Bab 4
Pada bulan Agustus 2022.
"……! ……, ……"
Suatu hari Minggu di pagi buta, aku terbangun sekitar jam
4.
Karena aku mendengar suara yang sudah familiar.
"Eh... hmm...?"
"……? …… …………!"
Suara itu terdengar dari ruang tamu di lantai bawah.
Bertanya-tanya apa yang terjadi, aku perlahan bangun dari tempat tidur yang
nyaman. Keluar dari kamar, dan turun ke bawah.
Dan, aku mengintip ruang tamu dari koridor dengan
hati-hati.
『Senpai,
itu tidak boleh! Itu kelewatan! Nanti aku tidak bisa menikah! 』
Di ruang tamu, ada Ai-chan yang berteriak sambil memegang
tumpukan kertas.
"Ai-chan...? Kamu ngapain...?"
"Eh, maaf, Souta. Kebangun ya?"
Ai-chan menoleh ke arahku saat mendengar suaraku. Dia
berjalan mendekat.
"Enggak, gapapa... Tapi, ngapain kamu bangun sepagi
ini...?"
"Kamu bisa liat sendiri, aku lagi latihan buat
dubbing selanjutnya!"
"Latihan... Tapi nggak usah di waktu sepagi ini juga
dong... Kalo kamu terlalu maksain diri bangun pagi, badan kamu juga bisa jadi
nggak bagus lho?"
"Tenang aja! Malah, aku jadi semangat latihan karena
aku dapet peran yang bener-bener bagus, pertama kali sejak 'Maji☆Mari'! Kan aku gak mau ngerepotin orang lain waktu
dubbing nanti!"
"Ai-chan..."
Dari senyumannya yang ceria, aku bisa merasakan bahwa dia
tidak memaksakan diri.
Dia benar-benar menikmati pekerjaannya sebagai seorang
voice actor, bersukacita karena mendapat peran, dan berusaha keras, bahkan di
pagi hari sepagi ini...
"Dan... mungkin ini bakal jadi peran terakhir
aku..."
"……!"
Itu benar... Kontraknya akan berakhir dalam sekitar satu
bulan lagi... Meskipun aku senang karena dia mendapat peran baru, tapi kalau
dipikir-pikir, waktunya tidak banyak.
Apalagi setelah "Peach Color LIPS", dia tidak
mendapat audisi baru. Kalau tidak dapat peran utama segera, kita bisa
dipecat...
"Tentu saja, aku masih belum nyerah kok. Souta juga
bisa kena imbasnya. Souta, kiriman uang dari orang tua kamu udah putus kan,
kalau dipecat, berarti kamu harus keluar dari sekolah...?"
"Eh, iya... mungkin iya..."
Itu juga yang aku khawatirkan. Tentu saja aku khawatir
untuk Ai-chan, tapi aku juga bertaruh hidupku pada kesuksesannya. Aku percaya
padanya, tapi konsekuensi besar itu menakutkan.
Kalau kita dipecat, aku tidak bisa bayar makanan, biaya
sekolah juga pasti tidak cukup. Kalau itu terjadi, aku sendiri nggak tahu harus
hidup gimana. Cuma mikirinnya aja udah bikin ngeri.
"Gapapa... biar kamu gak ngalamin hal kayak gitu,
aku gak akan menyerah sampai akhir. Tapi... Kupikir gak salah juga kalo aku
bekerja keras dengan tekad karena ini yang terakhir."
Dengan berkata demikian, Ai-chan tersenyum sedikit
merendahkan diri.
Kata-kata dan ekspresinya itu membuat perasaanku
membesar. Aku ingin membantunya.
"Aku mengerti... yaudah, aku juga mau ikut
latihan."
"Beneran...!? Terima kasihh, itu ngebantu banget!
Jadi, dengerin dialogku ya? Kalo ada pendapat, beritahu aku nanti!"
Lalu, dia melanjutkan membaca dialog dari tempat ia
berhenti tadi.
『Kalau
begitu, tolong senpai yang mulai dulu! Tunjukkan contoh yang benar! 』
Dengan mendengarkan itu, aku terus berpikir. Aku tidak
ingin dia berhenti menjadi seorang pengisi suara.
Selama dua bulan ini, melalui latihan sehari-hari,
audisi, dan juga perekaman langsung, aku telah melihat Ai-chan bekerja keras.
Tapi jika dia dipecat, semua itu akan menjadi sia-sia. Aku tidak bisa menerima
itu.
Sejauh ini, dalam satu arti, aku telah berusaha demi
diriku sendiri. Karena akan merasa kesepian jika dia, yang kusukai, menghilang,
dan juga untuk mencegah diriku sendiri dari dipecat, aku telah menghadapi
pekerjaan sebagai manajer.
Tapi, sekarang, di dalam diriku, keinginan untuk membuat
banyak orang mengetahui kemampuan dan kerja kerasnya semakin besar. Untuk itu,
aku ingin mendukung dan membuatnya melompat lebih tinggi. Itulah perasaanku
sekarang.
Benar... Bukan hanya kepada Ai-chan, aku harus
menyampaikan cintaku kepada orang-orang di sekitarnya. Jika aku benar-benar
ingin menjadi kekuatannya, aku harus menyampaikan pesona Ai-chan yang aku kenal
kepada orang-orang di sekitarnya. Dan aku akan menyediakan kesempatan untuknya
untuk melompat lebih tinggi.
Itulah perbedaan antara hanya menjadi penggemar dan aku,
sebagai manajernya.
"Aku, sebagai manajer, akan membuat Ai-chan
terbang...!"
Jika ini terus berlanjut, bersamaan dengan berakhirnya
pekerjaan peran sebagai Nashirika, Ai-chan akan diputus kontrak. Namun, hanya
dengan menunggu, kita tidak bisa keluar dari krisis ini.
Aku harus berusaha lebih keras lagi untuk
menyelamatkannya. Itu adalah kewajibanku sebagai manajer.
※
Dengan keputusan yang telah diperbaharui, aku segera
mulai bergerak aktif dari hari itu juga.
Misalnya, mendekati senpai di tempat kerja...
"Maya-san, Maya-san! Apakah ada kabar tentang
audisi? Terutama untuk peran utama atau heroine!"
"Maaf, tidak ada saat ini. Seperti yang saya katakan
lima menit yang lalu."
"Tapi, mungkin saja, setelah Anda mengatakan itu,
ada kabar yang datang... Untuk tidak kalah dari orang lain..."
"Tolong, jangan terlalu memaksa... Kalau ada kabar,
saya akan segera memberitahu Souta-san..."
"Baik, aku mengerti... jadi, aku akan menanyakan
sekali setiap sepuluh menit!"
"Berhenti, Saya akan memecatmu sekarang juga?"
Selain itu, aku juga bertanya kepada kenalan pengisi
suara lainnya apakah ada informasi tentang audisi...
"Nee, Rinrin! Apa kamu tau tentang audisi bagus?
Yang bisa ngebidik peran utama atau heroine utama gitu, dengan tingkat
persaingan serendah mungkin dan gak terlalu sulit!"
"Ahaha. Itu mustahil. Kalo ada juga, aku pengen nyoba."
"Terus, bisa gak kamu nyelenggarain audisi seperti
itu? Dengan kekuasaan Rinrin, mungkin?"
"Mana bisa!? Jangan berharap koneksinya ada di
seorang pengisi suara pemula!"
Selanjutnya, aku mengunjungi berbagai tempat rekaman
untuk secara langsung mempromosikan kepada sutradara...
"Saya adalah manajer Aizaki Yuka! Nama saya adalah
Shido Souta!"
"Aizaki Yuka...? Tidak tahu. Seorang pengisi suara
yang masih baru?"
"Ya! Dengan suara manis dan wajah imut yang bisa
dibilang cocok untuk menjadi pengisi suara idola, itulah Aizaki Yuka! Jika ada
kesempatan, tolong, tolong berikan pekerjaan yang murni kepada Aizaki Yuka kami!"
"Baiklah, baiklah. Aku akan memikirkannya.
'Yuka-chan' dari 'LightRoad'."
"Terima kasih banyak! Terima kasih banyak! Mohon
dukung Aizaki Yuka!"
"Mengapa terdengar seperti kampanye pemilihan?
Budaya perusahaan?"
Untuk membuat sutradara mengingat suara dan nama Ai-chan,
aku terus mengirimkan sampel suara kepada mereka dan melakukan promosi
berkelanjutan.
Namun, hasilnya tidak kunjung datang. Tidak ada tawaran
audisi meskipun sudah lima hari, sepuluh hari berlalu.
Kelelahan mental dan fisik terus menumpuk. Meskipun
begitu, aku terus mengunjungi studio yang kukenal setiap hari, dan meminta
bantuan kepada berbagai orang di kantor, termasuk Mayasan, sambil berharap pada
secercah harapan.
"Maya-san! Selamat pagi! Bagaimana dengan
audisi?"
"Selamat pagi, Souta-san. Akhir-akhir ini kamu hanya
membicarakan itu, ya? Apa kamu penduduk desa RPG?"
Maya-san membuat wajah yang tampak tidak senang begitu
membuka mulut.
"Serius... kamu benar-benar terlalu mengganggu
belakangan ini. Selalu sengaja datang ke tempat duduk ini... Apa kamu menyukai
saya? Saya akan menuntutmu karena stalking, lho?"
"Perlakuan yang terlalu keras untuk seorang bawahan!
Lagipula, tempat duduk kita bersebelahan!"
"Saya tahu. Itu hanya lelucon."
Meskipun Maya-san berkata demikian, aku tidak bisa merasa
lega. Jika aku benar-benar membuatnya marah, itu akan berbahaya. Bagaimanapun
juga, payudara ini.
"Tapi... mungkin kegigihanmu itu pada akhirnya akan
membuahkan hasil."
"Eh...?"
Maya-san memberikan saya selembar memo. Di situ tertulis
nomor telepon.
"Silakan telepon nomor ini. Sutradara Yamaguchi
ingin berbicara denganmu."
"Sutradara Yamaguchi...?"
Itu adalah salah satu orang yang selalu aku promosikan
Ai-chan di studionya.
Dengan perasaan mungkin, aku segera menelepon dari tempat
itu.
Dan, isi pembicaraannya adalah──
"Benarkah!? Yuka cocok!?"
"Ya. Tapi ingat, ini hanya untuk mengikuti
audisi."
Akhirnya, undangan audisi yang sangat aku harapkan...!
Dan tampaknya, untuk peran utama wanita!
"Kamu terus-menerus menyebut nama Yuka-chan setiap
hari. Akhirnya, aku jadi ingat namanya. Jadi, aku jadi penasaran ingin tahu
bagaimana anak itu, jadi aku pikir akan melihat aktingnya juga."
"Ya, ya! Saya sangat berharap dapat bekerja sama
dengan Anda!"
"Jadi, tentang detailnya... Untuk saat ini, aku
ingin memberikan dokumen ini..."
"Saya mengerti! Saya akan segera datang!"
Setelah mengucapkan terima kasih sekali lagi, aku menutup
telepon. Lalu, mataku bertemu dengan mata Maya-san.
"Sepertinya itu kabar baik. Saya berdoa semoga
semuanya berjalan lancar. Agar saya tidak terus-menerus diganggu lagi."
"Ya! Terima kasih banyak!"
Aku membungkuk dalam-dalam kepada Maya-san, dan segera
menuju studio tempat sutradara berada.
※
"Aku pulang, Ai-chan!"
Setelah mendengar tentang pembicaraan tersebut di studio
dan menyelesaikan pekerjaan kantor, saya pulang ke rumah di tengah malam.
Di sisi lain, Ai-chan tampaknya sedang duduk di sofa dan
membaca skrip untuk rekaman berikutnya.
"Ah, selamat datang kembali, Souta. Ada apa? Kamu keliatan
seneng banget?"
"Ai-chan, Ai-chan. Ini apa, coba tebak?"
"Eh, apa ya...? Selembar cetakan? Jangan-jangan,
skrip audisi?"
"Yap, benar! Sebenarnya, aku dapet skrip ini! Buat
audisi peran utama wanita!"
"Eh, beneran? Audisi peran utama wanita!?"
Ai-chan, yang sempat mengalirkan kata-katanya dengan
ringan, menunjukkan keheranan yang meningkat secara bertahap.
"Eh, eh, beneran!? Skrip audisi!? Itu juga buat
peran utama wanita!?"
"Ya. Hari ini, aku beruntung bisa dapet kesempatan
itu."
"Nggak mungkin... Aku gak percaya! Aku hampir nyerah
kalo hal seperti itu bisa terjadi! Kupikir, sebagai pendatang baru kayak aku, aku
gak bisa ngikutin audisi buat peran utama wanita,..."
"Jangan ngeremehin diri sendiri dong. Buat sekarang,
liat skrip ini. Aku akan ngejelasin detailnya."
Dia menerima skrip yang aku berikan sambil berlutut
dengan entah mengapa. Lalu, aku mulai menjelaskan detailnya.
"Yang mau kita ikutin kali ini adalah audisi untuk
anime ‘Kimi to Mita Sora’. Ini karya genre romansa komedi yang ditampilin di
majalah remaja."
Kimi to Mita Sora ──alias, Kimizora.
Konten karya ini adalah tentang kehidupan sehari-hari
yang santai berbentuk romansa komedi antara anak laki-laki dan perempuan yang
tinggal di sebuah kota pedesaan yang hampir ditutup. Di tengah suasana santai
khas kota pedesaan, keseharian antara anak laki-laki protagonis dan para wanita
di sekitarnya digambarkan dengan sentuhan komedi.
Sebelumnya, karya ini juga sudah diadaptasi menjadi
anime, dan anime kali ini sepertinya akan menjadi versi remake dengan pembaruan
pada pemerannya. Aku sudah memeriksa manga aslinya dan anime sebelumnya, jadi aku
sangat menantikan bagaimana versi remake ini akan terwujud.
Namun, karena ini adalah karya yang ditujukan untuk pria,
kupikir Ai-chan mungkin tidak mengetahuinya. Dengan pemikiran itu, aku mencoba
menjelaskan lebih detail tetapi──
"Eh!? Audisi 'Kimizora'!?"
Dia tiba-tiba berseru dengan keras.
"Eh, kenapa...? Kamu tau ini...?"
"Tau? Ini karya yang bikin aku pengen jadi seiyuu!"
Ternyata, dia juga menonton anime sebelumnya. Di sana,
dia mengagumi akting "Aizawa Riko", seorang pengisi suara top kala
itu yang memerankan "Shinonome Mikoto", dan itu yang mendorongnya
untuk masuk ke industri ini. Untuk catatan, Aizawa Riko sudaah meninggalkan
industri pengisi suara beberapa tahun yang lalu.
“Dulu aku punya masalah sama suaraku... Semua orang ngejek
suaraku tinggi dan mirip anime... Tapi waktu aku denger penampilan Riko di
anime, aku sadar kalo aku punya suara yang berguna... Itu waktu aku sadar
betapa keren nya. Aku pengen ngelakuin hal yang sama dengan suaraku sendiri,
dan bukannya benci, aku pengen manfaatin sebaik mungkin. Makanya aku ngerasa
sangat terikat sama pekerjaan ini ... ”
"Jadi begitu ya... pertemuan yang menarik..."
Tak pernah terbayangkan bahwa aku akan secara kebetulan
mendapatkan kesempatan audisi untuk karya seperti itu...
"Tunggu...? Terus, audisi buat peran utama wanita
berarti... peran Shinonome Mikoto!?"
"Ah, ya... Benar. Itu audisi buat peran Shinonome
Mikoto."
Shinonome Mikoto──gadis pahlawan wanita utama dalam manga shonen bertema
harem ini. Seorang gadis yang jujur dan pemalu, teman masa kecil yang berbicara
dengan lembut. Namun, sebenarnya, dia memiliki sisi yang kuat.
Tentu saja dia menyukai protagonis utama, Ichinose
Katsuya, tetapi biasanya tidak terlalu terlibat dalam perlombaan menjadi
pahlawan wanita utama, dan memilih untuk mengawasi Katsuya dari kejauhan...
Itulah karakternya.
"Bohong... Bohong!? Ini mimpi! Aku bisa meranin
karakter yang aku kagumi?!"
Ai-chan, yang tampaknya sangat menyukai karakter
tersebut, melompat-lompat kegirangan.
"Tapi, belum pasti kamu dapet perannya, kan? Ini
berarti kamu cuma bisa ngikutin audisinya..."
"Aku tau! Tapi aku masih seneng banget! Aku diundang
buat audisi karakter yang aku kagumi! Ah, sudahlah! Mungkin aku harus membual
tentang ini ke semua orang!"
Ai-chan dengan gembira mengirim pesan kepada
teman-temannya yang baru-baru ini berteman, Rinrin dan Nene-chan.
Tapi, jujur... Aku juga merasa sangat bersemangat.
Karena karya "Kimi to Mita Sora" ini sangat
populer.
Sudah lama diserialkan dan jumlah total buku komik yang
diterbitkan telah melebihi 15 juta kopi. Selain itu, popularitas karakternya──terutama
Mikoto, pahlawan wanita utamanya, bisa dibilang berkisar di posisi tinggi
dibandingkan dengan semua manga romantis komedi lainnya. Aku juga sangat
menyukai karya ini.
Kalau Ai-chan bisa mendapatkan peran ini, tanpa diragukan
lagi perhatian padanya akan meningkat. Jika itu terjadi, meraih jalur menjadi
seiyuu (pengisi suara) yang populer bukanlah mimpi.
"...Tapi, aku harus lulus! Ini udah jadi peran yang
aku paling suka, kalo aku nggak lulus di sini, aku pasti dipecat...!"
Ai-chan berkata, seolah-olah meyakinkan dirinya sendiri.
Audisi akan berlangsung dalam dua minggu. Dan kontrak
akan berakhir dalam tiga minggu.
Mengingat tidak ada undangan audisi lain saat ini,
seperti yang dikatakan Ai-chan, tanpa keraguan, kita akan dipecat jika ini
tidak berhasil.
"Kamu pasti bisa... Kamu pasti lulus. Kalo itu
Ai-chan, pasti bisa."
"Terima kasihh... Ya, aku akan berusaha dengan penuh
semangat!"
Untungnya, dia penuh semangat. Sepertinya dia tidak
terbebani oleh tekanan.
Dengan ini, dia pasti bisa menunjukkan kemampuan aslinya.
"Kalo gitu, ayo kita periksa naskah yang dikasih
sekarang. Eh, tapi sebelum itu... Apa kamu mau baca karya aslinya dulu? Aku
punya koleksinya di kamar."
"Nggak usah. Aku udah tau semua isinya! Yang penting
sekarang, aku mau tau dialog apa yang aku baca di audisi!"
"Baiklah.... ini naskahnya."
Aku menyerahkan naskah yang diberikan oleh sutradara. Naskah
itu berisi dialog yang harus dibaca oleh peserta audisi, penjelasan singkat
tentang situasinya, dan informasi tentang karakter tersebut.
"Hmm. Ada lima baris sih... Terus di atas nya, ada
beberapa baris... Karena dia pahlawan wanita utama ya, itu mungkin lebih sulit
dari biasanya... Tapi itu yang bikin dia sangat bermanfaat!”
"Apa yang harus kita lakukan? Buat sementara, gimana
kalo kita baca sebagai percobaan?"
"Yoshh! Aku membaca tiga yang pertama, jadi tolong kasih
aku saran yang baik, ya?"
Dengan berkata begitu, Ai-chan mengambil naskah di
tangannya. Kemudian, dia menenangkan napasnya.
Aku bisa mendengar akting baru Ai-chan lagi... Hanya
dengan itu saja, hatiku sudah sangat bersemangat.
Ayo, tunjukkan padaku Ai-chan! Akting yang luar biasa
darimu!
『Nee
Ka-chan. Bangun dong? Hari ini ada tes, lho, kita akan terlambat jika begini
terus?"
Kalimat pertama adalah adegan Mikoto, teman masa
kecilnya, yang mencoba membangunkan protagonis—Katsuya.
Ai-chan memerankannya dengan nada sedikit kesulitan.
『Aku
tahu kebaikan Ka-chan lebih dari siapa pun. Jadi, jangan terlalu sedih, ya? 』
Selanjutnya, adalah adegan di mana Mikoto menghibur
Katsuya yang telah ditolak oleh guru yang ia kagumi setelah menyatakan
perasaannya. Dengan nada lembut dan tenang seperti biasa, Mikoto memberi
semangat kepada Katsuya.
『Kyaaa!?
Jangan lihat, Ka-chan! Celanaku hari ini tidak lucu sama sekali—!』
Adegan terakhir adalah saat Katsuya melihat pakaian
dalamnya. Ini adalah adegan di mana kita bisa melihat dia yang biasanya tenang
menjadi panik. Dengan suara yang malu-malu, Ai-chan memberikan kehidupan pada
Mikoto.
Akting gadis baru oleh Ai-chan, seorang pengisi suara
yang luar biasa dan karakter yang sangat populer. Kombinasi kedua hal itu,
menunjukkan akting yang belum pernah kulihat sebelumnya di hadapanku.
Melihatnya dari dekat, impresiku yang jujur adalah...!
"Hmm...?"
Aku merasa ada sesuatu yang aneh.
Apa ya... Tidak buruk... Tidak buruk... Suara Ai-chan
tetap lucu seperti biasa, dan cara membacanya tidak buruk.
Tapi... Ada sesuatu yang terasa tidak pas. Aku tidak bisa
mengatakan apa itu dengan pasti... Tapi, somehow, aku tidak bisa memujinya
seperti biasa...
"Nee, Souta. Gimana menurutmu? Aktingku. Apa ada
bagian yang bagus? Apa yang bisa diperbaiki?"
"Ah, um... Ehm... Gimana ya...?"
Ketika ditanya, aku menjadi bingung dengan kata-kataku.
Aku memang merasa ada yang tidak pas, tapi karena aku
tidak bisa mengidentifikasi apa itu, aku tidak tahu harus berkata apa.
Tapi, sepertinya dia langsung menyadari dari sikapku. Dia
bertanya dengan cemas.
"Apa...? Apa ada yang aneh? Cara baca aku? Atau, feel
suaraku?"
"Nggak... Secara spesifik nggak ada yang aneh sih...
Tapi... Entahlah, ada rasa gak pas gitu..."
Dengan terpaksa, aku mengungkapkannya seperti itu. Namun,
dengan pendapat seperti itu, dia tentu saja tidak akan puas...
"Rasa gak pas...? Secara spesifik, apa yang kamu
rasa aneh?"
"Itu... Aku agak kesulitan ngejelasinnya..."
"Eh!? Apa maksudmu!? Kalo gitu, aku malah gak bisa memperbaikinya!"
Dia benar, tentu saja. Jika aku berada di posisinya, aku
akan merasa sama.
"Hmm, apa yang harus dilakukan...? Hmm, gimana kalo
aku baca lagi pake cara tadi, terus kamu mikirin apa yang terasa aneh?"
"Oke, aku akan coba... Aku akan berusaha keras
memikirkannya...!"
Dengan semangat, aku mempersiapkan diri untuk menilai
aktingnya dengan lebih teliti.
Dan Ai-chan juga mengambil napas dalam, dan mulai membaca
kalimat itu lagi──
Ding dong
──Tepat
sebelum itu, bel pintu berbunyi.
"Eh... Siapa...? Di waktu seperti ini..."
Tidak ada seorang pun yang biasa datang ke rumah ini. Aku
tidak memiliki teman akrab, dan aku juga tidak menggunakan layanan belanja
online. Apalagi seseorang yang datang di waktu seperti ini──
"Ai-chan? Ini Nene-sama yang anggun."
"Halo? Aku juga ada di sini—Rinrin juga ada
loh!"
"Haah!?"
Apa, apa-apaan!? Nene-chan dan Rinrin!? Kenapa kedua
orang ini ada di rumahku!? Seharusnya mereka tidak tahu tempat ini!
Tapi, tunggu...? Sekarang mereka tidak memanggilku, tapi
Ai-chan. Jadi, mungkin...
"Um... Ai-chan...? Kamu ngasih tau mereka alamat
rumah?"
"Ah, ya... Aku ngasih tau lewat Line sebelumnya."
Serius ini anak! Dia memberitahu mereka rumahku sebagai
rumahnya sendiri!? Yah, memang sekarang ini juga rumah Ai-chan, tapi! Tapi,
memberitahu orang lain tentang rumah tempat kita tinggal bersama!?
"Ini buruk! Kalo ini berlanjut, mereka akan tau kalo
kita tinggal bareng!"
Jika mereka tahu kita tinggal bersama, ada kemungkinan
kita akan dicurigai.
Bagi dia juga, jika rekan-rekan seprofesi tahu tentang
tinggal bersama, akan merepotkan jika rumor aneh mulai tersebar di industri.
Meskipun kedua orang itu mungkin tidak menyebarkan rumor yang tidak
menyenangkan... ada kemungkinan mereka bisa membocorkannya.
"Eh...? Tapi, kita tinggal ngasih tau kalo 'kita
sedang membahas pekerjaan selanjutnya' kan?"
"Nggak... Ada di rumah bersama manajer di waktu
seperti ini udah mencurigakan, kan...?"
Melihat cara kerja manajer di agensi, mereka tidak akan
datang ke rumah talent di waktu malam. Kedua seiyuu itu seharusnya tahu itu...
"Eh!? Jadi, kita harus kabur sekarang! Ah, tapi
sekarang ini dianggap rumahku... Maaf, Souta! Aku akan keluar sebentar!"
"Kamu gak bisa tiba-tiba ngomong kayak gitu!"
Saat kami berbicara dengan santai──
"Ah. Nene-san, pintunya gak terkunci. Ini berbahaya buat
gadis..."
"Ayo kita masuk. Kalo terjadi sesuatu, itu akan
buruk..."
Uwaaaah ini buruk! Mereka masuk!
Aku bisa mendengar langkah kaki Nene-chan dan yang
lainnya di koridor, mendekati ruang tamu. Ini buruk! Untuk melarikan diri ke
ruangan lain, kita perlu keluar ke koridor. Dengan kata lain, kita tidak bisa
melarikan diri lagi!
"Kita harus gimana ini...? Souta-kun, apa ada tempat
buat sembunyi!?"
"Tapi, sembunyi di mana!?"
Tidak ada lemari di ruangan ini, dan tidak ada tempat
untuk bersembunyi.
Sungguh, ini sudah berakhir. Jika ini terus berlanjut,
kita pasti akan menimbulkan kesalahpahaman...!
Pada saat itu, Ai-chan berkata dengan suara penuh tekad.
"Kalo udah gini, gak ada cara lain...! Souta-kun! Bisa
gak kamu sedikit membungkuk?"
"Eh? Kenapa tiba-tiba?"
"Cepetan! Kita gak ada waktu lagi!"
Dengan suara yang sangat mendesak tanpa memberi
kesempatan untuk bertanya, saya buru-buru membungkuk. Tanpa tahu apa yang akan
dilakukan.
Dan pada saat berikutnya, Ai-chan bergerak. Di depan
mataku, dia dengan berani mengangkat rok panjangnya.
"Nnnn※@#%*!?"
Suara yang tak bisa terbentuk karena kebingungan
terdengar. Paha yang padat dan sensual, celana dalam pink yang dia pakai,
muncul dalam pandanganku.
Dan segera setelah itu. Dia menutupi seluruh tubuhku yang
sedang jongkok dengan rok panjangnya dengan indah. Dia mengundangku ke dalam
roknya dan menyembunyikan diriku dengan sempurna.
"Apa-apaan ini!? Serius, kamu ngapain!?"
"Karena udah gak ada tempat lain buat bersembunyi! Souta-kun,
kamu diem di sini!"
Tapi itu terlalu berani kan!? Seorang gadis yang
mengundang seorang pria ke dalam roknya sendiri!
"Tapi, kamu gak boleh ngeliat celana dalamnya ya!
Aku sudah melihatnya, tapi itu...
"Ahh! Suara Ai-chan kedengeran tuh dari sana!"
Suara Rinrin dan yang lainnya berlari kecil melintasi
koridor terdengar.
"Gak boleh... mereka udah dateng! Souta, tetaplah di
sini!"
Serius...! Apakah benar-benar tidak ada pilihan lain
selain bersembunyi di sini...!
Tentu saja, ini adalah pengalaman pertamaku diundang ke
dalam rok seorang gadis. Berbagai sensasi yang belum pernah kurasakan
sebelumnya menyerangku. Kehangatan yang menenangkan dari Ai-chan, aroma yang
baik dari seorang gadis. Dalam pandangan yang remang-remang, aku bisa melihat
celana dalam pink yang dia pakai.
"Ugh...!"
Meskipun aku sudah melihatnya, aku memejamkan mata karena
mengira itu ide yang buruk.
Ah... Tapi aku berada di dalam rok Ai-chan sekarang...!
Di depanku ada pakaian dalam mentah dari pengisi suara favoritku yang
kuimpikan...! Gila... Aku sangat ingin melihatnya...!
"Ai-chan. Selamat malam!"
"Maafin aku ya udah datang tiba-tiba, tapi aku
khawatir karena pintunya nggak kekunci."
"Uh! Jangan khawatir! Maaf! Aku gak sadar..."
Sepertinya Rinrin dan yang lainnya telah tiba. Aku tahu
dari kedekatan suaranya kalau dia ada di sebelah Ai-chan.
"Sekarang, ayo kita berdua duduk...! Kamu bisa make
sofa di sana..."
"Okeee!" "Baiklah."
Dua orang duduk di sofa yang sedikit terpisah. Saat itu,
suara Ai-chan yang lembut terdengar...
"Pliss, jangan liat celanaku...!"
Suara yang tergetar karena malu... Wajahnya yang memerah
bisa dengan mudah dibayangkan.
Merasa bersalah, aku berbisik lembut, "Baik..."
Segera setelah itu, dia mengarahkan suaranya kepada kami
berdua.
"Jadi... apa urusan kalian datang hari ini? Lagian, ini
udah larut malam..."
"Itu dia! Ai-chan juga ikut audisi ‘Kimi to Mita
Sora’, kan? Kita liat pemberitahuan barusan!"
"Sebenarnya, kami juga mau ikut. Aku berperan jadi
sub-heroine 'Koyama Chitose'. Rinrin juga berperan jadi 'Suzuki Hinako'"
"Eh, beneran!? Kalian berdua ikut juga?"
Tak terbayangkan kalau mereka berdua juga ikut audisi.
Koyama Chitose adalah senpai dari karakter utama, berperan seperti kakak bagi
semua orang. Sedangkan Suzuki Hinako adalah karakter yang sedikit
menjengkelkan, kouhai dari karakter utama. Namun, untungnya tidak ada yang
berperan sama...
"Jadi, kami mikir gimana kalo kita latihan bareng
hari ini! Besok gak ada rekaman, jadi bagus kalo kita bisa baca naskah bareng."
Latihan bersama dengan tiga seiyuu...? Memang, itu adalah
usulan yang menarik.
Tapi... tidak bisa. Tidak bisa sekarang.
Jika mereka bertahan lama untuk latihan bersama, situasi
ini akan terbongkar.
Karena, jujurnya, situasinya sudah cukup buruk...! Karena
duduk berjongkok di tempat sempit, beban pada kaki sangat berat. Tak bisa
tidak, aku terus bergerak kecil.
"Aku mengerti, itu bagus sih... ah, uh,
hmm...!"
Karena pergerakanku, Ai-chan mengeluarkan suara yang
terdengar bermasalah. Tentunya, mereka berdua juga bereaksi.
"Ai-chan, ada apa? Kamu keliatan aneh..."
"Ah, nggak, itu bukan... uh, ah...!"
Rinrin berdiri dengan suara keras. Tidak, ini tidak baik!
Harus mencegah mereka mendekat! Jika mereka mendekat, pasti akan terbongkar!
"Itu bukan... bukan itu, itu... latihan vokal!"
"Latihan vokal...? Suara desahan itu, maksudnya...?"
"Iya, suara desahan itu ternyata baik buat latihan!
Aku yakin, seseorang pernah ngomong gitu!"
"Oh... Ai-chan itu tau banyak ya? Mungkin aku harus nyoba
juga. Ahhhhh!"
"Uh, okelah... aku juga... ahhhh!"
Karena alasan aneh Ai-chan, situasi aneh dimana para
gadis mengeluarkan desahan satu sama lain tercipta.
Namun, sepertinya kami berhasil mengelak untuk sementara...
Tapi jika ini berlanjut, ketidakstabilan akan menyebabkan Ai-chan terluka...!
Tidak ada pilihan lain, aku memeluk kaki Ai-chan dengan
kedua lengan, dan berusaha bertahan dengan itu.
Namun, karena itu... celana dalamnya, daerah pangkal pahanya,
mendekat tepat di depan mataku.
"........!"
Aku kembali menutup mataku. Namun, gambaran yang sudah
terpatri di otak tidak mudah hilang. Celana dalamnya terbayang di kepala, dan
yang aku pegang adalah paha montoknya.
Tidak bisa! Apapun yang kupikirkan, pikiranku teralihkan
ke arah seksual...! Itu membuat napasku menjadi lebih cepat!
Dan nafas itu... menyentuh paha Ai-chan...
"Nnn, ah... nafasnya... ahnn... nyentuh tempat
aneh...!"
"Err... Ai-chan? Kamu gapapa? Wajahmu keliatan merah
banget gitu..."
"Ah, nggak...! Ini gak seberapa, aku baik-baik aj─hyaaahh!?"
"Hmm, kamu gak keliatan baik-baik aja, lho... Kayaknya
kamu lagi gak enak badan?"
Sambil berkata demikian, Rinrin mendekat lagi.
Ini tidak baik, ini tidak baik, ini tidak baik, ini tidak
baik! Aku akan ketahuan, aku akan ketahuan, aku akan ketahuan!
"Berhenti─ah! Jangan ngedeket─ahh! Sekarang, aku... lagi latihan!"
"Latihan...? Latihan apa?"
"Ah, kaki dan punggung! Waktu aku lagi latihan
suara, kupikir aku juga harus ngelatih kaki sama punggungku, jadi aku berdiri
selama empat jam!"
"Empat jam!? Kamu berdiri di sana selama itu!?"
"Iya. Waktu perekaman kan, ada kalanya kamu harus
berdiri untuk waktu yang lama."
"Ohh begitu... Sebagai seiyuu, kaki dan punggung
juga penting, ya...?"
Keseriusan yang misterius itu entah bagaimana berhasil
meyakinkan mereka berdua.
"Ya intinya, aku lagi latihan khusus! Maaf, tapi aku
nggak bisa gabung latihan bareng hari ini! Tapi aku seneng kalo kamu ngundang
aku!"
"Ooh, begitu... Aku mengerti. Maaf ya?"
"Kami juga, dateng tiba-tiba. Kebetulan, kami juga
di studio yang sama karena pekerjaan lain."
Jadi begitulah... Alasan kedua orang ini datang bersama
adalah karena mereka awalnya berada di tempat yang sama. Dan setelah
mendapatkan kontak dari Ai-chan, mereka ingin berlatih bersama...
"Sekarang, apa kalian bisa pulang dulu...? Nanti,
aku ganti di lain hari."
"Iyaa. Tapi, aku pengen latihan bareng lain waktu.
Kami mau ngebahas tentang karakter masing-masing juga."
"Karakter kali ini, sulit buat kami. Karena dari
awal juga semua karakter tinggal di pedesaan, mereka punya cinta yang kuat pada
tempat asal mereka."
Memang, seperti yang dikatakan Rinrin, "Kimizora"
adalah kisah cinta antara para protagonis yang tinggal di pedesaan. Mungkin Rinrin,
yang berasal dari Tokyo, tidak bisa merasakan empati terhadap perasaan mereka,
dan itu bisa mempengaruhi aktingnya.
"Karya ini, karakter-karakternya ngehargain banget
kota tempat mereka tinggal. Waktu mereka main, mereka keliatan sangat
menikmati, dan waktu kota mereka terancam depopulasi dan penutupan, mereka
bersatu buat ngelindungin. Kita harus bener-bener ngekspresiin perasaan cinta ke
kampung halaman itu."
"Betul. Jadi, kayaknya kita harus pergi ke pedesaan buat
riset."
Dan begitu saja, Rinrin dan Nene-chan mulai berdiskusi di
tempat. Ini tidak baik... Jika terus seperti ini, keberadaanku akan terbongkar.
Dan jika ketahuan sekarang, aku akan dianggap sebagai orang cabul yang luar
biasa karena bersembunyi di bawah rok.
...Sekarang aku merasa, daripada melakukan hal ini, jauh
lebih baik jika aku jujur tentang situasiku. Namun, sekarang sudah terlambat
untuk apa pun. Aku harus menyembunyikan ini bagaimanapun juga.
Kegelisahan itu juga tampaknya ditransmisikan dari
Ai-chan. Kakinya gemetaran kecil, dan sepertinya celana dalam yang ada di depan
mataku juga terasa basah... karena keringat.
Dan kemudian, didorong oleh kegelisahan itu... Ai-chan
membuat sebuah usulan kepada mereka berdua.
“Kalo gitu, ayo kita semua wawancara! Di pedesaan tempat
pekerjaan ini dilakukan!”
"Ee……?”
Keduanya bersuara ragu atas lamaran yang tiba-tiba itu.
“Karya ini didasarkan pada kota pedesaan bernama ‘Yamakawacho’!
Jadi kalo kamu pergi ke sana, kamu pasti mahamin keindahan dan suasana
pedesaan! Aku bukan berasal dari daerah itu, jadi aku nggak tau banyak tentang
cinta lokal, jadi kalo kamu mau, ayo pergi bareng! Kurasa kita bisa lebih ngerasain
suasana kerja kalo latihannya di sana!”
Ai-chan berbicara cepat, pasti ini strategi untuk segera
merangkum pembicaraan dan meminta mereka pulang. Dan itu berhasil.
"Wah! Ide bagus tuh! Latihan sambil ziarah ke tempat
suci!"
"Kita bisa nyiptain karakter dengan baik sambil ngerasain
suasana karya itu! Kita harus pergi bareng lain kali!"
"Setuju! Jadi, kita bubar hari ini ya? Aku yang
nentuin detailnya dan ngehubungin kalian nanti."
"Baiklah! Aku juga mau ngasih tau manajerku buat
berjaga-jaga!"
"Aku menantikannya, Ai-chan!"
Pembicaraan selesai dalam sekejap, dan mereka bubar.
Kemudian, Rinrin dan Nene-chan meninggalkan ruangan, dan suara pintu depan
menutup terdengar setelahnya—
—AI-chan berteriak dengan suara yang hampir menangis.
"So-Souta ────! Kamu kebanyakan gerak di dalam rok────!
Mesum────!"
Setelah itu, aku keluar dari rok dan dimarahi oleh Ai-chan
untuk sementara waktu.
※
Beberapa hari setelah insiden masuk ke dalam rok. Janji
ziarah ke tempat suci akhirnya terwujud.
Mereka memilih hari yang cocok untuk semua orang, dan
berempat mengunjungi Yamakawacho, tempat yang menjadi latar "Kimi to Mita
Sora."
"Uuuwaahhh... Tempatnya bagus banget! Udara nyegerin!"
Nene-chan mengulurkan badan dengan dada yang besar
berayun-ayun, tampak sangat menikmati.
Tempat ini berada di kaki gunung, dua jam perjalanan
dengan kereta dari pusat kota, diikuti satu jam dengan bus. Seperti yang
dikatakan olehnya, udara terasa sangat bersih.
"Kadang-kadang, datang ke tempat ini juga menyenangkan!"
"Aku pernah denger kalo manusia juga perlu merendam
diri di alam!"
Ketiga gadis SMA tersebut meningkatkan semangat mereka,
mungkin ini pertama kalinya mereka mengunjungi desa. Namun, mereka tidak datang
untuk bermain, dan perjalanan kali ini adalah perjalanan sehari, jadi mereka
tidak bisa terlalu santai.
"Buat permulaan, ayo kita berjalan-jalan di sekitar
kota. Kita mulai latihan abis ngerasain suasana."
Ketiga orang tersebut mengangguk pada kata-kataku.
Kemudian, kami meninggalkan halte bus dan bersama-sama menjelajahi kota.
Namun, kota ini cukup kecil. Kami bisa menjelajahinya
dengan cepat. Di kota ini ada desa kecil dan toko-toko tua. Selain itu, hanya
ada fasilitas minimum yang diperlukan untuk kehidupan seperti kantor pemerintah
dan kantor pos. Namun, di sisi lain, alam masih sangat melimpah seperti sawah,
sungai, dan hutan, yang sangat mencerminkan suasana pedesaan.
Tapi, Nene-chan dan Rinrin sangat bersemangat melihat
kota ini. Karena pemandangan kota ini sama persis dengan yang digambarkan dalam
"KimiZora."
"Ah! Taman itu! Tempat Hinako confess ke Katsuya di
volume tiga!"
"Liat! Ada toko permen di sana! Tempat semua orang
selalu ngumpul!"
Kedua mereka menunjukkan tempat itu sambil bersemangat.
Ah, aku bisa mengerti. Sebagai penggemar manga, hal
seperti ini sangat menyenangkan.
Tapi, aku punya satu hal yang ingin ditanyakan...
"Um... kenapa kalian berdua nempel banget ke aku...?"
Sejak tadi, Nene-chan memeluk tangan kananku, dan Rinrin
tangan kiriku, hampir tidak bisa bergerak. Apa maksud mereka sebenarnya...?
Jujur, ini sangat memalukan...
"Kita kan sedang melakukan ziarah ke tempat suci buat
mendalami karakter, jadi kita harus membuatnya seperti harem di "Kimizora"
dong."
"Iya betul. Ini bagian dari pengembangan karakter.
Jadi aku gak mau nerima komplen apapun, oke?"
"Begitu...?”
"Aku gak bakal kalah sama Rinrin. Aku yang bakal
mesra-mesraan sama Souta-kun. Tentu saja, sebagai latihan jadi heroine!"
"Aku juga gak bakal kalah, Nene-san! Yang bakalan
mesra-mesraan sama senpai itu aku dong! Pastinya, sebagai latihan jadi
heroine!"
Nene-chan dan Rinrin saling bersinaran. Mereka makin erat
memeluk lenganku, dan dengan itu, dada besar Nene-chan dan dada kecil Rinrin
mepet ke lenganku, woaaaaaah!
Apa apaan ini, perasaan ini...!? Kebahagiaan dikelilingi
sama seiyuu favorit dari kedua sisi... apakah ini yang namanya diapit
kebahagiaan...! Wah, bahaya, aku senang sampai mimisan...
"Jiiii~~..."
"──Ha!"
Aku merasa ada yang melihatku, dan katika aku melihat ke
samping. Di sana ada Ai-chan yang lagi melihatku.
"Muu.. Souta, kamu senyum-senyum sendiri...!"
Ini buruk...! sepertinya, Ai-chan tidak senang.
Memang, melihat orang lain mesra-mesraan, kalau
dipikir-pikir biasanya tidak nyaman... Ada yang sampai ingin menghancurkan
orang yang mereka lihat kalau seperti itu, dan mungkin dia juga tipe yang seperti
itu...
Jadi, meskipun untuk latihan peran, sebelum aku dimarahi,
aku langsung berhenti...
"Ah, gitu! Gimana kalo kita semua istirahat sebentar
di taman!? Udah mau siang juga, mending makan bekel dulu..."
"Itu ide bagus! Setuju! Sebenarnya aku juga lagi
laper!"
"Aku juga setuju. Sebelum latihan beneran, makan
dulu ."
Usulku langsung disetujui sama mereka. Bagus, dengan ini
bisa mengalihkan perhatian mereka dari pendekatan.
※
Eh, tapi ternyata gagal...
"Ini, Souta-kun. Aaah?"
"A, aaah..."
Bahkan di sini, aku masih dijagain. Sebagai partner
latihan jadi heroine.
Sambil duduk di atas plastik biru dan makan bekal
bersama, Nene-chan lagi-lagi mendekat ke aku.
"Gimana? Ini ginger pork, enak gak? Ini buatan
sendiri lho..."
"I-iya... enak banget... Bumbunya pas..."
"Beneran? Syukurlah. Nanti aku suapin banyak ya.
Aaah"
"Gak, "aaah" itu gak perlu deh... Aku bisa
makan sendiri..."
"Tapi, kan ini latihan. Kalo mau jadi heroine, harus
belajar lebih mesra lagi."
Nene-chan bicara sambil menyuapiku. Aku kalah, dan
terpaksa buka mulut lagi.
"Hehe. Anak baik. Dengan cara ini aku bisa kasih
makan banyak. Sampe kamu gak bisa hidup tanpa aku..."
"Hei, itu kelewatan! Jangan mikirin hal aneh!"
"Tapi, kamu gak ngerasa buruk kan? Aaah"
"Ugh... aaah..."
Tanpa bisa menolak, aku menerima telur gulung ke dalam
mulut. Dan ternyata, memang sangat enak...!
"Se・ka・li・an♪ Ini juga boleh~"
"Ughhh!?"
Sambil berkata begitu, Nene-chan dengan berani membuka
bagian dadanya. Lembah dalamnya terbuka, dan dada yang montok itu
bergoyang-goyang.
"Dessertnya adalah puding kenyal aku. Jangan sungkan,
makan aja♪"
"Eh, aku nggak mau makan!? Tutup itu!"
"Hehe...♪ Kamu kesel ya... Lucu♪"
Nene-chan tersenyum nakal. Orang ini, lagi-lagi main-main
sama aku ya...?
Di sisi lain, bahkan Rinrin sampai---
"Senpai, aku juga bikin sandwich loh! Cepat makan
dong!"
"Eh, makan aja sendiri!? Nggak usah minta tolong aku
juga!?"
"Ayolahh! Aku juga pengen ngerasain gimana rasanya
mesra-mesraan! Lagian, senpai kan udah dikasih makan sama Nene-san!"
"Ugh...! Oke, oke... Ya udah, ahh..."
"Ehehe... Ahh... Nyam~! Enak kan~! Terima kasih ya, senpai~!"
Begitu katanya, Rinrin berguling ke pangkuanku. Entah
kenapa, aku jadi bantal pangkuan.
"Jadi, ini yang namanya mesra-mesraan ~. Ngelakuin
ini sama senpai, nggak buruk juga."
"Eh, mesra-mesraan ala Rinrin itu nggak gitu. Cuma tiduran
doang."
"Gapapa. tiduran bareng juga kan romantis?"
Mungkin memang begitu tapi...
"Nyufufu~... Bantal pangkuan senpai, nyaman banget
~"
Dia perlahan menggesek-gesek pipinya. Gerakannya seperti
kucing yang manja.
"Ah. Mungkin itu juga nggak buruk. Harusnya aku juga
coba, bantal pangkuan?"
Jangan iri, Nene-chan. Apa kamu bisa membantuku?
"Jii~~... Jii~~...!"
"Huuu...!?"
Lagi-lagi aku merasakan tatapan Ai-chan. Mungkin karena
terlalu akrab sama mereka berdua, dia keliatannya lebih kesal dari sebelumnya.
Ini, harus cari cara untuk kabur...!
"Eh, maaf! Aku ke toilet dulu!"
"Eh? Kyaa! senpai, lanjutin dong bantal
pangkuannya~!"
Aku berusaha keras untuk menjauh dari mereka berdua agar
nggak bikin Ai-chan makin marah.
Dan, saat aku hendak pergi.
"Aku nggak tahan lagi... Souta bodoh────!"
Ai-chan berteriak sambil melompat ke dalam pelukanku.
"Eh...!?"
Aku bingung dan hanya bisa membeku.
"Eh, eh... Ai-chan...? Ini, apa...?"
"................!"
Ai-chan menempelkan wajahnya ke perutku dan memelukku
dengan kuat. Dia terus memelukku seperti ini tanpa mengatakan apa-apa untuk
beberapa saat.
Eh, eh...? Apa? Tiba-tiba apa...? Aku senang dipeluk sama
oshi, tapi ini terlalu mendadak, aku terkejut. Apalagi, Ai-chan ---
“──Apa kamu marah?”
"...Marah. Wajar kan...?"
Ai-chan menjawab pertanyaanku. Lalu dia menatap wajahku.
"Karena kamu ninggalin aku terus dan cuma bermesraan
sama mereka berdua..."
"Eh...?"
Jadi, alasan dia marah adalah itu...? Bukan karena aku
bermesraan di depan orang lain, tapi karena aku meninggalkannya. Jadi, semacam
cemburu...?
"Nee, Souta! Kamu itu penggemarku, kan? Kamu bilang
kamu mendukungku, kan?"
"Ah, iya... pasti...! Aku dukung Ai-chan..."
"Kalo gitu, lihat aku juga dong? Ah... Aku pengen
kamu cuma liat aku..."
Ai-chan menggenggam erat pakaianku dengan kedua
tangannya.
"Aku gak mau kamu terlalu deket sama anak-anak seiyuu
yang lain..."
"........!?"
Matanya yang tampak kesepian dan sedikit merajuk,
menembus jantungku.
Diminta oleh gadis yang kusukai untuk lebih memperhatikan
dirinya sambil menangis. Apakah ada hal yang lebih menyentuh hati daripada
ini...? Setidaknya, aku tidak tahu apa-apa.
"Ma... maafin aku, Ai-chan! Aku pasti lebih
mendukungmu dari sekarang—"
"—Atau kayaknya... Aku harus melakukan fan service...?
kalo gitu... mungkin aku bisa nunjukin sedikit bagian dadaku...!"
Ai-chan, dengan wajah merah padam, menarik kerah bajunya.
Di sana, terbentuk lekukan yang memikat dari dadanya yang indah—
"Nggak, tunggu, tunggu! Gak usah ngelakuin kayak gitu!
Aku berniat ngedukung kamu pake cara yang normal!"
"Terus, terus...! kalo kamu mau paha, aku bisa ngangkat
rok ini sedikit..."
"Jangan terburu-buru! Gak usah khawatir, aku kan
penggemarmu!"
Sambil mengalihkan pandangan untuk menjaga akal sehat,
aku berusaha keras menyampaikan hal itu kepada Ai-chan.
"Ah, Ai-chan... Ini sepertinya lawan yang tangguh,
ya...?"
"Kayaknya begitu, Souta-kun itu orang yang paling aku
suka... Tapi, aku gak mau kalah gitu saja...!"
"Kalian berdua, jangan cuman nonton, bantuin
tenangin Ai-chan dong—!"
Akhirnya, aku membutuhkan banyak usaha untuk menenangkan
Ai-chan.
※
Setelah kejadian itu. Setelah mengenal suasana kota,
akhirnya kami mulai berlatih.
Pada dasarnya, kami berencana untuk berlatih dialog
audisi masing-masing, tapi karena kami semua bersama, kami memutuskan untuk
berlatih bersama terlebih dahulu.
Untungnya, ada satu adegan di mana setiap dialog audisi
kami masuk, dan kami memulai dari situ.
『Yah,
yaah! Hehe... Tidak buruk sesekali kembali ke masa kanak-kanak seperti ini
dengan bermain di sungai. Sepertinya darah masa laluku bergolak... Yah! Yaah! 』
『Kyaa!?
Tolong berhenti, Chitose-san! ...Ah, kalau kamu begitu, aku tidak akan memberi
ampun... Aku akan menunjukkan kekuatanku, yang dikenal sebagai putri duyung
dari Kota Yamakawa! 』
『Tunggu,
Hinako-chan! kalau kamu seperti itu, pakaian dalamku akan—Kyaa!? Jangan lihat,
Ka-chan! Celana dalamku hari ini tidak lucu! 』
"Oke, cut! Ayo kita berhenti sebentar di sini!"
Untuk merasakan sensasi yang lebih nyata, kami
menghentikan ketiga orang yang sedang berakting sambil berpura-pura saling
menyiram air di sungai sesuai dengan adegan aslinya.
Sekarang mereka sedang memerankan adegan di mana
protagonis dan para heroin, yang merupakan teman masa kecil, bermain di sungai
sambil mengenang masa kecil mereka. Sesekali, saya membaca dialog Katsuya, sang
protagonis, sambil mengamati akting mereka dari luar sungai.
Adegan ini sebenarnya mudah dimainkan oleh ketiganya, dan
semua dialog yang mereka akan baca di audisi termasuk di dalamnya. Itulah
sebabnya saya memilih adegan ini dan meminta mereka untuk memerankannya...
"Senpai, gimana akting Hinako aku...?"
"Aku juga, gimana cara meranin Chitose-chan biar
lebih baik?"
"Akting Mikoto aku juga masih jauh dari sempurna
ya...?"
Ketiganya bertanya kepadaku yang mengamati akting mereka.
Aku berpikir sejenak sebelum memberikan pendapat jujur.
"Yah... udah bagus sih dari awal, tapi mungkin bisa
lebih alami lagi."
"Alami, ya?"
"Ya. Aku pengen kalian menggali, mahamin peran dan
emosi karakter dengan baik, lalu mengekspresikannya secara langsung. Kalo
kalian terlalu fokus mau akting dengan baik atau nyiptain suasana tertentu, itu
malah jadi merusak akting."
Pada saranku, ketiganya terlihat terpukau.
"Wah... Souta, kamu emang manajerku yang
hebat...!"
"Lebih mendalam dari yang kupikirkan..."
"Ya. Ngebantu banget."
Yah, setidaknya separuh dari itu adalah ilmu yang kudapat
dari orang lain... Aku berterima kasih telah belajar dari artikel tentang tips
akting yang kubaca di internet. Semua studi ini untuk Ai-chan benar-benar
berharga!
"Jadi, apa itu berarti buat adegan ini, kami harus nunjukin
kesenangan yang lebih alami?"
"Ya. Itu jadi yang terbaik."
Melihat akting mereka saat ini, dari segi bentuk
sepertinya sudah cukup baik. Namun, perasaan benar-benar bersenang-senang
tampaknya kurang terkesan.
"Mungkin... tanpa memikirkan akting atau dialog, mending
kita semua bener-bener bermain di sungai kayak karakter-karakter nya."
Jika kita ingin membangun perasaan, mungkin kita harus
lupa tentang akting. Dalam rekaman sebelumnya juga, ketika Nene-chan dan RInrin
melakukan interaksi yuri dengan Ai-chan, kualitas aktingnya meningkat.
Mengingat kita sudah berada di tempat suci, mungkin baik untuk mengalami
situasi yang sama.
"Ah! Itu ide bagus! Kita udah sampe sini, ayo kita main
sebentar! Kembali ke masa kanak-kanak dan bermain pasti ngebantu kita mahamin
perasaan karakter."
"Tapi, kami gak bawa pakaian renang atau apa pun... jadi
harus gimana?"
"Yhh, kalo kita beneran bersenang-senang, pakaian
kita nanti basah..."
"Jangan khawatir! Yang penting sekarang
bersenang-senang aja dulu!"
Sambil berkata begitu, Nene-chan merendam tangannya ke
dalam air sungai. Kemudian, tanpa ragu, dia menyiramkan air yang dia ambil ke
dua orang lainnya.
"Kyaa!? Dingin!"
"Hey, Nene-san!? Apa yang kamu lakukan!"
"Liat, masih ada lagi nih...?"
Sambil tersenyum, Nene-chan sekali lagi memasukkan
tangannya ke dalam air, membuat dua orang lainnya waspada.
"Ahh! Gak bakal kubiarin kamu ngelakuin lagi! Kalo
udah begini, aku akan melakukannya sebelum kamu ngelakuin lagi padaku!"
"Aku juga gak bakal kalah! Aku akan bertarung!"
"Fufufu♪ Bisa menang lawan aku emangnya?"
Dimulai dengan godaan dari Nene-chan, situasi berkembang
menjadi pertarungan air antara ketiga orang mereka.
Situasi tersebut persis seperti adegan di mana para
heroin dari "Kimizora" bermain di sungai. Jika mereka dapat
memanfaatkan pengalaman ini, maka akting mereka dalam adegan tersebut pasti
akan menjadi lebih alami.
Sambil merasa lega melihat mereka seperti itu... sebuah
insiden terjadi tiba-tiba.
"Uhh, ini! Nene-san, kayaknya sulit buat dilawa—Kyaa!?"
Ai-chan, yang mencoba menjauh dari Nene-chan, tiba-tiba
berteriak dan jatuh.
"Nggak mungkin...!? Ai-chan, kamu gapapa!?"
Dengan percikan air, Ai-chan jatuh ke dalam air. Lebih
lagi, dia tidak bisa segera berdiri dan tampak kesulitan, naik turun di air...
Mungkin dia terjebak di bagian yang dalam!?
"Ugh...! Aku... tolong...!"
Ai-chan bergerak dengan panik, tetapi semakin terbawa
arus.
Sialan! Dia benar-benar tenggelam!
Sungai itu tiba-tiba menjadi dalam dan arusnya cepat di
beberapa tempat. Itulah dimana dia menginjak.
Dengan sekilas, itu hanya terlihat seperti sungai kecil,
jadi mungkin mereka terlalu lengah.
"Tunggu Ai-chan! Aku nyelametin kamu sekarang!"
"Nene-san! Aku juga akan pergi!"
Kedua orang itu bergegas mengejar Ai-chan yang tenggelam.
Namun, mereka tidak bisa mengejar dia dengan berlari di dalam air, dan akhirnya
mereka berubah menjadi berenang, tapi masih saja tidak bisa mencapainya.
Ini tidak baik! Jika aku tidak menyelamatkannya, nyawa
Ai-chan akan hilang!
"Uoooooh!"
Aku melepas jaketku, mengejar dari darat. Kemudian, aku
melompat ke sungai dari depan.
"Ai-chan! Pegang aku—!"
"Ahh... uh...!"
Ai-chan, yang masih tenggelam dan terbawa arus, namun
tampaknya dia melihat saya dan berusaha keras untuk meraih tangan saya. Saya
juga mendekatinya dan meregangkan tangan saya kepadanya.
Dan, akhirnya, aku berhasil menangkap tangannya!
"Ugh... Phuaaaahhhh!"
"Phuah!"
Dengan semua kekuatan, saya menarik tubuh Ai-chan ke arah
dangkal dan menariknya ke darat dari sungai.
"Haah... haah... Kupikir aku akan mati sekarang..."
Sambil berbaring di tepi sungai, Ai-chan dengan susah
payah menata napasnya.
Untungnya, dia bisa berbicara normal. Kupikir dia mungkin
menelan sedikit air, tapi sepertinya tidak ada masalah yang besar.
Syukurlah... berhasil diselamatkan...
"Ai-chan! Apa kamu tenggelam? Kamu gapapa?"
"Apa kamu sadar!? Apa kamu baik-baik aja?"
Kemudian, Rinrin dan Nene-chan, yang naik dari sungai,
berlari ke tempat kami. Melihat wajah mereka yang sangat cemas, aku menunjukkan
jempolku kepada mereka.
Maka, mereka berdua merasa lega.
"Terima kasih kalian berdua, udah khawatir... Sama Souta
juga... Aku selamat..."
"Gapapa. Ini hal yang wajar."
Tidak, namun... aku lega... Situasi tadi benar-benar bisa
menjadi kasus terburuk yang bisa dibayangkan... Kita harus lebih berhati-hati
dari sekarang...
"Kayaknya... mending kita tenangin diri dulu di
tempat teduh... Ai-chan, kamu bisa berdiri sendiri?"
"Ya, aku baik-baik aja..."
Sambil berkata begitu, Ai-chan perlahan mulai bangun.
Namun, jika ada luka di tubuhnya, itu akan menjadi
masalah besar. Mungkin dia terluka karena batu di dalam air.
Dengan pemikiran itu, saya sekali lagi memperhatikan
seluruh tubuhnya.
"Eh...?"
Dan kemudian, aku menyadari suatu fakta penting. Pakaian
Ai-chan basah karena air dan menjadi tembus pandang.
"..........!"
Dia mengenakan kemeja putih sederhana. Karena basah,
pakaian dalam berwarna pink muda itu terlihat jelas.
Tidak... bukan hanya Ai-chan. Kalau diperhatikan dengan
baik, Rinrin dan Nene-chan juga menjadi transparan. Mereka berenang dengan
pakaian mereka untuk menyelamatkan Ai-chan, itulah sebabnya.
Rinrin bahkan lebih parah dengan camisolenya yang terbuka
sehingga bra-nya terlihat jelas, sementara blus Nene-chan menempel erat pada
kulitnya, menonjolkan payudaranya yang besar.
Dan sekarang, aku dikelilingi oleh tiga gadis dengan
penampilan yang begitu erotis...
"Souta...? Kenapa kamu diem...?"
Ai-chan, merasakan ada yang tidak beres dengan
ekspresiku, menatapku dengan kebingungan.
Lalu dia menyadari bagaimana penampilannya sendiri...
"Eh... eeeeeeh!? Gak mungkin!? Pakaianku, tembus...
tembus pandang!?"
Dia panik dan mencoba menutupi tubuhnya dengan tangannya.
Melihat itu, dua gadis lainnya juga menyadari.
"Kyaaa!? Kami juga!?!"
"Oh... ini agak memalukan..."
Rinrin segera memperbaiki camisolenya dan menutupi dada,
sementara Nene-chan memerah dan merasa malu.
Ini tidak baik... aku harus mengalihkan pandanganku...!
Tapi... aku tidak bisa!
"Souta! Jangan liat diem-diem! Aku gak bakal maafin
kamu kalo kamu mesum!"
"Ah, maafin aku!"
Aduh, ketahuan! Aku dimarahi! Aku harus bisa mengontrol
kegelisahanku...!
"Ah... kita harus gimana ini...? Gak mungkin kan
kita kayak gini terus..."
"Iyaa... Kita berencana pulang hari ini, jadi kita gak
bawa baju ganti..."
Memang, dengan pakaian seperti ini akan menjadi
masalah... Meskipun ini bukan musim dingin, tetap saja, mengenakan pakaian
basah untuk waktu yang lama bisa membuat kita masuk angin. Kita harus segera
mengeringkannya...
Saat saya tengah merenung...
"Sebentar... Kayaknya ini kesempatan yang
bagus..."
Nene-chan tiba-tiba berkata.
"Kesempatan yang bagus...? Maksudnya...?"
"Tentu saja, ini kesempatan buat latihan adegan
layanan."
"Eh...?"
Ai-chan dan Rinrin menatap Nene-chan dengan ekspresi
bingung.
"Karena, abis adegan di tepi air di manga aslinya,
ada adegan para heroin basah kuyup di sungai terus berlomba-lomba buat ngedapetin
perhatian dari protagonis, Katsuya, kan? Biasanya, kita malu buat latihan
adegan kayak gitu... tapi kalo situasi ini, kita bisa melakukannya, kan?"
Memang, setelah adegan bermain di air, ada adegan layanan
di mana gadis-gadis itu, dengan pakaian basah dan pakaian dalam yang
transparan, mendekati Katsuya. Situasi ini sangat mirip dengan itu.
"Selain itu, ada juga dialog nakal dalam audisi, dan
jika aku lulus, aku pikir aku akan sering memainkan adegan seperti ini. Jadi,
bukankah lebih baik jika kita berlatih dari sekarang?"
Memang, dalam karya aslinya, ada banyak adegan layanan di
mana tiga heroin bersaing untuk mendapatkan protagonis. Meskipun mungkin
sedikit memalukan, akan lebih baik untuk berlatih.
Tidak, tetapi... tentu saja, mereproduksi itu adalah
masalah...
"Ya, kayaknya itu ide yang bagus... Bagaimanapun
juga, aku udah keliatan malu-malu di depan senpai... Jadi, mungkin kita harus manfaatin
kesempatan ini..."
"K-kalian serius!? Hal nakal kayak gitu, itu gak
boleh! Itu gak sehat! Terus juga, aku gak bisa ngelakuinnya karena malu banget..."
"Tapi, orang yang menang dalam audisi itu orang yang
nggak melarikan diri dari latihan apa pun, kan?"
"…! Iya sih, mungkin ada benarnya... Aku juga, kalo
itu demi lulus, aku mau ngelakuin apa aja..."
Ketiganya menatapku. Tidak, tunggu. Mungkin, alur ini—!
"Jadi, Souta-kun jadi protagonis, Katsuya! Kita bakal
ngegoda kamu kayak di karya asli dari sekarang!"
"Eh, tunggu sebentar! Itu gak baik! Adegan kayak gitu—"
"Senpai, jangan bikin suasana jadi buruk deh! Kamu
harus benar-benar latihan bareng kami, itu tugas senpai!"
Pekerjaan!? Digoda oleh gadis-gadis!?
『Lihat, Katsuya-kun... Kamu bisa melihat payudaraku
sepuasnya, lho...? 』
"Aahh, Nene-chan!? Kamu udah mulai!?"
『Wah,
Katsuya-senpai, kamu cabul, ya~? Kamu begitu tertarik dengan celana dalam kouhai?
Kalau begitu, aku akan memberimu layanan~?』
『Ka-chan!
Hal nakal itu tidak boleh! Kalau kamu benar-benar tidak bisa menahannya, aku
akan menunjukkannya padamu.. 』
Dengan kalimat Nene-chan sebagai awal, dua orang lainnya
juga mulai berakting.
Nene-chan yang menunjukkan payudaranya yang transparan
kepadaku, Rinrin yang mengangkat roknya dan memperlihatkan celana dalamnya. Dan
Ai-chan, yang mengangkat bajunya dan menunjukkan dada yang dibungkus oleh bra
basah dengan cara yang sangat mencolok.
Oh... ohhhh...! Situasi apa yang mewah ini...! Dapat
digoda dengan sepenuh hati oleh seiyuu idola seperti ini...!
Sambil mendekat sedikit demi sedikit dengan ekspresi
menggoda, mereka mengapitku seperti dalam karya asli.
Tidak... ini bukan seperti dalam karya asli. Ada seorang
gadis yang lebih ekstrem dari aslinya...!
『Ka-Ka-chan...
Lihat aku saja... Hah... hah...! 』
"Whaaaa-!?"
Ai-chan berjongkok di depanku, membuka kakinya dengan
sembarangan ke kiri dan kanan.
Itu adalah posisi "M" yang terkenal. Roknya
terangkat, dan celana dalam pinknya terpapar di bawah sinar matahari. Dan tentu
saja, karena celana dalamnya juga basah, bagian paling penting dan memalukan
dari seorang gadis tampak seolah-olah akan terlihat...!
『Kumohon,
Ka-chan... Datang kesini... Aku ingin bersatu denganmu dalam keintiman...! 』
Dengan menambahkan jari telunjuk dan jari tengahnya ke
pangkal pahanya, Ai-chan membukanya ke kiri dan kanan. Matanya, seolah-olah ada
tanda hati yang muncul, sepenuhnya hilang dalam kekasaran.
Tolong, Ai-chan bangun...!
『Bagian
paling memalukan dariku, aku ingin kamu membuatnya merasa baik... hah hah...! 』
"Tunggu, Ai-chan! Jangan buru-buru!"
『Payudaraku,
pantatku, dan area itu semuanya didedikasikan untuk Kacchan... Jadi mari kita
merasa nyaman bersama...? Melakukan banyak hal mesum...? 』
Ini benar-benar seperti masuk ke dalam peran yang
sempurna. Anda telah benar-benar memasuki peran itu.
『Tunggu,
Katsuya-kun. Kamu tidak bisa hanya melihat Mikoto terus. Kamu harus
memperhatikan aku juga, oke? 』
『Menyepelekan
kouhai itu benar-benar tidak bisa diterima dari seorang senpai... Aku harus
membuatmu hanya bisa memikirkan aku saja...! 』
Dua orang lainnya juga terinspirasi oleh Ai-chan, dan
mulai meningkatkan pendekatan mereka.
『Katsuya-kun...
Kamu mau mencicipi tubuhku? 』
"Wah!?"
Nene-chan memegang tanganku. Dan kemudian, dia memaksa
aku untuk menyentuh dadanya. Dada yang sudah berkembang penuh, menjadi bulat
dan besar.
Aku tidak bisa menahan hasratku saat merasakan kelembutan
dan elastisitas yang kuat dari payudaranya yang besar.
『Ah,
bajuku basah dan terasa tidak nyaman. Bagaimana kalau kita buka saja semuanya? 』
Di sisi lain, Rinrin mendekat sambil sengaja melepas
pakaiannya untuk menunjukkannya.
Dia melepas jaketnya, melepas roknya, dan memperlihatkan
dirinya hanya dengan pakaian dalam sambil sengaja menggoyangkan dadanya dan
pantatnya. Dia seolah-olah sedang menantangku.
Hei, semua orang. Bahkan aslinya tidak sampai sejauh
ini...! Ini terlalu berlebihan!
Namun, ketiga orang itu tidak menahan diri dan secara
seragam menunjukkan ketertarikan mereka.
『Katsuya-kun!
Apakah kamu akan menyukaiku...? 』
『Nee
senpai... Bagaimana kalau kita melakukan sesuatu yang tidak boleh? 』
『Aku...
kalau bersama Ka-chan, aku oke... 』
Mereka semakin mendekat, menunjukkan pesona mereka kepada
aku.
Dalam situasi yang ideal dan penuh gairah seperti itu, aku...!
"Uh... oh... fuaaaaaaaaaaaa...!"
Aku sangat bersemangat sampai aku pingsan.
"Eh...? Apa!? Souta!? Kamu kenapa!?"
“Senpai, tolong tetep kuat!”
"Souta-kun!? Apa kamu gapapa!?"
Panggilan mereka perlahan-lahan menjadi lebih pelan. Dan
kemudian aku kehilangan kesadaran.
※
Setelah pingsan akibat godaan dari Ai-chan dan lainnya.
Aku berhasil mendapatkan kembali kesadaran dan meminta
bantuan dari seseorang yang tinggal di rumah terdekat untuk mengeringkan
pakaian basah kami. Wanita tua itu, melihat kami basah kuyup, bahkan meminjamkan
kami shower di rumahnya.
Kebaikan orang-orang di pedesaan dan manfaat alam yang sederhana
namun mengejutkan menyenangkan. Aku bisa merasakan sendiri alasan mengapa
karakter-karakter dalam "Kimi to Mita Sora" sangat mencintai kampung
halaman mereka.
Setelah berterima kasih kepada wanita itu, kami akhirnya
mulai berlatih dengan serius.
『Aku
tidak akan lari lagi! Tidak peduli seberapa sulitnya, atau seberapa tinggi
dinding yang harus kuhadapi, aku tidak akan pernah menyerah! 』
Ai-chan merajut kata-katanya di taman sederhana yang sama
tempat kami makan siang tadi.
Waktu yang tersisa dihabiskan untuk latihan individu, dan
sebagai manajer, aku memeriksa aktingnya.
『Impianku,
aku akan mewujudkannya sendiri! Untuk itu, aku akan meninggalkan kota ini...!
Meskipun siapa pun yang menentangnya! 』
Itu adalah dialog yang direncanakan untuk diperankan
dalam audisi. Dialog dari adegan di mana "Mikoto berbicara kepada
protagonis di taman tentang keputusannya untuk pergi ke Tokyo demi
mimpinya."
『Tapi,
hanya ke Katsuya saja... hanya Katsuya saja... aku ingin kamu selalu
mendukungku... Bahkan jika kita terpisah, aku ingin kamu memikirkanku... 』
Jadi, jika dia tidak bisa melakukan adegan ini dengan
baik, dia tidak akan lulus audisi...
『Karena
aku... aku mencintai Ichinose Katsuya! 』
Setelah mengucapkan dialognya, Ai-chan berhenti bergerak.
Dan setelah beberapa saat, dia menoleh ke arahku dan
bertanya.
"Um... Gimana? Bagus?"
Hari ini, setelah menyelesaikan adegan yang sama untuk
ketiga puluh tujuh kalinya, Ai-chan bertanya dengan wajah lelah.
Dan jawabanku adalah...
"Hmm... Aku masih ngerasa kayak ada yang beda sih.
Ada perasaan gak nyaman yang gak bisa diilangin gitu..."
"Perasaan gak nyaman...? Aku beneran nggak ngerti..."
Ai-chan tampak kecewa dengan pendapatku untuk ketiga
puluh tujuh kalinya.
"Kayaknya... keimutan biasa Ai-chan gak terlalu
keluar... Apa kamu udah berakting kayak biasa? Apa ada sesuatu yang kamu sadar,
berubah gitu...?"
"Gak ada yang spesial sih. Biasa aja. Jujur, kalo
ada sesuatu yang beda, aku pengen tau juga."
Hmm, begitu ya... Tapi, seperti yang aku rasakan selama
latihan bersama tadi... Ada sesuatu yang tidak biasa tentang akting Ai-chan,
sebuah perasaan tidak nyaman seperti bukan dirinya yang biasa.
Sejak pertama kali mendengar Ai-chan memerankan Mikoto
hingga hari ini, aku masih belum menemukan penyebabnya.
"Kamu ngerasa bisa meranin karakter ini dengan
baik...?"
"Eh... Aku...?"
Perasaan pribadi juga penting dalam meninjau kembali
akting. Aku penasaran tentang itu.
"Aku, itu... Jujur sih, aku gak terlalu yakin... Dibandingiin
sama pendahulu, Riko-san, aku ngerasa lebih rendah..."
"Riko-san ya... Emang sih, dia dikenal sebagai
aktris yang baik banget..."
Aizawa Riko, meskipun sekarang sudah pensiun, dulunya
adalah seorang seiyuu papan atas. Secara pribadi, meskipun aku lebih menyukai
suara Ai-chan, tapi jika membicarakan soal kemampuan akting, dia mungkin tidak
akan bisa menandingi Riko-san. Aku juga telah beberapa kali terkesan dengan
adegan pengakuan berbagai heroine yang diperankan oleh Riko-san. Tentu saja,
Mikoto yang diperankan oleh Riko-san juga sangat luar biasa.
"Aku suka akting Riko-san, jadi aku sering nonton
anime 'Kimizora'... tapi kupikir ada perbedaan yang signifikan antara akting
Riko-san di ingatan aku sama akting aku sekarang. Kamu juga mikir gitu kan,
Souta?"
"Itu..."
Dia mengatupkan mulutnya karena kesulitan berbicara, tapi
reaksinya membuat gadis itu menyadari. Dia tampak kecewa dan menundukkan
kepalanya.
"Jadi, jujur, ini agak sulit... Aku seneng sih dapet
peran ini, tapi aku terus mikir, 'Bagaimana aku bisa mengejar Riko-san?'"
"Kayaknya emang sulit kalo langsung ngejar kayak
dia..."
"Tapi setidaknya, kalo aku gak bisa melakukan akting
yang mendekati dia, gak bakal lulus audisi ini, kan? Gak mungkin sutradara pengen
orang yang jauh lebih rendah dari Riko-san."
Itu memang benar seperti yang dikatakan Ai-chan. Terlebih
lagi karena dia adalah heroine utama, pasti ada tingkat kemampuan akting
tertentu yang dibutuhkan.
"Jadi, gimana aku biar bisa lebih mendekati
Riko-san...? Kalo aku gak nemu jawabannya, kita berdua nanti dipecat..."
"Ya bener, tapi... kalo terburu-buru juga gak
baik..."
"Harus segera mendekati orang yang kita
kagumi." Situasi seperti itu bisa menjadi tekanan dan bahkan mungkin
membuat akting Ai-chan semakin buruk.
"Intinya! Sekarang, satu-satunya cara harus terus latihan
sampai aku bisa melakukannya dengan baik...! Aku harus nyoba sedikit lebih
keras buat mendekati Riko-san...!"
"...Betul. Ayo kita lanjutin latihan lagi."
Dengan percaya bahwa akan ada sesuatu yang terlihat
dengan terus melakukan akting, kami kembali melanjutkan latihan.
Namun, sangat disayangkan.
Meskipun sudah waktunya untuk meninggalkan kota ini, akting itu tidak menjadi lebih terasah.
Tidak boleh adanya spoiler, hormati user lainya. Gunakan komentar dengan bijak sebagai tempat berdiskusi.