Gakkkou ichi no bishoujo to shin'yū dōshi no ren'ai sōdan ni notte itara interlude 3

Ndrii
0

Interlude 3

Pencairan Alisa




Aku terbangun. Entah kenapa rasanya aku baru saja bermimpi panjang. Kepalaku masih sedikit sakit, tapi sepertinya demamku sudah turun sepenuhnya. Handuk yang mendinginkan dahiku dan minuman olahraga yang bisa kuraih sangat membantu. Biasanya Shizuku yang melakukannya, tapi kemarin...


"...Eh!?"


Ketika pikiranku mulai jernih, aku perlahan mengingat kejadian semalam. Benar juga. Aku bertengkar dengan Shizuku dan dalam keadaan menangis, aku memanggil Kogure-kun. Apa yang sudah kulakukan? Aku makan sup dan kari buatan Kogure-kun di ruang tamu. Itu masih baik-baik saja. Kepalaku masih berfungsi normal. Tapi kemudian aku merasa lega dan tiba-tiba demam, kesadaranku menjadi kabur... Sepertinya aku melakukan rengekan pada Kogure-kun seperti yang biasa kulakukan pada Shizuku. Yang buruk adalah aku membiarkan anak laki-laki masuk ke kamarku. Padahal bahkan kakakku saja tidak kuizinkan masuk, kenapa aku membiarkan Kogure-kun masuk ke kamarku seolah-olah itu hal yang wajar! Aku benar-benar bodoh!


"Tapi..."


Saat itu aku sama sekali tidak merasa tidak nyaman dan bisa merasa nyaman karena kebaikannya. Namun...


"...Aku pengen kamu menggenggam tanganku sampai aku tertidur. Tidak boleh?"


"Kalau tidak boleh... Kita bisa tidur bareng di tempat tidur kayak yang biasa kulakukan dengan Shizuku."


"Tangan Kogure-kun menenangkan banget."


Hentikan! Aku mulai mengingat semuanya dengan jelas. Aku bermanja-manja seperti itu pada anak laki-laki yang bukan pacarku, hanya teman sekelas biasa.


"Arghh..." Wajahku terasa panas... Entah kenapa jantungku berdebar-debar hanya dengan mengingat kejadian kemarin.


"Selamat beristirahat."


Suara lembutnya dan cara dia mengelus kepalaku dengan lembut tersisa sebagai ingatan samar sebelum aku tertidur. Hanya dengan mengingatnya, dadaku terasa sesak dan wajahku semakin memanas. Aku turun ke lantai satu dan pergi ke arah dapur terbuka. Di atas meja dapur ada piring besar berisi sandwich dan sebuah catatan.


"Aku membuat banyak, jadi makanlah dengan santai. Jaga kesehatanmu hari ini ya."


Aku membuka bungkus plastiknya dan mengambil salah satu sandwich yang tersaji, lalu memakannya. Sandwich dengan selada segar dan telur ala mimosa itu sederhana tapi sangat enak. Karena lapar, aku terus memasukkan sandwich ke dalam perutku. Di catatan itu juga tertulis bahwa dia membuat sup jagung tambahan, jadi aku diminta untuk menghangatkannya sebelum minum. Menurutku persiapannya terlalu baik. Padahal dia tidur lebih larut dariku, tapi bangun lebih awal dan membuat sarapan untukku.


"Jadi maksudnya Kogure-kun menginap di rumah ini!?"


Aku penasaran di mana dia tidur. Biasanya di sofa ruang tamu, tapi sofa itu masih rapi dan tidak ada tanda-tanda orang tidur di sana. Tidak, yang lebih penting lagi, membiarkan anak laki-laki menginap sendirian di rumah... Kalau orang tuaku tahu. Aku benar-benar tidak waspada. Sedikit saja salah langkah, aku bisa saja diserang. Tapi Kogure-kun, tanpa berkata apa-apa, menyembuhkan hatiku. Aku harus berterima kasih padanya nanti.


Bel rumah berbunyi. Mungkinkah itu Kogure-kun, pikirku sambil memeriksa penampilanku, lalu segera menuju pintu depan. Aku membuka pintu dengan bersemangat.


"Eh... Shizuku."


"Selamat pagi, Alisa." Di sana berdiri Shizuku, teman masa kecilku. Kenapa dia datang pagi-pagi begini? Mungkinkah dia akan mengatakan aku pembohong lagi seperti kemarin?


Aku takut.


Padahal Shizuku adalah orang yang paling kusayangi di dunia, tapi sekarang aku takut bertemu dengannya. Saat aku ragu-ragu, Shizuku perlahan mendekatiku. Lalu, dia tiba-tiba memelukku saat aku tanpa sadar mengalihkan pandanganku.


"Wah..."


"Maaf sudah membuatmu takut kemarin. Maaf sudah meninggalkanmu. Itu salahku."


"...Kamu tidak marah?"


"Aku marah karena Alisa berbohong. Tapi itu dan ini adalah hal yang berbeda."


"Shizuku..."


Air mata mulai mengalir dari mataku. Aku pikir dia membenciku. Aku pikir dia tidak akan memaafkanku. Karena apa yang kulakukan sangat menyakiti Shizuku. Tapi Shizuku tetap memaafkanku.


"Shizuku, maaf sudah menyakitimu. Aku tidak akan pernah menyembunyikan apapun lagi darimu!"


"Ya... Ya."


Aku dan Shizuku terus saling meminta maaf di pintu depan. Karena kami saling menyayangi, kami bisa berbicara dan kembali menjadi sahabat lagi. Setelah kami berhenti menangis, Shizuku menjelaskan bagaimana dia bisa datang ke sini. Penjelasannya membuat jantungku berdebar-debar lagi.


"Kogure-kun bilang pada Shizuku?"


"Ya, tiba-tiba pagi-pagi. Aku kaget paa diberitahu kalau Alisa demam."


"Aku mulai merasa tidak enak badan pas sudah larut malam, jadi tidak bisa dihindari. Oh, jadi Kogure-kun ya... Kogure-kun..."


Dengan kata lain, dia telah menciptakan kesempatan untuk aku dan Shizuku berbaikan. Semalam dia begitu baik padaku, membuatkan sarapan yang enak, dan bahkan berusaha agar aku dan Shizuku berbaikan, lalu pulang begitu saja seolah tidak terjadi apa-apa...


“Itu terlalu keren.”


“Alisa, kamu jadi cukup dekat dengan Kogure-kun ya.”


“Heh!?”


“Mungkin aku harus menanyakan semua yang terjadi kemarin.”


Karena aku berjanji tidak akan menyembunyikan apa pun, aku terpaksa menceritakan semuanya pada Shizuku yang terus mendesakku. Shizuku menghela napas panjang.


“Meskipun tak bisa dihindari, kamu tidak boleh membiarkan anak laki-laki masuk ke kamar tidurmu.”


“Iya...”


“Alisa harus lebih sadar kalau dirimu itu manis. Kamu punya tubuh yang disukai anak laki-laki, dasar mesum.”


“Mesum!?”


“Kalau Kogure-kun sampai menyerangmu, kamu bakal terluka, dan aku yang memberi kesempatan itu juga tidak akan bisa memaafkan diriku sendiri.”


“Shizuku...”


Mungkin Shizuku benar. Tapi... Aku merasa hal seperti itu tidak akan terjadi.


“Tidak apa-apa kalau itu Kogure-kun.”


“Hmm, tapi aku mungkin tidak terlalu suka Kogure-kun.”


“Eh!? Kogure-kun bukan orang jahat! Dia bisa diandalkan, adik perempuannya juga imut bangwt, dia juga pintar memasak, tangannya besar dan kuat...”


Aku menyadari Shizuku menatapku dengan mata datar.


“Alisa, jangan-jangan kamu benar-benar menyukai Kogure-kun?”


“Ti-ti-ti-tidak! A-aku tidak menyukainya. Bukan begitu!”


“Lho? Bukannya kamu bilang tidak akan menyembunyikan apa pun dariku?”


“Aku belum menyukainya! Cuman karena dia sedikit baik padaku... Tidak mungkin aku jatuh cinta semudah itu.”


“Tapi kamu jelas memperhatikannya ya. Yah, kali ini aku akan memaafkanmu.”


Aku benar-benar tidak menyukainya! Aku benar-benar tidak jatuh cinta. Lagi pula aku tidak boleh jatuh cinta. Karena yang disukai Kogure-kun adalah Shizuku. Meskipun tidak perlu memaksa mereka bersama, aku harus membalas kebaikannya. Aku sudah memutuskan untuk mendukung cintanya. ...Tapi, kenapa dadaku terasa sakit ya.

(Tln : drama ajg)


“Lagian, mengatakan tidak suka itu cuman semacam rasa cemburu karena perasaanmu direbut.”


“Heh?”


“Benar juga. Mungkin aku tidak pengen kalah dalam hal memasak. Aku bakal membuat kari.”


“Aku baru saja makan kari semalam.”


“Kari buatanku pasti lebih enak daripada buatan Kogure-kun. Kamu bakal memakannya kan, Alisa?”


“I-iya... aku bakal memakannya.”


Aku tidak bisa menolak Shizuku kalau sudah begini. Meskipun dua hari berturut-turut, aku akan memakannya.


“Hei Alisa.”


“Apa?”


“Itu... kalau kamu mau, gimana kalau kita mengajak Kokoro juga dan makan bertiga?”


“Ah...”


“Aku pengen tahu gimana hubungannya dengan Shizuru-san. Aku pengen mengobrol bertiga kayak dulu.”


“Ya! Ayo kita ajak Kokoro, dia pasti bakalan datang.”


Begitulah, kami menghubungi Kokoro, teman masa kecil kami, dan kami bertiga bertemu. Lalu, kami membicarakan apa yang terjadi selama dua hari ini.


Sambil makan masakan buatan Shizuku, kami bertiga mengobrol banyak seperti dulu.


Kami sudah baik-baik saja sekarang. Persahabatan kami bertiga akan tetap abadi. Yang tersisa hanyalah masalah ini.


“Selamat siang.”


“Se-selamat siang...”


Senin sore, aku bertemu dengan Kogure-kun di kafe. Tentu saja, aku sudah berterima kasih melalui telepon atas bantuannya di akhir pekan. Dia tertawa dan merendah, tapi bagiku percakapan telepon itu sangat menyenangkan. Dan hari ini, Kogure-kun yang mengajakku bertemu. Karena kegiatan klub libur dan dia punya konsultasi penting, kami datang ke kafe langganan. Meskipun ini pertama kalinya kami bertemu langsung sejak Sabtu, entah kenapa aku tidak bisa menatap wajahnya dengan benar. Ketika aku mengintip sedikit, mataku bertemu dengan mata Kogure-kun yang lembut. Lho, apa dia selalu setampan ini? Bahkan saat dia malu-malu, dia sangat manis. Aku tidak boleh memperhatikannya. Benar, selama ini aku selalu bersikap arogan terhadap anak laki-laki. Tapi Kogure-kun berbeda dari anak laki-laki lainnya... Tunggu, sebenarnya apa hubunganku dengan Kogure-kun?


“Kayaknya demammu sudah turun sepenuhnya ya. Syukurlah.”


“Iya, berkat Kogure-kun yang menolongku malam itu. Terima kasih banyak.”


“Aku tidak melakukan apa-apa yang berarti. Yang paling penting adalah kamu bisa berbaikan dengan Otsuki-san pada hari Minggu.”


Caranya mengatakan hal itu dengan santai juga membuatku terkesan. Apa aku selalu seperti ini? Begitu aku menyukai satu hal, semua hal tentangnya jadi terasa baik.


“Aku mengajakmu hari ini karena ada sesuatu yang pengen kukatakan.”


“Ya, kamu juga mengatakan hal kayak gitu di LINE.”


Apa ya. Apakah dia akan mengatakan bahwa kita tidak perlu bertemu berdua seperti ini lagi? Kalau dia bilang dia akan mendekati Shizuku sendirian dan tidak membutuhkanku lagi, aku akan sedih. Aku sudah banyak merepotkannya. Karena itu aku sudah memutuskan untuk mendukung cintanya dengan sepenuh hati.


“Mungkin, aku hanya bisa mengatakannya sekarang.”


“Iya, silakan katakan aja.”


Apa pun yang dia katakan, aku akan tetap tenang dan mengangguk. Tapi, kalau bisa, aku ingin terus terlibat dengan dia lebih lama lagi. Sampai saat aku benar-benar bisa memahami perasaan di dalam dadaku ini.


“Maaf, sebenarnya, aku sama sekali tidak menyukai Otsuki-san.”


“……Apa?”


Itu adalah kata-kata yang sama sekali tidak terduga. 















Post a Comment

0 Comments

Tidak boleh adanya spoiler, hormati user lainya. Gunakan komentar dengan bijak sebagai tempat berdiskusi.

Post a Comment (0)
Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !