Soshiki no Shukuteki to Kekkon Shitara Mecha Amai V3 chap 4

N-Chan
0

Episode 4


‘Ooooooooooooooooooo!!!!!! Kenapa harus ke rumah sakit!!! Gnaaaaaaaaaaaaaahhhhh’



Dengan cakar mencengkeram sofa, Nyan-kichi mengomunikasikan niatnya dengan suara death metal.

 

Nada suaranya seperti setiap dialog, termasuk tanda seru, diberi tanda kutip.

 

"Menyerahlah! Ini cuman pemeriksaan kesehatan, tidak ada yang menyakitkan! Kamu bisa makan makanan kucing paling mewah waktu kita pulang, jadi masuklah ke tas jinjingmu!"

 

‘Ba? Baiklah kalau begitu, aku akan pergi...?’

 

"Betul! Kita cuman mau menimbang berat badanmu dan kemudian memberimu beberapa suntikan!"

 

‘Tapi aku tidak mau jarum suntik aaaaaaaaaaaaaaaa...’

 

"Ah, sial! Ritsuka, padahal aku hampir berhasil menipunya!"

 

"Maaf, maaf."

 

Kami baru saja kembali dari minimarket dan hendak membawa Nyan-kichi ke klinik hewan, tapi seperti yang dilihat, beginilah keadaannya. Nyan-kichi tidak terlalu membenci klinik hewan itu sendiri, tapi dia sangat Nyan-kichi 'tindakan yang melibatkan jarum suntik' seperti vaksinasi. Jadi, begitu dia merasakan gelagatnya, dia akan melawan dengan sekuat tenaga.

 

Yah, kurasa tidak ada hewan yang menyukai rumah sakit atau jarum suntik, dan ini adalah hal yang biasa terjadi di rumah tangga pemelihara kucing. Tapi, meskipun sekecil ini, saat mengamuk, kucing ini cukup merepotkan.

 

Lebih baik minum seribu jarum dan mati daripada disuntik di rumah sakit, nya!!

 

"Itu 999 jarum lebih banyak..."

 

"Rou-kun, apa yang Nyan-kichi katakan?"

 

"Lebih baik minum seribu jarum dan mati daripada pergi ke rumah sakit... eh?"

 

"Hee. Jadi itu sebabnya kamu bilang 999 lebih banyak~"

 

Ritsuka bertanya dengan santai, jadi aku menjawabnya dengan jujur.

 

Aku masih belum memberi tahu Ritsuka kalau aku benar-benar bisa berbicara dengan Nyan-kichi. Tapi, pertanyaannya barusan seperti berasumsi bahwa aku bisa berkomunikasi dengannya...?

 

"Ritsuka, maksudmu barusan—"       

 

"Ah, Aki-chan-san pernah bilang. 'Sebaiknya kamu mengikuti tindakan aneh suamimu sebisa mungkin'. Jadi, Rou-kun, jangan khawatir dan teruslah mengobrol dengan Nyan-kichi, oke?"

 

"Aku sudah dianggap melakukan tindakan aneh...?"

 

Ritsuka yang sebelumnya hanya tersenyum melihatku dan Nyan-kichi, sekarang tampaknya menganggapku benar-benar bisa bicara dengannya (memang benar sih), dan dia memutuskan untuk menerimanya secara langsung.

 

Kurasa ada satu atau dua teman sekelas yang bilang, 'Aku punya indra keenam yang kuat. Lihat, di belakangmu...' dan mungkin Ritsuka bersikap seperti saat mereka menimpali omongan teman sekelas itu.

 

"Sebenarnya, menurutku, Nyan-kichi itu lebih sering mengeong daripada kucing lain, jadi mungkin dia punya banyak hal yang mau dikatakan. Rou-kun bisa mendengarnya, kan?"

 

"Eh, umm... yah..."

 

"Hebat. Fufu."

 

elus-elus... Ritsuka mengelus kepalaku. Apakah ini naluri keibuan atau rasa iba?

 

Meskipun begitu, bahkan jika aku mengatakan yang sebenarnya tentang percakapan kami, tidak ada yang akan percaya kecuali Kengo. Sepertinya hanya aku dan Kengo yang bisa mendengar suara Nyan-kichi, sedangkan yang lain hanya mendengar 'nyaa'.

 

Oleh karena itu, Ritsuka menyelesaikan masalah tersebut bukan dengan mempercayai kebenaran yang meragukan yaitu 'suaminya bisa berbicara dengan kucing', tetapi dengan mencintai kenyataan itu sendiri yaitu 'suaminya yang berbicara dengan kucing'.

 

"Apakah itu hebat...?"

 

"Tentu saja hebat~"

 

"Begitu ya~"

 

"Hebat, hebat"

 

‘Ah, mesin kasir administrasinya terjatuh, oooooooooooo’

 

Mana ada plot twist seperti itu. Kalau memang masih sempat, masukkan saja ke dalam kandang.


Kalau begini terus, kami akan terlambat dari jadwal janji temu di rumah sakit. Aku tidak mau bertindak kasar, tapi mau tidak mau, aku mengulurkan tangan untuk memegang tengkuk Nyan-kichi.

 

‘Jangan sentuh akuuuuuuuuu’

 

Nyan-kichi menjulurkan cakarnya dan mencoba mencakar tanganku dengan sekuat tenaga.

 

"Tidak kena."

 

Tapi aku tidak akan semudah itu terkena serangan yang sudah kuketahui. Aku menghindarinya dengan mudah.

 

Lalu, aku mengangkat Nyan-kichi dan melemparkannya ke dalam kandang.

 

‘Oh! Lumayan kuat juga?’

 

"Oke. Ayo pergi, Ritsuka."

 

"Apa kata Nyan-kichi?"

 

"Berangkat ke rumah sakit! Katanya begitu."

 

"Oh, begitu! Dia memang suka keluar rumah!"

 

‘Aku tidak mengatakannyaaaaaaaaaaaaaaaaa’

 

Itu akan menyakiti tenggorokanmu jadi hentikan melakukan itu.

 

Bahkan tampak seperti tiruan Nyan-kichi.

 

Meskipun sedikit repot, kami bertiga akhirnya berangkat menuju klinik hewan.

 

 

Aku rasa ruang tunggu klinik hewan memiliki suasana yang unik. Baik anjing maupun kucing, sepertinya mereka takut dengan suasana di sini dan tindakan yang akan mereka terima, jadi mereka menempel pada pemiliknya atau gemetar di dalam kandang. Semua keluarga tampak serupa. Bahkan, aku merasa ada keajaiban misterius di sini karena tidak ada perkelahian antar hewan peliharaan sama sekali.

 

"Apakah ini Saigawa Nyan-kichi-chan? Silakan tunggu sebentar, kami akan memanggil Anda."

 

"Baik! Terima kasih!"

 

"Saikawa Nyan-kichi-chan..."

 

Awalnya aku hampir tertawa saat resepsionis dengan serius memanggil nama lengkap dan menambahkan "-chan" di belakangnya.

 

Aku sudah beberapa kali ke klinik hewan, jadi aku sudah terbiasa, tapi menurut Ritsuka, "Itu untuk mencegah kesalahan dan kehilangan," jadi sepertinya mereka tidak sedang bercanda. Yah, memang begitu.

 

Ngomong-ngomong, kalau kita dapat obat, di kantong obatnya juga tertulis 'Kepada Saigawa Nyan-kichi-sama'.

 

"Bagaimana keadaan Nyan-kichi?"

 

"Dia diam saja. Setelah tahu perlawanan itu sia-sia, dia jadi tenang."

 

‘.......’

 

"Maaf ya~. Nanti pulang aku kasih cemilan deh?"



‘Digantung di dahi kucing ini adalah kaleng tuna, meskipun ukurannya sangat kecil, aku harus menjalaninya karena aku ingin merasakannya, betapapun manisnya godaan itu, aku tidak punya pilihan selain menerimanya.’

 

"Ah, dia mengeong. Apa katanya?"

 

"...Dia sedang menyanyikan sebuah puisi."

 

"Hee~. Jangan-jangan lagu cinta!"

 

"Yah..."

 

Dia menyanyikan sebuah puisi sih.... Lengkap dengan terjemahan bebasnya....

 

Dia menyanyikannya dengan kesadaran kalau dia adalah seekor kucing, jadi aku sedikit terkejut dengan tingkat pengetahuannya yang aneh, tapi aku tidak bisa menilai apakah itu lagu yang bagus atau tidak.

 

Pokoknya, aku harap dia tetap diam seperti ini saat diperiksa nanti—

 

‘Panas! Panas! Panas!’

 

"Hei! Diamlah sedikit!"

 

"Woi! Kubilang diam saja, masih terlalu dingin untuk berisik!"

 

Bersamaan dengan terbukanya pintu otomatis rumah sakit, suara melengking bergema di ruang tunggu.

 

Seekor burung hitam di dalam sangkar besar tampaknya sudah berteriak sejak sebelum datang.

 

Klinik hewan bukan hanya untuk anjing dan kucing. Kelinci, burung, musang, hamster, dan lainnya juga datang ke sini, jadi terkadang ruang tunggu bisa menjadi seperti kebun binatang mini.

"Ah! Aki-chan-san!"

 

Tiba-tiba Ritsuka berteriak. Karena ruang tunggunya sepi, dia langsung meminta maaf.

 

Pemilik burung hitam itu adalah seorang wanita cantik dengan rambut panjang berwarna cokelat dan berpenampilan intelektual.

 

Dan di sebelahnya, ada seorang pria berpenampilan seperti berandalan dengan baju olahraga hitam dan kacamata hitam berwarna terang.

 

Kukira, wanita cantik itulah 'Aki-chan-san' yang akhir-akhir ini sering disebut Ritsuka dalam percakapan kami.

 

"Eh? Ah, umm..."

 

"...dari perusahaan yang sama."

 

"Ah, aaah! Ritsuka-chan! Kenapa kamu di sini!?"

 

(...?)

 

Entah kenapa, Aki-chan tampak seperti baru mengingat nama Ritsuka setelah berbisik dengan berandalan di sebelahnya. Mereka sering bertukar pesan di ponsel, tapi baru bertemu sekali saat konseling di kantor, jadi mungkin Aki-chan tidak mengingat wajah Ritsuka dengan baik.

 

"Aku di sini untuk pemeriksaan kesehatan Nyan-kichi! Eh, Aki-chan-san juga ke klinik ini?"

 

"Iya. Aku sering memeriksakan Kaku-kaku-- burung beo ini, namanya Kaku-kaku."

 

‘Kau Aki! Kau Aki! Aku Kaku-kaku!’

 

"Wah! Namanya Kaku-kaku-chan! Dia pandai bicara ~"


Jadi burung hitam itu beo. Aku tahu namanya, tapi ini pertama kalinya aku melihat aslinya. Bulunya hitam, paruhnya oranye, dan ada garis kuning di lehernya. Dan yang terpenting, dia sangat cerewet.



"Anu... apakah beliau suamimu?"

 

"Iya! Dia Roushi-kun, panggil saja Rou-kun!"

 

"Senang bertemu dengan Anda. Saya Saigawa Roushi. Saya sudah sering mendengar tentang Anda dari Ritsuka. Sepertinya dia sering merepotkan Anda..."

 

"Tidak sama sekali. Saya Hagusa Aki. Justru saya yang sering merepotkan Ritsuka-chan."

 

"Aki-chan-san, kalau begitu yang di sebelah..."

 

"Benar. Ayo, beri salam."

 

Hagusa-san, eh, Aki-chan menyenggol pria di sebelahnya dengan sikunya.

 

"Aah... aku Iba Youtarou. Aku sudah dengar tentang kalian dari Aki, jadi kalian tak perlu memperkenalkan diri. Aku akan memanggil kalian Saigawa dan istri Saigawa, senang bertemu dengan kalian."

 

"Aduh... sudah kubilang! Youtarou! Jangan bicara seperti itu! Maaf, nanti akan kuberi tahu dia..."

 

Hagusa-san sangat sopan dan berpenampilan elegan, termasuk pakaiannya, tapi yankee ini, Iba-san, justru sebaliknya. Menurut cerita Ritsuka, mereka tinggal bersama tapi belum menikah, dan Ritsuka punya beberapa dugaan tentang seperti apa pria itu.

 

(Tidak cocok... Ah, tidak sopan memikirkan hal seperti itu. Lagipula...)

 

Selera setiap orang berbeda-beda. Ada yang menyukai orang yang mirip dengannya, ada juga yang menyukai tipe yang benar-benar berlawanan. Kami termasuk yang pertama, sedangkan Hagusa-san dan pasangannya termasuk yang kedua.


"...Eh? Iba Youtarou-san. Sepertinya aku pernah melihatmu di suatu tempat..."

 

Ritsuka meletakkan jari di bibirnya, seperti sedang mencoba mengingat sesuatu. Apa mereka pernah bertemu?

 

"Kau tahu, Iba Youtarou.... Itu, kita pernah bertemu di depan tempat pachinko. Bareng pria berambut gondrong dan wanita berkacamata itu. Tak kusangka kau istri Saigawa."

 

"Benar! Yankee yang waktu itu mencoba menangkap orang yang mencuri!"

 

Mungkin saat acara minum-minum itu. Aku tidak ada di sana, tapi kudengar Kayama, Kuri-san, dan Ritsuka terlibat sedikit masalah. Sepertinya ada pencuri di tempat pachinko, lalu yankee itu menendangnya dan menangkapnya, dibantu oleh Kayama.

 

Tak disangka yankee itu adalah Iba-san. Dunia memang sempit....

 

"Jangan seenaknya memanggilku yankee!"

 

"Memang yankee, kan. Selalu berpakaian sembarangan..."

 

"Berisik. Aku cuman berpakaian rapi waktu pergi ke pemakaman atau tempat pachinko. Justru pakaian resmi tempat pachinko itu baju olahraga. Kamus Koujien juga bilang begitu."

 

"Hahaha. Jadi Iba-san punya hobi bermain pachinko?"

 

"...Saigawa. Panggil saja aku Iba, dan pakai bahasa informal saja. Sepertinya usia kita tidak jauh berbeda."

 

"Ah, begitu? Kalau begitu, aku akan melakukannya. Senang bertemu denganmu, Iba."

 

Saat aku mengajaknya berjabat tangan, dia sedikit ragu tapi akhirnya menerimanya.

 

--Berat. Pusat gravitasi dan keseimbangan tubuhnya tidak goyah sama sekali. Dia pasti berlatih sesuatu.

 

"Hei. Jangan cari gara-gara."

 

"Hei! Youtarou, jangan pasang wajah menakutkan! Maaf, nanti akan kuberi tahu dia..."

 

"Kau ini seperti walinya saja!! Jangan bicara seperti itu!!"

 

"Ah, maaf. Mungkin tanganku berkeringat."

 

Aku mengeluarkan sapu tangan dan berpura-pura menyeka keringat di tanganku. Sepertinya dia menyadari sesuatu.

 

Kalau Iba hanya yankee pecandu pachinko biasa, aku tidak akan terlalu memikirkannya.

 

Tapi, pria ini sejak awal menatapku dan Ritsuka dengan tatapan permusuhan. Karena ada Hagusa-san, dia mungkin tidak akan menyerang, tapi aku tetap waspada. Apakah dia orang biasa?

 

‘Aaah... Geki-atsu!! Geki-atsu!!’

 

"Oh, kau bisa mengucapkannya. Benar, Kaku-kaku. Geki-atsu itu pembawa keberuntungan."

 

"Kau mengajarinya kata-kata aneh lagi.... Jangan bermain-main dengan Kaku-kaku."

 

"Aku tidak bermain-main. Aku serius mengajarinya."

 

‘Geki-atsu... Lever-pull... Miss.’

 

"Brengsek!! Di mana kau belajar kata-kata seperti itu!?"

 

Ada pepatah yang mengatakan kalau hewan peliharaan itu mirip dengan pemiliknya, dan sepertinya itu berlaku untuk burung yang bisa bicara. Kaku-kaku, seperti Iba, tampaknya banyak mempelajari kata-kata yang tidak berguna.

 

"Burung yang bagus~. Bisa diajak bicara."

 

Meskipun begitu, Ritsuka tampak iri melihatnya.

 

"Bukannya bisa diajak bicara, dia hanya meniru manusia. Tapi, kurasa itu menunjukkan kalau dia memperhatikan keseharian kita, jadi aku merasa sayang padanya."

 

"Enak ya. Aku harap Nyan-kichi juga bisa bicara."

 

"Tapi kudengar Saigawa bisa bicara dengan kucing, kan? Aki yang bilang."

 

"Hahaha.... Yah, sedikit saja."

 

Ceritanya perlahan menyebar melalui Ritsuka. Kalau dia sudah memberi tahu Hagusa-san, tentu saja pasangannya, Iba, juga akan tahu. Jangan-jangan nanti ada stasiun TV yang datang mewawancaraiku?

 

"Nyan-kichi ~. Ada teman, nih~."

 

Ritsuka mengetuk kandang dengan jarinya.

 

Nyan-kichi yang meringkuk di sudut kandang perlahan mendekat.

 

"Wah, lucu sekali! Nyan-kichi?"

 

"Iya~. Lihat, Nyan-kichi, ada teman!"

Ritsuka menunjukkan sangkar burung di balik kandang. Nyan-kichi menatap Kaku-kaku dengan mata bulatnya.

 

‘Sayap, paha bawah, ampela, hati, dada, fillet, tulang rawan, paha atas, ekor...’

 

(Jangan menyebutkan bagian-bagian ayam sambil melihat burung itu...!!)

 

"Ahaha. Dia mengeong."

 

"Iya, kan? Nyan-kichi ku juga cerewet. Meskipun aku tidak tahu apa yang dia katakan..."

 

"Apa-apaan ini..."

 

Aku melirik ke arah Iba. Aku tidak melewatkan reaksinya yang berbeda.

 

Aku berbisik ke telinga Iba, mengabaikan Ritsuka dan Hagusa-san yang sedang asyik mengobrol.

 

"...Kau juga mendengarnya?"

 

"Ah! Ah sial, jadi begitu ya.... Kau tidak terlihat seperti orang yang suka mengobrol dengan kucing, tapi kalau memang benar, ceritanya lain lagi..."

 

"Begitulah. Ngomong-ngomong, Nyan-kichi juga mengerti semua yang kita katakan."

 

"Kucingmu seperti di komik saja.... Dia menyebutkan bagian-bagian ayam sambil melihat Kaku-kaku..."

 

"Tolong jangan bilang siapa-siapa."

 

"Kalaupun kubilang, tidak akan ada yang percaya.... Sepertinya Aki dan istri Saigawa tidak bisa mendengarnya."


"Sepertinya ada syarat untuk bisa mendengar suaranya. Aku juga tidak tahu detailnya."

 

Menurut Nyan-kichi sendiri, dia hanya bisa berkomunikasi dengan orang yang 'seperti binatang' -- yaitu, orang yang memiliki naluri kuat, khususnya naluri bertarung. Seperti aku dan Kengo, Iba ini pasti memiliki sesuatu yang mirip dengan kami. Kemungkinan dia bukan orang biasa semakin tinggi.

 

"Keluarga yang aneh. Kupikir kami sudah cukup aneh, tapi ternyata masih ada yang lebih aneh."

 

"Oh ya? Kalian juga punya rahasia aneh?"

 

"Jangan kepo. Aku tidak akan memberitahumu."

 

"Begitu ya. Sayang sekali."

 

"Yah, kalau kita sudah berteman, akan kukatakan padamu. Tapi entah kita bisa berteman atau tidak."

 

"Aku akan berusaha. Mau main pachinko kapan-kapan?"

 

"Oh... kau mengerti juga. Kalau begitu, kau kuakui sebagai teman."

 

Mungkin aku sedikit salah paham. Memang Iba menunjukkan permusuhan kepada kami, tapi entah kenapa aku merasa dia bukan orang jahat. Dia justru seperti tipikal berandalan, blak-blakan.

 

Sepertinya baginya dunia ini hanya ada kawan atau lawan.

 

"Saigawa Nyan-kichi-chan dan pemiliknya! Silakan masuk ke ruang pemeriksaan!"

 

"Ah, sudah dipanggil. Kalau begitu, Aki-chan dan Iba Youtarou-san, kami duluan!"


"Iya, sampai jumpa lagi, Ritsuka-chan! Ayo, Youtarou, kita juga harus bersiap-siap."

 

"Jadi begitu caramu memanggilku?"

 

‘Bau Haa, bau Uh Hng♡’

 

"Jangan melewati batas, burung bodoh...!"

 

‘Mati bersama, oh mati bersama, mati bersama, mengingat rasa tuna yang lezat.’

 

"Jangan membuat puisi kematian...!"

 

Baik aku maupun Iba, meskipun berbeda sifat, sepertinya punya kesamaan dalam hal memelihara hewan yang 'aneh'.

 

Entah kenapa, aku merasa akan terus berhubungan dengan mereka berdua di masa depan....

 

Ngomong-ngomong, setelah ini, Nyan-kichi mengamuk sebelum divaksin, mencakar tangan dokter hewan dan perawat, dan bahkan buang air besar dan kecil di meja pemeriksaan, tapi aku tidak akan membahas detailnya.

 

 

 

 

‘Aaaaahhhhhhhhhhh!!!!!! Kenapa harus ke rumah sakit!!! Gnaaaaaaaaaaaaaahhhhh’

 

"Lagi-lagi seperti ini..."

 

Makhluk hitam yang mengering itu menggeram. Makhluk yang dulu dipanggil Nyan-kichi itu, setelah melapisi seluruh tubuhnya dengan kotorannya sendiri di meja pemeriksaan, kini pulang dengan gagah berani.

 

Nyan-kichi, kucing selokan yang bau, tidak mau keluar dari kandang.

 

"Seperti yang diduga, kucing benci dimandikan. Setelah rumah sakit, mungkin ini yang paling mereka benci, kan?"

 

‘Aku juga membencinya!?’

 

Pada dasarnya, kucing rumahan tidak perlu dimandikan. Itu karena kucing pada dasarnya adalah hewan yang suka kebersihan, dan mereka selalu menjaga kebersihan tubuhnya dengan menjilatinya. Tentu saja, Nyan-kichi juga begitu.

 

Oleh karena itu, pemiliknya cukup menyisir bulunya secara berkala, dan memandikannya dengan air secara khusus di kamar mandi hanya akan memberi kucing banyak stres dan hanyalah kepuasan diri manusia semata.

 

Namun, terkadang ada saat-saat di mana kucing harus dimandikan. Salah satunya adalah ketika kucing muntah atau buang air besar dan mengotori seluruh tubuhnya, dan tidak cukup hanya dengan dilap. Dalam kondisi seperti ini, jika tidak dicuci dan dibersihkan, akan menjadi tidak higienis dan kotor, sehingga terjadilah pertarungan antara kucing dan pemiliknya.

 

"Menyerahlah. Kau tahu tidak sekarang kau dalam kondisi seperti apa?"

 

'Zugadoro boo boo reeei nakama dake doo~'

 

"Apa katanya?"

 

"...... Aku tidak mengerti."

 

Ucapannya membuatku kehilangan keinginan untuk menerjemahkan.


"Rou-kun juga kehabisan ide!" Kata Ritsuka pada Nyan-kichi, tapi aku sama sekali tidak kehabisan ide. Kurasa Nyan-kichi adalah kucing yang bisa mengucapkan hal-hal aneh tanpa batas.

 

"Tapi Nyan-kichi? Kamu tidak boleh berjalan-jalan di dalam rumah dengan penampilan kotor seperti itu! Kalau kamu tidak mau dimandikan, kau tidak boleh keluar dari situ!"

 

‘Sebaliknya, kalau aku tetap kotor, berarti aku tidak perlu keluar dari sini, kan!? Aku sudah dapat jaminannya!!’

 

"Fufu. Sepertinya dia bilang tidak mau!"

 

"Kurasa tidak..."

 

Sepertinya dia lebih memilih tetap seperti ini daripada dimandikan. Bisa dibilang struktur mentalnya seperti anak kecil, tapi bukankah tingkat kecerdasan kucing dan anjing memang setara dengan anak kecil?

 

Yah, meskipun Nyan-kichi menginginkannya, aku dan Ritsuka sebagai pemilik rumah dan pemiliknya tidak akan mengizinkannya.

 

"Aku akan memandikanmu secara paksa. Ritsuka, bisakah kamu ganti baju dengan yang tahan air dan datang ke kamar mandi?"

 

"Oke!"

 

‘Hal yang merusak kesenangan membaca novel ringan adalah lelucon jorok murahan yang dibuat untuk menarik perhatian pembaca.’

 

"Akan kumandikan kau sampai menangis!"

 

Jangan seenaknya mengubah puisi kematian yang bahkan aku tahu.

 

Aku membawa kandang ke kamar mandi dan bersiap untuk memandikan Nyan-kichi.


"Hei. Aku tahu ini percuma, tapi jangan mengamuk atau melawan. Karena kau kotor, aku akan terus memandikanmu sampai bersih!"

 

‘Kalau kau pemilikku, kau harus mencintaiku apa adanya, termasuk kotoranku, brengsek!’

 

"Justru karena aku mencintaimu, aku tidak bisa membiarkanmu tetap kotor..."

 

"Rou-kun, maaf membuatmu menunggu~. Aku sudah membawa sampo kucing dan handuk!"

 

Ritsuka yang telah selesai bersiap-siap datang. Dia mengenakan kemeja tipis di bagian atas dan celana pendek dengan kaki telanjang di bagian bawah, pakaian yang jarang terlihat di musim dingin. Aku tanpa sadar menelan ludah.

 

"Ada apa? Cepat mandikan Nyan-kichi."

 

"Ah, iya. Ayo kita lakukan."

 

Tidak, tidak boleh.... Istriku memang imut dengan pakaian apapun, tapi mungkin aku paling suka penampilan santainya yang natural seperti ini. Tidak, aku suka semuanya. Aku ingin Ritsuka cosplay suatu hari nanti.

 

Sambil meledakkan pikiran kotor itu, aku memasukkan tangan kananku ke dalam kandang.

 

Aku harus menarik Nyan-kichi keluar ke kamar mandi bagaimanapun caranya.

 

--Hap!

 

"Haha. Yah, wajar kalau kau menggigitku, kan? Tapi Nyan-kichi, sekarang aku mengepalkan tanganku dengan sekuat tenaga, jadi gigi taringmu yang lemah itu tidak akan mempan. Apalagi dengan kekuatan gigitanmu yang sudah berkurang setelah menjadi kucing rumahan...!!"

 

"Kenapa kamu melakukan hal seperti di manga pertarungan...?"

 

Aku hanya mengambil tindakan pencegahan karena kupikir dia akan menggigitku.

 

Nyan-kichi sepertinya terkejut, dan segera melepaskan gigitannya. Yah, meskipun agak sakit.

 

"Ayo keluar, Nyan-kichi! Kalau kau tidak mau, aku akan menyeretmu keluar!"

 

--Licin....

 

Sebelum aku bisa meraih Nyan-kichi, aku merasakan sesuatu yang hangat dan lengket di tanganku.

 

Aku menarik tanganku untuk melihat apa yang terjadi--dan tanganku penuh dengan kotoran Nyan-kichi.

 

‘Kotoran, haha.’

 

"Uwaa.... Kita harus mencuci tangan Rou-kun dulu."

 

"Brengsek! Keluar kau!!"

 

‘Nyaaaaaaaaaaaa!?!?’

 

Aku membalik kandang dan memaksa Nyan-kichi keluar.

 

Kucing kotor itu benar-benar mendarat di lantai kamar mandi. Baunya sangat menyengat....

 

"Ah! Jangan kasar sama Nyan-kichi!"

 

"Tapi Ritsuka! Si bodoh ini kotoran!!"

 

‘Aku dalam bahaya Kau kotoran Bau sekali Kotoran yang dalam♪’

 

"Hei, jangan bernyanyi...!!"

 

Kali ini bukan puisi. Rap macam apa itu.

 

Ritsuka terlihat sedikit kesal sambil menatapku dan Nyan-kichi bergantian.

 

Dia seperti melihat dua anak kecil yang merepotkan, tapi aku tidak terima disamakan dengan Nyan-kichi.

 

Aku mencuci tangan dengan shower sambil menyalakan air.

 

"Kau tidak bisa lari lagi! Menyerahlah!"

 

"Enak, lho, dimandikan dengan air hangat~? Kemarilah, Nyan-kichi"

 

‘Nyaaaa~...’

 

Nyan-kichi mengeluarkan suara mengeong yang manis seperti sudah pasrah. Aku akan menahan Nyan-kichi dan menyiramnya dengan shower, sementara Ritsuka membersihkan kotoran dan menyampo.

 

‘Hmph!!’

 

Kupikir akhirnya kami bisa melanjutkannya--tapi tiba-tiba Nyan-kichi melompat ke sudut langit-langit kamar mandi, menempelkan tangan dan kakinya seperti laba-laba, dan menatap kami dari atas sambil menunjukkan perlawanan yang luar biasa.

 

"Kau pikir kau Killua?!"

 

‘Apa yang... kau lakukan padaku?’


"Aku belum melakukan apa-apa!!"

 

"Rou-kun, apa kata Nyan-kichi?"

 

"Hunter 'Shower yang kuat... Aku sudah terbiasa sejak lahir, karena masalah keluarga.' Diamlah!!"

 

Apa sih dia ini sebenarnya!! Satu-satunya yang mandi sejak lahir itu cuma telur rebus!!

 

Ah... Kalau dia sudah menempel di sudut langit-langit, aku tidak bisa berbuat apa-apa. Hebat juga kucingku, bisa menciptakan tempat aman di kamar mandi yang sempit ini. Aku sangat kesal.

"Haa.... Rou-kun dan Nyan-kichi mungkin sebenarnya sama."

 

"'Maksudmu imut...!?'"

 

"Kenapa suaramu menimpanya? Itu dia masalahnya! Nyan-kichi tidak mendengarkanmu karena dia menganggapmu sebagai teman, bukan pemilik! Nyan-kichi, turun sekarang!"

 

Ritsuka akhirnya marah juga. Tapi, apa tidak keterlaluan kalau dia juga memarahku? Aku jadi sedih....

 

Meskipun Ritsuka sedikit memarahinya, Nyan-kichi tidak peduli. Dia bertekad untuk tetap menempel di sudut langit-langit sampai ototnya tidak kuat lagi. Tapi, Ritsuka menjentikkan jarinya sekali.

 

Suara jentikan jari bergema di kamar mandi. Saat aku berpikir apa yang akan—

 

‘D-dingin, Nyaa!? Nyaaaaa!?’

 

"Hup. Oke, dapat! Jangan lari lagi!"

 

Nyan-kichi tiba-tiba jatuh dari langit-langit. Ritsuka menangkapnya dengan lembut. Nyan-kichi sekarang kotor, jadi bajunya akan kotor.

 

Dan, udara dingin di kamar mandi ini—

 

"Udara dingin... Eh? Ritsuka, kamu menggunakanBreath of Blessing?"

 

"Iya. Aku memutuskan untuk menggunakannya demi cinta. Kamu pasti senang juga, kan?"

 

"...Begitu ya. Iya, aku senang. Itu juga bagian dari dirimu."

Karena suatu hal, Ritsuka menyegelBreath of Blessingnya. Tapi, setelah kejadian bulan lalu, sepertinya dia memutuskan untuk menggunakannya dalam situasi tertentu. Itu karena aku memintanya... Dia benar-benar anak yang baik.

 

Sepertinya pantat Nyan-kichi kedinginan, dan sekarang dia berhenti berfungsi sambil mengeluarkan suara 'Hiii...' yang kotor. Kalau begitu, sekaranglah saatnya memandikannya. Aku segera mengarahkan shower ke Nyan-kichi.

 

‘Bunuh aku sekarang jugaaaaaaaaaaaaaaaa!!’

 

"Jangan berteriak berlebihan."

 

Syur syur syur.... Pertama-tama, aku membersihkan semua kotoran di tubuh Nyan-kichi. Ritsuka dengan hati-hati membersihkan bagian yang menempel di bulu dengan sedikit sampo.

 

"Nyan-kichi-san, apa ada yang gatal?"

 

‘Testis.’

 

(Kau kan betina.)

"Hei, dia bilang apa?"

 

"...Pinggang."

 

"Kalau begitu, aku akan mencuci pinggangnya banyak-banyak~"

 

‘Ah~ Apakah ini yang namanya pijat sensual~ Suami brengsek Istri jalang Pijat plus plus di malam hari Tidak lapor polisi Satu kamar apartemen itu artinya pijat plus plus♪’

 

Mungkin karena airnya terasa nyaman, Nyan-kichi dengan senang hati bernyanyi lagi.

 

Tapi liriknya tidak senonoh, malah benar-benar keterlaluan. Terlalu vulgar.

 

"Nyan-kichi, sepertinya dia bernyanyi lagi! Jangan-jangan dia punya lagu khusus untuk di kamar mandi!"

 

"Semoga saja begitu..."

“Datanglah Putar Berputar putar keputusan macam apa~♪”

 

"Sepertinya kamu suka lagu itu."

 

Lagu pembuka 'Nendonguri' yang dibuat kakak iparku itu... Kalau dinyanyikan oleh Ritsuka, kedengarannya imut. Tapi, yang sebenarnya menyanyikannya adalah kakak iparku sendiri, jadi aku kurang suka.

 

'Lagu yang bikin telinga kotor!'

 

Nyan-kichi juga punya selera yang mirip denganku. Meski aku tidak mengatakannya sekeras itu.

 

Nah, sesi mandi bersama Ritsuka dan Nyan-kichi tidak berjalan sesuai rencana, tapi akhirnya selesai juga. Karena Nyan-kichi berbulu pendek, jadi cepat kering. Jadi...

 

"Sekarang tinggal dilap pakai handuk..."

 

"Ritsuka, Ritsuka."

 

"Kenapa? Rou-kun mau pakai hair dryer—wap!"

 

Aku langsung menyemprotkan shower ke arah Ritsuka. Seluruh tubuh bagian atasnya basah kuyup. Ritsuka yang tiba-tiba basah kuyup. Tetesan air menetes dari ujung rambutnya, dan yang terpenting, pakaian dalamnya terlihat jelas dari balik kemeja yang basah. Fuf... aku sengaja mengatakannya. Ini yang ingin kulihat...!!

 

"Kenapa?"

 

"Karena kamu pakai pakaian yang boleh basah, jadi aku..."

 

"Itu bukan berarti aku boleh disemprot begitu saja, kan?"

 

Oh... dia marah. Wajar saja. Kalau aku tiba-tiba disiram air, pasti aku juga marah, meski aku sedang memakai pakaian yang boleh basah. Ya, maaf, Ritsuka. Tapi aku ingin melihatnya...

 

Dengan perasaan tegang, aku mengarahkan shower ke Ritsuka dan menunjuk wajahku sendiri dengan jempol.

 

Busaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!!

 

"Kamu ih! Kamu! Aku jadi basah kuyup!"

 

"Bukankah kekuatan 'bbyo bubo bubo bubo' itu terlalu kuat!?"

 

Aku menyalakan shower dengan kekuatan maksimal dan Ritsuka membalas dengan menyemprotku.


Aku hanya ingin melihat Ritsuka yang seksi dengan tubuh basah, tapi sepertinya Ritsuka ingin menenggelamkanku.

 

"Rou-kun suka jahil, sama kayak Nyan-kichi!"

 

"Itu beda, Ritsuka. Dia cuman mau mengganggu kita, tapi aku..."

 

Aku merebut shower dari tangan Ritsuka dan menyemprotkannya langsung ke wajahnya.

 

Sekarang Ritsuka benar-benar basah kuyup dari atas sampai bawah. Sekarang kita sama.

 

"Karena aku menyayangimu, makanya aku melakukan ini."

 

"Itu tidak..."

 

Dia merebut kembali shower dan mengubah suhu air menjadi dingin.

 

"Dingin, dingin, dingin! Memangnya ada aturan kalau musim dingin tidak boleh pakai air dingin!"

 

"Tidak ada aturan seperti itu! Kamu harus bertobat!"

 

"Tidak mau! Karena aku mau terus melihat Ritsuka yang basah kuyup!"

 

"Apa...!! Ternyata kamu memang memikirkan hal seperti itu! Rou-kun mesum!"

 

"Eum.."

 

"Jangan ngeles!"

 

Kami bertengkar seperti anak kecil sambil saling menyemprot air.

Awalnya Ritsuka marah, tapi lama-kelamaan dia tersenyum.

Aku juga senang bisa bermain-main dengan Ritsuka seperti ini, tanpa memikirkan hal lain. Semua yang kulakukan ini tulus. Karena aku menyayangimu, karena aku nakal, dan karena kamu adalah Ritsuka...

 

"Ritsuka... kita terus begini saja..."

 

Aku memeluk Ritsuka dari belakang dan berbisik di telinganya.

 

Karena sudah basah kuyup seperti ini, hanya ada satu hal yang harus dilakukan.

 

"Wah, eh, tunggu, maksudnya..."

 

‘Cepat keringkan badanku, woi!! Aku bisa masuk angin!! Kubunuh kau!!’

 

""Ah""

 

Suara Nyan-kichi yang marah bergema di kamar mandi. Aduh... Aku benar-benar lupa.

 

‘Kalian enak ya, bisa bermesraan setelah memandikanku!? Bodoh ya kalian!! Kubunuh kau!!’

 

"Maafkan aku. Jangan marah."

 

"Maaf ya, Nyan-kichi ~. Ini salah Rou-kun."

 

‘Tapi menurutku kalian berdua sama saja...’

 

Karakternya sudah tidak karuan. Dia sangat marah.

 

Aku dan Ritsuka mengabaikan diri kami yang basah kuyup, dan dengan hati-hati mengeringkan Nyan-kichi dengan handuk. Ini memang salahku. Dia sangat baik karena sudah diam saja selama ini.


Jadi, ajakanku tadi jadi batal, tapi bukan berarti tidak berpengaruh apa-apa pada Ritsuka. Dia membalas dengan berbisik, "Lain kali saja, ya."

 

Ah--sungguh. Hidup bersama Ritsuka selalu menyenangkan dan membahagiakan.

 

Kita masih akan mengalami banyak hal bersama. Sambil tertawa berdua.

 

"Tidak, tidak, tidak... Ini aneh."

 

Nah, sebagai tambahan.

 

Setelah mengeringkan Nyan-kichi dengan baik, aku tanpa sadar bergumam seperti itu.

 

"Ahahaha! Lucu sekali~"

 

Rituska memotret Nyan-kichi dengan kamera ponselnya.

 

Nyan-kichi... sekarang seperti bola bulu hitam yang mengembang.

 

"Kau kan berbulu pendek, kenapa jadi mengembang abis dikeringkan?"

 

‘Maaf...’

 

"Bukan sesuatu yang perlu disesali, sih..."

 

Aku bisa membayangkan kalau kucing berbulu panjang akan mengembang dan jadi lembut setelah dikeringkan.

 

Tapi, Nyan-kichi berbulu pendek, jadi tidak masuk akal kalau dia jadi mengembang setelah dikeringkan.

 

"Aku akan mengirimkan foto ini ke Aki-chan."

 

"Sepertinya ada yang seperti ini di Totoro."

 

‘Kanta?’

 

"Mana mungkin..."

 

Nyan-kichi memang cerewet, punya bulu yang aneh, mengatakan hal-hal yang tidak masuk akal, lancang, dan selalu bertingkah konyol, tapi-

 

"Nyan-kichi. Waktunya makan makanan kucing kaleng. Kamu sudah bekerja keras hari ini."

 

"Kau boleh makan yang paling enak~"

 

‘Uhyo~! Samantha Thavasa yang enak, nya~!’

 

"Itu harusnya diucapkan setelah selesai makan."

 

--Dia memang anggota keluarga kami yang penting, keluarga Saikawa, yaitu aku dan Ritsuka.















Post a Comment

0 Comments

Tidak boleh adanya spoiler, hormati user lainya. Gunakan komentar dengan bijak sebagai tempat berdiskusi.

Post a Comment (0)
Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !