Sukina ko no shinyu ni hisoka ni semararete iru Chapter 5

Ndrii
0

Bab 5

Musim Panas yang Begitu Panas hingga Membakar



Pov Rento Seko

 

Kami telah memasuki liburan musim panas yang ditunggu-tunggu dan segera datang ke kolam renang, yang merupakan esensi dari musim panas.

 

Kami datang ke kolam renang yang sedikit jauh dari kota kami. Tampaknya baru dibuka tahun lalu, dan dilengkapi dengan atraksi terbaru dan memiliki reputasi yang baik.

 

Saat ini, aku sudah mengenakan pakaian renang dan menunggu kedua orang itu selesai berganti pakaian.

 

Karena tidak ada kelas kolam renang setelah SMP, aku belum pernah melihat Yosaki-san mengenakan pakaian renang. Karena itu, aku tidak bisa tidur dengan baik semalam karena gugup dan bersemangat. Bahkan sekarang, detak jantung ku tidak berhenti.

 

Apa jenis pakaian renang yang akan Yosaki-san kenakan? Imajinasi ku mulai berkembang. Aku memiliki gambaran pakaian renang one-piece yang tidak terlalu mengekspos. Aku sedikit berharap, tapi mungkin lebih aman seperti itu.

 

“Maaf, aku terlambat.”

 

Suara Yosaki-san datang dari belakang. Aku mengambil napas dan berbalik dengan cepat.

 

“Ah ...!”

 

Saat aku melihat penampilannya, aku menelan ludah.

 

Yosaki-san muncul mengenakan bikini dengan aksen putih pada latar belakang hitam. Aku pikir itu desain yang bagus yang membuat kulit putih Yosaki-san bersinar, tetapi aku hampir jatuh karena pakaian renangnya yang cukup berani.

 

“Seko-kun, bagaimana menurutmu?”

 

“Itu luar biasa! Sempurna! Aku pikir dewi telah turun! Aku menyukaimu, maukah kau jadi pacarku!”

 

 “Hehe, itu bagus. Kamu sudah mencoba cukup banyak dalam hal ini, bukan?”

 

Setelah mengucapkan pujian, aku mengakui perasaanku tanpa berpikir. Tetapi kali ini juga, aku gagal dengan mengesankan dan menyedihkan, tetapi ketika aku melihat Yosaki-san tersenyum puas, suasana hati ku yang sedang turun menjadi semakin meningkat.

 

Saat aku terpaku pada pakaian renang Yosaki-san, Hinata-san berdiri di sebelahnya dan mengambil satu langkah maju, dan bertanya dengan rasa takut.

 

“... Bagaimana dengan ku?”

 

“... Eh, Hinata-san juga cocok.”

 

“... Hmph. Itu sangat berbeda dari waktu Misa.”

 

Hinata-san mengenakan pakaian renang yang lucu dengan ruffles, yang juga jenis bikini, tetapi area kainnya lebih besar dari Yosaki-san. Yang mengejutkan adalah bahwa, berbanding terbalik dengan Yosaki-san yang berdiri dengan percaya diri, Hinata-san tampak malu dan merah.

 

Dan ... dadanya besar, aku hampir tidak bisa menahan diri untuk tidak melihat. Aku tidak bisa membiarkan Yosaki-san tahu, dan aku tidak tahu apa yang akan dikatakan Hinata-san

 

“Seko. Jangan terlalu memandangi Misa.”

 

“Bagaimana bisa! Jika itu dilarang, apa gunanya acara kolam renang!”

 

“Kamu bisa menikmatinya dengan normal.”

 

“Hehe. Ini pertama kalinya aku datang bermain di kolam renang dengan teman-teman. Seko-kun, tidak senang?”

 

“Tidak, sangat menyenangkan! Padahal aku belum berenang tapi sudah sangat menyenangkan! Oh, ada seluncuran air. Ayo kita coba!”

 

“Apa itu, seluncuran? Tampaknya menyenangkan. Ayo kita coba.”

 

“... Seperti orang bodoh.”

 

Aku mencoba mengajak Yosaki-san ke seluncuran air, tetapi aku menyadari bahwa Hinata-san tidak mengikuti kami.

 

Ketika aku menoleh, Hinata-san berdiri dengan wajah suram.

 

“Hinata-san. Kamu tidak ikut?”

 

“Ah ... A, aku ikut!”

 

Ketika aku memanggilnya, Hinata-san menjawab dengan senyum cerah dan berlari ke arah kami.

 

“Hei, jangan lari di sepanjang tepi kolam –“

 

“Kyaa”

 

Seperti yang aku khawatirkan, Hinata-san tersandung karena pijakannya basah.

Aku menangkapnya dari depan.

 

 “—Dengar, aku tidak akan mengatakan apa-apa. Kamu orang yang kikuk sehingga kamu melupakan banyak hal.”

 

“U, menjengkelkan. ... Tapi, terima kasih.”

 

Aku terkejut melihat Hinata-san berperilaku lembut di dalam pelukanku. Aku merasakan sesuatu yang lembut menyentuhku sejak tadi dan merasakan detak jantung ku berdebar kencang.

 

“Apa kamu tidak akan melepaskannya?”

 

"Ah!"

 

"......!"

 

Setelah diberitahu oleh Yosaki, kami buru-buru berpisah.

 

Meski udah berpisah dari Hinata-san, sensasi lembut yang aku rasakan tadi masih ada dan detak jantungku tidak berhenti berdebar.

 

Hinata-san sendiri tampak bingung. Biasanya, Hinata-san akan mengutuk dan pergi sebelum Yosaki-san memberitahunya.

 

"Hei, kita mau ke seluncuran kan? Ayo pergi?"

 

"Hm? Oh, iya. Iya, aku juga belum pernah coba, tapi katanya seru banget!"

 

"Oh begitu ya, hehe. Aku jadi penasaran. Ayo, Hinata-san."

 

"Ah, uh-huh. Iya, tapi bisa aja informasi dari Seko itu salah."

 

"Sumber informasiku itu dari TV. Jadi kalo ternyata salah, komplainnya ke stasiun TV aja ya."

 

"Kenapa melempar tanggung jawab sih. Bagi kita, yang kasih informasi itu kamu. Jadi bertanggung jawablah dengan benar ya."

 

Interaksi normal ku dengan Hinata-san sudah kembali. Aku merasa sedikit lega, tapi ada bagian dari diriku yang merasa sedikit kecewa.

 

Meski jumlah pengunjung memang banyak karena liburan musim panas, mungkin seluncuran air yang menjadi daya tarik utama kolam renang ini. Antrian panjang terbentuk di tangga menuju titik awal seluncuran. Karena tidak ada sistem fast pass, kami pun harus mengantri.

 

Tapi, kami bertiga biasanya ngobrol saat ada waktu luang. Jadi, waktu menunggu tidak terasa berat. Jika obrolan berhenti, seseorang akan membawa topik baru dan kita akan semangat lagi, dan seterusnya.

 

Namun, ada satu hal yang berbeda dari biasanya. Yaitu, pakaian kami.

 

Karena itu, aku tidak tahu harus melihat kemana. Aku melihat antrian, atau melihat ke yang lain. Jika aku mencoba berbicara sambil melihat wajah mereka, mataku pasti akan turun. Jadi, aku tidak punya pilihan selain melihat ke tempat lain.

 

Saat kami menghabiskan waktu seperti itu, antrian kami sudah hampir sampai giliran. Rasanya lebih tinggi dari yang aku lihat dari bawah, dan kakiku sedikit gemetar.

 

Kata orang, jika kamu melihat orang yang lebih takut dari kamu, kamu jadi tidak takut. Itu benar, melihat Yosaki-san yang gemetar di depan mataku membuat gemetaranku berhenti dalam sekejap.

 

"Yosaki-san, kamu baik-baik saja?"

 

"Eh, eh. Aku hanya terkejut karena lebih tinggi dari yang kubayangkan."

 

"...Benarkah?"

 

"...Aku mengaku. Sebenarnya aku sedikit takut ketinggian."

 

"Hah? Kenapa tidak bilang? . Kamu mau turun sekarang juga?"

 

"Tidak. Sudah mengantri sampai sini, jadi aku akan mencobanya sampai selesai. Lagipula, kamu yang mengajak karena kamu bilang itu menyenangkan."

 

"Hmm."

 

Alasannya membuatku senang. Ada sesuatu yang menusuk hatiku.

 

"Hehehe. Tanggung jawabmu besar, Seko."

 

"Pasti menyenangkan. Di TV juga bilang begitu, dan semua orang mengantri!"

 

Jika ternyata tidak menyenangkan, aku akan segera mengeluh ke stasiun TV.

 

"Tapi, Hinata-san tampaknya baik-baik saja."

 

"Yaa, aku suka tempat tinggi dan roller coaster."

 

"Roller coaster... Aku ingin mencobanya, tapi sepertinya tidak bisa."

 

"Tidak ada yang tidak bisa! Roller coaster juga ada levelnya, jadi kamu hanya perlu menemukan level yang bisa kamu nikmati! Ayo pergi bersama lain kali, Aku akan menemanimu!"

 

"Benarkah? Hehe, mungkin aku akan mengandalkanmu."

 

Dengan kecepatan berpikir Hinata-san, senyum kembali ke wajah Yosaki-san. Aku sedikit menyesal karena tidak bisa membuatnya tersenyum, tapi senang melihat dia lebih rileks.

 

"Silahkan, berikutnya."

 

Karena dipanggil oleh staff, kami bergerak ke titik awal seluncuran. Pemandangan dari sana memiliki daya tarik yang berbeda dari sebelumnya. Gemetaranku kembali.

 

"Ya, setelah dipikir-pikir, aku..."

 

Yosaki-san mulai gemetar llagi Mungkin sebaiknya dia menyerah. Saat aku berpikir seperti itu,

 

"Jika kamu takut, bagaimana jika kamu meluncur berduaan? Akan lebih tenang jika ada yang menemani."

 

Staff wanita mengatakan itu dan memberi isyarat padaku dengan ibu jarinya. Tentu saja aku mengerti maksud katanya. Hinata-aan tampaknya juga mengerti,

 

"Jadi, Misa. Ayo meluncur bersamaku!"

 

Hinata-san mengatakan itu sambil mengulurkan tangannya ke Yosaki-san. Namun, Yosaki-san hanya memandangi tangan itu dan tidak mencoba meraihnya. Dia tampak ragu. Setelah beberapa detik, Yosaki-san memandangku dan berkata.

 

"Seko-kun, maukah kamu meluncur bersamaku?"

 

"Hah, aku!?"

 

Aku terkejut dengan permintaan mendadak itu. Tentu saja Hinata-san juga terkejut, dia menarik tangannya yang mengambang dan berkata.

 

"Ke, kenapa harus Seko!? Lebih baik denganku, kan? Lihat, kita kan sama-sama cewek, dan aku sama sekali tidak takut, jadi kamu bisa mengandalkan aku──"

 

“Tidak. Aku ingin meluncur dengan Seko-kun. Seko-kun, kamu sedikit takut, kan?”

 

“...Kamu mengetahuinya?”

 

“Iya. Tubuhmu sedikit gemetar. Aku merasa lebih baik mengetahui bahwa aku bukan satu-satunya yang takut. Tapi, jika sekarang aku meluncur bersama Haru, aku akan meninggalkan Seko-kun yang takut sendirian. Aku tidak ingin itu. Lagipula, jika kita berdua yang takut, kita bisa saling membantu, kan?”

 

Dia berkata sambil tersenyum nakal. Itu adalah senyuman yang belum pernah aku lihat sebelumnya, dan jantungku berdetak kencang.

 

“Jadi begitu. Maaf, Haru.”

 

“...Iya! Jika itu alasannya, tidak ada pilihan lain! Sana pergi, penakut!”

 

“Jangan bilang penakut.”

 

Dengan dorongan dari Hinata-san, aku duduk di puncak seluncuran bersama Yosaki-san. Yosaki-san di depan, aku di belakang.

 

Aku berusaha sebisa mungkin untuk tidak menyentuh tubuh Yosaki-san dan menahan berat badan ke belakang, dan meletakkan tangan di samping, ketika staf wanita itu datang dan berbicara dengan senyum nakal.

 

“Baiklah, Mas pacar, tolong peluk tubuh pacarmu. Tolong dukung dia dengan kuat!”

 

“Eh, Yosaki-san bukan pacarku.”

 

“Tidak apa-apa. Anda tidak masalah, kan?”

 

“...Ya. Tidak masalah, Seko-kun. Boleh lebih dekat lagi?”

 

“Hah... Tapi, ini... dengan pakaian ini...”

 

“Orang menghasilkan hormon kebahagiaan yang disebut oksitosin saat mereka bersentuhan dengan orang lain. Sekarang ini adalah tindakan terbaik untuk meredakan ketegangan, kan?”

 

Jika aku diberi alasan ilmiah seperti itu, aku tidak bisa berkata apa-apa.

 

“...Baiklah.”

 

Aku menghela nafas panjang, dan perlahan memeluk tubuh Yosaki-san. Kemudian, bagian tubuh lainnya juga menyentuhnya. Aku merasakan perut Yosaki-san di tanganku. Punggung Yosaki-san di dadaku. Dan bokong Yosaki-san di kakiku sejak tadi.

 

Suhu tubuh kami yang saling bersentuhan perlahan menjadi sama dan merasa seolah-olah tubuh kami terhubung.

 

“...Ini sebenarnya enak.”

 

“...Hah?”

 

Saat aku hendak meminta Yosaki-san untuk mengulangi kata-katanya,

 

“Baiklah! Selamat bersenang-senang!”

 

Staff wanita itu mendorong punggung kami dan kami mulai meluncur. Kami yang memulai dengan kecepatan tinggi, semakin cepat karena dorongan air dan gravitasi, dan semakin mendekati tanah.

 

“Waaaaaaaah!”

 

“Kyaahhhhhhhhh!”

 

Dengan dorongan yang lebih besar dari yang aku bayangkan, aku tak sadar memperkuat pegangan di tubuh Yosaki-san.

 

Kami terus meluncur dan jatuh ke kolam, dan segera berpisah saat mendarat. Aku cepat-cepat mengangkat kepala dari air dan memeriksa keadaan Yosaki-san.

 

Yosaki-san juga bangkit sedikit terlambat dan mengangkat wajahnya dari air. Ekspresinya berbeda dari sebelumnya, tampak gembira dan puas. Kami saling menatap dan mulai tertawa.

 

“Hahaha. Itu sangat mengerikan! Aku tidak tahu bisa secepat itu!”

 

“Hehe. Benar, aku sangat kaget. Huu, ini pertama kalinya aku berteriak keras-keras seperti itu.”

 

Aku ingat bahwa Yosaki-san juga berteriak keras.

 

Karena orang berikutnya akan turun, kami cepat-cepat keluar dari kolam. Saat kami keluar dari kolam, Yosaki-san yang sudah keluar lebih dulu melanjutkan pembicaraannya.

 

“...Aku deg-deg an.”

 

Ekspresi Yosaki-san saat itu, seperti seorang heroine di film.

 

✧ ₊ ✦ ₊ ✧

 

Pov Haru Hinata

 

Aku mengumpulkan keberanian untuk membeli dan memakai baju renang untuk menunjukkannya kepada Seko.

 

Ternyata datang bersama Misa ke tempat Seko adalah kesalahan. Sejak Misa muncul, Seko terus memandangi Misa dalam baju renangnya.

 

"...Bagaimana dengan aku?"

 

Jadi, aku bertanya sendiri. Aku merasa malu, tapi rasa frustrasi dan keinginan untuk dipuji lebih kuat.

 

"Err... Hinata-san juga cocok."

 

"...Hmph. Berbeda sekali dengan saat Misa."

 

Seko melihatku. Dia memandangiku. Dia bilang aku cocok. Sepertinya dia tidak merasa aneh. Aku senang sudah mencoba. Lihatlah lebih banyak Lagi. Aku membeli baju renang ini untukmu, Seko. Aku ingin kamu melihat bagian dada tanpa ragu. Ada ruffles yang lucu, dan juga bunga matahari. Seko, kamu pernah bilang aku cocok dengan bunga matahari, kan? Tolong, lihatlah aku lebih banyak, Seko.

 

Perasaanku terhadap Seko meluap dalam hati. Tapi, itu adalah jalan satu arah.

Aku mengikuti pandangan Seko. Seperti yang aku duga, Seko benar-benar terpesona oleh Misa dalam baju renangnya. Hatiku sakit seolah-olah sedang diperas. Aku tidak suka.

 

"Seko. Jangan terus memandangi Misa."

 

Lihatlah aku, Seko.

 

Mereka berdua terus bercakap-cakap dengan senang, dan berkat usulan Seko, kami memutuskan untuk pergi ke seluncuran air.

 

"...Bodoh."

 

Ternyata, bagi Seko, aku hanya teman baik dari orang yang dia sukai. Pujian yang dia berikan tadi hanya formalitas. Meski aku menantikannya, aku merasa ingin pulang sekarang.

 

Perasaanku semakin muram. Suara orang-orang yang bermain di sekitar terasa mengganggu.

 

Di tengah semua itu, ada suara yang mencapai telingaku dengan jelas.

 

"Hinata-san. Kamu tidak ikut?"

 

Ternyata Seko sudah mulai berjalan. Dan Seko menyadari bahwa aku tidak mengikutinya dan memanggilku.

 

Syukurlah. Seko tidak hanya melihat Misa. Dia juga memperhatikan aku. Seko, aku menyukaimu. Suka. Suka. Sangat menyukaimu.

 

"Ah... A, aku ikut!"

 

Aku menjawab dan dengan sedikit panik berjalan menuju mereka berdua. Lalu, karena lantainya basah, aku tergelincir.

 

Aku pikir aku akan jatuh dan menutup mata menunggu rasa sakit, tapi Seko, yang ada di depan, menangkapku.

 

"Ha. Dengar, aku tidak akan mengatakan apa-apa. Kamu orang yang kikuk sehingga kamu melupakan banyak hal.”

 

"Uh, menjengkelkan. ...Tapi, terima kasih."

 

Aku berbicara dengan nada biasa karena dia mengejekku, tapi kata-kata terima kasih keluar dari mulutku secara alami.

 

Seko menangkapku. Mungkinkah kita sedang berpelukan? Ini membuatku gila. Jantungku seperti akan pecah. Tapi, ketika aku benar-benar merasakannya, aku bisa merasakan kekakuan tubuh Seko. Entah kenapa, ini membuatku merasa aman. Apakah ini yang disebut tubuh pria? Dan, aku tidak tahu bahwa sentuhan kulit bisa sangat menyenangkan. Apa itu karena Seko? Karena orang yang aku suka? Aku ingin tetap seperti ini. Apakah Seko juga merasakannya? Semoga dia tidak keberatan. Aku akan senang jika dia merasakannya. Hei, Seko.

 

Saat perasaanku kepada Seko memuncak, aku terbangun dari lamunanku saat Mosa memanggilku dan aku melepaskan diri dari Seko.

 

Setelah itu, meski kami berada di antrean seluncuran air, aku tidak bisa melupakan kehangatan tadi. Aku ingin menyentuhnya lagi. Perasaan itu berputar-putar dalam diriku.

 

"...Ah"

 

Seko, apakah kamu baru saja melihat dadaku?

 

Seko tampaknya sedang sengaja melihat ke kejauhan. Dia biasanya selalu melihat wajah kita saat berbicara. Tapi dia tidak bisa terus memalingkan muka saat berbicara, jadi saat dia melihat ke arahku, matanya terlihat sedikit menunduk.

 

Kamu boleh terus melihat, Seko. Karen Seko juga laki-laki, kan? Tidak apa-apa. Lihatlah. Lihatlah milikku. Jangan lihat milik Misa. Apa Seko suka yang besar? Punyaku baru-baru ini bertambah besar, lho. Apakah seharusnya aku lebih mengeksposnya? Kali berikutnya aku datang, aku akan bekerja lebih keras lagi.

 

Isi dalam pikiranku sudah sepenuhnya terisi oleh Swko. Aku ingin dia menyadarinya. Aku ingin dia melihatku. Aku ingin dia menyentuhku. Perasaanku terhadap Seko sangat tidak terkendali.

 

Karena itu, aku tidak bisa menyadari perubahan pada Misa. Biasanya aku akan menyadarinya, tapi sepertinya Misa takut ketinggian dan gemetar selama kami mengantri.

 

Aku baru menyadarinya tepat sebelum giliran kami. Aku tahu Misa itu orang yang sangat bertanggung jawab, jadi aku tahu dia tidak akan menyerah karena kesalahannya sendiri.

 

“Jika kamu merasa takut, bagaimana jika kalian berdua meluncur bersama? Akan lebih tenang jika ada dukungan,” kata salah seorang staff. Aku langsung memahami maksudnya dan mengusulkan kepada Misa untuk meluncur bersama. Aku tidak berharap dia menolak. Karena kami sama-sama cewek, aku pikir wajar baginya untuk mengandalkan aku yang tidak takut.

 

Namun, Misa menolak usulan ku dan meminta Seko untuk meluncur bersamanya. Seko bersiap-siap untuk meluncur dengan memeluk Misa dari belakang. Seperti pasangan kekasih.

 

Wajah Seko menjadi merah karena menyentuh tubuh Misa. Dan Misa... dia memiliki ekspresi yang sangat bahagia seperti yang belum pernah aku lihat sebelumnya.

 

Sudah terlambat untuk mengatakannya sekarang. Saat aku ingin mengatakan “Ayo, kita meluncur bersama”, “Baiklah! Nah, selamat bersenang-senang!” teriakan ceria dari staff mengiringi mereka saat mereka meluncur ke bawah.

 

Staff mendekatiku untuk membimbing ku, tetapi ketika melihat wajahku, dia mengernyitkan wajahnya.

 

“Permisi, persiapan untuk meluncur berikutnya...”

 

“Ya. Aku melihat dengan jelas bagaimana mereka melakukannya, jadi aku tahu caranya,” jawabku dengan cepat dan langsung meluncur saat mendengar suara gemetar staff yang mengatakan “S-silakan!”

 

 

Tubuhku terlempar ke dalam kolam di tanah, tapi aku segera berdiri dan melihat ke arah tepi kolam. Aku melihat Seko dan Misa sedang tertawa bersama. Misa mungkin takut sebelum meluncur, tapi sepertinya mereka berdua menikmatinya.

 

... Aku tidak menikmatinya sama sekali.

 

Tapi jika aku mengatakan hal seperti itu, pasti akan merusak suasana. Jadi aku tersenyum dan berkata,

 

“wah, itu cukup menegangkan! Seluncurannya seru sekali”

 

Seko terlihat bingung, tapi kemudian ekspresinya berubah menjadi lega. Aku sangat senang melihat ekspresi Seko berubah tergantung perkataan dan tindakanku. Itu menghangatkan hatiku.

 

“Ternyata reputasinya tidak salah. Bagaimana, informasiku tidak salah kan?”

 

“Hmph. Kamu benar saja untuk kali ini.”

 

“Apa yang kamu katakan?!”

 

“Hehe. Tapi aku benar-benar menikmatinya. Saat aku berpikir itu hanya air di bawah, aku tidak terlalu takut.”

 

“Oh. Jadi, mari kita pergi lagi-“

 

“Aku tidak akan pergi.”

 

Aku mengeluarkan suara yang sangat rendah, bahkan aku terkejut dengan kata-kata ku sendiri. Aku khawatir bahwa itu akan membuat Seko membenciku.

 

Tapi aku benar-benar tidak ingin pergi lagi. Aku ingin menghindari melihat pemandangan seperti itu lagi. Maafkan aku, Seko.

 

“Kau tahu, kita akan menghabiskan banyak waktu mengantre jika kita pergi lagi! Jika kita ingin mencoba yang lain, waktu akan terlalu terbatas!” Aku memberikan alasan sembarangan untuk melindungi diriku sendiri.

 

“... Ah, ya. Baiklah, apa yang kamu pikirkan tentang pergi ke tempat lain? Apakah Yozaki-san juga baik-baik saja?”

 

“Ya. Hehe, hari ini kita akan mencoba banyak hal baru.”

 

“Cara bicaramu sangat menyesatkan!”

 

“Ugh. Seko, apa yang ada di pikiranmu? Mesum!”

 

 

Sambil menggerutu seperti itu, aku merasa lega di dalam hatiku.

 

✧ ₊ ✦ ₊ ✧

 

Pov Rento Seko

 

Musim panas, ada satu lagi hal yang terlintas dalam pikiran ketika mendengar kata itu. Festival musim panas.

 

Di kota tempat tinggalku, setiap tahun di musim panas diadakan festival kembang api dengan skala yang cukup besar. Di sekitar lokasi festival, terdapat banyak warung makanan, dan setiap tahunnya suasana menjadi sangat meriah.

 

Aku menyiapkan sedikit lebih banyak uang dari biasanya dan meninggalkan rumah.

 

Meskipun kali ini kami menggunakan kereta, kami tidak akan bertemu sebelum sampai di tempat. Sepertinya mereka berdua melakukan hal lain sebelum bergabung denganku.

 

Aku tiba di tempat pertemuan dan memberi tahu mereka melalui grup chat bahwa aku telah sampai. Mereka langsung memberikan respons dan mengatakan bahwa mereka juga akan segera tiba.

 

Sambil melihat kerumunan orang yang mengenakan yukata berlalu-lalang, aku merasa ada sesuatu yang familiar dengan situasi ini. Kemudian, aku mendengar seseorang memanggil namaku.

 

“Maaf membuatmu menunggu, Seko-kun.”

 

Aku segera tahu bahwa suara itu berasal dari Yosaki-san.

 

Ketika aku berbalik sambil ingin menjawab, “Aku juga baru saja tiba,” kata-kata terjepit di tenggorokanku.

 

Mereka berdua muncul dengan mengenakan yukata.

 

Yosaki-san mengenakan yukata dengan dasar hitam, rambutnya dikepang menjadi gaya rambut yang diikat ke atas. Karena itu, leher yang biasanya tersembunyi terlihat... sangat menarik. Aku merasa emosi aneh muncul lagi.

 

Di sisi lain, Hinata-san mengenakan yukata dengan dasar putih, dengan pola bunga matahari berwarna kuning yang cocok dengannya. Rambutnya tidak diatur, hanya menggunakan hairpin biasa untuk merapikan rambut depan. Itu adalah pakaian yang sangat cocok dengan kesan polos yang dimiliki Hinata-san.

 

“Seko-kun, jangan terus-terusan memandang dan diam saja... Kau membuatku malu, tahu.”

 

“Ah, maaf...”

 

Karena aku terdiam dan terus menatap pakaian yukata mereka, Yosaki-san yang merah pipi memperingatkanku dan aku meminta maaf.

 

“Aku hanya terpesona... Kalian berdua benar-benar cantik. Kalian seperti menghidupkan sosok wanita Jepang yang elegan. Yosaki-san, aku menyukaimu. Maukah kau menjadi pacarku?”


 “Pujian yang berlebihan. Tapi terima kasih, Seko-kun.”

 

Meski dia mengucapkan terima kasih, pengakuan ku diabaikan seperti biasa.  Dengan kata lain, sepertinya kali ini tidak berhasil juga, jadi aku berubah pikiran dan beralih ke Hinata-san.

 

"Kamu cocok dengan yukata itu. Apakah itu punya sendiri?"

 

"...Sewa,"

 

"Oh, begitu ya. Meskipun itu barang pinjaman, tapi kamu cocok dengan yukata itu. Imut juga,"

 

"T-tapi, itu karena desainnya, bukan?"

 

"Eh?"

 

Saat Hinata-san bertanya seperti itu dengan malu-malu, aku sejenak terdiam. Aku tidak bisa menjawab kata-kata yang terlepas begitu saja dari mulutku, dan Yosaki-san membuka mulutnya.

 

"Tentu saja, desain yukata-nya juga imut, dan Haru yang mengenakannya juga imut, bukan? Seko-kun," kata Yosaki-san sambil mencoba memberikan dukungan.

 

Aku mengangguk setuju dengan kata-kata Yosaki-san, "Ya, benar."

 

Hinata-san memandang Yosaki-san dengan seksama, lalu mengatakan "begitu ya" dengan tersenyum.

 

"Kamu punya selera yang bagus, Seko,"

 

"Hinata-san juga,"

 

Aku menjawab dengan santai karena tahu bahwa itu hanyalah ejekan lelucon. Ini adalah tanda antara kita bahwa percakapan ini sudah selesai.

 

"Baiklah, ayo pergi mengitari stan makanan!"

 

"Ya, aku berharap bisa melakukannya,"

 

"Hehe. Aku pasti akan makan permen apel!" L

 

Masih ada waktu sebelum kembang api ditembakkan. Sambil menunggu, kami mengelilingi stan-stan makanan yang berjejer.

 

Semua makanan di festival terlihat menggoda. Yakisoba yang bahannya tidak banyak, es serut yang hampir gratis jika dibuat di rumah, ayam goreng yang lebih murah dari setengah harga jika dibeli di supermarket. Tanpa sadar, kami membeli dan menikmati makanan-makanan tersebut.

 

Makanan bukanlah satu-satunya daya tarik festival. Ada juga menembak sasaran, menangkap ikan emas, dan lempar cincin. Banyak permainan dengan hadiah.

 

"Aku tidak bisa membawa ikan emas pulang,"

 

"Waktu aku kecil, aku pernah menangkap banyak dan ibuku marah padaku,"

 

"Hehe. Ternyata Haru jago menangkap ikan emas,"

 

"Hehe. Sebenarnya ada trik supaya kantong tidak sobek. Sudut saat menangkap itu penting, tahu..."

 

Sambil Hinata-san dengan senang menceritakan trik menangkap ikan emas, Yosaki-san mendengarkannya dengan tersenyum. Meskipun mereka adalah sahabat, mereka juga terlihat seperti saudara.

 

Suara ceria di sekitar kami. Suara sandal geta yang mereka kenakan. Dan suara serangga musim panas yang bernyanyi. Suara yang seharusnya tidak nyaman, namun terasa nyaman ketika bergabung bersama.

 

Setelah berjalan sejenak, kami menemukan stan permainan menembak. Ketika kami melihat hadiah-hadiah yang ditawarkan, Hinata berseru, "Ini boneka Maru Inu!"

 

"Maru Inu?"

 

"Maru Inu adalah karakter anjing yang memiliki alis yang mencolok! Misa, kamu tidak tahu?"

 

"Maaf. Aku tidak terlalu tertarik dengan anjing... Oh? Tapi aku merasa pernah melihatnya sebelumnya,"

 

Setelah memikirkan sebentar, Yosaki-san tiba-tiba menyadari sesuatu.

 

"Iya. Memang benar. Apakah tidak ada desain yang mirip dengan saputangan yang sering kamu gunakan akhir-akhir ini, Haru?"

 

"Ah... Ya,"

 

Hinata mengiyakan dan sekilas memandangku sebelum melanjutkan kata-katanya.

 

"Hehe. Ya, memang begitu. Itu adalah saputangan favoritku,"

 

"Nee, nee. Bolehkah aku mencoba tantangan ini?"

 

"Aku tidak keberatan,"

 

"Aku akan mendukungmu dari dekat. Berusahalah sebaik mungkin,"

 

"Y-ya!"

 

Hinata-san yang menerima dukunganku dengan tulus, memberikan uang receh 500 yen kepada pria di stan menembak, dan menerima lima korek api dan senjata. Dia mulai mempersiapkan diri.

 

Hinata-san mencoba mengenai boneka berbentuk Shiba Inu yang memiliki alis besar yang mencolok. Boneka ini cukup besar dan bisa dikategorikan sebagai hadiah utama di antara barang-barang yang tersedia.

 

Hinata-san dengan semangat maju ke depan dan mengarahkan senjatanya. Namun, tembakan yang dilontarkan hanya melewati samping boneka.

 

“Sayang sekali.”

 

Dia begitu bersemangat sehingga kekecewaannya terdengar dalam suaranya.

 

Dia mencoba lagi dengan memperbaiki sedikit demi sedikit, namun boneka tidak jatuh dari rak hadiah sebelum peluru corc habis.

 

“...Sekali lagi!”

 

Hinata-san mengeluarkan uang lima ratus yen dari dompetnya dan menukarnya dengan lima peluru corc, lalu mencoba lagi.

 

Namun, pada akhirnya dia tidak berhasil mengenai hadiah tersebut dan menggunakan semua lima peluru tambahan yang dimilikinya.

 

“Ugh...”

 

Dari punggungnya pun terlihat betapa dia merasa frustrasi.

 

Entah karena melihat keadaannya atau terpengaruh semangatnya, saya mengeluarkan uang dari dompet dan memberikannya kepada pria di stan tembak.

 

“Seko?”

 

Dengan suara yang gemetar, Hinata-san memanggil namaku. Tanpa menjawab, Aku fokus dan mengarahkan senjata.

 

Sasaran yang ingin aku tembak sudah ditentukan.

 

Bun, bun, bun, bun.

 

Aku menembakkan keempat peluru, tetapi masih belum berhasil mengenai sasaran.

 

Meskipun sedikit terburu-buru, aku mengambil napas dalam-dalam dan kembali fokus. Satu peluru tersisa. Aku bertaruh semuanya pada satu peluru ini.

 

Bun!

 

Peluru yang aku tembak mengenai dahi boneka... tapi tidak berhasil menjatuhkannya. Aku juga kehabisan peluru dengan mudahnya.

 

Tapi, aku berhasil mengenai dengan satu tembakan terakhir. Aku bisa merasakan perasaannya. Jika aku mencoba beberapa kali lagi, mungkin aku bisa menjatuhkannya.

 

Aku mengeluarkan dompet untuk mendapatkan peluru tambahan. Namun, aku merasa seseorang menarik ujung bajuku.

 

“Sudahlah, Seko.”

 

“... Masih ada kemungkinan kan?”

 

“Itu mungkin hanya kebetulan. Seko tidak perlu memaksakan diri.”

 

Aku berbalik untuk menjawab bahwa aku tidak memaksa diri.

 

Ekspresinya, entah mengapa, terlihat puas.

 

“Tapi, terima kasih. Seko.”

 

✧ ₊ ✦ ₊ ✧

 

Pov Haru Hinata

 

Hari ini adalah festival musim panas. Awalnya aku berpikir untuk pergi dengan pakaian biasa, tapi karena Misa mengatakan dia akan mengenakan yukata, aku juga memutuskan untuk mengenakannya dan segera memesan sewa di toko yang sama dengan Misa.

 

Seperti yang kuduga, Misa terlihat cantik dengan yukata nya. Sebelumnya baju renangnya hitam, kali ini yukatanya juga hitam. Mungkin karena kulitnya yang transparan, dia terlihat bersinar di tengah kegelapan. Dan dia.... Terlihat sangat menawan.

 

Tentu saja, Seko memuji penampilan yukata Misa. Seko selalu memuji Misa, tapi cara pujian hari ini... terasa berbeda, terasa lebih bersemangat, dan aku tidak suka itu.

 

Aku seharusnya memilih sesuatu yang lebih dewasa. Kali ini juga aku memilih karena tertarik pada pandangan pertama, tapi sepertinya memang terlalu kekanak-kanakan ya. Sambil memikirkan hal itu, aku melihat yukata yang aku kenakan.

 

“Kamu cocok dengan yukata itu, Hinata-san”

 

Setelah Seko memuji Misa, dia juga memuji diriku.

 

Seko memujiku. Dia mengatakan bahwa yukata lucu ini cocok padaku. Aku senang. Aku senang memilih ini. Karena aku tidak secantik Misa. Jika aku tidak mengenakan yukata yang lucu seperti ini, Seko tidak akan memujiku. Tapi aku senang memakainya hari ini. Aku ingin Seko memujiku lagi. Aku menyukai Seko. Aku akan mengenakan sesuatu yang berbeda lain kali. Aku ingin tahu apa yang diinginkan Seko. Aku akan mengenakan apa pun yang dia inginkan.

 

"Itu punya sendiri?"

 

"...Sewa."

 

"Oh, begitu. Meskipun itu barang pinjaman, tapi kamu cocok dengan yukata itu. Imut juga," kata Seko.

 

"T-tapi, itu karena desainnya, bukan?" kataku canggung.

 

"Eh?"

 

Setelah aku mengeluarkan sedikit keberanian dengan pertanyaan yang agak menantang, Seko terdiam.

 

Aku merasa gugup karena telah bertanya hal aneh. Tapi aku ingin tahu. Dari mulut Seko. Dia mengatakan bahwa aku imut.

 

"Tentu saja, desain yukata-nya juga Ikut, dan Haru yang mengenakannya juga imut, bukan? Seko-kun," kata Misa seolah-olah menjawab pikiranku, dan Seko mengangguk menyetujuinya.

 

Meskipun tidak langsung, hatiku melonjak ketika Seko mengatakan bahwa aku imut. Tapi, sejujurnya, aku ingin mendengarnya langsung dari mulut Seko.

 

Tidak ada gunanya merasa sedih. Jadi, aku memfokuskan diri menikmati festival. Saat aku makan hidangan yang terlihat enak, perasaanku mulai menjadi bahagia.

 

"Oh!"

 

Aku menyadari bahwa di stan permainan menembak, ada boneka Maru Inu.

 

Boneka Maru Inu yang dijual di sana adalah edisi terbatas yang sulit didapatkan sekarang.

 

Aku benar-benar ingin mendapatkannya. Dengan semangat itu, aku mencoba menembak, tetapi tidak ada satu pun yang kena.

 

Meskipun aku tidak yakin dengan kemampuanku di permainan menembak, aku pikir dengan semangat seperti ini, tidak masalah jika terjadi keajaiban. Tapi, kenyataannya tidak seperti itu.

 

Tidak peduli seberapa banyak aku berharap, ada hal-hal yang tidak bisa aku dapatkan. Entah mengapa, itu membuatku merasa sakit di dada.

 

Ketika aku hampir menangis, Seko mulai mencoba permainan menembak juga. Sepertinya dia juga mengincar boneka Maru Inu.

 

Berjuanglah. Sambil memberikan dukungan dengan segenap kekuatanku di dalam hati, aku mengamatinya.

 

Pada akhirnya, dia hanya berhasil mengenai satu tembakan terakhir, tapi Seko juga tidak bisa menjatuhkan boneka Maru Inu.

 

Aku menahan lengan Seko saat dia ingin mencoba lagi.

 

Memang benar bahwa aku tidak bisa mendapatkan boneka Maru Inu. Tapi hatiku merasa puas. Aku senang bahwa Seko berusaha keras untukku. Aku merasa bahwa aku mendapatkan apa yang aku inginkan.

 

"Terima kasih, Seko."

 

Aku mengucapkan terima kasih, dan Seko terlihat bingung sejenak sebelum akhirnya terlihat malu.

 

Kami berjalan sedikit lagi setelah meninggalkan stan permainan menembak, dan Misa berhenti di depan sebuah stan tertentu.

 

Ada lima pin kayu yang ditumpuk seperti piramida di atas meja, dan jika kamu bisa menjatuhkan semuanya dengan melempar bola seperti dalam permainan bowling, kamu bisa mendapatkan hadiah. Sepertinya Misa akan mencobanya, dia membayar kepada pemilik toko dan menyerahkan bola yang diterima ke depan Seko.

 

“Seko-kun, bisakah kamu mencobanya untukku?”

 

“Aku?”

 

Seko melirik ke arahku. Aku segera mengerti maksudnya. Dalam jenis permainan seperti ini, seharusnya aku yang lebih cocok. Tapi Misa meminta bantuan Seko. Kenapa?

 

“Ya. Aku ingin meminta tolong pada Seko-kun. Tidak apa-apa, kan?” kata Misa dengan sedikit keraguan.

 

Jangan bertanya seperti itu, Misa. Karena...

 

“Yosh! Percayakan padaku!”

 

Dia diberi dua bola. Jika dia bisa menjatuhkan semuanya dengan satu lemparan, dia akan mendapatkan hadiah besar, dan jika dengan dua lemparan, dia akan mendapatkan permen.

 

Seko yang penuh semangat memutar bahu. Aku hanya memandang punggungnya.

 

“Strike! Selamat!”

 

Pemilik toko memberi tahu bahwa Seko berhasil dalam tantangannya dengan suara keras.

 

“Kamu berhasil, Seko-kun!”

 

Misa memberi pujian dengan suara yang lebih tinggi dari biasanya, mengangkat kedua tangannya. Seko merespons dengan menggabungkan kedua tangannya dengan lembut dengan kedua tangan Misa.

 

Misa mendapatkan boneka karakter kucing sebagai hadiah dan memeluknya dengan penuh perhatian.

 

...Curang. Curang. Curang. Curang. Curang.

 

Dia dengan mudah mendapatkan sesuatu yang aku inginkan, meskipun aku juga menginginkannya.

 

Sebagai sahabat, aku tidak boleh merasakan perasaan seperti ini.

 

Sebenarnya, aku iri padanya, dengan segenap hatiku.

 

“Hinata,”

 

aku dipanggil dan tiba-tiba sadar. Ada permen apel di hadapanku.

 

“Kebetulan dijual di sebelah sana. Ayo kita coba ini,”

 

“Eh...”

 

“Yah, itu karena. Karena kita tidak berhasil di permainan menembak tadi,”

 

Dengan tulus, aku menerima permen apel yang ditawarkan. Jadi, permen apel ini adalah penggantinya.

 

Meskipun begitu, meskipun itu pengganti, hatiku merasa puas.

 

Seko memang curang. Dia dengan mudah memainkan perasaanku.

 

Tapi, aku mencintainya.

 

✧ ₊ ✦ ₊ ✧

 

Setelah selesai makan permen apel, kami berdua, di bawah bimbingan Seko, melewati jalan pintas di gunung untuk pergi ke sebuah kuil kecil dekat tempat festival, di mana kami bertiga akan menonton pertunjukan kembang api yang spektakuler bersama.

 

"Ternyata ini adalah tempat yang tidak banyak diketahui orang. Tentu saja, sumber informasinya adalah Oda-san,"

 

Selama perjalanan, Seko dengan wajah penuh percaya diri mengatakan hal seperti itu. Meskipun informasi itu datang dari Ota-kun, entah kenapa Seko terlihat sangat bangga, aku dan Misa tertawa kecil mendengarnya

 

Kami tiba di halaman kuil. Memang tidak ada banyak orang di sini, tetapi tempatnya sangat bagus untuk melihat kembang api dengan jelas.

 

Kami berdiri berdampingan dengan kuil di belakang kami, menunggu kembang api meledak di langit malam. Kemudian, suara dentuman terdengar dan cahaya terang mekar di langit, diikuti dengan suara besar yang menggetarkan hati.

 

"Indah, ya,"

 

"Ya, benar,"

 

Aku bisa mendengar suara kagum dari kiri dan kanan. Aku setuju dengan mereka dengan menganggukkan kepala dan melihat ke atas bersama-sama.

 

Aku selalu berada di antara Seko dan Misa. Jadi Seko berada di sebelahku sekarang, dan ketika aku melihat ke samping, aku melihat Seko yang terlihat terkesan dengan melihat langit malam.

 

Saat ini, Seko sedang terpesona dengan kembang api. Jadi dia seharusnya tidak menyadari keberadaanku.

 

Diam-diam, aku meraih ujung baju Seko dengan sangat hati-hati, hanya sedikit menariknya. Aku berusaha agar Seko tidak menyadarinya.

 

Dengan begitu, rasanya seperti kami hanya berduaan di sini.

 

Waktu terasa menjadi lambat. Aku ingin terus seperti ini selamanya.

 

Kilatan cahaya melintas di sudut pandangku. Tapi aku tidak memperhatikannya, aku terpesona dengan Seko yang terlihat terkesan.

 

Suara dentuman menggetarkan seluruh tubuhku. Apakah itu suara kembang api atau detak jantungku sendiri? Aku tidak bisa membedakan lagi.

 

Seko. Seko. Seko. Seko. Seko. Seko.

 

Aku tidak tahu berapa kali aku mengulangnya. Pikiranku penuh dengan Seko, dan aku tidak bisa memikirkan hal lain.

 

Karena itu, aku bahkan tidak menyadari bahwa pertunjukan kembang api sudah berakhir.

 

"Hina?"

 

"Uh!?"

 

Aku dipanggil oleh Misa dan dengan cepat menarik tanganku kembali ke sisiku.

 

Aku berbalik perlahan ke arah suara itu. Misa terlihat heran saat melihatku.

 

Apakah dia melihat apa yang baru saja terjadi? Apakah dia melihat aku memegang ujung baju Seko? Apakah dia melihat aku terpesona dengan wajah Seko?

 

Apakah dia tahu bahwa aku menyukai Seko?

 

Saat panik, aku segera mengambil tindakan sebelum Misa mengucapkan kata-kata lain.

 

"Ah, ya, pertunjukan kembang api sudah berakhir, kan! Oh iya, aku belum makan permen kapas! Mungkin masih ada stan yang buka, jadi aku akan pergi membelinya!"

 

"Hei, Hinata-san!"

 

Aku bisa mendengar suara Seko saat aku hampir berhenti sejenak, tapi aku tetap berlari menjauh dari tempat itu seolah-olah aku sedang melarikan diri.

 

✧ ₊ ✦ ₊ ✧

 

Pov Rento Seko

 

Tiba-tiba, Hinata-san berlari pergi, dan aku hanya bisa menatap punggungnya dengan bingung. Meski dia mengenakan sandal geta, aku sedikit khawatir kalau dia jatuh saat berlari. Ah, sepertinya dia sedang pergi membeli permen kapas.

 

"Karena kembang api sudah selesai, mungkin kita juga harus pergi,"

 

Kita tidak punya urusan di sini lagi, jadi saat aku mengusulkan untuk mengejar Hinata-san, Yosaki-san memintaku untuk menunggu

.

Aku menoleh dan berhadapan dengan Yosaki-san.

 

"Haru akan kembali ke sini, 'kan? Jadi, tidak akan jadi masalah jika kita berpapasan,"

 

"Hmm, memang sih. Tapi kita bisa berkomunikasi lewat ponsel, kan?"

 

"Area kios pasti ramai dengan banyak orang, jadi aku rasa akan sulit untuk bertemu. Jadi, Seko-kun. Mari kita tinggal di sini sedikit lebih lama... hanya kita berdua."

 

Hanya berdua. Saat Yosaki-san mengatakannya, aku menyadari kembali situasi saat ini. Malam musim panas. Setelah menyaksikan kembang api. Dalam situasi tanpa ada orang lain di sekitar, hanya kami berdua, orang yang aku sukai.

 

"Ne, Seko-kun," kata Yosaki-san, melangkah mendekat padaku. Dengan begitu, ruang di antara kami menghilang—ruang yang selalu diisi oleh orang lain.

 

Sekarang rasanya seperti kami benar-benar hanya berdua. Tiba-tiba detak jantungku meningkat. Aku merasakan kegelisahan yang tak pernah ada sebelumnya.

 

"Kembang api itu indah, 'kan?"

 

"Ah, iya."

 

Dia secantik kembang api itu. Aku memikirkan kata-kata klise itu. Tapi, tentu saja merasa terlalu malu untuk mengatakannya, jadi aku diam saja.

 

Tapi... mata Yosaki-san yang menatapku membuatku buka suara.

 

"Yosaki-san juga cantik.”

 

Yosaki tersenyum tipis dan berkata,

 

"Ceritakan secara spesifik padaku."

 

Aku sedikit bingung, tapi kata-kataku mulai mengalir dengan lancar.

 

"Aku sudah bilang tadi, tapi yukatamu itu benar-benar cocok. Warna hitamnya sangat elegan dan aku rasa itu pas banget untuk Yosaki-san. Atmosfernya juga hebat, dan gaya rambut yang kamu pilih itu cocok dengan yukata, sangat cantik. Aku pribadi suka sekali dengan cara kamu mengikatnya. Dan... Yosaki-san yang disinari cahaya malam memberikan kesan luar biasa dan menarik."

 

Setelah aku mengungkapkan semua itu, Yosaki-san mengangguk kecil dan tersenyum lebar seperti bunga yang mekar.

 

"Aku senang mendengarnya,"

 

Lalu, dia melangkah setengah langkah lebih dekat lagi padaku. Sekarang, hanya boneka binatang yang dia pegang yang memisahkan kami.

 

Detak jantungku seolah bisa merambat melalui boneka itu hingga sampai kepadanya. Kekhawatiran itu tiba-tiba muncul dan detak jantungku semakin kencang.

 

Denyutan yang teratur. Namun, ada perubahaan yang aku rasakan. Ada sesuatu yang berbeda campur di situ—bukan hanya detak jantungku.

 

"Seko-kun,"

 

—Apakah tidak ada lanjutannya?

 

Itulah yang sepertinya dikatakan mata Yosaki. Lanjutannya, apa itu? Aku memang belum menceritakan semua pesona Yosaki-san karena memang masih banyak. Tapi, rasanya bukan itu yang diinginkannya.

 

...Ah.

 

Tapi, tunggu. Aku sudah melakukannya sekali hari ini. Hanya satu kali sehari. Itu aturan yang aku tetapkan untuk diriku sendiri, supaya tidak merepotkan Yosaki-san. Aku tidak pernah melanggarnya.

 

Namun, kali ini rasanya bisa dimaklumi. Rasanya tidak akan merepotkan. Lebih lagi... sepertinya itulah yang diinginkannya.

 

Semua itu benar-benar khayalan egoisku. Dia tidak mengatakan apa-apa. Hanya aku yang terbawa oleh suasana dan menginterpretasikan semuanya untuk memenuhi keinginanku sendiri.

 

Walaupun aku tahu itu, mulutku tetap tidak bisa menahan diri. Seolah ini adalah kesempatan yang tepat.

 

"Yosaki-san. Aku, aku menyu—"

 

✧ ₊ ✦ ₊ ✧

 

Pov Haru Hinata

 

"Haa... haa... haa..."

 

Aku berhenti di tempat yang agak jauh dari jalan yang dipenuhi dengan stan-stan, mengambil napas dalam-dalam, lalu menghela nafas panjang.

 

Mengapa aku melarikan diri? Meskipun mereka melihatku, kami masih bisa bertemu lagi nanti. Aku melarikan diri dari tempat itu dengan berbohong bahwa aku pergi membeli permen kapas.

 

Mungkin Seko dan Misa akan curiga jika aku tidak membawa kembali permen kapas. Tapi sebenarnya aku tidak ingin makan.

 

Tidak apa-apa. Setidaknya aku harus membelinya dan kembali ke tempat mereka... Ah.

 

Ya, sekarang Seko dan Misa sedang sendirian. Aku meninggalkan mereka dan mereka menjadi berduaan.

 

Sebenarnya, situasi seperti ini bukanlah sesuatu yang terjadi hanya hari ini. Di karaoke pun, ketika aku pergi mengambil minuman dari meja minuman, situasinya akan sama.

 

Tapi, hari ini rasanya berbeda. Meskipun tanpa alasan yang jelas, aku merasa bahwa aku tidak boleh meninggalkan mereka sendirian. Indera keenamku memberi peringatan.

 

Aku berbalik dan berlari kembali dengan putus asa. Aku berlari lebih cepat dari saat aku melarikan diri dari tempat itu, menuju ke tempat mereka.

 

Kaki ini sangat sakit karena aku mengenakan sandal geta. Tapi aku tidak peduli dan terus berlari sekuat tenaga.

 

Kemudian, aku melambat saat aku kembali dekat. Suasana di antara mereka berdua yang terkena cahaya bulan terasa aneh.

 

Seko berusaha keras untuk menyampaikan sesuatu kepada Misa. Aku tidak bisa mendengar isi pembicaraannya, tapi aku mengenal ekspresi itu dengan baik. Mungkin dia sedang menceritakan pesona Misa dengan penuh kekaguman. Sangat, sangat, sangat iri.

 

Setelah Seko selesai berbicara, Misa menampilkan ekspresi yang terpesona dan mendekati Seko.

 

Jarak antara mereka berdua semakin dekat. Tidak ada celah untukku menyelinap di antara mereka.

 

Mereka saling menatap dalam jarak yang sangat dekat. Misa tampak menunggu sesuatu. Seko tampak seperti akan mengucapkan sesuatu.

 

Tubuhku memberikan peringatan. Peringatan yang lebih jelas, bahwa ini berbahaya.

 

Aku tidak tahu. Aku tidak tahu. Aku tidak tahu. Aku tidak ingin tahu.

 

Atmosfer di antara mereka berdua. Wajah kemerahan Misa. Kata-kata yang akan diucapkan oleh Seko. Semuanya tidak kumengerti.

 

Jantungku sakit. Kaki juga sakit. Tapi aku tahu bahwa jika aku tidak bergerak sekarang, aku pasti akan menyesal. Itu yang aku pahami.

 

Aku berlari kembali, menuju ke tempat mereka dengan cepat.

 

“Yosaki-san. Aku, aku menyu—"

 

"Maaf, aku kembali... huh!?"

 

Sebelum kata-kata Seko terucap, tali getaku putus dan aku hampir jatuh ke depan karena kecepatan berlari.

 

Aku merasakan sensasi ini sebelumnya, jadi aku memperkirakan benturan yang akan datang dan menutup mataku.

 

Namun, itu tidak terjadi.

 

"Hinata... sepertinya kamu memang ceroboh,”

 

kata Seko sambil tersenyum saat aku membuka mataku. Aku tahu bahwa Seko menerimaku seperti saat di kolam renang, dan denyut jantungku berdetak lebih kencang. Sangat kencang hingga hampir meledak.

 

Tapi rasa sakitnya telah hilang tanpa kusadari.

 

"Uh, berisik sekali. Tali getaku putus,"

 

"Oh, benar. Wah, jari-jarimu jadi merah banget. Bisakah kamu berjalan dengan ini?"

 

"... Aku tidak tahu."

 

"Kamu tidak tahu? Yah, mungkin itu sulit... Hmm."

 

Seko merentangkan lengannya dan menggerutu. Sepertinya dia sedang memikirkan sesuatu untukku.

 

"Haru, aku akan meminjamkan bahuku padamu."

 

"Ah, maaf."

 

"Tidak apa-apa. Tidak nyaman berjalan tanpa ada dukungan, kan?"

 

Misa tersenyum lembut. Senyumannya membuatku merasa bersalah.

 

Tapi, saat aku menyadarinya, suasana aneh tadi telah hilang.

 

 “Ini akan menjadi sedikit lebih baik, tapi masih sulit untuk berjalan...Ah, benar.”

 

 

Seko mengeluarkan suara seperti sedang memikirkan sesuatu, lalu dia berjongkok membelakangiku.

 

Aku segera mengerti maksud dari tindakannya itu, dan dadaku berdegup kencang.

 

“Yoshi koi.”

 

“... Apa tidak masalah?”

 

“Ini yang paling rasional. Stasiun cukup jauh, dan aku tidak keberatan. “

 

“... Ya, benar.”

 

Aku dengan ragu menempatkan tangan di bahu Seko, dan kedua kakiku diletakkan di samping tubuh Seko. Seko dengan enggan meletakkan lengannya di sekitar kedua kakiku dan berdiri. Pandanganku menjadi lebih tinggi.

 

“Ah. Maaf Hinata-aan, bisa dekat lagi?”

 

“... Berat?”

 

“Bukan itu yang aku maksud. Aku hanya ingin agar lebih stabil.”

 

“... Mesum.”

 

“Woi, aku akan menurunkanmu.”

 

“Tidak mau.”

 

Aku memeluk erat punggung Seko, seperti berpegangan erat padanya. Tubuh Seko merespons dengan sedikit kejutan.

 

“Baiklah, kita pulang.”

 

Dengan suara yang tersisir dari Seko, kami berangkat pulang.

 

“Seko-kun, jangan terlalu memaksakan diri.”

 

“Aku baik-baik saja. Aku lebih kuat dari yang kau kira.”

 

“... Ya. Tapi aku ingin kamu beristirahat.”

 

“Ya, benar. Aku tidak ingin Hinata-san terluka jika aku terjatuh karena memaksakan diri.”

 

“... Ya. Ngomong-ngomong, Haru. Kemana permen kapas yang kamu beli?”

 

“Eh... Ah, ya, tokonya sudah tutup. Aku tidak bisa membelinya.”

 

“Itu sangat disayangkan. Padahal kau pergi begitu terburu-buru.”

 

“Ya.”

 

Apakah itu mengecewakan? Tidak, sama sekali tidak. Karena, Seko, aku bahagia saat ini. Sebenarnya, aku tidak benar-benar ingin makan permen kapas. Aku berlari, tali sandalku putus. Berkat itu, aku bisa berada di sini, menempel pada Seko. Bergantung padanya.

 

Hangat. Bahkan bagian yang tidak menyentuh punggung Seko juga terasa hangat. Dadaku juga terasa hangat.

 

Aku tidak ingin kehilangan kehangatan ini. Aku tidak ingin memberikannya kepada siapa pun. Aku ingin memilikinya hanya untuk diriku sendiri.

 

Seko. Aku mencintaimu. Aku menyukaimu. Aku benar-benar menyukaimu. Aku tidak butuh yang lain, aku hanya ingin kamu.

 

Tapi, bagaimana dengan Seko? Apakah kamu menyukaiku juga?

 

Jika aku memberikan diriku, apakah Seko akan memberikan dirinya padaku juga?

 

Hei, Seko.



BAB SEBELUMNYA=DAFTAR ISI=BAB SELANJUTNYA

Post a Comment

0 Comments

Tidak boleh adanya spoiler, hormati user lainya. Gunakan komentar dengan bijak sebagai tempat berdiskusi.

Post a Comment (0)
Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !