuhnya, kami
meninggalkan Kebun Zaitun, dan menantikan pemandangan selanjutnya saat kami
datang lagi nanti.
Tidak boleh adanya spoiler, hormati user lainya. Gunakan komentar dengan bijak sebagai tempat berdiskusi.