Gakkkou ichi no bishoujo to shin'yū dōshi no ren'ai sōdan ni notte itara interlude 2

Ndrii
0

Interlude 2

Alisa Salah perhitungan




Setelah berpisah dengan Kogure-kun dan Hiyori-chan di stasiun, aku naik bus dan duduk di kursi untuk beristirahat sejenak. Aku bertanya-tanya apakah aku bisa pulang sebelum hujan turun. Seharusnya aku membawa payung lipat. Di saat seperti ini, kalau ada Shizuku, dia pasti tidak akan lupa. 


Sejujurnya, aku tadinya berniat membatalkan acara bermain hari ini. Meskipun ada orang tuanya, aku khawatir dengan Shizuku yang demam. Dan meskipun ada adik perempuannya, aku pikir tidak mungkin pergi bermain dengan anak laki-laki. Tapi Hiyori-chan imut seperti malaikat, dan begitu tahu Shizuku demam, Kogure-kun langsung menunjukkan ekspresi khawatir dan menghiburku. Itu tidak mungkin dilakukan tanpa perasaan suka, kan?


Pikon. Ada notifikasi di ponselku.


"Fufu."


Sepertinya Kogure-kun mengirimkan foto yang diambil di taman hiburan melalui LINE. Kebanyakan foto berdua aku dan Hiyori-chan, dan kami terlihat sangat manis. Aku yang tidak punya adik perempuan langsung luluh dengan keimutan Hiyori-chan. Nanti akan kuberitahu Shizuku juga.


"Terima kasih untuk hari ini. Hiyori juga sangat senang. Karena kayaknya bakal hujan, tolong pulang lebih awal ya"... begitu katanya.


Kogure-kun orang yang baik ya. Selama ini, laki-laki yang kutemui selalu tertarik pada penampilanku dan mendekatiku dengan agresif, hanya melihatku sebagai objek seksual. Tapi dia berbicara denganku dengan sopan. Dia sepertinya sadar kalau aku tidak nyaman dengan laki-laki, jadi sebisa mungkin dia menempatkan Hiyori-chan di antara kami dan mengatur semuanya untukku.


"Mereka memang mirip ya."


Shizuku dan Kogure-kun mirip. Mereka perhatian dan baik hati. Meskipun terlihat lemah, mereka tenang dan menjadi kuat saat sudah bertekad. Mereka cocok karena mirip. Karena Kogure-kun menyukai Shizuku... Jika aku membantu, mereka pasti akan jadi pasangan yang serasi.


Pikon. Suara notifikasi lagi. Foto-foto dikirim berturut-turut. Kukira pengiriman foto sudah selesai tadi, tapi...


"Eh!?"


Banyak foto dimana aku memeluk Kogure-kun! Apa ini... m-memalukan!


"Ah."


Dan salah satunya. Foto dimana Kogure-kun dengan ekspresi lembut mengelus kepalaku yang menangis ketakutan. Saat naik roller coaster ya? Wajahku terasa panas. ...Bodoh sekali meminta anak laki-laki mengelus kepalaku! Tapi... Elusannya sangat lembut.


Lalu dikirim satu foto lagi. Itu foto saat Kogure-kun menggendongku seperti tuan putri di pertunjukan Cure Cure. Saat digendong, aku juga memeluk tubuh Kogure-kun... dan aku merasakan punggungnya cukup terlatih. Tubuhnya kokoh, menopangku dengan stabil, tapi jujur saja aku sangat berdebar-debar. Meskipun debaran itu hilang saat dia mengatakan hal yang sensitif!


Tapi melihat fotonya... Kogure-kun juga terlihat cukup malu. Ternyata dia bisa malu meski bukan dengan gadis yang disukainya. Dia juga malu-malu denganku. Eh... Apa yang kupikirkan? Aku berpikir bodoh, merasa iri pada Shizuku yang disukai olehnya.


"Fufu."


Tiba-tiba, semua foto tambahan yang dikirim dihapus. Mungkin Hiyori-chan yang mengirimnya, lalu Kogure-kun panik dan menghapusnya. Kira-kira begitu ya. Tapi sayang sekali. Semua foto sudah kusimpan lho~


Tanpa sadar, aku sudah sampai di halte bus terdekat dengan rumah. Aku membayar ongkos dan turun dari bus.


"Hujan mulai turun..."


Hujan lebat mulai turun. Tapi tidak apa-apa, rumahku terlihat dari halte bus. Saat aku berlari tergesa-gesa, aku melihat seseorang di depan pintu masuk.


"...Shizuku?"


"Selamat datang, Alisa."


Yang berdiri di sana adalah sahabat tercintaku, Shizuku. Aku berlari mendekatinya.


"Ada apa... Eh, kamu kan demam, tidak boleh begini, harus istirahat!"


"Aku sudah bilang lewat LINE kalau demamku sudah turun. Aku sudah tidak apa-apa. Lebih penting lagi, maaf ya. Aku tidak bisa menepati janji hari ini."


"Kogure-kun juga bilang semoga cepat sembuh, dan Hiyori-chan juga... Hiyori-chan imut banget."


"Alisa."


Nada suara Shizuku yang memanggil namaku terdengar sedikit berbeda dari biasanya. Kenapa dia berdiri di depan rumah? Padahal dia punya kunci cadangan, jadi bisa menunggu di dalam rumah.


"Kalau mau bicara, ayo masuk ke rumah."


"Maaf, ini tidak bakal lama."


Warna mata Shizuku berbeda dari biasanya.


"...Hei Alisa, apa ada yang kamu sembunyikan dariku?"


Kata-kata yang menusuk tiba-tiba dilontarkan. Aku belum pernah mendengar suara Shizuku seperti ini.


Aku sama sekali tidak mengerti apa yang dia bicarakan. Kepalaku tidak bisa berpikir. Tubuhku gemetar karena terus diguyur hujan.


"Hari ini. Siang tadi, ada seseorang yang pulang ke rumah ini. Aku tahu Alisa tidak bakal pulang sampai sore, jadi aku berpikir mungkin... Ternyata benar itu Shizuru-san."


Ani kembali pulang. Meskipun ini adalah rumah kami dan seharusnya tidak ada masalah, aku tidak bisa menghentikan perasaan buruk ini.


“Di samping Shizuru-san, ada Kokoro yang terlihat bahagia.”


“Ah!”


“Aku tidak tahu. Ternyata Shizuru-san dan Kokoro pacaran. Mereka benar-benar cocok.”


“......”


“Apakah Alisa tahu?”


“A-aku...”


“Ternyata kamu tahu ya. Memang benar aku menyukai Shizuru-san, tapi aku tahu itu cinta yang tak terbalas. Jika itu Kokoro, sahabatku, aku pikir mereka cocok dan aku bisa memberi restu. Tapi...”


Kata-kata Shizuku semakin berat. Aku tidak bisa membalas apa-apa.


“Aku pikir menyembunyikannya itu keterlaluan. Apakah aku tidak bisa dipercaya? Apakah kalian pikir aku bakal memisahkan Shizuru-san dan Kokoro?”


“Bukan gitu! Maaf kami menyembunyikannya. Aku... Memikirkan Shizuku dan Kokoro...”


“Kalau kamu memikirkan kami, aku pengen kamu jujur.”


“...Ah.”


“Kamu tidak mempercayaiku ya.”


Di tengah hujan yang turun, Shizuku hanya berkata itu dan kembali ke rumahnya. Aku takut hubungan kami bertiga akan retak karena ani dan Kokoro berpacaran, jadi aku meminta Kokoro untuk tidak memberitahu Shizuku. Aku hanya ingin hubungan kami tetap sama seperti sebelumnya. Tapi seperti kata Shizuku... Mungkin jika aku langsung memberitahunya, hal ini tidak akan terjadi. Aku pikir tidak mungkin ketahuan. Mereka bilang sulit untuk berkencan karena sekolah asrama dan kegiatan klub yang sibuk. Kenapa mereka pulang bersama ke rumah ini? Aku tidak pernah mendengar tentang ini... Tapi akulah yang menunda masalah ini. Semua salahku.


Basah kuyup oleh hujan deras, aku masuk ke rumah dan berbaring di sofa ruang tamu yang gelap. Aku tidak pernah bertengkar dengan Shizuku sebelumnya. Aku tidak menyangka dia akan menatapku dengan mata sedingin itu... Apakah aku tidak bisa kembali menjadi teman masa kecil yang akrab dengan Shizuku lagi? Saat itu, suara petir menggelegar dengan kuat.


“Kyaa!”


Tubuhku gemetar, aku memegangi kepalaku. Cahaya yang kuat sesaat dan suara menggelegar setelahnya. Aku memiliki trauma terhadap petir karena pengalaman masa kecilku. Karena itu, di hari berhujan dengan petir, aku tidak bisa bertahan tanpa Shizuku di sisiku.


“Tapi...!”


Aku tidak bisa memanggil Shizuku. Karena aku telah melukainya. Malam ini akan terus hujan. Petir juga akan terus menggelegar. Setiap kali kilat menyambar di luar, aku menutup telingaku dan berteriak karena suara menggelegar itu. Takut, takut, takut. Tapi... Aku harus bertahan sendirian. Aku telah melukai semuanya. Bukan hanya Shizuku, tapi juga membuat Kokoro dan ani khawatir. Semuanya salahku. Tapi aku takut! Tolong aku, siapa saja.


“Kalau begitu... Apakah kamu bakal mengkhawatirkanku kalau aku demam?”


“Tentu saja. Bukamnya itu hal yang wajar?”


“Kalau ada yang bisa kulakukan, aku bakal membantumu.”


Aku teringat sosoknya yang berkata dengan tulus. Aku mengambil ponselku dan menekan tombol panggilan di LINE. Dengan perasaan berharap seperti memegang sebatang jerami, aku menelepon Kogure-kun. Dan langsung tersambung.


“Halo... Ada apa, Asahina-san?”


“A-aku... Kyaa!” Tepat saat aku mulai berbicara, suara petir kembali menggelegar. Karena kaget, aku melempar ponselku dan terjatuh ke arah jendela. Aku mengulurkan tangan untuk mengambil ponsel, tapi jendela diselimuti cahaya... Dan suara menggelegar terdengar. Aku ingin mengambil ponselku tapi tidak bisa mendekati jendela. Dan... Telepon terputus. Tentu saja, aku telah berlaku tidak sopan dengan tidak menjawab saat panggilan berlangsung. Wajar jika diputus. Aku menutup kedua telingaku... dan terus meringkuk. Setiap kali petir menyambar, suaraku keluar... Aku terus meringkuk ketakutan. Sepuluh menit, tiga puluh menit, satu jam... aku tidak tahu berapa lama waktu berlalu.


Saat itulah, bel rumah berbunyi. Siapa yang datang di malam hujan deras seperti ini? Mungkinkah Shizuku datang?


Tidak mungkin. Kami bertengkar dan Shizuku punya kunci cadangan. Aku tidak punya energi untuk menjawab bel itu. Tapi.


“Asahina-saaan! Apakah kamu di rumah!? Ini Kogure! Kalau ada masalah, tolong buka pintunya!”


Terdengar suara ketukan berulang kali di pintu depan. Itu suara orang yang bersamaku seharian ini. Aku langsung berdiri dan berlari ke pintu depan. Aku membuka kunci dan membuka pintu dengan kasar. Di sana berdiri dia, memakai jas hujan namun tetap basah kuyup... Seperti tadi pagi, aku berteriak dan memeluknya. 

 














Post a Comment

0 Comments

Tidak boleh adanya spoiler, hormati user lainya. Gunakan komentar dengan bijak sebagai tempat berdiskusi.

Post a Comment (0)
Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !