Soshiki no Shukuteki to Kekkon Shitara Mecha Amai V2 Chap 7

Ndrii
0

Episode 7




(POV Roushi) 


Itulah, menurutku kemampuan manusia itu seperti es. Tidak peduli seberapa tinggi dan besar kamu menumpuknya, kalau dibiarkan begitu saja akan mencair di sana-sini, dan kehilangan bentuk aslinya. Jika empat tahun lalu adalah puncakku dalam hal kekuatan bertarung, aku yang sekarang mungkin sudah setengah mencair.


Lalu bagaimana cara mempertahankan bentuknya? --Pada akhirnya, tidak ada cara lain selain usaha yang gigih.


"499... 500..."


Aku melakukan push-up dengan satu tangan sambil mempertahankan posisi handstand dengan lurus. 500 repetisi dengan masing-masing tangan, 3 set. Karena aku tidak bisa berlatih menggunakan senjata, satu-satunya yang bisa kulakukan sekarang adalah meningkatkan kekuatan fisik dasar dan ototku.  Aku sudah malas melakukan latihan otot ringan seperti ini sejak masuk universitas.


"Haa... lumayan berat. Padahal dulu mudah saja."


Mulai sekarang, sepertinya aku harus setidaknya terus melakukan latihan otot setiap hari. Ini juga bisa mencegah cedera, dan kurasa aku tipe orang yang tidak bisa mentolerir tubuhku sendiri yang kendur karena lemak.


"Ganggu dulu ah~. Ada apa iniii? Saigawaaa~, kamu berkeringat banyak sekaliii~."


"Gori-san. Aku sedang latihan otot sedikit."


"Itu bukan jumlah keringat untuk 'sedikit' latihan... Ya sudahlah. Aku membuat pancake, makanlahhh~."

"Serius?! Terima kasih! Aku lagi mau makan yang manis-manis!"


Aku langsung melahap pancake buatan Gori-san yang diletakkan di atas meja.


Hmm... enak. Aku tidak tahu enaknya di mana, tapi manis dan enak.

"Gorila-san jenius. Kamu bisa jadi koki kue."


"Hyahahahaha! Bisa aja kamuuu~... Chuu♡"


"Tapi lebih baik jangan jadi pelayan."


"Memang betulll~. Soalnya aku lebih suka membuat daripada melayaniii~."


(Bukan itu maksudku...)


Aku menghabiskan semua pancake yang diberikan, lalu menarik napas. Selama itu, Gorila-san diam saja menatapku, apa ada hal lain?


"Saigawaa~. Bagaimana kabarmu dengan Nagira sekarang? Tidak ada laporan abis kamu menjaganyaaa~."


"Hmm, begitu. Sepertinya flu-nya sudah sembuh, jadi kupikir aku akan mengajaknya keluar akhir pekan ini. Aku menghubunginya nanti. Meskipun ditolak, kami tidak bermusuhan."


"--Begitu kaaah. Heh, ada apa iniii~. Jangan tunjukkan wajah idiot segarmu lagiii~."


"Tidak apa-apa kan dengan wajah segar..."


Terlepas dari wajah seperti apa itu, memang benar aku sudah mendapatkan 'jawaban' dalam diriku.


Aku bisa melupakan dan bergerak maju karena ada 'jawaban' itu.

Gori-san menyeringai dengan ekspresi senang. Aku tahu dia mengkhawatirkanku dan Nagira. Orang ini benar-benar... orang yang baik. Berbeda dengan penampilannya.


"Kalau begitu selanjutnyaaa. Apakah kamu melihat Kayama akhir-akhir iniii~?"


"Kayama? Ah, benar juga."


Aku belum bertemu Kayama sejak aku datang ke sini saat sedang terpuruk. Dia tidak masuk kuliah meskipun ada kelas yang kami ikuti bersama, dan dia juga tidak datang ke rumahku. Memang kami tidak selalu bermain bersama setiap hari, jadi tidak bertemu sehari atau dua hari itu biasa saja.


Namun, Gori-san sepertinya mengkhawatirkan sesuatu, nada suaranya menurun.


"...Saigawa~. Seberapa banyak yang kamu ketahui tentang Kayama~?"


"Seberapa banyak... misalnya apa?"


"Singkatnya, masa lalunya. Kita bertemu di universitas, kan? Jadi, kita semua punya masa lalu sebelum universitas. Apakah kamu tahu masa lalu Kayama~?"


"Begitu. Maaf, aku tidak tahu sama sekali."


Pada musim semi tahun pertama kuliah, dia menepuk pundakku saat aku sedang kuliah sendirian, lalu duduk di sampingku. Dia sangat tampan, awalnya aku berpikir kenapa orang seperti ini mau mendekatiku... tapi anehnya aku tidak merasa tidak nyaman. Lalu, di tempat itu juga, Kayama mulai menggoyangkan kakinya dengan panik, aku jadi berpikir siapa sih orang ini...


Begitulah perkenalan kami, lalu kami selalu duduk bersebelahan di semua kelas yang kami ikuti bersama, kami juga mulai pergi bermain bersama, dan sekarang sudah dua tahun berlalu.


Tapi, baik aku maupun Kayama, tidak pernah membicarakan masa lalu masing-masing. Aku tidak pernah menceritakan masa laluku, jadi mungkin dia mengerti itu, atau mungkin karena aku tidak terlalu tertarik dengan masa lalu orang lain.


"--Kayama itu, punya catatan kriminal. Catatan kriminal."


"Catatan... kriminal? Kayama?"


Perbedaan antara catatan kriminal dan catatan kepolisian adalah apakah orang tersebut telah menerima hukuman atau belum. Jika dihukum, akan ada catatan kriminal. Catatan kepolisian hanya mencatat orang yang pernah menjadi subjek investigasi polisi, tapi tidak sampai dihukum. Jika hanya punya catatan kepolisian, bisa dibilang dia tidak bersalah... meskipun seringkali juga tidak sepenuhnya bersih. Setidaknya, pasti Kayama pernah berurusan dengan polisi di masa lalu. Jika perkataan Gori-san benar, tapi.


"Tidak ada buktinya. Kayama hanya keceplosan saat minum berdua denganku. Kemungkinan dia berbohong sangat besaarrr. Bahkan akan lebih baik kalau itu bohonggg~."


"Aku juga berpikir itu bohong. Dia tidak mungkin..."


"Tentu saja, kalau cuman bohong aku juga tidak akan bicara seperti ini. Kamu juga tahukan. Kayama bergaul sama banyak orang. Di antara mereka, ada orang-orang yang tidak punya reputasi baik."


Kami tidak selalu bersama sepanjang waktu. Saat aku menghabiskan waktu sendirian, Kayama juga menghabiskan waktunya sendiri. Bagiku, Gori-san dan Kayama adalah teman level tertinggi, tapi bagi Kayama, aku dan Gori-san hanyalah salah satu dari banyak temannya.

Itu sendiri tidak aneh. Aku tahu dari awal kalau Kayama punya banyak teman.


Tapi, aku tidak mempertimbangkan kemungkinan dia bergaul dengan orang jahat. Kupikir dia bukan orang seperti itu, dan memang Kayama bukan orang jahat. Hanya saja... jika dia benar-benar melakukan sesuatu di masa lalu...


Berarti aku tidak mengenal Kayama sama sekali. Meskipun berteman, aku bukan orang yang memahaminya.


"Narkoba murahan lah, mempermainkan perempuan yang dirayu lah, yaaa pokoknya orang-orang yang melakukan hal-hal bodoh seperti itu. Aku tidak sengaja melihat Kayama bersama mereka akhir-akhir iniii~."


"...Kayama tidak akan melakukan hal seperti itu. Kalau kita tidak percaya padanya, siapa lagi?"


"Maaf, aku kurang jelas. Kayama memang tidak melakukannya. Hanya saja... kalau begitu, setidaknya dia tetap berada di dekat kita. Aku jadi cemas kalau dia lama tidak muncul..."


"Gori-san..."


Mungkin karena dia punya lebih banyak informasi daripada aku, makanya dia mengawasi Kayama dengan caranya sendiri. Selama Kayama berada di dekat kita, dia pasti tidak akan melakukan hal buruk.


"Aku akan menghubunginya. Menyuruhnya datang bermain sekarang. Dia pasti akan datang."


"Ya. Hanya itu yang bisa kita lakukan. Tapi, Saigawaa~."


"Ya?"


"Aku ini, tidak tahu masa lalumu lebih dari Kayama."

Gori-san menatapku dengan tatapan tajam. Tidak tahu masa laluku... ya, wajar saja. Hanya Nagira dan Kuri-san yang tahu, aku tidak pernah menceritakannya pada orang lain. Menghabiskan masa SMP dan SMA dengan biasa saja, lalu masuk universitas. Riwayat hidup itu sendiri tidak bohong, jadi itulah diriku seutuhnya.


--Begitulah yang kuanggap, tapi tetap saja... mungkin orang yang peka akan menyadarinya.


"Tidak ada yang istimewa, kok. Aku ini orang biasa. Tidak punya catatan kriminal atau catatan kepolisian."


"...Maaf. Aku tidak bermaksud memaksamu untuk bercerita. Aku minta maaf kalau kamu merasa tersinggung. Dibongkar rahasianya itu, bukan hal yang menyenangkan, kan~."


"Ya. Eh, tapi itu seperti bilang kalau aku pasti punya rahasia."


Aku mengatakannya dengan nada bercanda, tapi Gori-san hanya tertawa kecil.


"Karena aku ada urusan, aku akan kembali ke kamarku. Hei... Saigawa."


"Ya?"


"Apa kamu tahu apa bahan rahasia pancake-ku?"


"Eh... susu kental manis?"


"Salahhh. Jawabannya adalah--tidak ada apa-apa. Sampai jumpaaa~."


Memunggungiku, mengangkat satu tangannya, Gori-san pergi. Punggungnya yang terlihat sedikit sedih... mungkin bukan perasaanku saja. Maaf, gumamku pelan meminta maaf.


*

Hari-hari berlalu tanpa kejadian apa pun hingga akhir pekan tiba. Aku janjian bertemu dengan Nagira hari ini. Sebelumnya, kami hanya mengobrol sebentar-sebentar lewat pesan di ponsel setiap hari. 'Ada kucing liar', 'Ada lubang got yang aneh', 'Ada coretan yang lucu'...  Benar-benar seperti anak SD, Nagira ini.


Yah, itulah sisi imutnya, dan aku yang sekarang bisa menerimanya.


Di sisi lain, tidak ada kabar dari Kayama. Pesanku tidak dibaca, dan saat kutelepon, tidak tersambung, mungkin ponselnya mati. Dia juga tidak masuk kuliah, kemungkinan besar dia tidak datang ke universitas. Ini, jangan-jangan... terjadi sesuatu. Aku mulai cemas.


Tapi, Gori-san menasihatiku, "Hari ini fokus saja ke Nagira." Urusan Kayama bisa dipikirkan mulai besok, katanya. Karena kita bukan orang tua Kayama, katanya.


(Biarkan aku sedikit curhat soal cinta, dasar. Aku yang tidak laku ini, akan menemui lagi wanita yang sudah menolakku hari ini. Bantu aku sedikit untuk menyusun rencana.)


Aku belum memberi tahu Nagira tempat pertemuan kami. Aku hanya memberi tahu waktunya, yaitu malam hari. Jadi setelah ini, kupikir aku akan meneleponnya dan bicara langsung. Itu lebih pasti.


Hari sudah mulai gelap. Aku harus bersiap-siap untuk keluar.


Meskipun, ada batasan dalam persiapanku sendiri. Pertama-tama, aku membuka lemari...


"...Hah? Woah, tidak bisa dibuka...! Engselnya... macet...!!"


Saat kucoba membuka lemari yang sudah lama tidak kubuka, ternyata tidak bisa digerakkan sama sekali. Mungkin ada sesuatu yang tersangkut di dalamnya, atau mungkin engselnya bengkok. Yang jelas, ini di luar dugaan.

"Ya ampun, gimana ini. Kalau rusak... aku akan dimarahi habis-habisan sama pemilik rumah..."


Sebenarnya, menurutku pemilik rumah yang bertanggung jawab atas engsel yang rusak ini. Jadi kalau aku yang merusaknya, aku tidak bisa menuntut tanggung jawab. Ini berhubungan langsung dengan uang, jadi aku tidak bisa gegabah...


Sementara itu, waktu terus berlalu. Lemari tetap tidak bisa dibuka.

Dan seolah menjadi pukulan terakhir, ponselku berdering. Peneleponnya adalah... Nagira.


"Ah, halo? Maaf Nagira, aku sedang agak sibuk--"


'Maaf, Saigawa-kun. Hari ini aku tidak bisa pergi.'


".........Hah?"


'Aku tidak punya waktu, jadi aku tutup dulu. Tapi aku pasti akan menebusnya, sampai jumpa.'


"Eh, hei!

 .........Haaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!?


Dia membatalkan janji secara tiba-tiba. Aku berteriak tanpa sadar karena merasa tidak adil.


Lagipula, suaranya sangat dingin. Biasanya, saat membatalkan janji, orang akan terdengar lebih menyesal. Apa dia sengaja bersikap dingin?


Gawat. Aku kehilangan semua kekuatanku. Sekarang aku mungkin bisa kalah sumo tangan dari bayi.


"Saigawaa~. Kenapa teriak-teriak? Mengganggu tetanggaaa~?"


Saat aku terbaring lemas di lantai, Gori-san datang.


"Hohihan... hanremohaihhu..."


"Seperti kakek ompong sajaaa~. Sepertinya ini bukan masalah sepeleee~."


Kok bisa mengerti? Hebat ya.


Yah, tidak ada gunanya menyembunyikannya, jadi aku jujur mengatakan pada Gori-san kalau Nagira baru saja membatalkan janji kami.


"Semangatlahhh. Wanita itu punya banyak urusan setiap bulannya. Mereka punya lebih banyak fungsi misterius daripada laki-lakiii~."


"Begitu ya...? Ya sudahlah... Toh dia tetap membatalkan janji..."


Dia bilang akan menebusnya, dan mungkin memang ada alasan seperti yang dikatakan Gori-san. Itu bisa jadi alasan kenapa dia bahkan tidak memberitahuku alasannya membatalkan janji. Mungkin begitulah.

Apa aku makan saja dengan Gori-san sekarang? Saat kupikirkan itu, ada telepon masuk lagi.


"--Dari Kayama."


"Oi. Ini panggilan video, kan? Angkatlah, Saigawaa."


Nama Kayama Reiichi terpampang di layar. Dan, itu panggilan video.

Aku segera menekan tombol jawab.


"Halo. Kayama? Kau selama ini--"


'Ah, halo, apa ini Saigawa? Apa sekarang kau ada waktu~?'


(Siapa ini? Lebih penting lagi--)

Di ruangan yang remang-remang seperti reruntuhan, seseorang terlihat di tengah layar.


Sepertinya suara orang yang berbicara itu berasal dari luar layar, jadi orang yang ada di tengah itu—


"Kayama? Hei, Kayama!"


--Kayama diikat dengan tali plastik, bersandar di dinding dengan kepala tertunduk.


'Ini temanmu, kan~? Bisakah kau bertanggung jawab secara kolektif? Maksudku, kau harus bertanggung jawab, pertama-tama kalau kau memutuskan panggilan ini seenaknya, orang ini akan kubunuh, kalau mengerti jawab aku.'


"Te--"


Gori-san terlihat marah dan hendak mengatakan sesuatu, tapi kucegah dengan tanganku.


Menghadapi situasi yang terjadi, kepalaku terasa dingin dan jernih. Aku kembali menjadi diriku sendiri.


"Aku mengerti. Aku akan menurut."


'Hebattt www Patuh sekali sampai bikin ngakak www'


Beberapa orang yang terlihat berandalan... atau memang berandalan, berkumpul di sekitar Kayama. Sepertinya mereka ingin menunjukkan kalau mereka adalah kelompok. Sepertinya mereka tidak terlalu bodoh.


(... ? Ada satu orang yang kukenal di antara mereka.)


Aku tidak langsung ingat siapa dia. Ya sudahlah, nanti saja kuingat lagi.

'Intinya, sekarang bawakan uang tunai 500 ribu ke sini. Sekalian dengan buku tabungan, kartu kredit, dan stempelmu. Kalau begitu, Kayama akan kukembalikan. Oke?'


"Aku mengerti. Akan kuserahkan. Selama itu, nyawa Kayama akan dijamin, kan?"


'...Hei? Kau meremehkan kami?'


Tiba-tiba suaranya berubah menjadi mengancam. Padahal kupikir aku tidak melakukan kesalahan dalam menanggapi mereka.


'Biasanya orang akan lebih ketakutan atau mengancam akan lapor polisi!! Jangan bilang kau menganggap ini lelucon atau semacamnya!? Hei!! Bangunkan sampah itu!!'


Begitu ada perintah, beberapa pria menendang Kayana dengan kasar. Kayama yang pingsan, mengerang karena tendangan itu, dan perlahan mengangkat kepalanya ke arah kami. Ada beberapa memar di wajahnya.


'Kayamaaa!! Kau akan matiii!! Karena bocah bernama Saigawa iniii!!'


'...Saigawa ya. Maaf, aku membuat masalah. Jangan khawatirkan aku.'


Bugg.... Suara tidak menyenangkan terdengar dari ponsel. Seseorang menendang perut Kayama yang tidak berdaya dengan tendangan kungfu. Kayama mengerang kesakitan, air liur menetes dari mulutnya.


"Aku tidak meremehkan kalian. Aku hanya bingung, kepalaku kosong... Kumohon, jangan sakiti Kayama. Aku punya uang, jadi aku akan bayar, dan aku tidak akan lapor polisi. Kumohon."


'Bilang begitu dari awal, dasar sampah! Ah, kalau begitu sekarang aku akan menyebutkan tempatnya. Aku hanya akan mengatakannya sekali, dan ingat baik-baik, jangan dicatat. Kalau kau tidak bisa mengingatnya, Kayama akan mati.'

"Baik."


Mereka benar-benar tidak ingin meninggalkan bukti fisik. Karena mereka menghubungiku secara tiba-tiba, mereka mungkin berpikir aku tidak punya waktu untuk merekam atau menyiapkan catatan. Kalau mereka menyebutkan tempatnya lewat pesan atau semacamnya, itu bisa jadi bukti. Mereka lumayan pintar juga.


Aku mengingat alamat yang disebutkan dengan sempurna. Pria di telepon itu berkata, 'Bagus'.


'Batas waktunya satu jam. Kau tahu apa yang akan terjadi kalau terlambat, kan? Sampai jumpa.'


Panggilan diputus secara sepihak. Aku meletakkan ponsel di atas meja tanpa berkata apa-apa, lalu berdiri.


"Baiklah, aku harus bersiap-siap. Untung saja Nagira membatalkan janji."


"Tunggu... Saigawa. Jangan bilang kau serius akan menuruti mereka...?"


"Tidak mungkin. Mana mungkin. Aku tidak punya uang."


"...Kalau begitu, kau tidak akan meninggalkan ponselmu..."


"Eh?"


“Harusnya langsung lapor polisi, kan!? Mau ke mana kau!?”


Gori-san meraih kedua bahuku dan mengguncangku. Dengan ekspresi sedih yang belum pernah kulihat sebelumnya.


Aku bisa merasakan tangan dan suaranya yang gemetar saat memegangiku.

“Aku tidak tahu apa yang kau pikirkan!! Situasi ini tidak normal!! Aku takut, aku tidak mengerti apa-apa—kenapa kau bisa setenang itu!?”


“.........”


Aku akan pergi ke tempat yang ditentukan sendirian, melumpuhkan semua orang di sana, dan menyelamatkan Kayama.


Untuk itu, aku harus tenang dan menuruti perkataan mereka, setelah mendapatkan informasi yang kubutuhkan, itu sudah cukup.


Itu adalah hal yang sangat mudah bagiku—aku akhirnya menyadari kalau bagi Gori-san, itu adalah hal yang mustahil. Setelah menyadarinya... aku hanya bisa meminta maaf.


“Maaf, Gori-san. Waktunya... tidak banyak.”


“...! Sial!! Aku sudah menduganya!! Kau, Kayama, Nagira, mungkin kalian semua tidak normal!! Tapi kalian semua adalah kouhai kesayanganku!!”


“Gori-san—“


Dia orang yang sangat tajam... tidak, ‘orang yang pandai menilai orang’. Karena dia orang yang penuh kasih sayang dan toleransi, dia bisa sedikit menduga tentangku, Kayama, dan Nagira.


Gori-san memegang kepalanya dengan kedua tangannya, bahunya bergetar... lalu.


“—Saigawa. Apa kau menyadarinya? Caramu memegang senjataku itu, jelas bukan cara orang awam. Waktu uji coba menembak, kau sengaja meleset, kan? Kau bicara soal blowback dan sebagainya, itu bukan karena kau sok tahu. Itu karena kau pernah memegang senjata asli. Benar, kan?”


“...Aku hanya mahasiswa biasa, kouhai-mu. Itu pasti tidak bohong.”

“Begitu ya. Itu jawaban yang paling membahagiakan—meskipun juga menyedihkan. Oi, Saigawa.”


“Ya.”


“...Pilih senjata. Aku pinjamkan semuanya—kembalikan besok, itu saja sudah cukup.”


Itu mungkin adalah kompromi terbesar yang bisa dia berikan saat ini. Gori-san yang hanya orang biasa, bisa menebak apa yang akan kulakukan, tapi tidak bisa memahaminya. Selain menelepon polisi dan mengawasi situasi, tidak ada pilihan lain yang bisa dia ambil. Jika dia orang biasa.


Sebenarnya, dia pasti tidak ingin melepas kepergianku. Karena itu, aku mengucapkan terima kasih dengan tulus.


“Terima kasih, Gori-san. Aku akan berganti pakaian sekarang, tunggu di kamar.”


“Oke. Oh ya—Saigawa. Ada satu hal lagi yang belum kukatakan tentang Kayama.”


“Apa itu?”


“Waktu kau bilang ada wanita yang kau sukai, dan pertama kali memberitahu kami tentang Nagira. Padahal kau belum memberi tahu informasi apa pun tentang Nagira, Kayama bilang ‘Masturbasi saja dengan kouhai itu’. Mungkin Kayama... sudah tahu dari awal kalau kau menyukai Nagira.”


Dia memperhatikan sampai hal seperti itu. Aku sama sekali tidak menyadarinya.


Memang, Kayama mengenal Nagira dari kencan buta, jadi dia mungkin bisa menyimpulkan itu.


Tapi, apa hubungannya—


“Aku tidak ingin mengatakannya—tapi kalau kau ingin menyelamatkan Kayama, perhatikan juga Kayama itu sendiri. Sama seperti aku yang sedikit curiga, Kayama juga... sepertinya menyadari sesuatu tentang kalian.”


“Aku mengerti. Terima kasih atas nasihatnya.”


“Hubungi aku kalau sudah selesai. Kalau dalam tiga jam tidak ada kabar, aku akan lapor polisi.”


“Tidak masalah. Yah—mungkin akan beres.”


Agar dia tidak khawatir, aku berusaha tersenyum ceria.


“Haa... Semuanya penuh rahasia, kecuali aku...”


Tapi, orang yang tertawa dalam situasi seperti ini pasti gila. Gori-san terlihat kesal.



*



Tempat yang ditentukan adalah sebuah gedung pertokoan yang tidak terpakai di daerah teluk. Hampir seperti gedung kosong, dan karena pembangunan di sekitarnya dihentikan, hanya ada tanah kosong yang luas.


Aku mengendarai motor besar pinjaman dari Gori-san dan memarkirkannya di dekat gedung itu.


“Sekarang... bagaimana. Sepertinya ada banyak orang.”


Ada beberapa mobil modifikasi terparkir di dekat gedung. Mungkin tempat seperti ini cocok untuk tempat berkumpulnya para berandalan. Polisi juga tidak akan repot-repot berpatroli ke tempat seperti ini.

Aku bisa saja menerobos masuk, tapi aku ingin menghindari Kayama terluka saat terjadi keributan.


Apa aku harus memanjat dinding gedung dan masuk dari lantai dua atau tiga?


--Tong. Sesuatu yang berwarna perak jatuh dari atas, jadi aku segera mencabut senjata.


Tapi, aku segera menurunkan senjata itu. Benda perak yang jatuh itu adalah—


“Hah...? N-Nagira...!?”


“Eh, eeeee!? Saigawa-kun!?”


--Nagira. Dia membawa pedang itu (apa namanya, Hibari?) di pinggangnya, dan yang dia kenakan adalah...


“Kau, pakaian itu, milik《Organisasi Rod》...”


“Ah, ja-jangan lihat! Ini sangat ketat, tahu!? Sungguh!!”


Nagira mengenakan seragam《Organisasi Rod》. Terlihat sangat pas di tubuhnya, dan sepertinya mudah untuk bergerak. Tapi, ini membuatku nostalgia. Meskipun sekarang dia memakainya lagi... tetap cocok.


“Lagipula, Saigawa-kun juga memakai baju lamamu!”


“Ah, ya. Karena aku mengantisipasi pertarungan, jadi untuk berjaga-jaga.”


Aku juga memakai seragam tempur《Organisasi Shijima》. Sangat ketat, tapi baju ini terbuat dari serat khusus, 

dengan ketahanan terhadap peluru, senjata tajam, api, dan air. Kalau mau melakukan hal berbahaya, pasti tidak salah memakainya. Meskipun desainnya agak memalukan untuk dilihat orang lain. Terlihat seperti cosplay.


Tapi, ini bukan saatnya menilai pakaian. Ada hal lain yang harus kutanyakan.


“Nagira. Kenapa kau di sini?”


“Benar juga. Aku mendapat pesan SOS dari Yoshino, makanya aku di sini. Jadi aku ingin segera menolongnya, aku membatalkan janji dengan Saigawa-kun, dan terbang ke sini. Kalau kau?”


“Kuri-san...? Aku datang karena mendapat kabar kalau Kayama ditangkap orang-orang aneh.”


“Kayama-senpai juga...? Berarti, kalian berdua ada di gedung orang-orang aneh ini?”


“Begitulah... (gedung orang-orang aneh?)”


Tapi ada apa ini? Seharusnya Kayama dan Kuri-san hanya bertemu di kencan buta, dan tidak ada hubungan setelah itu. Tapi untuk sebuah kebetulan—ini terlalu kebetulan.


(Hubungan... jangan-jangan--)


“Sepertinya Yoshino bersembunyi di suatu tempat di gedung ini. Aku harus segera mencarinya.”


“Lakukanlah. Aku akan mencari Kayama.”


“Kalau begitu kita berpencar.”


“Tidak—terlalu lambat. Nagira, bantu aku.”


Aku membawa berbagai senjata, tapi senjata andalanku, sarung tinju (aku lupa namanya), tidak kubawa karena lemari tidak bisa dibuka. Jadi aku berpikir untuk bergerak secara diam-diam, tapi situasinya berubah.


Jika tujuan kami sama dengan Nagira, lebih cepat dan pasti kalau kami menerobos masuk bersama dari depan.


“Eh...”


“Kenapa kau menolak?”


Tapi, Nagira menatapku dengan tatapan serius. Apa yang membuatnya tidak puas?


“Aku yang ‘membantu’, kan? Berarti bagi Saigawa-kun itu ‘hutang’, kan?”


“Ah, begitu. Detail sekali... Ah, Nagira. Kita bekerja sama.”


“Oke! Ayo pergi bersama!”


Mempertimbangkan hubungan kami saat ini, mungkin itu ungkapan yang lebih tepat daripada ‘membantu’ atau ‘berhutang’.


Karena itu, saat kumenyatakannya lagi, Nagira tersenyum lebar. Sial, imut sekali... Semangat juangku....


Aku berusaha untuk tidak melihat wajah Nagira, dan kembali menghadap pintu masuk gedung.


“Perlu strategi khusus?”


“Tidak perlu sama sekali. Langsung terobos saja. Ikuti aku baik-baik!”


“Kau juga. Kalau begitu—ayo pergi.”

Sebenarnya, aku pernah beberapa kali bekerja sama dengan Nagira di masa lalu, karena situasi yang mengharuskan kami melakukannya. Tapi ini pertama kalinya kami bertarung bersama atas kesepakatan bersama sejak awal.


--Nagira adalah rekan yang paling kupercaya di dunia ini. Baik dari segi kemampuan maupun perasaan.


“Aku ambil yang kiri.”


“Baik.”


Ada dua pria yang sepertinya penjaga duduk di pintu masuk gedung. Mungkin mereka sedang melihat ponsel, mereka sama sekali tidak menyadari kedatangan kami, dan saat mereka menyadarinya, sudah terlambat.


Kami berdua melumpuhkan penjaga dengan satu serangan, dan aku mendobrak pintu kaca gedung.


“Apa—“


“Target 7. Kiri 3.”


“Baik baik. Kalau begitu kanan 4!”


Ini bukanlah jalan-jalan, bahkan bukan juga pemanasan. Di pintu masuk yang luas, ada sofa dan kursi yang diletakkan sembarangan, dan di situlah para berandalan itu bersantai. Meskipun mereka menyadari kehadiran kami karena suara pintu yang kudobrak, tapi mereka terlambat seratus langkah. Kami langsung mengetahui jumlah mereka.


Kerikil seukuran kepalan tangan muncul di sekitar Nagira, dan empat sekaligus ditembakkan. Kerikil-kerikil itu mengenai sasaran, tepat di dahi para pria itu, dan mereka semua jatuh ke tanah. Aku mencabut pistol gas pinjaman dari Gori-san, dan langsung menarik pelatuknya tiga kali. 

Pistol ini menembakkan peluru karet yang diperkuat, bukan BB, dan tergantung di mana peluru itu mengenai, bisa menyebabkan rasa sakit yang hebat hingga pingsan. Intinya, melumpuhkan tiga pria sekaligus itu mudah.


Lantai satu sudah dibersihkan. Nagira melompat, dan langsung berlari melewati tangga.


Aku juga menendang lantai, melompat dari anak tangga paling bawah ke bordes dalam satu langkah, dan langsung sampai di lantai dua.


--Jriiiiiiiiiiiiiiiiiing!


“Alarm—apa ada yang mendengar keributan?”


“Lebih cepat dari yang kukira.”


“Apa-“


Aku membungkam pria yang hendak membuka mulut di depanku dengan pistol, dan memeriksa situasi di lantai dua.


Lebih sepi daripada lantai satu. Tapi, aku melihat para berandalan itu berlarian turun dari lantai atas. ‘Sarang’ mereka mungkin ada di lantai yang lebih tinggi. Kayama pasti ada di sana.


“Saigawa-kun. Sepatumu itu yang dulu?”


“Iya. Silakan.”


“Oke!”


Nagira menghentakkan kakinya ke lantai sekali, dan seketika seluruh lantai berubah menjadi lapisan es seperti arena skating. Para berandalan itu kehilangan keseimbangan dan jatuh satu per satu, sementara Nagira menari dengan anggun di atas es seperti seorang ice skater. Bagi Nagira, dunia es adalah wilayah kekuasaannya.

Karena membekukan medan adalah keahlian Nagira, aku sudah memodifikasi sol sepatuku agar bisa digunakan di atas es. Berbeda dengan Nagira yang meluncur, aku berlari lurus, menembak, dan menghabisi orang-orang yang tidak dihadapi Nagira. Ini benar-benar mudah. Mereka bukan tandinganku.


“Sebentar lagi?”


“Ya.”


Kami sampai di lantai tiga. Saat kami memasuki lantai itu—


“Mati kau!!”


Seseorang menyerangku dengan tongkat baseball dari tempat persembunyiannya. Aku menghindar dengan mudah, menendang kakinya hingga dia terjatuh, dan menginjak wajahnya untuk membungkamnya. Serangan mendadak ke Nagira juga sama, Nagira menangkis pipa besi dengan sarung pedangnya, lalu memukul pelipis penyerangnya dengan sarung itu hingga pingsan. Klang klang, suara dua logam yang terguling.


“A-apa-apaan kalian...!?”


“Suara itu... kau yang meneleponku? Kayama baik-baik saja?”


Pria yang sepertinya meneleponku itu menatap kami dengan ekspresi terkejut.


Sepertinya lantai tiga adalah ‘sarang’ mereka, Kayama yang terikat dan beberapa pria ada di sana. Aku tidak melihat Kuri-san, apa dia ada di lantai yang lebih tinggi? Nagira memiringkan kepalanya sambil mulai ‘membersihkan’ mereka.


Kayama babak belur, tapi dia tidak dibunuh. Sepertinya mereka tidak berani membunuh.


“Li-li-“


“Diam.”


Aku tidak berniat bicara dengannya. Aku langsung menembak dan melumpuhkan pria yang sepertinya pemimpin mereka.


Sepertinya Nagira juga sudah selesai ‘membersihkan’ sisanya. Dia datang ke sampingku.


Entah sejak kapan alarmnya berhenti berbunyi, dan lantai itu menjadi sunyi seketika.


“Hei, Kayama. Sadarlah. Kau baik-baik saja?”


“Ugh...”


“Parah... sepertinya dia dipukuli habis-habisan...”


Aku memutuskan tali plastik yang mengikat Kayama, dan memeriksa kesadarannya. Meskipun dia disiksa dengan cukup parah, sepertinya tidak perlu memanggil ambulans sekarang. Aku membawa obat-obatan, jadi aku akan memberinya pertolongan pertama.


Aku membuka beberapa kancing kemeja Kayama, dan memeriksa apakah ada luka luar.


“Aku akan mengobati Kayama. Nagira, cari Kuri-san. Seharusnya tidak banyak musuh lagi.”


“Oke. Semoga Yoshino ada di atas...”


“Saigawa... dan, Nagira-chan... N-Nagira-chan...? Woooow!!”


Kayama yang sudah sadar, melihatku dan Nagira, lalu melihat Nagira dan melakukan tindakan anehnya yang biasa. Dia melompat di tempat seperti tersengat listrik. Sepertinya tidak perlu pertolongan pertama.

“Hei, Kayama-senpai. Karena kau terlihat sehat, aku mau bertanya satu hal—“


Nagira yang hendak pergi ke lantai atas, bertanya pada Kayama karena dia sudah bangun. “Apa itu?”, Kayama bertanya dengan tenang. Sepertinya dia tidak terlalu terluka...


“—Kenapa kau tidak menggunakan《Breath of Blessing》saat dalam bahaya?”


“...Eh?”


“.........”


Aku tidak mengerti pertanyaan Nagira. Nagira melanjutkan pertanyaannya dengan nada seolah itu wajar.


“Karena bukan untuk pertarungan? Kalau begitu tidak apa-apa, tapi...”


“Tu-tunggu. Nagira, apa yang kau-“


“Apa? Apa maksudmu? Bukannya Kayama-senpai itu

《Blessing Recipient》? Karena aku tidak mengenalnya, aku mau bertanya pada Saigawa-kun apakah dia mantan anggota Shijima Kikan...”


--Eh, bukan itu maksudku. Orang itu...—


Ngomong-ngomong, Nagira pernah ingin bertanya sesuatu padaku tentang Kayama.


Karena Nagira akhirnya tidak jadi bertanya, aku tidak tahu apa yang ingin dia tanyakan—


“...Nagira. Tidak ada buktinya. Tidak ada bukti kalau Kayama itu

《Sign Bearer》.”

“Kita bisa merasakannya, meskipun samar-samar... tapi sebelum itu, ada tanda lahir di bawah tulang selangkanya?”


“Tidak! Aku tidak melihat tanda lahir apa pun!!”


Ada perbedaan yang jelas. Selama ini aku bergaul dengan Kayama, tergantung pakaiannya, aku pasti pernah melihat area sekitar tulang selangkanya. Jadi saat pertama kali bertemu Kayama, pasti Nagira pernah melihat tanda lahir Kayama di suatu waktu.


Dan sekarang pun, aku sedang membuka kancing kemeja Kayama. Kalau ada bukti kalau dia《Blessing Recipient》, tanda lahir berbentuk sayap, sebodoh apa pun aku pasti akan menyadarinya.


“Seperti dugaanku, tanda lahir ini istimewa—kemampuan super itu

《Breath of Blessing》atau《Blessing Recipient》? Begitu ya sebutannya? Dan, pakaian aneh kalian itu... sepertinya bukan cosplay. Hebat, apa itu semacam seragam? Apa pistol dan pedang yang kalian bawa itu asli? Replika? Wow wow wow, aku jadi bersemangat.”


“Kayama...!!”


Beberapa informasi terhubung, dan aku hampir mencapai kesimpulan.

Kayama adalah Pemilik Tanda Lahir, dia menyadari masa laluku dan Nagira, dan—


“Rikka! Saigawa-san! Orang itu, Penerima Berkat!”


“Yoshino!?”


Kuri-san berlari dari lantai atas dengan terengah-engah. Bersamaan dengan itu, dia berteriak.


“Dia punya Berkat untuk mengendalikan orang!!”


--Jika ada satu hal yang menghubungkan Kuri-san dan Kayama, itu adalah...

“’Klien’ yang menyuruhku menyelidiki detektif itu... kau?”


“Haha. Seperti yang kuharapkan dari Saigawa, kau mengerti. Yah, itu sia-sia sih.”


Kayama menjentikkan jarinya. Seketika, orang-orang yang sudah kulumpuhkan berdiri, meskipun mereka tidak sadarkan diri.


“Meskipun kemampuan super untuk mengendalikan orang itu ada beberapa jenis. Akan kutunjukkan salah satunya.”


“Hentikan, Kayama!! Aku tidak mengerti!! Kenapa kau melakukan ini!?”


“Karena aku tidak mengerti. Hei, Saigawa. Kau... kalian ini sebenarnya apa?”


Kayama balik bertanya. Salah satu pria itu mengangkat tangannya tinggi-tinggi, dan memukulku. Aku menangkisnya dengan satu tangan, tapi tubuhku terasa seperti dihantam palu.


“Ugh...! A-apa ini, kekuatan yang luar biasa...!?”


“Ini ‘autopilot’. Aku hanya bisa memberi perintah sederhana seperti serang lawan di depanmu, tapi sebagai gantinya, aku bisa mengendalikan banyak orang sekaligus, tidak peduli mereka sadar atau tidak, dan mereka akan terus menjalankan satu perintah itu meskipun aku jauh dari mereka. Selain itu, sepertinya saat ‘autopilot’, pembatas otak mereka akan terlepas, jadi target yang dikendalikan akan menjadi lebih kuat dan lebih cepat. Yah, setelah pengendalian selesai, tubuh mereka akan hancur, tapi... eh, apa aku tidak boleh terlalu banyak bicara soal kemampuan superku? Maaf maaf, lupakan saja. Ini pertama kalinya aku menjelaskan kekuatanku pada seseorang, jadi aku jadi kebablasan.”


《Breath of Blessing》Kayama, mengendalikan manusia.

Jika semua penjelasannya benar, berarti orang-orang ini sekarang bergerak secara otomatis untuk menyerang musuh di depan mereka—aku dan Nagira. Dan pembatas otak mereka sudah dilepaskan, jadi mereka menyerang dengan kekuatan penuh.


Aku menangkis serangan itu untuk sementara, dan menendang pinggang pria itu dengan sekuat tenaga hingga dia pingsan lagi. Tapi, pria itu berdiri lagi. Karena dia sudah tidak sadarkan diri dan dikendalikan, percuma saja berapa kali pun aku menjatuhkannya. Sepertinya aku harus menahan mereka secara fisik—mengikat mereka atau semacamnya, kalau tidak, aku tidak bisa menghentikan mereka.

Saat aku sedang berpikir apa yang harus kulakukan, para pria yang tersisa menyerang Nagira dan Kuri-san.


Gawat. Mereka jauh lebih merepotkan daripada saat mereka sadar.


“Uwaaaaaaaa!! A-aku diserang!!”


“Tidak apa-apa, Yoshino.”


Suhu ruangan turun drastis. Dalam sekejap mata, semua pria itu membeku dari leher ke bawah, dan tergeletak di lantai seperti ikan tuna beku yang dibuang sembarangan.


Mungkin mereka tidak bisa menggerakkan tubuh mereka lagi. Nagira serius.


“Wow... hebat sekali, Nagira-chan. Kau benar-benar manusia?”


Sambil menggoyangkan tubuhnya dengan tidak wajar, Kayama berkata sambil menyeringai.


“...Tentu saja.”


“Orang ini, mendekati orang-orang jahat itu, menjadi teman mereka, lalu membiarkan dirinya ditangkap. Aku terus mengikutinya, tapi aku ceroboh dan malah ikut tertangkap. Yah, aku jago kabur, jadi aku bisa langsung kabur seperti ini... intinya, orang ini merencanakan sesuatu! Dia sampah!!”


“Apa yang mengejarku akhir-akhir ini, atas perintah kepala kantor Kuroba?”


“Ya! Bosku tahu kalau kau punya catatan kriminal! Jadi, kalau kliennya melakukan kejahatan, dia mungkin akan kena masalah, makanya dia menyuruh karyawannya untuk membuntuti, dia benar-benar sampah!!”


Entahlah, sepertinya detektif tempat Kuri-san bekerja paruh waktu juga curiga pada klien mereka, Kayama. Sepertinya kecurigaan itu muncul karena ingin melindungi diri sendiri...


“Kayama. Jelaskan situasinya. Apa yang mau kau lakukan?”


“Hmm... bukannya mau melakukan apa-apq, tapi mau tahu. Pertama-tama, aku tidak punya banyak pengetahuan tentang kemampuan super ini. Aku tiba-tiba bisa menggunakannya waktu masih kecil. Tapi, kekuatan ini cukup tidak stabil—dan cukup banyak menyebabkan tragedi. Karena aku, orang tuaku tiba-tiba bertengkar, semua orang di kelasku berkelahi. Dan, karena aku selalu berada di tengah-tengah keributan itu, akhirnya aku berurusan dengan polisi. Yah, karena keberadaan kemampuan super tidak bisa dibuktikan, jadi aku hanya punya catatan kepolisian. Sampai sini paham?”


“Tidak tahu tentang《Breath of Blessing》... berarti, kau《Blessing Recipient》yang tidak disengaja.”


Entah bagaimana caranya,《Organisasi Shijima》dan《Organisasi Rod》bisa mendeteksi orang yang menjadi pemilik kemampuan super, dan menjemput mereka. Intinya, merekrut mereka ke organisasi masing-masing.


Tentu saja, ada beberapa organisasi lain selain kedua organisasi itu, meskipun skalanya kecil, dan di sana juga ada《Blessing Recipient》.

Jadi, 99% pemilik kemampuan super terlibat dalam dunia bawah tanah.


“Ehm, memang kadang ada, kan? Orang yang sama sekali tidak tahu tentang ‘ini’...”


“Yang disebut ‘yang tertinggal’? Kasus yang jarang terjadi, tapi memang ada.”


“Aku lanjutkan ya? Yah, jadi, aku tumbuh dengan mengetahui cara menggunakan kekuatanku, tapi tidak tahu apa sebenarnya kekuatan itu. Tapi, aku jelas berbeda dari orang lain. Kalau aku mau, kekuatan ini bisa melakukan apa saja. Karena itu membuatku frustrasi, aku berhenti menggunakannya sampai masuk kuliah. Oh, aku jadi takut pada wanita karena dulu aku pernah mendapat balasan yang menyakitkan karena kekuatan ini. Wanita itu bukan untuk dikendalikan.”


“Kau mengatakannya dengan santai. Kau, sudah berapa banyak orang yang kau...”


Kuri-san menatap Kayama dengan jijik, tapi Kayama melanjutkan ceritanya dengan wajah tanpa dosa.


“Intinya, kekuatan ini adalah sesuatu yang tidak diketahui, aku pikir itu hanya milikku. Tapi, saat aku masuk kuliah... ada, kan? Seorang pria yang jelas-jelas terasa berbeda dari orang biasa.”


“Itu... aku?”


Aku mengerti kenapa dia mendekatiku yang penyendiri ini.


Meskipun dia tidak punya pengetahuan, tapi karena dia《Blessing Recipient》, dia secara naluriah menyadari kekuatan yang kumiliki.


...Sial. Kalau begitu, aku tidak boleh membiarkan Kayama bicara lebih jauh. Aku mulai mengerti.

“Awalnya, Saigawa bersikap biasa saja padaku—tapi waktu dia melihat tanda lahirku sekilas, dia mengeluarkan aura pembunuh yang luar biasa. Saat itulah aku sadar. Tanda lahir ini adalah sesuatu yang istimewa, itu berhubungan dengan kemampuan superku, dan dia cukup tahu tentang itu.”


“Makanya, kau—“


“Ya. Menggunakan kemampuan super padaku.”


Benar dugaanku. Kayama sudah menggunakan《Breath of Blessing》padaku. Tanpa aku sadari sama sekali.


“Tapi, kekuatanku utamanya adalah mengendalikan tubuh orang, aku tidak bisa mengendalikan pikiran. Aku bisa memaksa seseorang untuk mengeluarkan suara, tapi aku tidak bisa menentukan apa yang akan mereka katakan. Jadi kecuali kau mengatakannya dengan kemauanmu sendiri, aku tidak akan tahu apa pun yang ingin kutahu. Kalau begitu, aku harus berteman denganmu—tapi tanda lahir ini, akan membuatmu sangat waspada, kan?”


“...Ya. Makanya, kau membuatku tidak bisa melihat tanda lahir itu.”


“Tepat sekali. Karena penglihatan bergantung pada tubuh, aku bisa melakukan itu.”


Saat aku melihat tanda lahir itu sekilas, aku secara naluriah mengeluarkan aura pembunuh. Tapi, Kayama langsung memanipulasi penglihatanku dengan kemampuannya, dan membuatku tidak bisa melihat tanda lahir itu. Karena aku tidak bisa melihat tanda lahir itu lagi, itu hanya ‘salah lihat’.


Karena itu, aku salah mengira Kayama sebagai orang biasa, dan berteman dengannya seperti biasa.


Tapi Kayama salah perhitungan, karena meskipun kami berteman dekat, aku tidak pernah mengatakan apa pun.

“Meskipun sudah dua tahun dan tidak ada hasil, aku sudah hampir menyerah—tapi tetap saja, waktu aku bersama Saigawa, ada hal yang kudapatkan. Nagira-chan, dan juga Kuri-chan? Gadis-gadis yang jelas-jelas bukan orang biasa datang ke kencan buta itu. Tidak kusangka ada gadis yang menggunakan kemampuan super, dan dia juga kenal dengan Saigawa.”


“Ini waktu Rikka melempar es di kencan buta...”


“I-itu...”


“Kau tahu kalau jumlah es yang dilempar Nagira itu tidak normal, kan? Karena kau juga pemilik kemampuan super.”


“Ya. Yah, tujuan kencan buta itu hanya untuk menambah pion, sih.”


“Pion ya.”


Aku melihat salah satu pria yang terbaring membeku. Saat pertama kali menerima panggilan video, aku merasa pernah melihatnya. Sekarang aku ingat siapa dia.


“Dia penyelenggara kencan buta itu? Dari pihak laki-laki.”


Orang yang mengusirku dan Kayama. Aku tidak tahu namanya, tapi aku mengingatnya karena dia membayar kami.


“Kau ingat ya. Yah, itu salah satu cara untuk memperluas jaringan. Hasilnya, dengan membuat drama seperti ini menggunakan mereka, Saigawa akan datang menyelamatkanku. Mungkin dengan menggunakan kemampuan super yang dia miliki. Dengan begitu, dia tidak bisa lagi menyembunyikan apa pun—saat itulah aku akan menunjukkan kemampuan superku padamu. Yah, aku tidak menyangka Nagira-chan yang juga pemilik kemampuan super dan Kuri-chan yang membuatku tertawa dengan pengejarannya yang ceroboh juga akan datang. Tapi dengan kehadiran kalian, dia pasti tidak bisa lagi menyembunyikan apa pun. Haha, terima kasih sudah datang!”

“Diam kau brengsek!!”


“...Kau rela dipukuli hanya untuk itu?”


“Mesum...”


Memanggilku saja tidak cukup. Dia menciptakan situasi di mana aku harus menggunakan kekuatanku, lalu memanggilku. Kayama... adalah temanku. Tentu saja aku akan datang menolongnya.


Tujuannya tidak salah, dan rencananya berhasil dengan sempurna.

Tadinya, setelah menyelamatkan Kayama, aku berniat mengarang alasan untuk menutupi kejadian ini. Dengan mengatakan Saigawa Roushi itu jago berkelahi, hebat, kan... atau semacamnya.


Kenyataannya—mungkin tidak akan semudah itu.


Karena Kayama benar-benar ingin ikut campur dalam urusanku.


“Hanya untuk itu, menyedihkan sekali. Itu hal yang penting bagiku. Lagipula, setengahnya bukan akting, tapi mengalir begitu saja. Kau kan berbohong kalau kau orang kaya. Jadi waktu kubilang mereka bisa mendapatkan uang dengan mengancamku, mereka yang sampah itu akan bergerak sendiri tanpa perlu kemampuan super.”


“Kau yang bisa mengendalikan orang sesuka hati juga sampah!!”


“Haha. Mau bagaimana lagi, karena aku bisa mengendalikan mereka. Hei, Saigawa. Sebenarnya apa kekuatanku ini? Apa aku benar-benar manusia yang sama? Apa dunia tempat kalian berada, bisa memberiku jawabannya?”


“Mana kutahu. Tapi, akan kukatakan. Semua yang ingin kau tahu. Tentu saja, kau tidak boleh mengatakannya pada siapa pun...”


Tidak masalah kalau Kayama puas setelah mengetahui semuanya. Meskipun aku kesal karena dia membuat masalah rumit ini hanya karena ingin tahu, tapi kalau ini akhirnya, ya sudahlah.


Kayama menanggapi tawaranku itu—dengan seringai.


“Terima kasih. Tapi, itu tidak boleh, Saigawa. Membosankan.”


“Membosankan...? Hei, sudah cukup. Apa lagi yang kau inginkan?”


“Aku ini sampah yang hanya memanfaatkanmu, kan? Sambil berpura-pura menjadi temanmu. Tidak aneh kalau kau bersikap baik pada orang seperti itu. Kalau aku tidak sedikit mengamuk, kalian tidak punya alasan untuk menghukumku. Jangan akhiri ini begitu saja. Aku—suka hal-hal yang menarik.”


Seperti dugaanku. Orang ini... ingin mengamuk. Dulu, ada orang kaya bodoh yang mengatakannya.


《Blessing Recipient》adalah binatang buas, dan orang tidak berkemampuan sepertiku adalah kelinci. Binatang buas selalu merasa terkekang.


Karena itu, aku berusaha agar Kayama tidak merasa seperti itu, tapi gagal.


“Nagira!!”


“Eh?”


Saat menghadapi《Blessing Recipient》, pertama-tama kita harus mendapatkan informasi tentang Berkat yang mereka miliki. Jenis kemampuan, jangkauan, durasi, kondisi aktivasi, ‘harga’, dan sebagainya. Semakin banyak kita tahu, semakin mudah menyusun strategi.


Aku sudah menganalisis sekitar 80% tentang《Breath of Blessing》 Kayama.


Jenis kemampuannya adalah mengendalikan manusia... atau lebih tepatnya, mengendalikan tubuh orang lain. Dia bisa mengendalikan sebagian dari panca indera dengan tepat, atau menggerakkan seluruh tubuh orang yang pingsan secara paksa dan mengendalikannya seperti boneka. Kemampuannya cukup fleksibel, dan tergantung penggunanya, bisa menjadi Berkat yang sangat merepotkan.


Jangkauannya setidaknya seluas satu lantai gedung. Dari ucapannya, sepertinya seluruh gedung bisa berada dalam jangkauan efeknya. Mungkin tergantung cara penggunaannya.


Durasinyanya tidak diketahui, tapi sepertinya cukup lama. Aku tidak menyadari tanda lahir Kayama selama dua tahun. Artinya, kemampuannya bisa bertahan terus menerus dalam jangka waktu yang lama. Tentu saja, ada beberapa kali dia mengaktifkannya lagi.


Dan—kondisi aktivasi kemampuannya mungkin adalah Kayama harus menyentuh targetnya secara langsung.


“Waspadalah!!”


Aku berteriak sambil berbalik, dan menendang Nagira dengan tendangan memutar.


“Eh...! Tiba-tiba kenapa, Saigawa-kun!! Kita kan sudah bekerja sama! Pembohong!”


Nagira langsung menangkis tendanganku dengan sarung pedangnya, dan melompat mundur untuk menghindari dampaknya.


“Kau pasti mengerti! Ini bukan kemauanku! Aku sudah dikendalikan Kayama!!”


“Eh, benarkah!?”

Tidak heran dia terkejut. Awalnya, penglihatanku sudah dimanipulasi oleh Kayama. Tidak aneh kalau dia bisa beralih mengendalikan tubuhku. Tapi, ini sudah pasti. Kayama memang harus menyentuh targetnya secara langsung untuk mengaktifkan kemampuannya. Jika Kayama bisa mengendalikan hanya dengan melihat atau mendekati targetnya, Nagira dan Kuri-san juga pasti sudah dikendalikan. Tapi tidak ada tanda-tanda itu—karena Kayama tidak bisa menyentuh wanita.


“Hahaha! Kau sudah tahu kalau kau bisa dikendalikan? Hebat sekali, Saigawa.”


“Kalau ada ‘autopilot’... wajar kalau kupikir ada juga ‘manual’. Aku tidak tahu yang mana yang dia gunakan padaku sekarang.”


“Benar. Aku sengaja tidak mengatakannya, tapi sepertinya sia-sia. Memang benar, aku bisa mengendalikan target sesuka hatiku secara ‘manual’. Tapi, kalau ‘otomatis’ bisa digunakan meskipun targetnya tidak terlihat, ‘manual’ harus dalam jangkauan pandanganku. Bayangkan aku memegang remote control, seperti itulah. Tapi sebagai gantinya, aku bisa melakukan apa saja. Seperti ini.”


Aku mencabut pistol dan menembak Nagira. Tapi, Nagira menangkisnya dengan kerikil es secara otomatis.


“Hei hei. Meskipun bukan yang asli, itu kan pistol Gori-senpai? Kau bisa menangkisnya dengan mudah, apa Nagira-chan memang bukan manusia?”


“B-berisik! Aku manusia!”


“Tu-tunggu! Kalau Saigawa-san dikendalikan, jangan-jangan kami juga—“


“Tenang saja, Kuri-san. Kayama belum memenuhi kondisi aktivasinya. Dia tidak bisa mengendalikan kalian.”


“Haha! Kau tahu itu juga meskipun aku belum mengatakannya? Sampai sejauh mana kau, Saigawa! Kau ini siapa!?”


Waktu pengendaliannya bukanlah saat Kayama menyentuh targetnya. Kayama bisa mengendalikan kapan pun dia mau, selama dia pernah menyentuh targetnya. Aku tidak pernah disentuh Kayama akhir-akhir ini. Tapi karena Kayama sudah sering menyentuhku, kondisi aktivasi kemampuannya selalu aktif.


Dia sering melakukan kontak fisik denganku.


Dengan begitu, dia memenuhi kondisi aktivasi, dan sekaligus mengaktifkan kembali kemampuannya padaku. Mungkin untuk mencegahku melihat tanda lahirnya.


“La-lalu, ‘harganya’!? Kalau ‘harganya’ berat, dia mungkin tidak bisa menggunakannya terus menerus...!”


Sambil menghindari tinjuku dengan lincah, Nagira berkata.《Breath of Blessing》pasti punya ‘harga’.


“Tidak—‘harganya’ tidak terlalu besar. Kau bisa melihatnya dari tubuh Kayama.”


Di sela-sela serangan, Nagira mengalihkan pandangannya ke Kayama. Mataku juga bergerak, jadi aku melihat ke arah sana.


Gedebuk gedebuk gedebuk. 


Kayama terus menggerakkan tangan kanannya dengan liar sambil bersandar di dinding.


Gerakan tak terkendali. Itulah ‘harga’ Kayama.


Dia sering bertingkah aneh, itu karena gerakannya yang tidak menentu akibat fobia wanita dan—gerakan tubuhnya yang tidak bisa dia kendalikan karena ‘harga’.

“’Harga’? Aku tidak begitu mengerti, tapi kalau aku menggunakan kekuatan ini, pasti begini. Yah, hanya bagian tubuhku yang bergerak sendiri, tidak masalah.”


Saat pertama kali bertemu juga begitu. Kayama menepuk pundakku, lalu menggoyangkan kakinya dengan panik.


Itu bukan kebiasaan buruk Kayama, tapi ‘harga’ karena dia menggunakan《Breath of Blessing》padaku.


“Berbeda denganmu dan《Clod》,《Breath of Blessing》nya adalah tipe yang tidak terlalu terbebani meskipun digunakan dalam waktu lama. Jangan berharap pengendaliannya akan lepas seiring berjalannya waktu. Syukurlah... Kayama itu amatir.”


“Kau menganalisisnya dengan tenang! Hentikan seranganmu, Saigawa-kun!”


“Tidak bisa. Aku tidak bisa mengendalikan diriku.”


Aku terus menyerang Nagira dengan sengit dalam pertarungan jarak dekat. Pemikiranku dan gerakanku sangat bertolak belakang, aku merasa seperti sedang bermimpi. Nagira menghindari seranganku dengan baik, tapi dia ragu-ragu untuk membalas. Tentu saja, aku sendiri belum berniat menyerang Nagira.


“Aku sudah sering mengendalikan orang secara langsung, tapi Saigawa berbeda. Maaf Nagira-chan, tapi bisakah kau sedikit melawan? Ini bukan hal yang bisa sering dilihat!”


“Saigawa-kun! Kalau begini terus, aku akan serius—“


Nagira menunjukkan semangat juang di tengah kecemasannya. Di sisi lain, aku memutuskan bahwa aku sudah mendapatkan semua jawaban yang kubutuhkan, jadi aku segera memberi instruksi.


“Kuri-san! Semprotkan parfum ke wajah Kayama!”

“Hah!? Kenapa—“


“Lakukan saja!”


“B-baik! Kuman harus dibasmi, dasar bodoh!!”


Kuri-san berlari mendekati Kayama, dan menyemprotkan parfum yang dia ambil dari sakunya ke wajah Kayama.


“Uhuk, uhuk, uhuk! Apa-apaan...”


“Nagira!”


“Baik!”


Krak. Nagira menusukkan sarung pedangnya ke dahi Kayama.


“...!? Pengendaliannya...”


“Kau mungkin tidak tahu, tapi saat konsentrasi terganggu secara ekstrem, ada《Breath of Blessing》yang tidak bisa mempertahankan kemampuannya. Terutama《Breath of Blessing》yang jenisnya mengendalikan sesuatu.”


Contohnya, kontrol tanah liat《Clod》akan menurun akurasinya saat dia diserang.


Kayama terbatuk-batuk karena parfum, dan selama itu, pengendalianku terhenti sementara, dan aku terjebak.


“Ah, kau tidak boleh mengendalikan Saigawa-kun lagi. Aku akan memukulmu?”


“...Aku menyerah. Kalah secepat ini.”


“Kayama. Maaf, tapi kita punya lebih banyak pengalaman. Pertama, kemampuanmu tidak cocok untuk pertempuran langsung. 

Meskipun kau tidak mendapatkan kekuatan tempur tambahan, tapi kau bisa dilumpuhkan hanya dengan mengalahkanmu, penggunanya. Jadi, 《Breath of Blessing》itu akan lebih efektif kalau digunakan untuk dukungan dari belakang, setelah kau menyusun strategi penggunaannya dengan tepat. Dan, meskipun kau bisa mengendalikan tubuh lawan secara langsung, kenapa kau tidak langsung merebut suaranya? Kalau ada banyak musuh di sekitarmu seperti sekarang, kau bisa memberi instruksi seperti ini. Kau terlalu ceroboh dalam segala hal.”


“Haha, seperti profesional saja. Atau memang profesional—kalian, semacam... orang sepertiku yang amatir ini, tidak ada apa-apanya.”


“Tentu saja. Aku adalah petarung profesional yang bisa memukul kecoak dengan tangan kosong.”


“Meskipun aku mengandalkan itu, Yoshino, tapi jangan gunakan tangan kosong, itu jorok...”


Mungkin karena sudah menyerah, Kayama mengangkat tangannya dengan pose menyerah yang berlebihan. Pengendalian tubuhku sudah dilepaskan, dan Nagira dan Kuri-san akhirnya bisa bernapas lega.


“Sekarang, apa yang akan kalian lakukan padaku? Rebus atau bakar sesuka kalian.”


“Hah? Kami tidak akan melakukan apa pun. Gori-san khawatir, jadi sekarang kirim pesan padanya. Dan lain kali traktir aku sebagai permintaan maaf. Beres.”


Aku mengambil ponsel Kayama yang jatuh di lantai, dan melemparkannya padanya. Dia terlihat tidak puas.


“Sudah kubilang, kan? Jangan akhiri ini begitu saja. Aku sudah dua tahun, kau—“


“Meskipun begitu, kau adalah temanku. Meskipun kau menyangkalnya, aku percaya begitu.”

“Saigawa-kun...”


Jika ada tujuan lain, apakah Kayama bertemu denganku karena terpaksa?


Jawabannya tidak. Aku sudah tahu itu sejak lama. Karena itu, aku tidak marah.


Berkat Kayama tidak bisa mengendalikan pikiran. Dia tidak bisa ‘memaksaku untuk berteman dengannya’, karena itulah selama dua tahun ini, tidak ada kepalsuan dalam hubungan kami.


“Awalnya, kau ingin mendapatkan informasi dariku, makanya kau berteman denganku, kan? Kalau begitu, rencanamu berhasil. Buktinya kita berteman baik, kan? Makanya aku akan menceritakan semuanya padamu.”


“...Hentikan. Aku jadi merasa menyedihkan. Hanya aku yang terus berputar-putar.”


“Memang begitu dari awal, kan? Kubilang ya, berdasarkan pengalamanku, kemampuanmu itu level sampah ke bawah.”


“Serius? Dunia macam apa ini? Aku ingin tahu—tapi meskipun aku tahu, sepertinya tidak ada gunanya lagi. Hei... Saigawa. Orang-orang dengan kemampuan super sepertiku ini, sebenarnya apa? Kekuatan seperti ini, tidak normal. Bukan kekuatan yang seharusnya dimiliki manusia. Jadi, apa aku bukan manusia?”


Mungkin itulah pertanyaan mendasar yang Kayama pikirkan selama ini.


《Breath of Blessing》. Kemampuan super yang tidak normal. Kekuatan untuk membuat keajaiban, yang tidak bisa dimiliki kebanyakan manusia.


Apakah orang yang memiliki kekuatan seperti itu, bisa disebut manusia?

Jawabanku—sudah kuputuskan.


“Tentu saja kalian manusia.《Breath of Blessing》hanyalah alat. Kalian《Blessing Recipient》—orang-orang dengan kemampuan super, hanya hidup dengan satu alat tambahan yang lebih berguna daripada manusia lainnya. Hanya itu saja, tapi alat yang bagus itu sangat menyesatkan. Hei, benar kan—“


Perlahan, aku mengarahkan moncong pistol. Karena ‘alat’-ku adalah pistol.


“—《White Demon》.”


Suara kering bergema di ruangan itu—dan aku kembali ke tujuanku semula.



*

(POV Ritsuka) 


“A-apa...!”


Tiba-tiba Saigawa-kun menembakku. Itu bukan pistol asli, dan meskipun aku tertembak,《Breath of Blessing》ku akan menangkis peluru itu. Jadi tidak masalah, tapi.


Aku memelototi Kayama-senpai. Orang ini masih...!


“Ti-tidak! Aku tidak melakukan apa-apa! Itu kemauan Saigawa sendiri!”


“Kemauan Saigawa-kun? Tidak masuk akal dia melakukan itu—“


“Rikka!! Ada ‘permusuhan’!! Siapkan《Hibari》!!”


Yoshino yang pertama kali menyadari perubahan Saigawa-kun. Aku menyiapkan《Hibari》beserta sarungnya, 

dan entah bagaimana menangkis tendangannya. Tendangannya berat... ini bukan main-main atau akting.


“Saigawa-kun...! Apa maksudmu...!?”


“’Apa maksudmu’? Jangan bicara omong kosong,《White Demon》.”


Dia menarik pelatuknya beberapa kali. Seolah menanggapinya, peluru es menembak jatuh peluru-peluru itu.


Satu langkah, dua langkah, Saigawa-kun mundur dan terus mengarahkan moncong pistolnya padaku.


“Kayama. Maaf, tapi kau hanya pembuka. Kau sudah menghemat tenagaku—karena memang aku berniat melakukan ini sejak awal.”



“Eh! Bukannya kita baru saja bekerja sama!?”


“Aku sudah menyelamatkan Kayama dan Kuri-san. Tidak ada gunanya lagi kita bekerja sama.”


“Tetap saja aku tidak mengerti! Kenapa kau tiba-tiba menyerangku!?”


“Urusan kita belum selesai.”


Dia berkata dengan tegas. Mendengar kata “urusan”, aku... akhirnya tersadar.


Hal yang entah sejak kapan terlupakan. Alasan sebenarnya aku dan dia bertemu.


Nagira Ritsuka dan Saigawa Roushi. Siapa yang lebih ‘unggul’. Tujuan untuk menentukannya dengan bertarung.


“Kau masih memikirkan itu—“


“《White Demon》. Aku lupa mengatakannya. Bagiku, kau—adalah musuh bebuyutanku. Satu-satunya seumur hidupku.”


“Musuh... bebuyutan...”


Sekarang aku bisa menjawabnya. Aku bisa mengatakan dengan jelas apa arti dirimu bagiku. Nagira. Kau adalah—


Kelanjutan dari kata-kata yang tidak sempat kudengar waktu itu. Itulah hubungan asli antara aku dan dia.


“Yo-Yoshino sudah bilang, kan! Era bermain perang-perangan sudah berakhir!”


“’Bermain perang-perangan’, ya.”


Saigawa-kun mengangkat kakinya tinggi-tinggi, dan menendang pria yang tergeletak membeku.


Manusia itu terbang membentuk busur, seperti bola yang dioper. Kekuatan tendangan yang konyol, tapi dia memang bisa melakukan itu. Aku tidak bisa menembak jatuh benda dengan massa sebesar itu—aku hanya bisa menghindar.


Aku melompat jauh ke samping. Tiba-tiba, bayangan besar menyelimutiku. Saigawa-kun menyerangku...!


“—Eh, tidak! Pria itu lagi...!?”


Yang kutangkis dengan《Hibari》yang masih di dalam sarungnya adalah orang lain yang pingsan.


Lalu di mana Saigawa-kun—


“Rikka!! Belakang!!”


“Eh—“


Suara Yoshino terdengar, tapi sudah terlambat. Sesuatu yang keras menghantam punggungku.


Kekuatan yang menembus pertahanan《Breath of Blessing》ku... sikutan Saigawa-kun. Dia langsung menendangku dengan sol sepatunya. Aku terlempar dan menabrak dinding dengan keras.


“...Ah... i-ini...!”


Untung saja aku memakai seragam. Kalau aku memakai baju biasa, mungkin beberapa tulangku sudah patah.


“Mengertilah. Ini bukan ‘bermain-main’. Ini pertarungan.”


Empat suara tembakan. Saigawa-kun menembakku tanpa ampun saat aku lengah.


Semua peluru itu kuhadapi dengan peluru es. Pistol tidak mempan padaku. Dia pasti tahu itu...


Semakin sering aku menggunakan Berkat, aku akan kehilangan suhu tubuh karena ‘harga’ yang harus kubayar. Tubuhku akan semakin dingin, dan akhirnya aku akan terkena hipotermia dan tidak bisa bertarung lagi. Dia menggerogoti kekuatanku sedikit demi sedikit.


“Ke-kenapa... Ini tidak adil... Kita tidak perlu bertarung lagi...”


“Aku adalah《Feather Hunter》—orang yang memburu《Blessing Recipient》.”


Saigawa-kun...Feather Hunter》, memutuskan alasan untuk bertarung.


Dari ‘tatapan matanya’, sudah jelas. Dia tidak melakukan ini untuk bercanda.


Dia serius, dengan sekuat tenaga, mencoba mengalahkan ‘musuh bebuyutannya’, aku. Untuk menyelesaikan urusan kita.


Dan aku harus menjawabnya. Dengan serius—dengan sekuat tenaga?


(Tetap saja, itu--)


“.........”


Moncong pistol yang diarahkan padaku bergerak. Perlahan ke samping—ke arah Yoshino.


Saat itu juga, aku menendang lantai sekuat tenaga hingga retak, melompat, dan memukul wajah《Feather Hunter》dengan《Hibari》beserta sarungnya. Terasa keras—dia menangkisnya dengan pistol. 

Setelah mendarat, aku berputar dan menendang pinggangnya dengan sekuat tenaga. Aku berteriak pada Saigawa-kun yang terlempar.


“Sekarang juga! Apa yang mau kau lakukan!?”


“Aku akan melenyapkan siapa pun yang menguntungkanmu.”


Dia tahu. Cara untuk membuatku benar-benar marah. Kalau dia melakukan itu, aku tidak punya pilihan selain bertarung dengan sekuat tenaga. Itulah yang dia inginkan. Dia benar-benar... pandai mempermainkanku.


Jika Yoshino menjadi target, aku harus segera mengakhirinya. Aku meraih《Hibari》dan hendak mencabutnya—tapi saat itu, asap putih memenuhi ruangan.


“...!? Asap...!?”


“—Kuri Yoshino. Memiliki Berkat tipe pendeteksi.”


Pandanganku tertutup asap. Suara《Feather Hunter》terdengar. Yoshino akan diserang—aku harus melindunginya.


Tapi, dengan asap ini...!


“Rikka, bukan aku!! Dia datang dari belakang kanan!!”


“--, Kugh!”


Yoshino bisa mendeteksi meskipun ada asap. Sesuai instruksinya, kali ini aku bisa menghindari serangan mendadak《Feather Hunter》

dengan merunduk. Dia berpura-pura mengincar Yoshino, tapi target sebenarnya adalah aku.


Serangannya sangat akurat meskipun ada asap ini. Mungkin dia punya kacamata atau semacamnya.


“Dia memutar! Rikka, terus—“


Dor. Prang.


“—Uhya!”


Suara tembakan, dan suara kaca pecah. Lalu suara Yoshino.


Dia tertembak. Yoshino. Targetnya bukan salah satu, tapi keduanya. Kaca, kaca....


“Minggir!!”


Aku menembakkan peluru es ke semua kaca di ruangan itu. Kaca-kaca itu pecah berkeping-keping, dan asap dari tabung asap keluar. Bersamaan dengan itu, aku membekukan tabung asap itu sendiri.


Pandanganku mulai jelas. Di sana—Yoshino yang berlumuran parfum, dan《Feather Hunter》yang berdiri di sampingnya.


“《Super Sense of Smell》adalah《Breath of Blessing》nya. Dia sudah menandaiku dengan parfum itu.”


“Maaf, Rikka...! Semua kemampuanku sudah diketahui...! Aku tidak bisa mendeteksi lagi...!!”


Begitu ya. Yoshino menyemprotkan parfum pada kami di taman saat pulang dari kencan buta itu. Ini adalah parfum buatan Yoshino sendiri, dan dia bisa melacak aroma parfum itu meskipun dari jauh.


Karena itu, dia tahu di mana Saigawa-kun biasanya berada—dia bahkan tahu alamatnya.


《Feather Hunter》menyadari itu, dan langsung melumpuhkan Yoshino yang membantuku.


Dia memecahkan botol parfum yang disemprotkan ke Kayama-senpai dengan pistol... dan membuat Yoshino sendiri berbau menyengat, sehingga indra penciumannya tidak berfungsi lagi.


(Tidak percaya...! Dia menyuruh Yoshino menyemprotkan parfum ke Kayama-senpai untuk ini...!! Untuk memastikan apakah Yoshino masih membawa parfum itu...!!)


“Tenang saja. Aku tidak akan mengincarnya lagi. Karena dia sudah tidak berguna.”


“Muguu... Aku menyesal...”


Yoshino mengangkat kedua tangannya. Seolah berkata dia tidak bisa berbuat apa-apa lagi.


Targetnya tetap aku. Tapi karena Yoshino menghalangi, dia dilumpuhkan. Tanpa melukai Yoshino sedikit pun, tapi dengan sempurna. Karena hanya aku yang boleh dilukai—dia sangat patuh, sampai-sampai menyebalkan.


Dia bisa mengetahui detail《Breath of Blessing》lawan dari sedikit petunjuk, dan mengalahkannya dengan strategi yang disusunnya.


Meskipun dia tidak punya《Breath of Blessing》apa pun. Hanya dengan kemampuan fisik, peralatan, dan strategi, dia pasti bisa mengalahkan 《Blessing Recipient》yang dihadapinya. Meskipun ada yang bisa menang satu atau dua kali, tidak ada《Blessing Recipient》yang bisa mengalahkannya untuk ketiga kalinya.


Itulah《Feather Hunter》. Prajurit terkuat《Organisasi Shijima》.


Satu-satunya yang bisa melawannya berkali-kali—adalah aku, yang disebut《White Demon》.


“—Aku akan serius. Aku tidak akan memaafkanmu meskipun kau minta maaf.”


Aku mencabut《Hibari》dari sarungnya, dan bersiap.


《Feather Hunter》itu juga mengarahkan moncong pistolnya padaku.


“Lakukan itu dari awal, bodoh.”


“...! Kau tidak sadar kalau aku mengasihanimu karena kau lebih lemah?”


“Aku hampir menangis karena kebaikanmu. Sepertinya《Sign Bearer》itu sangat sombong.”


“Aku tidak suka cara memanggilmu seperti itu! Kami adalah《Blessing Recipient》! Kami berbeda dari kalian!”


Percakapan ini terasa familiar. Kapan, di mana, aku pernah bertengkar seperti ini dengannya?


Ah, benar. Dia lebih lemah.《Feather Hunter》. Aku punya《Breath of Blessing》, aku punya《Hibari》, jadi aku pasti lebih kuat darinya. Akulah yang ‘unggul’. Hanya aku.


Akan kubuktikan padanya. Agar ‘tatapan mata’ seperti itu, tidak pernah muncul lagi.


“Hei, Kuri-chan. Apa ini akan ada yang mati? Kalian berdua terlihat sangat serius.”


“Mungkin saja~”


“Mungkin saja, katamu... Hei hei. Aku tidak mau melihat seorang wanita mati di depanku.”


“Bukannya yang akan mati itu Sai... eh tunggu, kau baru saja menyebut gadis itu ‘wanita’? Mati saja sana.”


Aku bisa mendengar suara mereka mengobrol dari kejauhan. Aku mencoba mendekati《Feather Hunter》.


Tapi,《Feather Hunter》mundur dan menembak. Setiap kali aku menangkisnya, dan menembakkan peluru es ke arahnya yang bersembunyi di balik pilar. Saat dia keluar dari balik pilar yang sudah hancur, aku akan—dia kabur lagi.


“Oii...! Lawan aku!”


“Tidak mau.”


《Feather Hunter》itu melarikan diri ke... tangga. Sepertinya dia ingin berpindah lantai.


“Tung—“


Saat aku hendak mengejarnya, ada sesuatu yang tergeletak di kakiku. Benda berbentuk seperti alpukat—


“Granat--...!?”


Aku memusatkan perhatianku. Meningkatkan kekuatan《Breath of Blessing》ku, dan fokus bertahan.


Terdengar suara seperti kantong yang mengembang pecah, dan tak terhitung banyaknya peluru BB beterbangan. Semua peluru yang mengarah padaku ditembak jatuh oleh kerikil es. 


Tapi, meskipun terkena ini tidak terlalu sakit, ini seperti mainan yang digunakan di permainan survival—tidak perlu menggunakan kemampuan untuk menangkisnya.


Tapi sudah terlambat. Setelah dengan hati-hati menembak jatuh semua peluru itu... aku merasakan tubuhku gemetar.


(Kekuatanku... terkuras. Karena aku sudah lama tidak bertarung, waktu bertarungku jadi pendek...)


Tubuhku yang seharusnya menghangat karena pertarungan, malah semakin dingin karena ‘harga’ yang harus kubayar. Mungkin aku berada di puncak kekuatanku empat tahun lalu. Dibandingkan saat itu, aku jauh lebih lemah sekarang.


(--Tapi, aku masih kuat. Lebih kuat dari《Feather Hunter》... pasti.)


Aku berlari menaiki tangga.《Feather Hunter》tidak ada di lantai berikutnya, atau lantai berikutnya lagi.


Dan akhirnya aku sampai di—pintu yang menuju atap.


(Lebih baik di atap. Aku bisa menggunakan《Breath of Blessing》sepuas hatiku.)


Aku menebas pintu itu dengan Hibari, dan melompat ke atap dalam satu langkah. Pasti, kalau dia pergi ke atap duluan, berarti dia akan melakukan sesuatu. Dia mudah ditebak.


“...! Dia tidak ada—“


Tapi,《Feather Hunter》tidak ada di atap. Eh? Jangan-jangan dia masih di lantai bawah—


--Clang. Suara logam beradu dengan logam bergema.


“Dari atas...! Dan, senjata itu...!”


《Feather Hunter》ada di atas pintu. Dia mengayunkan tongkat baseball yang dipegangnya ke arahku yang baru saja sampai di atap. Aku berhasil menyadarinya dan menangkisnya dengan《Hibari》.


Tongkat itu adalah senjata yang dipegang salah satu orang aneh di sini. Sepertinya dia mengambilnya entah kapan. Benar-benar,《Feather Hunter》memanfaatkan apa pun untuk menang...!


“Tapi! Kalau pertarungan jarak dekat dengan senjata!”


Tongkat baseball itu sama seperti ranting kayu bagiku yang memegang 《Hibari》. Aku dengan cepat mengayunkan pedangku, dan tongkat yang dipegang《Feather Hunter》langsung terbelah menjadi dua.


Sambil mundur, dia melemparkan tongkat yang sudah tidak berguna itu ke arahku.


Aku menebasnya dengan《Hibari》, dan mendekati《Feather Hunter》.


(Bisa... aku menang...!!)


Tebasanku pasti lebih cepat. Dengan kemampuan fisik

《Feather Hunter》, dia tidak bisa menghindar.


Saat aku yakin akan kemenangan, dia menghilang dari hadapanku.


“!? ...Uh...!”


Tinjunya menghantam perutku. Tidak mungkin. Dia lebih cepat?


Tidak mungkin. Tapi kekuatan pukulan yang menembus《Breath of Blessing》ku ini. Ini yang terkuat. Kenapa?


“...!! Ka-Kayama... senpai...?!”


--Ini ‘autopilot’. Aku hanya bisa memberi perintah sederhana seperti serang lawan di depanmu, tapi sebagai gantinya, aku bisa mengendalikan banyak orang sekaligus, tidak peduli mereka sadar atau tidak, dan mereka akan terus menjalankan satu perintah itu meskipun aku jauh dari mereka. Selain itu, sepertinya saat ‘autopilot’, pembatas otak mereka akan terlepas, jadi target yang dikendalikan akan menjadi lebih kuat dan lebih cepat—


Begitulah penjelasan Kayama-senpai. Dan《Feather Hunter》memenuhi syarat untuk dikendalikan oleh Kayama-senpai. Karena itu, 《Feather Hunter》sengaja membiarkan dirinya dikendalikan oleh Kayama-senpai sekarang.


Untuk melancarkan serangan yang di luar dugaanku.


“Lepaskan kemampuanmu, Kayama.”


‘Baiklah baiklah. Tidak percaya, aku jadi seperti pembunuh wanita.’


Aku membekukan sekitarku, dan membuat pilar es muncul dari tanah ke arah《Feather Hunter》.


《Feather Hunter》yang sudah membaca serangan balik itu, mundur tanpa mengejarku, dan memberi instruksi.


Ada ponsel di suatu tempat di tubuhnya, dan ponsel itu terhubung dengan Kayama-senpai.


Dia melarikan diri ke atap bukan untuk melancarkan serangan mendadak dengan tongkat baseball.


--Meskipun kau tidak mendapatkan kekuatan tempur tambahan, tapi kau bisa dilumpuhkan hanya dengan mengalahkanmu, penggunanya. Jadi,《Breath of Blessing》akan lebih efektif jika digunakan untuk dukungan dari belakang, setelah kau menyusun strategi penggunaannya dengan tepat—

Dia memisahkanku dari Kayama-senpai, dan agar strategi ini tidak diketahui...!


(Dia bisa berpikir sejauh itu di tengah pertarungan...!?)


Gigiku gemetar. Napasku memutih. Suhu tubuhku terus turun. Tapi, pasti bukan itu saja. Aku merasakan ketakutan dan harapan pada pria bernama《Feather Hunter》.


“Orang yang hebat...”


“Kayama. Tunggu instruksi selanjutnya.”


‘Suaranya serius... Baiklah.’


‘Tatapan mata’ itu—menatapku. Seperti binatang buas yang sedang melotot.


‘Aku tidak akan kalah darimu’. ‘Aku lebih unggul’. ‘Sadarlah’.


Hanya kau di dunia ini yang menatapku dengan ‘tatapan mata’ seperti itu.


Hanya kau yang pasti akan menyangkal keberadaanku. Dengan cara apa pun.


“—Napasmu memutih. Apa kau sudah mencapai batasmu,《White Demon》?”


“Be-berisik. Jangan seenaknya... menentukan batasku...!”


Aku mengubah seluruh permukaan atap menjadi lapisan es. Sepatu

《Feather Hunter》tidak licin, jadi ini tidak akan menghalanginya. Tapi, aku bisa bergerak lebih leluasa di atas es. Dan...!


“! Dinding es, ya.”

Kalau dia akan menjauh, aku tidak akan membiarkannya. Aku membuat dinding es di belakang dan di kedua sisi《Feather Hunter》, dan meluncur ke arahnya dari depan. Meskipun dia menembak, semuanya akan dinetralkan oleh kerikil es.


“Dengan ini—“


Tepat sebelum aku berada dalam jangkauan pedangku,《Feather Hunter》melemparkan sesuatu lagi.


Bom kecil? Kalau begitu aku akan membekukannya—saat kupikirkan itu, dia menembak bom itu dengan pistolnya.


Bang!!


“----!!?”


Itu bukan bom, tapi lebih seperti petasan, alat untuk menghasilkan suara keras. Suara ledakan itu langsung mengenai telingaku, dan aku merasa pusing dan mual. Aku kehilangan keseimbangan.


Di sisi lain, 《Feather Hunter》tetap tenang. Mungkin dia memakai penyumbat telinga. Dia langsung berlari ke arahku, dan menendang sekali. Aku menangkisnya dengan tanganku, tapi aku terlempar jauh.


Moncong pistolnya mengarah padaku. Meskipun aku tidak bisa mendengar, sepertinya dia menembak.《Breath of Blessing》ku menembak jatuh peluru-peluru itu. Dia terus menggerogoti kekuatanku tanpa ampun. Waktu bertarungku.


Aku tidak bisa menangkis serangan suara dan cahaya dengan《Breath of Blessing》ku. Dia sangat memahami kalau serangan seperti itu efektif padaku, dan menggunakannya di saat yang tepat.


“---Ugh!”


Telingaku masih belum bisa mendengar. Aku merasa mual. Tapi karena aku masih bisa melihat, aku membuat banyak pilar es di udara, dan menjatuhkannya ke arahnya. Bersamaan dengan itu, aku menembakkan peluru es seperti senapan mesin.


《Feather Hunter》fokus menghindar. Suhu tubuhku turun lagi. Tapi, pendengaranku mulai pulih.


Bentuk atap sudah berubah menjadi tidak rata karena pilar dan dinding esku.《Feather Hunter》terus menghindari serangan, lalu menembak—ke arah yang sama sekali berbeda.


“Kenapa--... Ah!!”


Rasa sakit seperti ditusuk jarum terasa di sekitar tulang belikatku. Aku tertembak. Peluru pantulan.


《Breath of Blessing》ku tidak bisa bereaksi terhadap serangan dari arah yang tidak terduga.


Padahal seharusnya aku lebih diuntungkan semakin banyak es di sini. Tapi dia langsung memanfaatkan rintangan yang bertambah itu, dan menembakku dengan peluru pantulan. Kemampuan dan penilaian yang luar biasa.


Dia benar-benar benar-benar benar-benar kuat. Tidak mungkin ada orang tidak berkemampuan seperti ini.


“《White Demon》. Hanya itu kemampuanmu?”


“.........”


“Kalau begitu, pertarungan ini tidak ada artinya lagi. Kau tidak bisa mengalahkanku. Menyerahlah sebelum kau terluka parah.”


“Apa... itu. Kau tahu... kau sedang bicara dengan siapa...?”

“Kalau kau masih mau bertarung, serang aku dengan sekuat tenaga. Akan kuremukkan semuanya.”


“...Coba saja.”


Kau memancingku, kan? Aku tahu itu. Karena kau tahu《Blessing Recipient》punya jurus pamungkas, makanya kau belum bisa memancingnya keluar. Kau ingin memancingnya keluar... lalu menghancurkannya, kan?


Kau sombong sekali. Akulah yang lebih kuat. Pasti. Kalau tidak, itu aneh.


Aku tidak peduli meskipun kau menyesal nanti. Membekulah sampai keras, dan ditemukan seratus tahun kemudian.


“—Kayama.”


‘Ada apa? Apa aku harus menggunakan kemampuan superku?’


“Kalian, para《Sign Bearer》, pasti punya nama untuk kemampuan kalian masing-masing.”


‘Ah, ya. Entah kenapa aku tidak suka menyebut nama itu, tapi memang begitu. Terus?’


“Sebutkan nama itu, dan kendalikan aku dengan ‘autopilot’. Sepuluh detik.”


‘Aku tidak mengerti, tapi baiklah.’


Aku memusatkan perhatianku. Menyentuh sesuatu yang putih bersih dan hitam pekat di dalam diriku.


Aku menarik napas. Menghembuskannya perlahan. Di antara napas yang kuhembuskan, ada sedikit es.


...Sesuai keinginanmu, akan kuluapkan semuanya padamu.


“—《Swirling Ice》.”


‘—《Water Fish Order》.’


Kami menyebut nama《Breath of Blessing》kami, melepaskan seluruh kekuatannya. Tidak ada jalan kembali. Suhu tubuhku langsung terkuras, mungkin aku tidak akan bertahan sepuluh detik. Jika aku bertarung lebih lama lagi, ‘harga’ yang tidak bisa kubayar akan ‘ditagih paksa’.


‘Penagihan paksa’-ku adalah hati—perasaan dan emosi yang kuat, akan diambil. Semakin sering kulakukan, mungkin aku akan menjadi seperti boneka. Aku tidak mau memikirkannya.


(Aku harus menyelesaikannya sebelum itu--)


Salah satu mata《Feather Hunter》merah padam. Dia menggunakan jurus pamungkasnya, membiarkan dirinya dikendalikan oleh Kayama-senpai dengan《Breath of Blessing》yang dilepaskan dengan kekuatan penuh. Taktik yang mengabaikan dampak pada tubuhnya. Tapi, untuk mengalahkanku, dia menggunakannya tanpa ragu sedikit pun. Dia punya tekad sebesar itu.


“--, Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!”


《Feather Hunter》menghilang dari hadapanku. Dengan kecepatan seperti itu, dia mendekatiku, dan meninju sambil berteriak. Tapi dinding esku menahan serangannya yang seperti monster itu, dan hancur.


Dan seketika, aku membekukan tangannya, membuatnya tidak bisa bergerak—tidak, aku langsung menarik tanganku.


“Kalau di udara...!”

Tanah es itu bergetar. Tidak, akulah yang menggetarkannya.


Pilar es muncul dengan kuat dari tanah, seolah ingin menyeretku dan Pemburu Sayap, dan meluncurkan kami tinggi-tinggi ke udara seperti ketapel. Pertarungan udara.


“《Feather Hunter》!!”


“《White Demon》!!”


Aku mengendalikan posisiku, membuat lapisan es tipis di udara, dan menginjaknya. Aku bisa menari dengan bebas di udara.


Tapi kau tidak bisa. Meskipun kemampuan fisikmu meningkat, tidak banyak yang bisa kau lakukan di udara.


Karena itu, akan kuakhiri semuanya dengan tebasan ini...!!


“Selesai, kau!!”


Clang. Suara tumpul bergema di udara.《Feather Hunter》melempar pistolnya,《Hibari》menebas pistol itu, lalu mencapai tubuhnya—dan tertahan oleh sesuatu yang keras, hanya melukai kecil.


“Pipa besi...!?”


Senjata yang digunakan di gedung itu. Selain tongkat baseball, dia juga mengambil dan menyembunyikan ini?


Dia sengaja membiarkan pistolnya tertebas lebih dulu, lalu mengurangi kekuatan tebasanku dengan pipa besi dan serat seragamnya.


--Dia sudah mengantisipasi serangan pamungkasku.


“Tertangkap...!!”


《Feather Hunter》bahkan meraih bilah《Hibari》dengan tangannya. Dia tidak peduli meskipun tangannya terluka.


Entah dia memang tahan sakit, atau karena efek《Breath of Blessing》Kayama-senpai.


“Lepaskan...!!”


Kalau begini terus, kita berdua akan jatuh. Untuk melepaskannya, aku melemparkan bongkahan es ke wajahnya.


Tepat sasaran, dan es itu hancur... tidak. Dia menghancurkannya dengan sundulan. Apa-apaan itu. Biadab sekali.


Aku tidak bisa melepaskannya. 


Aku juga tidak bisa melepaskan《Hibari》. Aku membuat lapisan es tipis bertumpuk-tumpuk di tempatku akan jatuh. Seperti memecahkan genteng, lapisan es itu menahan tubuh kami, mengurangi dampak jatuh sedikit demi sedikit, dan aku dan《Feather Hunter》kembali ke atap es.


《Hibari》masih dipegangnya. Meskipun tangannya berlumuran darah, dia tidak melepaskannya.


“Ini...!!”


Aku memukul wajah《Feather Hunter》dengan tinju yang terbuat dari es. Sepertinya ini cukup ampuh, dia melepaskan tanganku dan terlempar, lalu menabrak dinding es. Serangan lanjutan. Aku meluncur.


“Hentikan--...!”


“Jatuhlah...!!”


Tepat sebelum seranganku mengenai. Sesuatu yang merah memenuhi pandanganku. Darah. 


Dia dengan sengaja menyiramkanku dengan darah yang mengalir dari tangannya—dan aku secara otomatis membekukan darah itu, lalu menghancurkannya.


《Feather Hunter》sudah tidak ada. Tanpa sempat merasakannya, rasa sakit terasa di tanganku.


“《Hibari》...!”


Tanganku yang memegang gagang pedang ditendangnya.《Hibari》meluncur ke sudut atap. Karena aku sudah membekukan tanah, pedang itu meluncur jauh sekali. Aku tidak punya waktu untuk mengambilnya.


Apa pun yang kulakukan, dia bisa mengatasinya. Dan dia memperburuk keadaanku. Tanpa peduli dirinya terluka, dia terus menyerangku. Dia binatang buas. Binatang buas yang tidak takut mati. Binatang buas yang tidak punya apa-apa. Binatang buas yang sendirian.


Aku kehabisan waktu. ‘Penagihan paksa’ akan datang. Aku harus menentukannya di serangan berikutnya.


“Bekulah!!”


“Guh...!! Aaaaa!!”


Aku mengulurkan tanganku ke arahnya. Mengeluarkan hawa dingin secara langsung. Aku mengarahkannya ke《Feather Hunter》sekaligus.

Kalau dia membeku, dia tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Jadilah patung es. Pakaian, sepatu, rambut, kulit, semuanya akan kubekukan. Tidak ada makhluk hidup yang bisa bertahan di suhu nol mutlak.


Tapi—satu langkah, satu langkah lagi, dia mendekat.


“Ke-kenapa! Kau masih...! Kau ini...!!”


Seharusnya dia tidak bisa menggerakkan tubuhnya lagi. Tapi... dia bergerak. Secara paksa. Karena《Breath of Blessing》nya memang begitu.


Sudah terlambat. Waktuku habis. Tapi, kalau sudah ‘penagihan paksa’, aku masih bisa menggunakannya.


Ambil saja hatiku sesukamu. Apa pun...!


‘Saigawa! Sepuluh detik sudah berlalu, jadi aku sudah melepaskannya! Apa kau yakin!? Hei!? Itu tidak normal, teriakan seperti itu—‘


Suara Kayama-senpai terputus. Mungkin ponselnya mati karena suhu dingin yang ekstrem.


Meskipun paksaan dari Berkat sudah hilang. Tetap saja—dia tidak berhenti.


“!!”


Satu langkah. Tubuhku runtuh. Satu langkah. Darah menyembur keluar, dan membeku. Satu langkah. Dia tidak bisa dihentikan.


Bukan dengan《Breath of Blessing》, tapi dengan sesuatu yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata, dia menggerakkan tubuhnya yang seharusnya tidak bisa bergerak.


Aku merasa pusing. Aku kehilangan terlalu banyak suhu tubuh. Tapi aku tidak akan menghentikan《Breath of Blessing》ku. Biarkan ‘penagihan paksa’ terjadi.


Tidak apa-apa. Aku tidak boleh kalah. Aku tidak mau kalah. Dari orang ini. Dari《Feather Hunter》.


‘—Aku salut dan berterima kasih atas tindakanmu yang tidak ragu-ragu itu. Terima kasih, semua ini berkatmu.’


...Ah.


[Maukah kau… bermain bersama lagi dengan semua orang…? Aku… senang tadi]


[Kalau begitu, aku akan mengikuti intuisimu. Itu lebih bisa dipercaya daripada prediksi yang buruk]


[Artinya, aku sudah terbiasa dengan ini, menghadapi《Breath of Blessing》mu. Jadi, apa pun yang kau lakukan, aku tidak akan terganggu]


[Sepertinya dia tidak hanya menonton saja]


[…Lucu, ya? Itu. Sangat cocok untukmu… tapi]


──Aku tahu, hatiku akan segera direnggut.


Bukan oleh《Feather Hunter》, tapi oleh Saigawa-kun.


Kenangan bersama《Musuh Bebuyutan》ku yang baik hati, lucu, keren, dan berani…


[Aku suka Nagira!! Tidak peduli apa kata orang lain!!]


Itu akan hilang. Menjadi dingin, dan tidak berarti apa-apa lagi.


“…Tidak mau…”


Tapi, aku tidak bisa lagi menghentikan kekuatanku sendiri.


Karena aku telah memutuskan untuk menggunakannya,《Breath of Blessing》akan mengikuti aturan dan melakukan《Penagihan Paksa》.


Untuk mengalahkannya. Hanya untuk itu. Dengan mengorbankan hatiku yang berharga.


“Nagiiraaaaaaaaaa────────!! Aku!! Kau!!”


Dalam keadaan compang-camping, dia berteriak. Dia sudah sangat dekat denganku.


Satu langkah lagi, ini akan berakhir. Aku akan menang. Aku lebih kuat, lebih unggul, karena itu aku….


“Sukaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa────!!”


“…Eh…?”


Dengan teriakan itu, kepalaku menjadi kosong. Putih bersih tanpa noda.


Waktu berhenti. Aku berpikir begitu, karena aku tidak bisa melakukan apa-apa lagi.


《Feather Hunter》… Saigawa-kun memelukku erat-erat dalam pelukannya.


Kami berdua jatuh ke permukaan es. Dia di bawah, dan aku di atas.

Degup, degup, degup. Suara yang lembut, namun kuat mengalir masuk.

Kenapa? Aku tidak ingat pernah mendengar detak jantungnya──namun terasa sangat familiar.


Sesuatu menyentuh punggungku. Sesuatu yang keras… moncong pistol. Dia masih menyembunyikan pistol.


“Aku… menang. Nagira…”

Aku tidak bisa melawan sama sekali. Aku juga tidak mau lagi.

Aku hanya mengangguk tanpa suara──


(POV Roushi) 


Aku akan menggunakan apa pun untuk menang. Pertempuran memang seperti itu. Yang penting adalah mencapai kondisi kemenangan di akhir, jadi yang diutamakan dalam prosesnya bukanlah harga diri atau estetika pribadi.


Meskipun begitu, ini adalah pertaruhan. Untuk menghentikan Nagira yang menggunakan《Breath of Blessing》melampaui batasnya, untuk mengacaukan konsentrasinya secara ekstrem, aku hanya bisa mengungkapkan perasaanku secara langsung… tidak, kurasa bukan itu.


“Menang atau kalah… pada akhirnya, aku ingin menyampaikannya langsung kepadamu. Perasaanku.”


“…”


Nagira gemetar di dadaku. Aku juga gemetar. Suhu tubuh kami berdua turun drastis.


“…Kenapa… kau melakukan ini? Sampai babak belur begini hanya demi menang atau kalah…”


“──Nagira. Bukannya aku bilang《Breath of Blessing》itu hanya alat? Dan aku tidak punya alat itu.”


“Kau… memang bilang begitu.”


“Tapi, beginilah caraku mengalahkanmu. Kau tahu apa artinya ini?”


Aku bertanya, tapi Nagira tidak bisa menjawab dengan baik. Ah, tidak apa-apa.

“Kau──bukanlah apa-apa.”


Aku menyatakannya dengan tegas. Nagira bergerak-gerak di dadaku dan menatapku.


Rambut panjang Nagira menyelimutiku seperti tirai gelap.


Seolah-olah hanya ada aku dan dia di dunia ini. Yah, meskipun ekspresinya agak marah.


“Meskipun kau menang──…”


“Bagiku, kau… memiliki warna rambut yang indah, sering tertawa, ceria, baik hati, hanya seorang gadis yang luar biasa. Yang ‘hanya’ memiliki《Breath of Blessing》.”


“Tidak seperti itu! Karena aku bersama semua orang…!”


“Mungkin saja. Tapi, bahkan kalau itu benar. Aku──aku akan menyangkalnya. Bahkan tanpa《Breath of Blessing》, aku bisa memojokkanmu, menekanmu… dan pada akhirnya, mengalahkanmu. Hanya ada satu orang di dunia ini yang memiliki kekuatan seperti itu, kan? Itu adalah aku… jadi, Nagira.”


──Jika tidak ada satu pun di dalam kandang ini, baik jantan maupun betina, yang bisa berdiri di sampingnya, itu akan menjadi kesepian abadi yang menggerogoti hatinya──


《Clod》berkata begitu. Karena itulah Nagira membuat perbedaan. Ada jurang di sana.


Kalau begitu, apa yang harus kulakukan sudah jelas sejak awal.


《Clod》memberiku petunjuk, atau lebih tepatnya, jawaban. Entah dia memang sangat licik, atau aku yang terlalu bodoh untuk menyadarinya.

Aku dengan lembut menangkup pipi Nagira. Menatap matanya, dan berkata dengan jelas.


“Kau tidak sendirian. Aku ada di sisimu. Itulah artinya ‘Tidak apa-apa’.”


Fakta bahwa aku, yang tidak memiliki《Breath of Blessing》, tetap bisa berdiri di sampingnya.


Karena itu, hanya aku yang bisa merendahkan nilai Nagira. Mengubah 《White Demon》menjadi gadis biasa.


Pertempuran ini adalah buktinya. Jadi, aku tidak peduli seberapa terluka diriku.


Demi mengisi Jurang Nagira, aku rela mempertaruhkan nyawaku.

Bahkan menang atau kalah, sebenarnya tidak terlalu penting. Yah, meskipun akan kurang meyakinkan jika aku kalah.


“Itu… yang mau kau katakan? Kepadaku…. Kepadaku yang seperti ini…”


“Ya. Itu yang ingin kukatakan. Kepadamu──hanya kepadamu.”


Tetes, tetes. Hujan hangat membasahi pipiku. Air mata Nagira yang menatapku, mengalir pelan.


“Kau ternyata cengeng juga.”


“Jangan…. Jangan lihat…!”


“Tidak apa-apa. Wajah menangismu juga imut, kok.”


Aku tidak bercanda, aku benar-benar tulus, tapi Nagira malah menyembunyikan wajahnya di dadaku dan menangis tersedu-sedu. Aku akan percaya… itu air mata bahagia.


Selembut mungkin, aku memeluk Nagira dan menepuk-nepuk punggungnya. Rasanya lebih seperti menenangkan anak kecil daripada  melakukannya pada gadis yang kusuka, tapi Nagira malah menangis semakin keras.


Hangat. Meskipun tubuh kami berdua dingin. Mungkin saling bersentuhan, berbagi kehangatan, pada akhirnya adalah cara terbaik untuk menghilangkan kesepian kami.


“Rikka! Saigawa-san!”


Kuri-san muncul di atap. Dia tampak sangat khawatir melihat kami.


“Kalian baik-baik saja!? Atapnya sudah seperti zaman es!?”


“Kurasa… luka kami berdua tidak parah.”


“Syukurlah kalau begitu…. Rikka, kalau sudah menangis, lama berhentinya, lho. Tolong ya.”


“Ah. Serahkan padaku.”


“Saigawaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!”


Kali ini suara Kayama. Saat kulihat──di pintu masuk atap, ada orang mesum yang berguling-guling di tanah seperti ikan koi yang terpancing, bodoh sekali.


“Apa-apaan iniiiiiiii!? Efek sampingnya lebih parah dari biasanyaaaaaaaa!?”


“Maaf. Kalau memanggil nama dan menggunakan kemampuan, efek sampingnya juga luar biasa. Teruslah menggeliat-geliut untuk sementara waktu.”


“Bilang dulu dooooonggggggg!! Uwaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!”


“Si sampah ini merusak suasana…. Oi, dasar mesum! Sana pergi!”


“Jangan dekati akuuuuuuuuu──────!!”


Sambil berguling-guling, Kayama dan Kuri-san meninggalkan atap. Mungkin mereka mengerti situasi dan memberi kami ruang. Kayama sepertinya jatuh dari tangga, terdengar jeritannya….


Atap menjadi sunyi kembali. Angin malam bertiup kencang. Dingin karena hanya di sini yang menjadi dunia salju.


Akhirnya, Nagira di pelukanku berhenti menangis, isak tangisnya sudah berhenti.


“…Terima kasih, Saigawa-kun. Aku senang… kau mengatakan itu…”


Sedikit demi sedikit, Nagira mulai berbicara di dadaku.


“Begini… Setelah aku bisa menggunakan《Breath of Blessing》, warna rambutku jadi seperti ini. Karena itu, aku selalu diejek dan di-bully di sekolah… dan aku tidak punya teman sama sekali.”


“…Begitu, ya.”


Manusia selalu keras terhadap sesuatu yang berbeda. Nagira telah mengalaminya sejak kecil.


“Yoshino selalu melindungiku, dan kakakku juga… yah, dia sering membuat keributan…. Tapi, aku selalu bisa melukai seseorang. Dengan kekuatan ini. Tapi itu tidak boleh… jadi aku mengubah cara berpikirku. Karena aku kuat, aku hanya tidak melukai semua orang. Setelah itu, aku tidak peduli apa pun yang mereka lakukan padaku. Aku meyakinkan diri dengan merendahkan orang lain. Terus-menerus… mungkin, sampai sekarang.”


“…”

“Aku yang terburuk, kan…. Seperti ini…. Aku pasti… tidak normal.”


“Apakah ‘tidak normal’ itu hal yang buruk?”


“Eh…?”


“Aku bisa menembak orang dengan pistol. Kalau aku mau, aku bisa dengan mudah membunuh orang lain. Itu tidak normal. Tapi, bukan berarti aku cuman bisa melakukan itu. Di setiap situasi, pada dasarnya aku memilih pilihan yang normal, dan terkadang aku juga memilih pilihan yang tidak normal. Kita hanya punya lebih banyak pilihan daripada orang lain.”


Jika hanya bisa melakukan hal-hal yang tidak normal, itu memang buruk.


Tapi, aku dan Nagira berada di posisi di mana kita bisa memilih keduanya. Hanya itu saja.


“Hanya punya… lebih banyak pilihan…”


“Benar. Nagira, bolehkah aku bertanya sesuatu?”


Aku tidak ingin Nagira terus merendahkan dirinya sendiri. Aku langsung mengganti topik pembicaraan.


“Apa?”


“──Beri aku jawabanmu.”


Aku tidak mengatakan jawaban untuk apa. Itu tidak perlu. Nagira pasti mengerti.


Sedikit menjauh dariku, Nagira membuka matanya lebar-lebar. Wajahnya langsung memerah.


Tubuhku juga menegang. Tergantung pada jawaban Nagira, hubungan kami semenit kemudian akan berubah. Apakah itu akan berubah menjadi lebih baik, atau lebih buruk. Sejujurnya, aku tidak tahu.


Aku sudah melakukan semua yang kubisa. Dengan wajah bodohku. Sisanya, terserah pada takdir.


“…Saigawa-kun. Aku malu… bisakah kau tutup matamu?”


“Eh? Ah… baiklah.”


Kenapa dia malu? Tidak ingin wajahnya dilihat? Yah, terserahlah. Aku menutup mataku.


──Sesuatu yang sangat lembut dan hangat menyentuh bibirku.


“.......”


Aku tidak bisa berkata-kata. Aku sangat terlambat memahami apa yang baru saja terjadi.


Aku membuka mataku. Di sana… ada Nagira yang wajahnya semakin merah dan menghindari tatapanku.


“Ka-kakakku… kan sudah bilang.”


“Dia bilang… apa…?”


“Kalau mau menjawab… peluk atau cium saja. Kita kan sudah berpelukan terus, jadi… tidak ada pilihan selain mencium.”


Sambil menutupi bibirnya dengan jari, Nagira berkata dengan susah payah.


Aku tidak punya pengalaman pacaran. Nagira juga tidak punya pengalaman pacaran.


Tidak peduli seberapa kuat kemampuan bertarung kami, dalam hal cinta, kami mungkin yang terlemah di antara yang terlemah.


Jadi, bagaimana seharusnya menjawab pernyataan cinta? Nagira… mengikuti ajaran kakaknya.


Kurasa ini kebetulan──tapi pada akhirnya, semua omong kosong si brengsek itu entah bagaimana sangat berguna untuk menghubungkan aku dan Nagira. Meskipun menyebalkan… lain kali aku akan berterima kasih padanya.


“Nagira──…”


“Hei… aku punya permintaan. Bisakah kau mengatakannya lagi? Kali ini, panggil namaku…”



“Kakakku juga bernama Nagira.” Nagira menambahkan. Haha, memang benar.

Aku mengangguk sekali dan menarik napas kecil.

Berapa kali pun, sebanyak apa pun. Aku akan mengatakannya dan memanggilmu. Semoga selamanya, mulai sekarang.

Aku menatap mata Nagira. Nagira juga menatap mataku. Hati kami terhubung.

Seakan saling memastikan. Agar tidak pernah terpisah lagi. Seakan menuangkan semua perasaan kami.

“──Aku suka kamu, Ritsuka.”

“Aku juga suka kamu, Roushi-kun.”

Sekali lagi, kali ini kami berdua melangkah maju dan berciuman.

Nagi──Ritsuka, adalah gadis yang sangat kuat, namun juga rapuh, dan karena itu dia luar biasa.

Aku tidak akan pernah membiarkannya sendirian lagi. Karena hanya aku, satu-satunya di dunia yang luas ini, yang bisa melakukannya. Itu adalah kebanggaanku seumur hidup.

Kami berpegangan tangan. Di atap dunia perak, menatap langit malam dengan linglung.

“Roushi-kun. Ada sesuatu yang belum kukatakan padamu.”

“Eh? Apa? Ah, jangan-jangan──ukuran sepatumu?”

“Bukan itu…. Aku akan memberitahumu nanti…. Nee──…”

Ritsuka menggenggam tanganku erat. Tapi, kekuatannya tidak seberapa.

Selangkah, Ritsuka mendekat. Tidak ada lagi yang bisa masuk di antara kami.

“Bagiku juga, kau adalah… satu-satunya──seumur hidupku.”

Kemarin, hari ini, dan esok, pasangan-pasangan baru bermunculan di seluruh dunia.

Aku dan Ritsuka hanyalah salah satu dari mereka. Tidak masalah, tidak apa-apa.

Hanya saja… ada satu hal yang pasti, satu-satunya hubungan yang hanya ada pada kami di dunia ini.

“──《Musuh Bebuyutan》kesayanganku.”

Jika musuh bebuyutan itulah yang menyadarkan kita bahwa kita adalah takdir satu sama lain.

Kisah ini──kisah cinta kita, bisa berakhir di sini.

Lalu, jika kita harus memberi nama untuk kisah kita berdua yang akan terus berlanjut, apa nama yang tepat?

Jawabannya sudah jelas. Sejarah umat manusia telah membuktikannya.


──Setelah cinta berakhir, yang dimulai selanjutnya hanyalah kasih sayang.














Post a Comment

0 Comments

Tidak boleh adanya spoiler, hormati user lainya. Gunakan komentar dengan bijak sebagai tempat berdiskusi.

Post a Comment (0)
Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !