Ato 1-kagetsu de tenkō suru boku no seishun rabukome bab 2,5 (selingan)

Ndrii
0

 Di Antara Tirai




Aku berpikir, jika memang harus pindah sekolah, lebih baik aku menjadi diriku yang baru.

 

Tapi hal itu berakhir dengan kegagalan besar, dan aku menyadari sebenarnya tidak perlu melakukannya.

 

Meski aku melakukan kesalahan besar, entah kenapa aku merasa cukup lega.

 

Dengan perasaan seperti itu, aku kembali ke rumah.

 

“Aku pulang.”

 

“Selamat datang. Kudengar kamu tidak mau makan malam, tidak apa? Mau kubuatkan sesuatu?”

 

Sambil melepas sepatu, aku menjawab ibu yang memperlihatkan kepala dari dapur.

 

Ah, keluarga Asahi sedang mengadakan ‘minggu penguatan bahasa standar’ untuk memperbaiki penggunaan dialek.

 

“Tidak usah, aku sudah makan di perkumpulan tadi. Oh iya, ini dari Aikage-san.” 

 

“Aikage-san? .....Jangan-jangan, maksudmu Manami-chan, ibu Seiji?”

 

Ibu langsung mengenali Seiji hanya dari menyebut nama keluarganya. Memang sepertinya para ibu lebih ingat teman-teman anaknya dibanding anaknya sendiri.

 

“Iya, aku bertemu Seiji di rumahnya bersama Chii-chan dan Shou.”

 

“Wah bagus dong! Baguslah kamu masih ingat.”

 

“Ya.”

 

Aku mengangguk pada ibu yang lupa akan ‘minggu penguatan’ dan bersemangat.

 

“Juga, Seiji yang dulu menelepon ambulans untukku. Ah iya, Manami-san bilang nanti akan menelepon.”

 

“Wah kebetulan banget. Harus berterima kasih nanti. Lebih baik kita telepon aja dulu.” 

 

Ibu tampak terkejut dengan kebetulan itu dan meraih ponselnya.

 

Sudah menyampaikan yang perlu disampaikan, aku melempar barang-barangku di kamar lalu membersihkan riasan di wastafel.

 

Karena tidak terlalu mahir, aku hanya merias seminimal mungkin, jadi mudah dibersihkan.

 

“Iya, karena suamiku dimutasi kerja. Dia tidak bisa apa-apa kalau sendirian. Nah Manami-chan ini—“

 

Di tengah jalan menuju kamar, aku mendengar suara ibu sepertinya sedang menelepon Manami-san.

 

“Eh? Bohong, maafkan aku—“ 

 

Nada suara ibu sepertinya berubah, tapi tidak baik menguping jadi aku langsung masuk kamar saja.

 

Lalu aku berganti dari seragam ke pakaian olahraga.

 

“Aku mau jalan-jalan dulu.” 

 

Setelah meneriakkan itu pada ibu yang sedang menelepon, aku keluar dari apartemen dan mengikat rambutku.

 

Jalan kaki adalah rutinitas dan hobi yang kulakukan bahkan sebelum pindah ke Tokiomi.

 

Karena baru saja keluar rumah sakit, untuk saat ini aku hanya bisa berjalan-jalan saja.

 

Setelah pulang sebelum malam benar-benar larut, ibu sudah selesai menelepon di ruang keluarga.

 

“Yuno. Gimana kesan Seiji-kun tadi?” 

 

“Eh?”

 

Saat aku mengambil minuman isotonik dari kulkas, ibu tiba-tiba menyebut nama Seiji.

 

Bukan nada suara yang penasaran dengan pergaulan anaknya, dan dia menyebut Seiji bukan Chiaki atau Kakeru.

 

“Seiji? Ya, seperti biasa dia masih serius tapi...”

 

“Begitu, syukurlah kalau tidak ada masalah.”

 

“Memangnya Seiji kenapa?” 

 

Tidak mengerti kenapa ibu mengkhawatirkan Seiji, aku bertanya balik.

 

Ibu membuat ekspresi ‘kamu tidak tahu ya’ lalu dengan nada agak sulit berkata:

 

“Manami-chan dan Seiji-kun katanya akan pindah bulan depan." 

 

Aku terdiam cukup lama, hingga ibu memanggil dengan nada khawatir.

 

Sepuluh menit setelah itu, aku baru menelepon ponsel Seiji.



Post a Comment

0 Comments

Tidak boleh adanya spoiler, hormati user lainya. Gunakan komentar dengan bijak sebagai tempat berdiskusi.

Post a Comment (0)
Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !