Ninki Seiyuuto Ichaicha Shite Kekkon Suru Rabu Kome bab 2

Ndrii
0

 Bab 2

Audisi Mengancam Jiwa




Kehidupanku menjadi sibuk setelah tinggal bersama Ai-chan. Ai-chan langsung pindah ke apartemennya, dan aku pun belajar banyak hal dari Maya-san untuk membantunya dalam pekerjaan rumah tangga dan tugas manajer Ai-chan. Di sela-sela kesibukan, aku juga berusaha keras untuk mempelajari dunia idol demi mendukung Ai-chan.

 

Suatu siang, beberapa minggu setelah kami bertemu, aku yang kelelahan datang ke ruang klub "Aniken". Dia ingin makan siang di sana. Saat membuka pintu, aku melihat Rion, salah satu anggota klub, sudah ada di sana.

 

"Eh? Senpai juga ke sini?"

 

"Oh, Rion juga makan siang di sini?"

 

"Iya! Makan sambil nonton anime di sini tuh paling nyaman. Senpai mau bareng makan?"

 

"Oke, aku gak keberatan. Oh, hari ini animenya 'Boku to Sekai no 100-nen Sensou' ya? Anime ini bagus lho. Gambarnya keren banget."

 

"Iya! Senpai pasti suka sama suara Ai-chan yang berperan sebagai 'Cewek C' di sini!"

 

"Yosh, terusin sampe scene itu ya!"

 

Aku duduk di sebelah Rion dan membuka kotak makannya yang berisi nasi dan lauk seadanya. Kami pun menikmati makan siang sambil berbincang tentang adegan favorit mereka di anime itu.

 

"Ah... Suara Ai-chan emang bagus banget... Bikin nagih suaranya yang imut itu..."

 

"Senpai emang bener-bener suka Ai-chan ya... Suaranya emang bagus sih, tapi coba deh perhatikan seiyuu lain juga

 

"Iya, aku juga perhatikan kok. Tapi, namanya juga oshi, pasti beda dari yang lain."

 

"Ah, itu sih wajar! Gak sadar, kita pasti lebih fokus sama suara oshi."

 

Aku mengangguk setuju. Aku senang bisa berbincang dengan Rion yang punya selera anime sama denganku.

 

Di sisi lain, aku juga merasa sedikit khawatir dengan Rion. Rion hampir selalu makan siang di klub, dan aku jarang melihatnya bergaul dengan teman-teman lain.

 

"Rion... Kamu punya teman lain gak?"

 

Pertanyaan itu membuat Rion terkejut dan tergagap. "Eh? A-apa maksud Senpai?"

 

"Maaf, bukan bermaksud ngeledek. Cuma aku agak khawatir aja..."

 

Aku hampir selalu melihat Rion di klub saat makan siang, tapi aku tidak pernah melihatnya bersama teman-teman lain.

Rion juga tidak menunjukkan tanda-tanda kesepian, dan dia selalu menempel padaku. Hal ini membuatku curiga.

 

"Sebenarnya... Aku pengen punya satu atau dua orang teman..."

 

Aku menyimpulkan bahwa Rion memang tidak punya banyak teman. Aku merasa kasihan pada Rion yang sepenglihatannya sama denganku.

 

"Kalau gitu, kayaknya mending kamu gak usah selalu ke sini pas makan siang. Coba deh ajak teman sekelasmu makan bareng. Kalo gini terus, malah bisa bikin kamu makin terisolasi..."

 

Aku sendiri juga jarang bersosialisasi, jadi aku tidak bisa menyalahkan Rion. Tapi aku ingin membantu Rion agar bisa memiliki lebih banyak teman.

 

"Nggak kok! Aku baik-baik aja! Lagipula, tempatku ya di sini!"

 

Namun, dia menolak.

 

"Waktu aku baru masuk dua bulan yang lalu... Jujur, aku merasa putus asa... Gak ada orang yang punya hobi sama kayak aku... Waktu itu, senpai ngajak aku ke klub ini."

 

Terbayang kembali saat itu. Tepatnya, saat itu aku kebetulan melihat Rion sedang membaca buku light novel kesukaanku di perpustakaan, jadi tanpa sengaja aku menyapanya. Dan dari situ aku mengajaknya ke klub anime.

 

"Waktu itu senpai ngajak aku, aku beneran seneng tau...! Ada orang yang mau ngomong sama aku yang lagi sendirian...! Senpai, kamu udah bikin tempat buat aku yang dulu sendirian!"

 

Terlalu berlebihan... Tapi dia benar-benar serius. Bagi Rion, itu pasti momen yang sangat membahagiakan. Aku juga merasa senang telah menyapanya saat itu.

 

"Jadi, aku akan selalu di sini! Walaupun nanti senpai juga lulus dan kita gak bisa terus bersama... Aku nanti nyoba buat cari teman lain saat itu! Jadi... boleh gak, sampe saat itu, aku tetap di sini...?"

 

Rion, dengan wajah cemas seperti anak kucing yang terbuang. Dengan pandangan seperti itu, gak mungkin bisa nolak.

 

"Sudah pasti. Kalo Rion mau, kamu bisa tetep di sini. Terus kita nonton anime bareng lagi!"

 

"Se-senpai...! Terima kasih banyak!"

 

Rion tersenyum cerah, suaranya penuh kegembiraan.

 

Melihat wajahnya membuatku juga merasa senang. Tapi, pada saat yang sama... sedikit rasa bersalah muncul.

 

"Eh, Rion... Maaf ya... Tapi... kayaknya buat sementara waktu, aku gak bisa muncul di klub..."

 

"Eh!? Apa apa? Kenapa tiba-tiba gitu!?"

 

Rion mendekatkan wajahnya dengan cepat. Anak ini, meski sejenis denganku, lucunya minta ampun... 


"Bukan, bukan begitu... Sebenarnya... Uang kiriman orang tuaku terlambat, jadi aku harus cepet-cepet nyari pekerjaan paruh waktu. Jadi, kayaknya aku nggak punya waktu..."

 

Kedepannya, aku ingin mencurahkan seluruh kemampuanku sebagai manajer, bahkan waktu untuk klub pun aku sayangkan. Aku juga memiliki pekerjaan lain di kantor, jadi aku tidak akan bisa menonton anime sebanyak dulu, apalagi datang ke klub.

 

"Ugh... begitu ya... Jadi, aku gak bisa ketemu senpai buat sementara waktu...?"

 

"Yah... Setidaknya abis jam sekolah. Aku akan berusaha datang ke sini waktu siang hari, kalo ada waktu."

 

"Jadi... Senpai lebih pentingin kerjaan daripada aku..."

 

"Ah, jangan ngambek kayak istri gitu dong... Aku minta maaf, ya? Maafin aku."

 

"Hmph, nggak bakal aku maafin. Senpai gak peduli sama aku, biarin aja kerja di black company selama tiga puluh tahun sampe jadi mayat hidup."

 

"Jangan ngomong yang gitu! Tenang aja! Walaupun aku gak ada tapi kamu bisa tetep ikut klub sendirian kok!"

 

"Sendirian itu nggak ada artinya, bodoh! Aku gak mau kalo gak ada Senpai!"

 

"Ya, tapi... mau gimana lagi? Aku juga butuh uang buat hidup. Masalah kerja juga ada..."

 

"Yang itu aku ngerti! Aku ngerti tapi... huh! Senpai orang yang gak punya perasaan---!"

Kesalnya nggak bisa ditahan, Rion tiba-tiba berdiri dari kursinya. Lalu, dengan tergesa-gesa dia mengumpulkan barang-barangnya dan keluar dari ruangan.

 

"Sial... Gak nyangka dia bakal sekesal itu..."

 

Klub ini memang penting bagi dia. Kayaknya aku udah bikin salah...

 

"Ya sudahlah... Nanti sore abis kelas, aku coba minta maaf lagi..."

 

Dengan tekad itu, aku mulai merapikan sisa makan siangku.

 

 

Langsung kerja setelah sekolah itu memang jadwal yang cukup berat.

 

Tapi, demi bayar biaya hidup dan uang sekolah... Aku harus bekerja keras supaya nggak putus sekolah.

 

Dengan pikiran itu, aku memaksakan tubuh lelahku untuk sampai di kantor. Di jalan menuju meja kerja, aku bertemu dengan Ai-chan yang sepertinya menungguku.

 

"Ah, Souta... Selamat pagi..."

 

"Ah, iya... Selamat pagi."

 

Rupanya di industri ini, nggak peduli jam berapa, "selamat pagi" jadi salam.

 

Tapi, itu bukan masalah sekarang...

 

"Kamu kenapa...? Kamu keliatan gak ada semangatnya gitu."

 

Aku tanya dia yang keliatan murung.

 

Beberapa hari ini, aku mulai terbiasa ngomong santai sama dia. Bisa ngobrol biasa sama seiyuu favorit... Ini kebahagiaan yang luar biasa, tapi Ai-chan keliatannya sedih banget.

 

"Baru aja tadi, hasilnya keluar... Audisi itu... Aku nggak lolos..."

 

"Ah..."

 

Aku ingat, tadi pagi dapat email dari Maya-san. "Audisi itu, diputuskan untuk anak lain." Pasti dia udah dengar hasilnya dari orang lain sebelum ketemu aku.

 

Aku sih udah mikir bakal susah ngomong ke dia, tapi kalo dia udah tau ya udahlah. Tapi, tetep aja aku bingung mau ngomong apa...

 

"Aku... apa aku emang gak cocok ya... jadi seiyuu...?"

 

"Yah, jangan terlalu down gitu! Pasti peran kali ini gak cocok aja! Jangan nyerah, coba lagi di peran lain!"

 

"Kalo ketabrak truk bisa jadi bisa reinkarnasi jadi yang terkuat... Ah. Jadi villainess juga asik..."

 

Tidak bisa, dia tidak mendengarkan. Sepertinya shocknya besar, dan mulai mencari cara kabur dari kenyataan. Aku harus kasih semangat supaya bisa bangkit lagi...

 

Ketika aku mulai berpikir, dari ujung koridor, muncul seseorang yang aku kenal...

 

"Eh, Souta-kun! Halo halo~!"

 

"Ah... Kisaragi-san...!"

 

Dengan senyum mengejek, dia mendekat ke arah kami.

 

"Gimana, kondisi Ai-chan? Denger-denger gagal di audisi ya~?"

 

"Uh..."

 

Langsung kena di titik lemah. Kayaknya dia datang untuk menyindir.

 

"Serius, lebih baik menyerah saja dari sekarang. Terus-terusan gagal juga gak baik untuk mental. Lebih baik hari ini juga resign. Toh, nanti juga gak akan lulus-lulus."

 

"........!"

 

Ai-chan terlihat kecewa dan menunduk.

 

"Souta-kun juga lebih baik menyerah saja. Kalo minta maaf sekarang, aku akan memaafkan kepalamu!"

 

"Ha...! Aku gak akan minta maaf! Saya akan percaya sama Ai-chan sampai akhir!"

 

"Ya sudahlah. Terserah kamu. Tapi kalo nanti minta maaf, aku gak mau tahu~"

 

Dengan senyum mengejek, Kisaragi melirik kami sekilas dan berjalan pergi.

 

Tapi, aku lebih peduli sama Ai-chan daripada dia. Apalagi setelah ditertawakan seperti itu, bisa-bisa dia benar-benar resign sendiri. Aku jadi khawatir dan melihat ke arah dia.

 

Tapi, Ai-chan malah...

 

"Fu... fufu... Ahahahahaha...!"

 

Entah kenapa, dia malah tertawa.

 

"Lucu... Lucu banget...! Manager terburuk itu, gak bakal aku maafin...!"

 

Sampai lupa kalau masih di dalam kantor, Ai-chan bersuara keras.

 

"Eh, Ai-chan...? Kamu baik-baik aja...?"

 

"Aku baik-baik aja! Malah jadi semangat! Sekarang, aku harus tunjukin kalo aku bisa! Di audisi selanjutnya, aku pasti menang! Aku mau bikin Kisaragi ngerasa malu!"

 

"Ah, Ai-chan...!"

 

Tiba-tiba, Ai-chan berubah menjadi lebih bersemangat.

 

"Dalam tiga bulan, pasti aku sama Souta menang!"

 

...Sepertinya, karena Kisaragi berbicara banyak hal yang menyebalkan, malah jadi memotivasinya.

 

Baguslah... Meskipun tidak mau mengakuinya, berkat Kisaragi, sepertinya dia bisa ganti mood.

 

"Kalau sudah begitu, kita langsung maju aja! Eh, Souta-kun! Audisi selanjutnya sudah ada belum? Aku menunggu kabar itu..."

 

"Eh, belum... Maaf. Belum ada kabar selanjutnya..."

 

"Hmm... Gitu ya... Sulit kayaknya... Jadi, aku harus nunggu dulu?"

 

"Iya... Buat sekarang, latihan dasar dulu aja, sambil persiapan yang benar."

 

Sebisa mungkin aku ingin langsung kasih dia kerjaan, tapi tidak semudah itu.

 

"Sementara, aku mau coba cari kerjaan lain atau audisi yang bisa diikuti! Jadi... Bisakah kamu bersabar denganku sebentar?"

 

"Un... Aku mengerti. Gapapa! Aku akan berusaha semampu aku sambil menunggu!"

 

"Terima kasih... Gantinya, aku juga bakal berusaha keras! Aku akan berusaha secepat mungkin biar bisa dapetin kerjaan bagus buat Ai-chan!"

 

"Ehehe... Cuma denger kamu bilang gitu aja, aku udah seneng banget lho? Demi memenuhi harapan para fans, aku juga bakal berusaha keras!"

 

Begitu bilang, Ai-chan langsung lari kecil meninggalkan aku, dan bergerak menuju studio latihan yang ada di bawah tanah. Dengan keadaan dia seperti gitu, sepertinya dia udah tidak sedih lagi.

 

Oke... Karena Ai-chan udah semangat kayak gitu, aku juga harus lebih berusaha lagi, nyiapin kerjaan buat dia...!

 

Pas aku baru aja memantapkan tekad, tiba-tiba ada suara notifikasi dari HP di kantong. Ketika aku lihat, ternyata ada pesan dari Maya-san. Katanya, begitu aku sampai di kantor, aku harus langsung ke ruang rapat.

 

Sekarang ini, aku lagi dibantu Maya-san buat mengurusi pekerjaan sehari-hari dan juga sebagai manajer Ai-chan. Mungkin aja, ada sesuatu tentang Ai-chan.

 

Aku langsung membalas pesannya dengan mengatakan aku mengerti, dan langsung bergerak ke ruang rapat.

 

 

"Hah!? Undangan audisi!?"

 

"Iya. Kami dapat info kemarin. Kami sangat berharap Ai-chan bisa ikut."

 

Maya-san yang duduk di depan aku, menggeser tumpukan dokumen ke arahku. Itu adalah informasi dasar tentang karya tersebut dan naskah untuk audisi.

 

"Judul karyanya adalah 'Peach Colored LIPS'. Aslinya adalah komik strip yang dimuat di majalah yuri, dengan cerita tentang tiga cewek di klub sastra sekolah cewek yang sangat tertarik dengan seks, dan mereka berlatih simulasi cinta dan seks dengan sesama cewek, untuk persiapan kalau-kalau mereka punya pacar."

 

"Ah! Aku tahu karya itu! Aku punya semua komik terbarunya!"

 

"Kalau gitu, ceritanya jadi lebih cepat. Kali ini, kami ingin meminta Ai-chan memerankan 'Akiyama Rika', seorang kouhai dari karakter utama. Maaf kalau bukan peran utama, tapi gimana kalau itu?"

 

"Ya, tentu saja! Aku sangat mau! Tolong biarkan dia ikut!"

 

Meskipun bukan peran utama, Ai-chan pasti akan senang hanya dengan mendapat tawaran audisi. Lagipula, ini bisa jadi kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan lain. Aku harus memanfaatkan kesempatan ini!

 

"Terima kasih. Kalau begitu, tolong sampaikan hal ini kepada Ai-chan secepatnya. Tapi... mungkin ada satu masalah."

 

"Eh...? Masalah apa...?"

 

"Kalau kamu sudah baca karyanya, kamu tahu kan, isi ceritanya agak berani. Sementara itu, Ai-chan sebelumnya memainkan peran yang polos. Jadi, mungkin ada sedikit perlawanan..."

 

Memang sih, 'Peach Colored LIPS' itu cukup erotis. Salah satu daya tariknya adalah adegan intim antara para wanita.

 

Mengingat peran Ai-chan sebelumnya di "MajiMari" adalah Kana, yang polos dan imut, mungkin ada perbedaan besar dengan pekerjaan ini. Tapi...

 

"Hmm! Kalau itu sih, nggak masalah! Ai-chan sekarang penuh semangat! Apapun perannya, kalo itu bisa jadi kesempatan buat dia, dia pasti seneng memainkannya!"

 

"Gitukah... Kalau gitu, saya bisa lega. Saya serahkan hal ini kepada kalian berdua. Kalau ada yang tidak jelas, jangan sungkan tanya ke saya."

"Iya...! Terima kasih banyak!"

 

Bagus... Akhirnya audisi selanjutnya sudah ditentukan.

 

Pasti Maya-san juga, perhatian sama kami. Karena kerjaan ini cocok buat Ai-chan, makanya dia memberi kami audisi. Tapi, aku bisa mengerti kalau dia juga dukung kami.

 

Supaya bisa balas budi, aku harus bener-bener mengerjakan tugas-tugas kecil dengan baik...! Lalu, menyelesaikan kerjaan dan cepetan lapor ke Ai-chan! Pasti, Ai-chan juga akan senang!

 

 

"Eeeeeh!? Kayaknya nggak mungkin deh!"

 

Setelah makan malam. Ketika cerita soal audisi ke Ai-chan, dia langsung dengan cepat menggelengkan kepala.

 

"Eh! Kenapa!? Padahal kan ini audisi yang bagus! Emang sih bukan peran utama, tapi sebagai seiyuu, harusnya ini momen yang bikin seneng!"

 

"Soalnya, ceritanya itu kan... cerita yang agak gitu!?"

 

Sambil liat skrip di meja, Ai-chan bilang. Muka dia jadi merah, mungkin karena malu.

 

"Aku selama ini, perannya yang murni atau yang lembut gitu... Jadi, ini... memalukan...! Aku gak bisa, ngomong kalimat yang gitu...!"

 

"Ya, emang sih... Memang ini peran yang belum pernah ada sebelumnya...

Tapi, sebagai fans, aku nyaranin buat nyoba, kurasa peran yang gitu juga cocok sama suara manis Ai-chan! Coba deh, gak ada salahnya!"

 

"Tapi, ini kelewatan banget!? Pertama-tama, ini! Kalimat audisinya aja udah aneh banget!"

 

Dia berteriak, sambil nunjukin kalimat audisi ke aku. Yang tertulis adalah──

 

("Senpai, selamat pagi. Hari ini, kita mau main apa? Latihan praktek berhubungan seks lagi? gimana?"

 

"Mio senpai... aku mau lebih... Ciuman senpai, aku mau lebih... Hal-hal enak yang senpai tau, ajari aku lebih banyak lagi..."

 

"Aah! Fruits Ponchi ku! Natsumi-senpai, kejam banget. Kalau kamu gitu... aku gak akan pegang payudara kamu lagi!")

Note : "Ponchi" dari Bahasa Jepang yang dibalik "Chinpo" yang artinya "penis".

 

"Kenapa semua kalimatnya harus yang berhubungan seks gitu!? Aslinya manga dewasa kan!? Pokoknya 'latihan praktek berhubungan seks' apa itu!?"

 

"Sayangnya ini bukan untuk umum... Sekarang ini banyak kok karya yang gak R18 tapi yah gitu..."

 

Ngomong-ngomong, peran yang Ai-chan audisiin kali ini "Akiyama Rika", adalah kouhai karakter utama, tipe cewek yang pendiam. Tapi, adegan mesumnya sangat banyak.

 

“Peran ini kelewatan... Kalimat kayak gini, aku gak bisa ngucapin!"

Ai-chan gemetaran. Dia sepertinya sangat menolak peran seperti ini.

 

"Pertama-tama, kupikir kata itu gak baik! Gak sehat! Aku lawan deh, berhubungan seks!"

 

"Ya, tapi gak bisa begitu terus dong...? Ai-chan sekarang juga gak punya kerjaan lain. Baru aja gagal audisi, gak mungkin bisa milih-milih kerjaan juga..."

 

"Anu... itu, bener juga..."

 

"Terus, kalo terus-terusan minta ini itu, bisa jadi nanti Maya-san nggak mau kasih kerjaan lagi. Paling parah, bisa-bisa langsung resign dalam tiga bulan..."

 

"Hmm...! Iya, mungkin bener juga..."

 

Sambil menggeram, Ai-chan menatap naskah sampai hampir membuat lubang di dalamnya. Dia tetap diam untuk sementara waktu, terlihat sangat berkonflik. Apakah dia akan menolak kesempatan karena rasa malu, atau menantangnya meski harus menelan malu.

 

Namun, setelah itu, dengan wajah yang merah padam, dia berteriak, "Ah—!"

 

"Oke fix! Aku terima audisi ini!"

 

"Ah…! Bagus! Terima kasih, Ai-chan!"

 

"Aku juga pengen manfaatin kesempatan ini! Lagipula, kalo aku nolak ini dan gak dapet kesempatan audisi lagi, itu juga bakal ngerepotin Souta …"

 

"Ah…"

 

Memang, jika itu terjadi, berarti pekerjaanku akan benar-benar berakhir… Aku akan kehilangan biaya hidup, tentu saja tidak bisa membayar biaya sekolah… Dan jika aku berhenti dari SMA, itu akan menjadi handicap yang besar.

 

Aku mendukung Ai-chan, tentu saja karena aku menyukainya sebagai seorang pengisi suara, tapi juga karena ingin mencegah dia dari berhenti sekolah, jadi aku sangat berterima kasih dia menerima tawaran ini.

 

"Jadi, kita harus cepet meriksa karya aslinya! Souta, kamu punya komiknya kan?"

 

"Ya! Aku bakal ambil sekarang!"

 

Aku berlari ke kamarku dan membawa set lengkap "Peach LIPS".

 

 

"Apa-apaan ini… ini…!?"

 

Sambil membaca "Peach LIPS" yang aku bawa dari kamarku, dia menggigilkan tangannya.

 

Scene yang sedang dibuka olehnya adalah bagian pertama dari volume pertama. Scene di mana protagonis, Mikusa Natsumi, dan temannya, Segawa Mio, mencoba melepas pakaian junior mereka, Akiyama Rika.

 

"Yah… karya ini bertema yuri… Jadi, kamu gak jadi mau audisi…?"

 

"Sudah nguatin hati sih… tapi, karya ini terlalu ekstrem! Wah… di halaman selanjutnya, sampai kayak gini…!"

 

Sambil bergumam, Ai-chan terus menatap halaman tersebut. Dia bergerak gelisah sambil perlahan mengunyah isi ceritanya.

 

"Eh… ini erotis… sampai ngelakuin hal kayak gini… haah haah…"

 

Seperti seorang siswa SMP yang pertama kali membaca majalah porno, dia menjadi semakin bersemangat dan napasnya semakin kasar.

 

Eh…? Apa dia sebenarnya cukup tertarik? Anak ini…

 

Eh? Mungkin, dia sebenarnya… Ai-chan itu tipe yang pendiam tapi bersemangat…? Tidak menyangka, di tempat seperti ini aku akan mengetahui sisi tak terduga dari orang yang ku dukung…

 

Dan setelah menghabiskan waktu yang cukup untuk membaca keseluruhan karya, dia menutup buku itu dan membuka mulutnya dengan malu-malu.

 

"Fuuh… Jadi, kayaknya aku udah ngerti jenis karya apa ini… Ayo kita coba latihan satu scene yang pas…"

 

Rupanya, sebelum mulai berlatih untuk audisi, dia ingin terlebih dahulu membaca satu scene dari manga untuk mendapatkan nuansa karakternya.

 

"Souta, bisa ikut latihan sama aku…?"

 

"Eh…? Ikut latihan, gimana caranya…?"

 

"Aku meranin 'Akiyama Rika', jadi Souta, tolong baca dialog Nasumi. Kita akan meranin scene di halaman ini waktu kedua karakter ini muncul."

 

Aku mengerti. Jika itu masalahnya, sepertinya aku bisa melakukannya. Untungnya aku sangat mengerti isi manga ini, dan aku juga memiliki gambaran tentang karakter Rika. Mungkin aku bisa memberikan saran yang baik.

 

"Jadi, Souta. Sini cepet. Kita mau mulai latihan!"

 

Dengan berkata demikian, dia menepuk-nepuk tempat di sampingnya di sofa tempat dia duduk. Eh? Itu artinya...

 

"Berarti, duduk di sebelahmu...?"

 

"Iya dong. Kita gak bisa baca bareng kalau gak deket. Jadi, cepetan sini."

 

"Ah, baiklah!"

 

Meskipun hanya untuk latihan, bisa duduk dekat dengan orang yang aku dukung membuat jantungku hampir berhenti karena kebahagiaan.

 

Segera, aku pindah ke sampingnya. Lalu, aku menatap manga itu.

 

Pada saat itu—untuk membuatku lebih mudah membaca manga, Ai-chan mendekatkan tubuhnya ke arahku.

 

"Souta, kamu gapapa? Kamu bisa liat dialognya dengan jelas kan?"

 

"Ah... ah...! Y, ya, aku baik-baik aja...!"

Tidak, aku tidak baik-baik saja! Bahu Ai-chan menyentuh lenganku! Ai-chan yang ku dukung, duduk di sebelahku...! Ah, ah, ini gila... seperti kekasih...!

 

"Jadi, dengerin baik-baik, ya? Gak usah ragu buat berkomentar apa pun!"

 

"Y-ya, aku mengerti...! Semangat!"

 

Tidak pernah terbayangkan, aku bisa mendengar akting dari orang yang aku dukung sambil bahu menyentuh satu sama lain... Aku bisa mati bahagia besok!

 

"Jadi, ayo kita mulai—Terima kasih atas kerja kerasnya, Natsumi-senpai."

 

Lalu, orang yang aku dukung mulai berakting. Adegannya adalah dari volume kedua, episode tujuh, cerita utama tentang Akiyama Rika. Seperti biasa, dia datang ke klub sastra. Di sana, Senpai yang juga merupakan karakter utama, "Mikusa Natsumi," sudah ada lebih dulu. Kemudian Rika meminta Natsumi untuk berlatih menjadi kekasih. Adegan ini bisa dilakukan oleh mereka berdua.

 

Ah, kamu sudah selesai, Rika. Kamu datang awal hari ini.

 

 

Sesuai dengan dialognya, aku juga membaca dialog selanjutnya.

 

Emm... Apa hari ini Mio-senpai tidak ada...?

 

 

Ya. Dia pulang karena ada urusan keluarga hari ini. Jadi, hanya kita berdua!

Ah... begitu ya... hanya kita berdua...

 

Mendengar jawabannya, Rika entah mengapa menundukkan kepalanya.

 

Apa yang salah? Kamu terlihat berbeda...

 

Ah... emm... Natsumi-senpai...

 

Dengan suara gemetar, Ai-chan membaca dialog Rika. Meskipun dialogku terdengar kaku, berkat cara membacanya yang penuh ketegangan, aku bisa merasakan atmosfer adegan itu.

 

Dan kemudian, setelah membuat jeda, dia berkata,

 

Tolong, latih aku untuk menjadi kekasih, hanya berdua denganmu!

 

Eh...!? Apa yang kamu katakan, Rika-chan!? Biasanya kita bertiga...

 

Aku tahu... Tapi, aku tidak tahan lagi hari ini... Lagipula, kalau aku ingin memiliki kekasih di masa depan, seharusnya kita latihan hanya berdua, bukan...?

 

Ah, tidak... itu...

 

Natsumi memberikan jawaban yang tidak pasti karena merasa tegang dengan situasi hanya berdua.

 

Namun, Rika yang terus mendesak, akhirnya membuat Natsumi menyerah.

 

Baiklah... Kalau begitu... mari kita sedikit berdekatan...? Seperti Rika-chan meluk lenganku...

Baiklah... Jadi, aku hanya perlu memeluk Senpai, kan...?

 

Dengan berkata demikian, Rika memerahkan pipinya. Dan kemudian, dia membuat keputusan.

 

Eh... ei!

 

Dengan suara yang lucu dan menggemaskan, Rika memeluk lengan Natsumi.

 

Dan, pada saat itu—sesuatu menyentuh lenganku juga.

 

"Ah...!? "

 

Ah... Natsumi-senpai, Kamu hangat...

 

Rika—bukan, Ai-chan, memeluk lenganku dengan erat.

 

Apakah seperti ini...? Natsumi-senpai...? Apakah ini sudah benar...?

 

Eh, eh...!? Ah!?

TLN : Baper sama orang akting.

 

Sambil tetap menatap komik, Ai-chan terus membaca dialog Rika.

 

Selanjutnya, dia memasukan jemarinya dengan tanganku, seolah-olah mengikuti alur cerita komik tersebut.

 

Atau... harus lebih berani lagi kah...?

 

Dan kemudian, dia mendekatkan tubuhnya lebih lagi ke aku. Dada nya kini menekan kuat pada lenganku.

 

Tunggu, tunggu sebentar! Apakah perlu sampai seperti ini!? Meskipun ini hanya latihan, apakah perlu meniru gerakannya juga!? Apakah ini cara Ai-chan dalam membangun karakter...!?

 

Ehehe... Dengan ini, terasa lebih seperti sepasang kekasih, bukan? Senpai...!

 

"...!"

 

Saat diperhatikan lebih dekat, wajah Ai-chan juga merah seperti Rika. Di antara dialognya, terdengar napasnya yang berat, menunjukkan bahwa dia sangat liar. Cara dia membaca dialognya juga, terasa sedikit seksual.

 

Sikap murni yang biasanya dia miliki, tidak bisa dibayangkan dari penampilannya sekarang.

 

"Tidak, tidak, tidak... Ini sudah terlalu jauh...!”

 

Secara kebetulan, dialog selanjutnya dari Natsune dan perasaanku bersinkronisasi.

 

Tidak... Tidak ada yang berlebihan... Ah, ah...! Kalau sudah begini, kita seharusnya melakukan hal-hal yang lebih erotis dan cabul... Misalnya, seperti ini...

 

"Eh... Wah!?"

 

Ai-chan tiba-tiba menindih saya yang duduk disampingnya, menekanku dengan berat tubuhnya, dan dengan cekatan mengambil posisi di atasku sambil masih memegang komik.

 

Eh, apa...? Ini berbahaya? Apakah aku dalam masalah?

 

Ini, jika mengikuti alur komik, berarti aku akan diserang selanjutnya...!

 

Nee, senpai... Aku ingin berlatih menjadi kekasih yang lebih serius—ingin melakukan hal-hal yang memalukan... Jadi, mari kita melakukannya bersama...

 

Sambil berkata demikian, Ai-chan mulai membuka kancing bajunya, sesuai dengan alur komik selanjutnya.

 

Ini tidak baik...! Ini harus dihentikan sekarang juga—!

 

"Tunggu, sebentar! Ayo hentikan latihannya sekarang!"

 

Jangan berkata seperti itu, senpai... Aku sudah siap...! Aku tidak keberatan kalau senpai melihat payudara atau bokongku... Bahkan, aku ingin disentuh...! Tolong sentuh aku lebih lagi...!

 

Ai-chan merayu dengan tubuhnya yang bergerak-gerak menggoda, "Ah... tidak...!"

 

"Anak ini gak bisa! Dia udah gak bisa ngebedain antara kenyataan dan akting!"

 

Kalau ini benar-benar terjadi... Aku harus melepas semuanya, bukan...? Tapi, tentu saja, karena ini di sekolah... mungkin hanya sampai underwear saja...?

 

"Nggakk, bahkan cuma underwear aja udah gak bisa! Dan tolong! Balik ke dunia nyata!"

 

Ini buruk, ini buruk! Anak ini benar-benar lepas kontrol!

 

Lebih lanjut, dia terus membaca dialognya dengan lancar, dan membuka lebih dari setengah kancing bajunya.

 

Wah, payudaranya hampir terlihat! Payudaranya benar-benar hampir terlihat!?

 

Ah... tubuhku terasa panas...! Aku jadi terangsang, dan bagian bawahku terasa kencang...

 

Seperti seseorang yang mencari tindakan seperti itu, Ai-chan secara sukarela maju dan menggoyangkan pinggulnya dengan tidak senonoh. Setiap kali itu terjadi, payudaranya yang hampir terlihat, berayun-ayun tepat di depan mata.

 

Ah, malu sekali dilihat payudaraku... Apakah ini cinta...?"

 

"Tidak, ini pasti salah! Ini hanya pencabulan!"

 

Kalau begitu, bagaimana kalau kita melakukannya sekarang...? Seperti ciuman yang selalu kita lakukan bersama...

 

"Ah, tolong dengerin aku!?"

 

Hmm...

 

Dia mengabaikan perkataanku dan perlahan mendekatkan wajahnya.

 

Eh... serius...!? Dia serius mau mencium!?

 

"Tunggu, itu gak boleh, Ai-chan! Serius, mencium itu terlalu...!"

 

Hmm──......

 

Sedikit demi sedikit, hanya satu milimeter demi satu milimeter, bibir Ai-chan mendekat.

 

Aaa! Berhenti! Sejujurnya, situasi bisa mencium idol favorit seperti mimpi yang menjadi kenyataan!

 

Tapi ini, pasti tidak boleh! Harus segera dihentikan!

 

"Kumohon, bangun! Ini waktunya buat bangun! Bangunlahh, Ai-chan!"

 

Hmm───......

 

Namun Ai-chan tetap tidak kembali ke akal sehatnya.

 

Ah, dia tidak mendengarkan sama sekali! Ini jaraknya, loh! Kembali ke akal sehat, dong!

 

Natsumi-senpai, aku suka kamu... Hmm...!

 

Dan akhirnya, wajahnya semakin mendekat. Ini benar-benar lima detik sebelum mencium sungguhan──

 

"Wah! Kita gak bisa ciuman waktu latihan──!"

 

Aku berteriak sambil meronta-ronta.

 

Dan tepat sebelum bibir kami benar-benar bertemu──ada benturan tumpul di dahi.

 

"Guwah!?"

 

"Kyaa!"

Wajahnya segera menjauh, dan kami berdua menderita dalam rasa sakit. Saat aku meronta, kami saling bertabrakan dahi.

 

Ugh... itu cukup keras... Ai-chan tidak apa-apa...?

 

"Ugh... sakit... Apa itu tadi...?"

 

"Ah, maaf Ai-chan... kamu udah balik ke akal sehat!?"

 

"Eh...? Apa maksudmu... Eh, Kyaa!? Aku... aku buka baju!?"

 

Dia buru-buru menutupi dadanya. Ah... entah kenapa aku merasa sedikit kecewa...

 

"Ah, ah waaaa...! Aku ngelakuin lagi...!"

 

Lagi...? Maksudnya apa...?

 

"Ah, aku... kadang-kadang terlalu masuk ke dalam peran... Jadi waktu aku meranin karakter yang mudah dimainin, aku jadi lupa sama diriku sendiri... Dan sekarang juga, aku ngelakuin hal itu..."

 

Mengingat apa yang telah dia lakukan, Ai-chan tampak malu dan mengalihkan wajahnya.

 

Mungkin, dia tahu itu dan itulah sebabnya dia ingin menghindari peran yang erotis...?

 

"Tapi! Kalo kamu bisa masuk ke dalam peran sejauh itu, bukannya itu peran yang cocok buat kamu? Itu hal yang baik, kan? Cocok sama peran erotis juga kelebihan dan──"

 

"Kyaaaaaaaaaaaa! Berhenti──────Jangan bilang──────!!"

 

"Waaaaaaaaaaaaaaaa!?"

 

Entah itu karena malu atau alasan lain, Ai-chan menyerangku dengan cara yang berbeda dari sebelumnya. Membutuhkan waktu lebih dari satu jam untuk menenangkannya.

 

 

Sejak hari itu, Ai-chan terus berlatih keras setiap malam hingga larut.

 

Dia membaca ulang naskah aslinya berkali-kali, menanamkan karakter Rika ke dalam dirinya, dan membangun dasar karakternya dengan kuat. Kemudian, selama latihan dan pertunjukan, dia terus membaca naskah dengan penuh perhatian agar 'switch' aneh tidak aktif, sambil mencoba berbagai hal.

 

Dan sekarang, beberapa hari telah berlalu. Hari ini, akhirnya, adalah hari audisi yang sebenarnya.

 

Aku pergi ke studio, tempat audisi diadakan, bersama Ai-chan, dan kami duduk di ruang tunggu. Di sekitar kami, ada peserta lain yang juga tampak rileks saat melakukan pemeriksaan final pada naskah mereka.

 

Dan Ai-chan sendiri——

 

"Senpai, selamat pagi. Hari ini kita akan bermain apa? Latihan  berhubungan seks lagi? Senpai, selamat pagi. Hari ini kita akan bermain apa? Latihan berhubungan seks lagi? "

 

Dia bergetar di sampingku, hanya bergumam naskah itu.

 

"Mio-senpai... berikan saya lebih... Ciuman senpai, aku ingin lebih... Hal menyenangkan yang senpai tahu, ajarkan ke aku lebih banyak lagi... "

 

"Anu... Ai-chan...? Apa kamu baik-baik aja?"

 

"Hyai! Ba-ba-baik, kamu!?"

 

Aku yang seharusnya bertanya... Anak ini, terlalu tidak tenang...

 

"Eh... Ai-chan. Menurutku kamu gak usah terlalu tegang. Kamu tegang banget gitu..."

 

"Tapi...! kalo aku gagal, aku gak bisa berhenti gemetar... Dan aku udah kalah di audisi sebelas kali berturut-turut..."

 

"Eh...?"

 

"Sejak aku muncul di “MajiMari”, aku gak lulus audisi sama sekali, peran utama ataupun pendukung..."

 

Ternyata, dia tidak muncul dalam anime apa pun sejak “MajiMari”. Mungkin karena ada tembok audisi...

 

"Kalo aku mikirin, aku malah jadi hilang percaya diri... Uuu... Gimana ini... Aku pengen pulang..."

 

"Enggak, ayo tetap di sini? Gak baik kalo kabur..."

 

Saat seperti ini, tugas manajer adalah memberi semangat kepada aktor. Tapi, aku tidak tahu harus berkata apa agar dia bisa lebih optimis...

 

Saat itu, mataku tertuju ke arah bilik audisi. Tepat pada saat itu, seorang gadis yang baru selesai audisi keluar.

 

Dia seumuran dengan Ai-chan. Dia memegang naskahnya di satu tangan dan menunduk. Gadis itu seolah-olah melarikan diri dari studio dan menghilang.

 

Pada saat itu, aku melihat... dari matanya, ada air mata yang menetes.

 

"Gadis tadi... nangis...?"

 

"Dia gagal... Kayaknya dia salah ucap, salah kata, atau suaranya berubah..."

 

Mungkin membayangkan itu membuat Ai-chan merasa takut, dia memeluk tubuhnya.

 

"Uu...! Nggak mau, aku takut! Apa aku juga akan gagal...? Sebelum itu, aku harus pulang dulu terus nyelesaiin apa yang belum aku lakukan... Aku juga harus ngehapus data di ponselku..."

 

"Enggak, makanya jangan pulang. Kamu gak bakal mati cuma karena bikin kesalahan."

 

Namun... dalam kondisi seperti ini, sulit untuk mengeluarkan suara yang bagus. Tanpa bisa menunjukkan kecantikan atau daya tariknya, dia pasti akan menyelesaikan audisi.

 

Itu... itu terlalu disayangkan.

 

Aku ingin dia menunjukkan seluruh kemampuannya. Tidak peduli hasilnya nanti, aku ingin dia menunjukkan kekuatannya dan menang atau kalah setelah itu.

Saat pikiran itu muncul, aku secara alami mulai berbicara.

 

"Nee... Ai-chan. Mungkin kamu bisa meranin nya dengan lebih santai gitu?"

 

"Eh...?"

 

"Maksudku, nggak sayang emangnya? Bisa ikut audisi, tapi kamu malah murung gitu!"

 

Aku berdiri dengan semangat. Meskipun semua orang menatap, aku terus berbicara kepada Ai-chan.

 

"Toh, cuma orang-orang kayak Ai-chan, yang dibantu sama agensi, yang bisa ngikutin audisi. Jadi, menurutku kita udah beruntung bisa di sini!"

 

"Itu... bener sih, tapi..."

 

"Kalo gitu, kamu harus nikmatin! Ujian yang nggak semua orang bisa ikutin... cuma berada di sini aja, Ai-chan udah luar biasa! Kamu aturan bisa lebih bangga!"

 

"Ah, aku mengerti...! Kalo kamu yang ngomong, mungkin ada benarnya...!"

 

"Audisi ini termasuk penghargaan buat Ai-chan yang udah berusaha keras beraktivitas sebagai seiyuu! Jadi, gak usah khawatir sama hasilnya, nikmatin aja sepuasnya! Lagipula, kupikir kalo kamu seperti itu, kemungkinan buat lulus juga naik, kan?"

 

Setelah aku bertanya, Ai-chan berpikir sejenak. Kemudian, dia mengangguk.

 

"Ya... kamu benar... Aku mengerti! Bener sih, di awal aku nikmatin audisi itu sendiri... Waktu aku terpilih jadi peran di 'MajiMari', aku juga ngerasa kayak gitu!"

 

"Jadi, kamu baik-baik aja sekarang? Bisa nikmatin?"

 

"Baik-baik aja! Hari ini aku berbeda! Kali ini, aku akan nikmatin audisinya dan menang!"

 

 

“......”

 

Untungnya, Ai-chan pulih, dan dia bisa memeriksa naskah dengan tenang sebelum waktunya tampil.

 

Kira-kira dua puluh menit kemudian, nama Ai-chan dipanggil, dan dia masuk ke booth dubbing. Ruangan itu adalah tempat pengisi suara melakukan akting, dilengkapi dengan mikrofon dan monitor.

 

Sementara itu, saya mengamati keadaan Ai-chan dari ruang kontrol di belakang booth dubbing. Tempat ini diisi oleh staf termasuk direktur suara, dan kedua ruangan dipisahkan oleh kaca, sehingga bisa melihat ke dalam booth. Selain itu, direktur anime, direktur produksi, dan penulis naskah juga mengawasi audisi dari sini.

 

Namun... saat audisi akan dimulai, ada sesuatu yang membuatku cemas.

 

Itu adalah sosok pria paruh baya yang besar yang duduk diam di depan meja suara. Atmosfernya menunjukkan bahwa dia adalah direktur suara, orang dengan posisi yang penting... Tapi, orang ini terlalu menakutkan.

Dengan wajah yang tampak seperti anggota yakuza dan tubuh yang besar seperti pemain rugby, dia duduk di depan meja, di baris terdepan, mengamati booth dubbing.

 

Eh...? Orang seperti ini yang akan menilai akting...? Melakukan penilaian audisi...? Lebih baik tidak... Dengan tekanan seperti ini, semua peserta akan ketakutan.

 

Ternyata, apakah kamu baik-baik saja...!? Ada orang seperti ini menjadi juri──

 

"Apakah kamu sudah siap? Aizaki Yuka-san"

 

"Ya, ya! Saya siap!"

 

Wah, dia memang tampak ketakutan! Dia pasti panik setelah berbicara dengan sutradara itu! Semoga kecemasan ini tidak menghalangi Ai-chan yang telah berhasil memulihkan semangatnya...

 

Bagaimanapun, yang bisa kulakukan hanya berdoa. Berharap dia bisa melakoni perannya dengan baik!

 

"Oke, silakan dimulai."

 

Saat sutradara suara mengatakan itu, lampu CUE menyala merah. Itu adalah tanda untuk memulai akting.

 

Ai-chan menarik napas kecil dan mulai membaca kalimat pertamanya.

 

"Senpai, selamat pagi. Hari ini, apa yang akan kita lakukan? Apakah kita akan latihan praktek berhubngan seks lagi?"

 

Suara Ai-chan yang manis dan sangat menggemaskan. Untungnya, dia terdengar baik. Dia bisa melakukannya seperti saat latihan.

 

"M-Mio-senpai... tolong berikan aku lebih... Ciuman senpai, aku ingin lebih... Tolong ajari aku hal-hal menyenangkan yang senpai tahu... lebih banyak lagi..."

 

Ai-chan juga bisa melakoni kalimat dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi tanpa masalah.

 

Mungkin dia akan malu kalu aku mengatakannya, tapi suara Ai-chan memang cocok untuk kalimat-kalimat mesum. Itu persis seperti yang kupikir dari awal.

 

Melihatnya, staf sutradara dan penulis skenario juga mengangguk-angguk, menyetujui aktingnya. Sutradara yang tampak galak itu hanya menatap tanpa berkata apa-apa, tapi yang lainnya tampaknya mengakui bakatnya.

 

Dan sekarang, akhirnya kalimat terakhir. Kalimat terakhirnya adalah, "Ahh! Fruits Ponchi ku! Natsumi-senpai, itu kejam. kalau kamu melakukan itu... aku tidak akan menyentuh payudaramu lagi, tahu?"

 

Dengan kondisi sekarang, seharusnya tidak ada masalah. Setidaknya, dia bisa menunjukkan seluruh kemampuannya.

 

Aku memang suka akting gadis ini. Aku sangat suka suaranya.

 

Meskipun kemampuannya masih belum sempurna, dia bisa memerankan gadis muda yang erotis dan menggemaskan dengan suara khas tingginya yang telah dia asah. Itulah mengapa saya bisa mendukungnya dengan percaya diri.

 

Dan akhirnya, dia mulai berbicara. Mengucapkan kalimat terakhir dengan suaranya...

 

"Hah... Hah...! Nnn... Ahhh..."

 

...Hmm?

 

Eh...? Ada yang aneh dengan Ai-chan, bukan? Napasnya terengah-engah...

 

"Mio-senpai... Tubuhku terasa aneh...! Dadaku terasa sakit sejak tadi... Jadi, tolong... tolong remas payudaraku..."

 

Selain itu, dia membaca kalimat asli dari sumber yang tidak diperlukan untuk audisi. Wajahnya memerah, dan dia membaca kalimat mesum dengan ekspresi yang sangat menggoda.

 

Perasaan familiar ini, mungkin...

 

"Ayo berhubungan seks... Kita berdua, mari kita saling memuaskan... Hah hah..."

 

Ternyata benar────!! Ternyata gadis ini, ada sesuatu yang berubah saat dia sedang berakting!

 

Meskipun kami sudah berlatih berulang kali agar tidak terjadi seperti ini, dan dia sudah terbiasa dengan kalimat mesum! Apakah karena ketegangan saat ini, dia menjadi terlalu terangsang seperti saat latihan!

 

Bagaimanapun, ini tidak baik...! Dalam keadaan seperti ini, dia tidak akan bisa melakukan akting yang layak. Bahkan sekarang, dia sedang memerankan kalimat yang tidak relevan.

 

"Yuka-san...? Anda tidak perlu melakukan akting yang tidak ada di skrip, tolong bacakan kalimat terakhir."

 

Pengarah suara mengeluarkan instruksi. Menyadari suara itu, dia menjawab, "Baik...".

 

Itu dia. Untuk saat ini, baca saja baris terakhir. Itulah akhir audisinya.

 

Tidak bisa masuk ke bilik untuk membuatnya kembali waras, jadi tidak ada pilihan lain selain mengakhiri audisi sebelum dia membuat kesalahan fatal.

 

"Tolong, Ai-chan! Jangan bicara hal aneh lagi, dan selesaikan aktingmu dengan aman!"

 

Begitu aku mulai berdoa, Ai-chan kembali membuka mulutnya. Dia melemparkan kalimat terakhirnya.

 

"Ahh! Fruits Ponchi ku!!"

 

──Eh……?

 

"Natsumi-senpai, itu kejam……kalau kamu melakukan itu……aku tidak akan menyentuh payudaramu lagi, tahu……?"

 

……Eh?

 

Tunggu, tunggu sebentar. Apa yang baru saja dia katakan……?

 

"Setidaknya, simpanlah untukku... bagianku dari buah pisang..."

Tidak, serius, tunggu! Apa yang kamu katakan!?

 

Mungkin karena suatu saklar aneh telah diaktifkan, Ai-chan mengucapkan kata-kata yang tidak masuk akal. Itu membuat semua orang di ruang kontrol terdiam, terbungkus dalam suasana yang tidak bisa dipercaya.

 

……Tapi, keheningan itu segera pecah. Karena tawa keras dari direktur audio.

 

"Pfft……hahaha……ahahahaha!"

 

Direktur audio tertawa terbahak-bahak, mengguncang tubuhnya.

 

"Apa itu barusan! Kesalahan ucapan!? Ahh, haha! Perutku sakit───!"

 

Wah! Orang ini tertawa keras! Orang yang terlihat galak itu tertawa keras!!

 

Sangat mengejutkan melihat orang yang tampaknya keras dan ketat seperti gangster tertawa hingga seperti ini……. Dan itu seperti memicu orang lain, staf lain juga mulai terbahak-bahak.

 

"Tolong simpan untukku……bagian buah pisang……"

 

Hei, berhentilah Ai-chan! Tenanglah! Jangan memperlebar luka lagi!

 

Dengan perasaan itu, aku memberi isyarat "Tenang!" kepadanya dari seberang kaca. Berkat itu, sepertinya dia melihat ke arahku. Dan──

 

"……!"

 

Dia tampak terkejut. Sepertinya dia telah kembali ke akal sehatnya.

 

"Ah, apa……? Apa aku barusan……mungkin, ngomong sesuatu yang sangat gila……!?"

 

Namun, pada saat yang sama, sepertinya dia tiba-tiba mengingat apa yang sudah dia ucapkan. Melihat staf yang terbahak-bahak, dia menjadi sangat malu hingga wajahnya berubah merah dan mulai bergetar sambil menangis.

 

Dan dengan itu, giliran Ai-chan berakhir.

 

 

Perjalanan pulang itu benar-benar terasa seperti malam yang muram.

 

"………………"

 

Dia berjalan dengan kepala tertunduk dan langkah yang lemah. Penampilannya bahkan lebih menyedihkan dari gadis kecil yang menangis saat meninggalkan tempat itu.

 

Karena, ya, itu tentang 'pisang'…… Kesalahan itu…… Jujur, itu sedikit menggairahkan.

 

"Pengen ngilang aja…… jadi debu dan menghilang……"

 

Tidak, ini bukan saatnya untuk mengingat. Sebagai manajernya, aku harus merawatnya……

 

"Uh, umm……Ai-chan! Kamu udah bekerja keras hari ini. Kamu melakukannya dengan baik kok……?"

 

"……Nggak. Aku sama sekali gak bisa ngelakuin dengan baik……"

 

"Nggak nggak, kamu beneran udah usaha keras lho! Sekali lagi, aku bisa mastiin kalo suara Ai-chan cocok jadi peran seperti itu! Dan kamu bisa ngatasin tekanan, berakting dengan suasana biasa!"

 

"Beneran...? Biasanya, aku gak bakal ngucapin 'Fruits Ponchi’..."

 

"Reaksi staf juga, gak ada yang lebih baik dari itu! Semua orang keliatan puas..."

 

"Ya... mereka bener-bener ketawa terbahak-bahak, ya...? Kalo aja ini audisi komedi, pasti lebih baik..."

 

Tidak bisa. Apapun yang kukatakan, hanya dianggap negatif... Sampai aku sendiri merasa patah semangat.

 

"Tapi, serius... hal kayak itu sering terjadi! Jadi, kamu gak usah khawatir!"

 

"Uuuh..."

 

"Dan, aktingmu sendiri itu bagus lho! Belum tentu kamu gagal!"

 

"Auuhh..."

 

"Serius, reaksi staf itu gak buruk! Pasti masih ada kemungkinan..."

 

"Uwaaaaaaaa!"

 

Tiba-tiba, Ai-chan menangis keras. Tubuhku refleks bergetar karena kesedihan.

"Tolong, jangan hibur aku lagi! Jangan bilang apa-apa lagi!"

 

Begitu katanya, dan tiba-tiba Ai-chan berlari pergi.

 

"Ah, Ai-chan!? Tunggu sebentar"

 

"Hwaaaaaaaa! Jangan ngikutin aku!"

 

Ketika aku mencoba mengejarnya, sambil menangis dia berteriak begitu. Dan kemudian, dia berlari ke rumah sendirian.

 

Aduh... Mencoba menghiburnya, malah membuatnya lebih terluka... Situasi ini, mungkin aku tidak seharusnya mengatakan apa-apa...

 

Sepertinya akan memakan waktu cukup lama sampai kita bisa berbicara lagi...

 

Faktanya, ketika aku pulang, Ai-chan tidak mau keluar dari kamarnya.

 

Saat ini, hanya satu hal yang bisa kulakukan. Hanya meninggalkannya sendiri... 


Post a Comment

0 Comments

Tidak boleh adanya spoiler, hormati user lainya. Gunakan komentar dengan bijak sebagai tempat berdiskusi.

Post a Comment (0)
Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !