Osananajimi, Tokidoki Joshi Kousei. Ribon wo Suru no wa Ore no Mae de Chap 2

Ndrii
0

Bab 2

Perkumpulan Rahasia Ada di Perpustakaan 




"Hei, ini sudah pagi! Cepat bangun!"


Hari Jumat──suara keras bernada tinggi yang berfungsi sebagai alarm bergema di seluruh rumah, dan secara paksa membuka mataku yang terbaring di tempat tidur.


Sumber suara itu berasal dari lantai pertama, dan kamarku berada di lantai dua... Ini sangat mengganggu tetangga di pagi hari, tetapi karena ini adalah kejadian sehari-hari, para tetangga sepertinya sudah tidak peduli lagi.


"...Ugh, sudah jam segini."


Aku menggosok mataku yang mengantuk dan memeriksa waktu di ponselku, dan dengan enggan mengangkat tubuhku yang berat dari tempat tidur. Kemudian, aku mengenakan seragamku dan menuruni tangga menuju ruang tamu.


Ketika aku membuka pintu ruang tamu, aroma kari sisa semalam meluap sampai ke lorong.


"Akhirnya bangun juga. Selamat pagi, Sora."


"Huaaah... Selamat pagi, Kakak..."


"Hei, hei, berani-beraninya kau menyapa senpai dalam hidupmu dengan menguap. Di kampung halaman kita, kau sudah dibunuh tiga kali, tahu?"

"Kampung halaman kita tidak seburuk itu."


Sambil merasa takjub dengan lelucon berbahaya Kakakku di pagi hari, aku duduk bersila di depan meja makan, tempat dua porsi kari dan salad tersaji.


Tsuzuki Kanami──satu-satunya kakak perempuanku, dan secara praktis seperti orang tua asuhku.


Aku tidak tahu alasannya, tapi aku mengalami perceraian orang tuaku ketika aku masih kecil. Yah, karena itu terjadi sebelum aku memiliki kesadaran, aku bahkan tidak ingat perasaan sedih.


Hak asuh kami berdua jatuh ke tangan ayah, tetapi dia jarang di rumah karena pekerjaan, dan sejak dulu, aku menghabiskan sebagian besar waktuku berdua dengan kakakku.


Kakakku memiliki kepribadian yang tomboi dan ceria, tetapi secara mengejutkan, dia juga memiliki sisi keibuan... Tidak, dia pasti mencoba menjadi pengganti ibu untukku.


Hasilnya, aku tumbuh menjadi adik laki-laki yang sangat bergantung padanya sampai sekarang.


"Ngomong-ngomong, Sora masih aja lemah di pagi hari. Apa kau begadang sampai larut malam untuk belajar?"


"Apa di mata Kakak, aku terlihat seperti anak baik yang belajar bahkan di rumah?"


"Tidak juga. Kalau kau melakukannya, itu racun bagi tubuhmu, hentikan saja."


"Jangan menyuruhku berhenti melakukan kewajibanku sebagai siswa SMA!?"


"Karena aku alergi belajar. Kalau kau memiliki tipe tubuh yang sama, kau akan muntah cuman dengan melihat rumus matematika."


"Jangan membicarakan hal-hal kotor sebelum makan kari..."


Biasanya, aku tidak akan bisa mengangkat kepalaku di hadapan kakakku karena telah dirawat sampai sejauh ini, tetapi karena kepribadiannya, kami dapat membangun hubungan yang setara dalam arti tertentu.


Meskipun dia mengaku alergi belajar, kakakku masuk ke sekolah kejuruan mode setelah lulus SMA pada bulan Maret.


Meskipun dia mengatakan bahwa dia "tidak bisa belajar", sepertinya ceritanya berbeda jika itu adalah bidang yang dia minati.


Meskipun memiliki kepribadian seperti itu, penampilannya adalah seorang mahasiswi masa kini, dan karena dia belajar di bidang yang membutuhkan kepekaan estetika seperti mode, dia juga sangat sadar akan kecantikan dan mode.


Rambut panjang dewasa dengan warna seperti teh susu, dan pakaiannya adalah pakaian jalanan dengan warna yang senada. Bentuk tubuhnya yang ramping dan mewah sangat cocok dengan rambut dan pakaiannya.


"Ah, iya Sora. Apa ada makanan yang mau kau makan buat makan malam hari ini?"


"Tidak ada yang khusus, jadi aku serahkan padamu. Lagipula aku yang dibuatkan."


"Jawaban itu yang paling merepotkan. Kalau kau tidak memberikan ide apa pun dan menyerahkan semuanya padaku, kita akan makan mie instan setiap pagi dan malam, mau?"


"Apakah itu baik untuk kesehatan?"

"Tidak apa-apa. Mie instan adalah makanan kesehatan untuk hati."


Apa-apaan itu, terdengar seperti kutipan terkenal.


"Memang enak dan memuaskan hati, tapi kalau setiap hari pasti bosan..."


"Ada banyak jenis, dan aku tidak bosan bahkan kalau aku memakannya setiap hari. Berkat itu, dari SMA, aku selalu menghabiskan mie instan untuk makan siang di hari-hari sekolah."


"Jangan membuat istilah baru seperti penghargaan kehadiran penuh."


Orang ini, sepertinya dia tidak akan memasak sama sekali jika aku tidak ada.


"Ngomong-ngomong, apa tidak apa-apa? Bahkan setelah masuk sekolah kejuruan, kau makan di rumah setiap hari."


"Hah? Memangnya kenapa?"


"Bukannya masalah besar, tapi bukannya mahasiswa dan siswa sekolah kejuruan biasanya lebih bebas daripada siswa SMA? Apa kau tidak pergi makan malam dengan teman-temanmu?"


"Apa menurutmu aku tipe orang yang berteman di sekolah?"


"Tidak, tapi sepertinya begitu."


"Yah, memang ada."


Aku merasa seperti sedang diejek karena aku punya sedikit teman. Jujur, itu sangat menyebalkan...


"Lalu, apa teman-temanmu itu tidak mengajakmu makan malam?"

"Sedikit. Tapi, yang mengajakku cuman laki-laki. Siang hari aku makan bersama teman-teman perempuanku, tapi mereka sibuk dengan pekerjaan paruh waktu di malam hari."


"Jangan membanggakan dirimu karena diajak oleh laki-laki."


"Adikku, itu adalah bukti kalau kau tidak populer karena menganggap ini sebagai kebanggaan."


Aku tidak bisa menemukan kata-kata untuk membalasnya.


"Tapi, itu kan kalau kau diajak? Membosankan bermain dengan pria yang tidak kau sukai, dan itu membuang-buang waktu mudamu yang berharga. ...La, lu...!"


Kakakku duduk bersila di depan meja makan, memegang gagang sendok dan memutar-mutar ujungnya.


"Aku... cuman tertarik pada pria yang berwajah tampan."


Dan kemudian, dia mengarahkan ujungnya ke arahku seolah-olah menusukku dengan jarinya.


Jangan pamer kalau kau menyukai wajah tampan di depan adikmu...


"Kalau begitu, pria-pria yang mengajakmu itu tidak tampan?"


"Setidaknya, mereka bukan pria tampan 'kesukaanku'. Pria tampan yang kumaksud termasuk kepribadiannya, jadi standarnya tinggi."


"Apakah kau pernah bertemu sama pria yang memenuhi standar itu?"


"Kalau boleh dibilang... Sora, mungkin."


"Apa dia ada di surga?"


"Bukan Sora yang itu maksudku."

Kakakku cemberut dengan tidak puas.


"Haa... Tolong jangan menjawab seperti itu bahkan kalau kau ditanyai hal yang sama di sekolah. Itu tidak terdengar seperti lelucon, dan kau akan dianggap punya saudara laki-laki yang kompleks."


"Tapi ini sebenarnya bukan lelucon."


"Semoga ini cuma bercanda…"


Aku memasang ekspresi kaku saat kakakku, yang sedang menyandarkan pipi di tangan, mengedipkan mata padaku.


"Intinya, kalau kamu mau menghentikan sifat brocon aku, bawa pulang satu atau dua laki-laki super tampan yang sempurna dari luar dan dalam."


"Laki-laki dengan syarat sehebat itu, aku tidak punya kenalan sama sekali."


"Aku tidak peduli laki-laki atau perempuan, asal mukanya tampan aja."


"…Jangan bilang kamu secara tidak langsung menyuruhku aku membawa 'dia' ke sini?"


"Oh, pintar nebaknya. Kamu punya bakat jadi laki-laki tampan!"


Kakakku menyeringai dengan senyum penuh percaya diri.


Laki-laki yang sempurna dari luar dan dalam… kalau perempuan juga boleh, di sekitarku cuma ada satu orang, yaitu dia.


Yushiro Yuua—teman masa kecilku yang bertemu lagi saat aku masuk kelas dua SMA, dan dia adalah perempuan yang menyamar jadi laki-laki.


Kebetulan, di hari aku bertemu lagi dengannya, aku secara santai bercerita ke kakakku tentang kejadian hari itu.


"Aku memang nebak, tapi jelas aku tidak mau. Mengajaknya ke rumah? Tidak mau."


"Dulu waktu SD, kamu sering bawa dia main ke sini, kan?"


"Itu waktu SD! Sekarang kita sudah SMA, tahu? Di umur segini mengajak lawan jenis ke rumah… apalagi kita tidak pacaran."


"Wah, kesadaran 'mengajak ke rumah = hubungan intim' kamu kuat sekali?"


"Aku tidak memikirkan sejauh itu secara gamblang! Lagian, kenapa kamu mau aku membawa dia ke rumah?"


"Ya, karena aku tahu dia dari kecil. Aku penasaran dia tumbuh jadi seperti apa, lagipula katanya tampan, dan aku mau ketemu laki-laki tampan."


"Aku paham kalau kamu lebih tertarik sama ketampanannya ketimbang pertumbuhannya."


Keinginannya terlalu jelas. Sembunyikan sedikit dong.


"Intinya, coba ajak dia. Kalau dia mau datang, aku akan memasak pakai tenaga ekstra, bikin masakan pakai banyak hati ayam sama bawang putih."


"Jangan cuman pilih bahan yang meningkatkan stamina!"


Jelas-jelas dia yang punya kesadaran 'mengajak ke rumah = hubungan intim' jauh lebih kuat daripada aku.


"Hmm, bagaimana ya. Mau mengajak, tapi di sekolah rasanya sulit untuk menyapa dia…"

"Oh, akhirnya kalah sama nafsu dan memutuskan untuk mengajak dia ke rumah?"


"Bukan gitu! …Aku cuman agak mengerti perasaan penasaran sama perkembangan dia, jadi aku cuman mengikuti itu aja."


"Oh, ternyata ngomong gitu ada hasilnya ya. Terus, kenapa tidak mengajak lewat LINE saja?"


"Aku belum punya kontak Yuua."


"Apa, serius!?"


"Soalnya kita beda kelas, dan di sekolah juga susah mencari waktu untuk bertukar kontak… Seharusnya aku bertukar waktu itu."


Saat aku mengeluh begitu, kakakku memiringkan kepala dengan ekspresi agak heran. Sepertinya dia merasa aneh dengan ucapanku soal "Tidak ada waktu untuk bertukar kontak."


Tapi, soal ini, siapa pun yang tahu posisi Yuua di sekolah pasti bakal setuju kalau ada alasan besar yang masuk akal.




"...Ugh, ternyata benar."


Begitu aku tiba di sekolah, pemandangan yang sudah kuduga langsung terpampang di depan mataku.


Sosok Yushiro Yuua yang berjalan di jalan setapak dari gerbang sekolah menuju gedung utama──semakin dia maju, semakin banyak orang yang berkumpul di sekitarnya.


Alasan mengapa aku tidak mendapatkan kesempatan untuk bertukar kontak dengannya, bahkan setelah lebih dari seminggu sejak bertemu kembali dengannya, adalah karena ini.


Dalam beberapa hari sejak hari pertama dia pindah, dia menjadi murid yang sangat terkenal sehingga tidak ada seorang pun di sekolah yang tidak mengenalnya.


Sekarang, para penggemar yang memperlakukan Yuua seperti pangeran──yang disebut "Yu's"──menunggunya di depan stasiun terdekat sekolah dan di depan gerbang sekolah setiap pagi. Sebagian besar dari mereka adalah siswi.


Selain wajahnya yang memang sudah tampan, kepribadiannya juga baik, sehingga ada juga penggemar laki-laki, tetapi karena penampilannya yang "berpakaian seperti laki-laki", sebagian besar basis penggemarnya adalah perempuan.


Dengan popularitas seperti ini, bahkan jika dia adalah teman masa kecilku, aku, sebagai orang yang tidak mencolok, ragu-ragu untuk mendekatinya.


Namun, tanpa mengetahui perasaanku, tindakannya terhadapku sangat berani.


Ketika Yuua tiba di tempat yang berjarak beberapa puluh langkah dari gedung utama, dia sedikit mengangkat tumitnya dan mulai melihat sekeliling dengan gelisah.


"Ah... Akhirnya ketemu!"


"...Ketahuan."


Dia berbalik, dan aku bertemu pandang dengannya. Segera setelah itu, Yuua meninggalkan "Yu's" dan berlari ke arahku.


Namun, itu tidak cukup untuk mengelabui para penggemar yang gigih, dan sekitar lima belas orang mengikutinya dari belakang.


"Selamat pagi, Sorato."


Bukan nama panggilan lama "Sora-kun", tapi nama depanku tanpa embel-embel──meskipun aku yang memintanya untuk "mengubah cara memanggilku", aku sepertinya masih belum terbiasa.


"...Selamat pagi. Kalau begitu, sampai nanti."


"Tunggu, kenapa kau selalu mencoba melarikan diri?"


"Aku pasti pengen melarikan diri, dalam situasi seperti ini."


Ketika aku mengarahkan pandanganku ke kelompok di belakang Yuua, orang-orang yang benar-benar jatuh cinta padanya menatapku dengan tatapan dingin yang penuh dengan niat membunuh.


"Siapa dia? Apa hubungannya dengan Yuu-sama?"


"Jangan coba-coba menggodanya, akan kubunuh kau."


"Apa ini laki-laki yang dikabarkan sebagai teman masa kecilnya? Haruskah kita mengebirinya?"


Ucapan-ucapan yang penuh permusuhan dan cukup berbahaya masuk ke telingaku dari berbagai arah, dan aku hanya bisa tersenyum pahit sambil membungkuk.


Ngomong-ngomong, orang-orang "Yu's" memanggil Yuua "Yuu-sama" dengan rasa hormat dan kesetiaan. Dia tidak lagi hanya seorang siswa biasa, tetapi diperlakukan seperti bangsawan.


Namun, Yuua, yang telah mencapai status siswa kelas atas seperti itu, secara aktif mendekatiku setiap kali dia menemukanku, seperti yang dia lakukan kali ini.

Berkat itu, ketenaranku juga sedikit demi sedikit meningkat, dan bahkan ketika aku berjalan sendirian di sekolah, aku menjadi lebih sering menarik perhatian. Tentu saja, dalam arti yang buruk.


Namun, di sisi lain, ini juga merupakan kesempatan baginya untuk datang kepadaku.


"Sorato, ada apa?"


Ketika aku menatap wajah Yuua, dia memiringkan kepalanya dengan ekspresi bingung.


Haruskah aku mengajaknya makan malam secara langsung, atau meminta kontak dan mengiriminya pesan──dalam situasi ini, pilihan mana yang harus kuambil?


"A, ano..."


Semua isi percakapan akan didengarkan oleh "Yu's", dan tergantung pada isinya, permusuhan yang lebih besar dari sebelumnya akan menyebar ke seluruh sekolah.


Hanya dengan membayangkannya saja jantungku berdebar kencang, dan tekanan seolah-olah aku akan menyatakan cinta di depan umum menyerbuku.


Dan sekali lagi──aku menarik napas dalam-dalam, perlahan membuka mulutku, dan,


"Maaf, tidak ada apa-apa!"


Pada akhirnya, aku melarikan diri dari tempat itu.


Aku mencoba mengalihkan kesadaranku hanya pada Yuua, tapi tetap saja mereka terlihat. Selain itu, dalam lingkungan di mana ada orang di dekatnya, ada risiko rumor aneh akan menyebar ke Yuua.

Dalam keadaan normal, meminta kontak saja sulit, apalagi mengajaknya ke rumah. Tapi, bukan berarti aku tidak punya rencana sama sekali.


Sambil berlari kecil menjauh dari Yuua, aku memikirkan satu cara untuk memisahkannya dari orang-orang di sekitarnya.





Saat istirahat makan siang──setelah segera menyelesaikan makan siangku, aku bergegas ke kelas enam, tempat Yuua berada.


Ketika aku mengintip dari pintu kelas enam yang terbuka, kerumunan orang yang terbentuk di sekitar meja di tengah kelas langsung menarik perhatianku.


Pusat dari kerumunan itu, tentu saja, adalah teman masa kecilku.

Kursinya dikelilingi oleh beberapa gadis, dan seperti yang kuduga, jika aku mencoba berbicara dengannya tanpa rencana, aku akan menerima tatapan dingin yang sama seperti di pagi hari.


"...Tetap saja, aku gugup melakukannya di depan umum."


Ketika kami masih SD, kami sering bermain "perkumpulan rahasia" di sekolah dan taman.


Meskipun disebut "perkumpulan rahasia", itu sebenarnya hanyalah semacam tindakan sembunyi-sembunyi, di mana kami bersembunyi agar tidak ketahuan oleh teman sekelas dan orang dewasa.


Kalau dipikir-pikir sekarang, itu adalah permainan yang membosankan, tapi saat itu, berlarian di sekolah dan taman sambil berbagi rahasia berdua dan menghindari perhatian orang lain, entah bagaimana terasa mendebarkan.

Dan hari ini──untuk pertama kalinya sejak SD, aku akan melakukan "permainan" itu.


Sinyal yang hanya diketahui olehku dan Yuua, untuk bergerak bersama sambil berbagi rahasia.


Menepuk tangan dua kali, dan ketika orang tersebut menyadari keberadaanku, aku akan mengacungkan jempol dan menunjuk ke arah tujuan, dan memberi tahu tempatnya dengan gerakan mulut──meskipun sederhana, itu adalah satu-satunya rencanaku untuk membawa Yuua pergi sendirian.


"...Apa ini akan berhasil, permainan lama seperti ini?"


Sejujurnya, aku tidak mau melakukan tindakan mencolok seperti tiba-tiba bertepuk tangan di depan kelas yang penuh dengan orang.


Meski begitu, aku ingin mencobanya. Seberapa banyak Yuua mengingat kenangan hari-hari yang kita habiskan bersama.


Aku menggosok kedua telapak tanganku seolah-olah membuat lingkaran, dan menenangkan napasku.


"...Baiklah."


Sambil mengenang masa lalu, aku mendapatkan kembali diriku saat menjadi anggota perkumpulan rahasia.


──prok, prok!


Tanpa memedulikan fakta bahwa aku akan menarik perhatian para siswa di koridor dan kelas, aku membenturkan kedua tanganku yang terentang dua kali dengan keras.


Beberapa orang di sekitarku bereaksi terhadap suara tepuk tangan yang tiba-tiba itu. Selain itu, seolah-olah berantai, banyak tatapan mulai mengarah padaku.

"Sora-kun...? ──!"


Dan akhirnya, sinyalku mencapai orang yang kutuju.


Biasanya, Yuua akan segera mendekatiku begitu dia menyadariku, tapi kali ini berbeda. Dia menutup mulutnya dengan tangan, mengalihkan pandangannya, dan melihat sekilas tindakanku selanjutnya.


Dari penampilannya, aku yakin bahwa dia masih ingat permainan ini.

Aku mengacungkan jempolku lurus-lurus, dan menunjuk ke tempat pertemuan.


"Per, pus, ta, ka, an."


Aku mengucapkan tempat pertemuan dengan volume suara yang tidak bisa didengar oleh siapa pun, dan aku berlari kecil meninggalkan kelas enam.


Percaya bahwa Yuua telah memahaminya, sambil menumpangkan diriku yang dulu dan sekarang.





Aku tiba lebih dulu di perpustakaan, tempat pertemuan, dan sambil melihat-lihat rak buku, aku diam-diam menunggu Yuua masuk.


Perpustakaan sepi saat istirahat makan siang, dan ini adalah tempat terbaik untuk berbicara secara rahasia. Memang, tidak ada siswa lain selain aku, dan sepertinya pustakawan juga sedang pergi.


"Kuharap dia segera datang..."


Aku merasa sedikit khawatir apakah tujuanku tersampaikan dengan baik. Jumlah aku melihat jam semakin meningkat, dan semakin aku memikirkannya, semakin lambat waktu berlalu.


Namun, pada saat yang sama ketika suara pintu terbuka masuk ke telingaku──kekhawatiran yang kupendam menghilang sekaligus.


"Per, pus, ta, ka, an... sepertinya itu benar."


Syukurlah. Ternyata tersampaikan dengan baik.


Yuua datang menghampiriku dengan tergesa-gesa, menegakkan punggungnya dan memberi hormat.


"Maaf membuatmu menunggu, nama kode 'Sky'!"


"Jangan menggodaku, nama kode 'Lovely'."


Ketika aku mengucapkan nama panggilan dari masa perkumpulan rahasia, aku tersenyum karena rasa nostalgia yang luar biasa dan rasa malu yang membuat dadaku geli.


Kami saling memandang, dan tertawa terbahak-bahak pada saat yang bersamaan.


"Haaah, lucu sekali... Aku tidak pernah menyangka akan melakukan hal seperti ini pas SMA!"


"Aku juga. Tapi, aku tidak bisa memikirkan cara yang baik untuk memanggil Yuua sendirian selain ini. Ngomong-ngomong, kau mengingatnya dengan baik. Sinyal permainan perkumpulan rahasia."


"Tentu saja aku ingat, kan? Buatku, setiap hari yang kuhabiskan bersama Sora-kun adalah kenangan yang penuh kebahagiaan. Aku yakin, aku akan mengingatnya bahkan di kehidupan selanjutnya!"


"...Kau bisa mengucapkan kata-kata gombal seperti itu dengan begitu tenangnya..."


Aku memalingkan wajahku, seolah-olah untuk menyembunyikan pipiku yang memanas.


Bukan hanya penampilannya, bahkan ucapannya pun menjadi seperti pria tampan...


"Jadi? Apa ada keadaan darurat sampai-sampai kau memanggil Lovely?"


"Ya, panggilan ke markas. Dari komandan kita yang menyukai wajah tampan."


"Undangan ke rumah, ya. Dan itu dari Kanami-san."


"Kau mengerti dengan 'komandan yang menyukai wajah tampan'?"


Dia mengangguk, memahami arti dari kata-kataku yang terdengar seperti akting.


"Yah, sederhananya, kakakku mau bertemu sama Yuua. Dia bilang, 'Maukah kau datang ke rumah kami untuk makan malam malam ini?'"


"Hmm."


Ketika aku menyampaikan pesan itu, Yuua mengerang dengan ekspresi yang entah kenapa tidak puas.


"Ini undangan mendadak, apa kau sudah ada janji?"


"Tidak ada janji. Hanya saja..."


"Hanya saja?"


Yuua menelan ludah, dan wajahnya memerah sambil mengalihkan pandangannya ke samping.

"Bukan dari Kanami-san... Aku mau Sora-kun yang mengundangku."


Dan dia mencubit ujung seragamku dengan jarinya, dan tersenyum malu-malu sambil menatapku dari bawah.


Dia, yang dipuji sebagai "pria tampan" oleh banyak siswa, baik pria maupun wanita, menunjukkan sikap feminin yang hanya dia tunjukkan padaku──sejujurnya, itu mengacaukan hatiku.


"Hei, bagaimana perasaan Sora-kun...?"


"U... E, tto..."


Karena bingung, aku tidak bisa mengeluarkan suara dengan benar.

Satu langkah, Yuua semakin mendekatiku.


"Apakah kau mengundangku cuman karena Kanami-san yang menyuruh? ...Kalau begitu, maafkan aku Kanami-san, tapi aku tidak mau pergi... Itu akan terasa hampa."


Yang ingin dia ketahui adalah, niatku.


Bagi seorang siswa SMA yang sedang dalam masa pubertas, mengajak lawan jenis yang bukan pacarnya ke rumah adalah hal yang cukup sulit.


Dalam kasus ini, ada alasan yang mirip dengan pembebasan dari tanggung jawab, yaitu "karena kakakku yang mengundang", tapi selain itu, seberapa besar aku mempercayai Yuua sekarang.


Dia pasti khawatir, dan sedang mengujiku.


"Datanglah... Seperti dulu."


Aku malu untuk mengatakannya lagi, dan suaraku tidak keluar dengan keras.


Meski begitu, gumamanku yang pelan tidak akan tersampaikan.

"Aku juga... Kalau Yuua tidak keberatan, aku mau kau datang bermain ke rumahku lagi."


Aku mengatakannya dengan jelas, agar dia bisa mendengarnya.


Segera setelah aku mengatakannya, seluruh tubuhku terasa panas seperti demam.


Aku menutupi kedua mataku dengan satu tangan, dan mengangkat wajahku ke langit-langit.


"Ehehe... Serius, aku ini orang yang beruntung."


Di perpustakaan yang sunyi, bahkan suara kecil Yuua pun terdengar jelas di telingaku.


Dari celah antara jari-jari telapak tanganku yang menutupi wajahku, aku mengintip ekspresinya.


Saat itu, aku merasakan beban ringan di dadaku.


"Yuua...?"


Seolah-olah membenamkan kepalanya, dia menyandarkan dahinya di dadaku.


Dia pasti merasa lega, dan kehilangan kekuatannya.


"Aku juga senang. Kau mengatakan itu."


Melihat Yuua yang menyerahkan dirinya seperti ini, hatiku juga menjadi tenang secara misterius.


"...Sora-kun. Apa benar tidak apa-apa aku pergi hari ini?"


Dia mengangkat wajahnya dari dadaku, dan sedikit memiringkan kepalanya.

"Ya. Makan malam mulai dimasak setelah kakakku pulang dari sekolah kejuruan, jadi mungkin akan sedikit terlambat."


"Tidak apa-apa kalau agak terlambat. Aku cuman perlu menghubungi nenekku!"


Mengeluarkan ponselnya, Yuua mulai mengetik pesan untuk neneknya yang tinggal bersamanya. Aku juga mengirim pesan ke kakakku untuk memberitahunya bahwa aku berhasil membuat janji.


"...Ngomong-ngomong. Apa boleh aku bertukar kontak sekarang? Sebenarnya, aku mau mengundangmu melalui LINE hari ini, tapi aku tidak tahu kontakmu."


"Seharusnya kau mengatakannya di pagi hari. Dan, bukannya lebih cepat kalau kau mengundangku secara langsung?"


"Dengan orang sebanyak itu di sekitar, aku tidak bisa dengan mudah mengundang lawan jenis ke rumah..."


"Jadi, kau melakukan permainan perkumpulan rahasia itu, dan memanggilku ke sini?"


"Yah, begitulah. Kalau ada rumor aneh yang menyebar, Yuua juga akan sulit jalanin kehidupan sehari-hari, kan?"


"Aku tidak keberatan... Aku tidak suka digosipkan, tapi kalau itu sama Sora-kun, tidak apa-apa."


"Kau harus lebih memikirkan popularitasmu, atau tingkat perhatian yang kau dapatkan..."


Bahkan jika kau tidak keberatan, aku yang akan diganggu oleh para penggemarmu.


Setelah kami berdua selesai menghubungi nenek dan kakakku, kami mulai bertukar LINE sambil memperlihatkan layar ponsel kami satu sama lain.


"Bagaimana cara menambahkan teman pakai kode QR?"


"Sebenarnya, aku juga tidak begitu tahu. Aku hampir tidak pernah bertukar kontak."


"Aku juga tidak punya banyak teman, jadi aku tidak terbiasa bertukar kontak. Tapi, aku terkejut. Setelah pindah, apa teman sekelasmu tidak memintanya?"


"Mereka memang memintanya, tapi karena ada banyak orang di sekitar, sepertinya tidak akan ada habisnya, jadi aku meminta mereka untuk menundanya untuk sementara waktu. Kemudian, entah bagaimana bertukar kontak denganku menjadi seperti curang, jadi aku tidak bertukar kontak dengan siapa pun."


Orang ini, dia benar-benar diperlakukan seperti idola pria...


"...Tunggu sebentar? Kalau begitu, orang pertama yang bertukar kontak denganmu setelah pindah adalah...?"


"Itu berarti Sora-kun."


Nama "Yushiro Yuua" berhasil ditambahkan ke daftar teman LINE-ku.


"Karena aku mau Sora-kun menjadi yang pertama... Keinginanku, terkabul."


Sambil memeluk ponselnya erat-erat di dadanya, dia tersenyum.


"Keinginan, berlebihan sekali."


"Karena selama ini, kita tidak bisa berhubungan sama sekali. ...Aku sudah lama menantikan pas kita bisa berbicara kapan saja seperti ini, tahu?"


...Ah, aku juga.


Aku juga selalu membayangkan hari ketika aku bisa berbicara dengan Yuua seperti ini.


Mendengar isi hatinya yang sebenarnya, entah bagaimana aku merasa lega.


──Sementara itu, tiba-tiba.


Pintu perpustakaan, yang tadinya hanya ada kami berdua, mulai terbuka dengan suara tumpul.


"Uwoh...! Gawat..."


Karena aku benar-benar lengah, reaksiku terlambat, dan aku langsung panik.


Jika ketahuan oleh seseorang bahwa aku sedang bertemu secara rahasia dengan Yuua di tempat seperti ini, hanya masalah waktu sebelum rumor menyebar ke seluruh sekolah.


"Sorato."


Pada saat yang sama ketika Yuua di depanku memanggilku, dia meletakkan tangannya di punggungku.


"Ngu...!"


Selain itu, tangan Yuua yang lain menutup mulutku agar aku tidak bersuara.


Aku membungkuk mengikuti arahannya, dan punggungku bersandar di rak buku.


Aku didorong ke dinding dan mulutku ditutup dengan tangan, sehingga aku tidak bisa bergerak.


Bukankah ini yang disebut, "kabedon"...!?


Gambaran umumnya adalah seorang pria mendekati seorang wanita dengan mendorongnya ke dinding, tetapi posisinya terbalik, aku yang menjadi wanita dan Yuua yang menjadi pria.


Dari kejauhan, sosok pustakawan terlihat, dan rasanya seperti aku sedang melanjutkan permainan perkumpulan rahasia.


Entah karena wajah Yuua mendekat, atau karena kenangan masa lalu bangkit kembali, atau mungkin keduanya... Sekarang, jantungku berdebar kencang.


"Situasi ini... Jauh lebih mendebarkan daripada 'permainan' yang biasa kita lakukan dulu, kan?"


Agar suaranya tidak terdengar oleh pustakawan, Yuua berbisik di telingaku dengan napasnya.


Jika sedekat ini, suara jantungku sepertinya akan terdengar olehnya.


"Nee... Sora-kun."


"N, n...?"


"Sampai orang itu pergi, sedikit lagi... Ayo lanjutkan 'permainan' kita?"


Yuua menyentuh tubuhku dengan lembut, seolah-olah untuk meredam suara.


Seharusnya jantungku berdebar lebih kencang lagi, tetapi melihat ekspresi Yuua entah bagaimana membuatku tenang.


Jika sudah begini, aku akan menikmati saat ini.


Ekspresi Yuua, yang menutup matanya seolah-olah menyerahkan dirinya, memberiku rasa aman.


Melihat kesempatan ketika pustakawan masuk ke ruang arsip di dalam perpustakaan, aku menyuruh Yuua keluar dari perpustakaan terlebih dahulu. Jika kami terlihat berjalan berdua di koridor, pertemuan rahasia kami akan sia-sia.


Beberapa menit setelah dia meninggalkan perpustakaan, aku keluar sendirian ke koridor.


"...Apa hanya perasaanku saja."


Aku tidak melakukan kesalahan apa pun, tapi bertemu dengan lawan jenis secara diam-diam──apalagi dengan orang yang paling terkenal di sekolah saat ini, membuatku merasa sedikit bersalah.


Mungkin karena itu, aku merasa terlalu sadar diri dan merasa seperti sedang diawasi oleh seseorang, dan aku melihat sekeliling dengan gelisah.


Lagipula, aku begitu memikirkan fakta bahwa aku bersama Yuua sampai-sampai aku mengkhawatirkan hal seperti ini.


Aku mengeluarkan ponselku dari saku, dan melihat akun LINE Yuua yang baru saja kutukar.


Saat itu, tiba-tiba ponselku bergetar sekali.


"Yuua?"


Ketika aku melihat ke layar, ada satu pemberitahuan pesan di sana.

Aku segera menyentuh pemberitahuan itu, dan membaca isinya.


"...Haha. Yuua itu, sampai kapan dia akan melanjutkannya?"


"Misi selesai, nama kode 'Sky'."


Meskipun penampilannya berubah, selera humornya──secara mengejutkan, tetap sama seperti dulu.




(POV Yuua)


"Fufu. Berhasil, berhasil...!"


Setelah keluar dari perpustakaan dan masuk ke toilet wanita, aku tersenyum melihat layar ponselku.


Yang terpampang di layar adalah akun LINE Sora-kun──aku telah lama menantikan hari ketika namanya ditambahkan ke daftar temanku yang sedikit.


Ekspresi wajahku yang mengendur tidak kunjung kembali, dan aku tidak bisa masuk ke kelas seperti ini. Aku mengirim pesan ke Sora-kun, dan mencoba menenangkan diri dengan menarik napas dalam-dalam.


"...Sudah waktunya aku pergi."


Setelah memeriksa ekspresiku di depan cermin dan meninggalkan toilet, aku bergegas menuju ruang kelas enam. Karena kelas berikutnya akan diadakan di ruang kimia, aku harus pindah lebih awal.


Namun, ketika aku tiba, tidak ada teman sekelasku di kelas. Hanya ada beberapa menit tersisa sampai kelas dimulai, jadi mereka pasti sudah pergi duluan.

Aku mengeluarkan buku pelajaran dan alat tulis dari laci mejaku, dan kembali ke koridor untuk pergi sendirian.


"Di mana ruang kimia...?"


Karena aku baru saja pindah, aku belum sepenuhnya memahami di mana setiap ruang kelas berada di sekolah. Ini adalah pertama kalinya aku pergi ke ruang kimia.


Aku ingin bertanya kepada seseorang di mana lokasinya, tetapi ketika istirahat makan siang akan segera berakhir, tidak banyak orang yang berada di koridor. Aku melihat sekeliling, mencari seseorang yang mudah diajak bicara.


"Permisi."


"Eh...!? A, aku!?"


Dan akhirnya, aku memanggil seorang siswi. Namun, entah kenapa reaksinya sangat bersemangat.


"Wah, wah...! Aku, aku sudah menjadi penggemarmu sejak hari Yuu-sama pindah!"


"Be, begitu. Terima kasih..."


Entah kenapa, tiba-tiba firasat buruk menyerangku.


"Ano, um! Kalau boleh, bolehkah aku berjabat tangan...!"


"Ah, ya. Kalau cuman itu... Ngomong-ngomong, tahukah kau di mana ruang kimia──"


"Hawaaaah! Gawat, aku sangat senang! Aku terharu!"


Bahkan ketika aku mencoba menanyakan lokasinya, dia sangat bersemangat, dan suaraku sepertinya tidak sampai padanya. Terlebih lagi, "firasat buruk" itu sepertinya berfungsi dengan baik.


"Eh, bukankah itu Yuu-sama?"


"Bukankah gadis yang sedang dia ajak bicara itu sedang berjabat tangan?"


"Bohong, apa mungkin dia sendirian?"


Suasana di sekitarku mulai riuh, dan aku bisa merasakan gelombang orang-orang mendekatiku sedikit demi sedikit. Sebelum aku menyadarinya, kerumunan orang telah terbentuk di sekitarku, dan aku dikelilingi oleh hampir sepuluh siswi.


Ini adalah pertama kalinya aku berbicara dengan siswa yang tidak kukenal sejak aku pindah, tapi aku tidak menyangka akan menjadi seperti ini.


"Ano, berjabat tangan nanti saja... Bisakah kau memberitahuku di mana ruang kimia..."


Aku mencoba berbicara dengan orang-orang di sekitarku, tetapi suara mereka menghilang begitu saja tanpa ampun. Jika sudah seramai ini, akan sulit untuk menenangkannya, dan jelas bahwa bahkan jika aku mencoba menerobos, aku akan didorong kembali.


"Hei, kalian semua!"


Saat itu──suara bernada tinggi yang bergema sampai ke telingaku terdengar dari luar kerumunan.


Dalam sekejap, suasana menjadi sunyi, dan salah satu bagian dari kerumunan terbelah seolah-olah membuka jalan. Aku ditarik keluar oleh tangan yang terulur dari sana.


"Mi-Minakata-san...?"


Aku tanpa sadar menyebut nama wajah yang kukenal, yang terlihat di pandanganku.


Yang menarik lenganku adalah siswi yang kutemui pada hari pertama aku pindah──Minakata Saho, yang salah mengira Sora-kun sebagai orang yang mencurigakan karena aku.


"Baiklah, semuanya tetap diam! Jangan membuat murid pindahan kesulitan, oke!?"


Sepertinya dia memiliki posisi yang relatif kuat di antara teman-teman seangkatannya.


Orang-orang di sekitarnya tidak membantah kata-kata Minakata-san, dan setelah meminta maaf kepada kami dengan ekspresi menyesal, mereka bubar satu demi satu.


"...Terima kasih, Minakata-san. Kau menyelamatkanku."


"Tidak, tidak, jangan khawatir! Kupikir aku mungkin ikut campur..."


"Tidak sama sekali. Aku tidak bisa berbuat apa-apa sendirian."


Sambil tetap menyentuh lenganku, dia melanjutkan pembicaraan.


"Ano... Sekalian ikut campur, apa tadi kau lagi menanyakan lokasi ruang kimia?"


"! Kau tahu. Karena aku baru saja pindah, aku tidak tahu di mana letaknya."


"Benar juga! Aku mendengar seorang kenalan dari kelas enam mengatakan, 'Kita harus pergi ke ruang kimia untuk kelas berikutnya', jadi kupikir mungkin saja...!"


Dengan ekspresi cerah, Minakata-san melompat kecil.


"Ji... Jika kau tidak keberatan, bolehkah aku mengantarmu ke ruang kimia...?"


"Eh, benarkah? Tapi, apa tidak merepotkan?"


"Tidak, tidak sama sekali. Ruang kimia ada di dekat sini!"


Setelah mengatakan itu, dia meraih tanganku dan mulai berjalan di koridor.


"Ano, kau tidak perlu menarik tanganku...?"


"Ah, maaf! Aku hanya terbawa suasana!"


"...Terbawa suasana?"


"Aku salah bicara, jangan khawatir!"


Minakata-san buru-buru melepaskan tangannya, dan dengan cepat memposisikan dirinya di sampingku dari depan.


Entah kenapa, kesanku sangat berbeda dari percakapan yang kudengar melalui pintu toilet wanita dengan Sora-kun... Dia sepertinya bukan orang jahat.


"Yu... Yushiro-san, hari ini tidak biasanya. Biasanya kau selalu bersama teman-teman sekelasmu, tapi kau bertindak sendirian... Apa kau pergi ke suatu tempat?"


"Ah, ya. Sedikit. Aku dipanggil."


"Ngomong-ngomong... Apa orang yang memanggilmu itu Tsuzuki-kun?"


"Eh...? Benar... tapi, kenapa kau tahu?"


"Tidak, entahlah..."


Aku terkejut sesaat, tetapi Minakata-san tahu bahwa aku dan Sora-kun memiliki hubungan, dan ini hanyalah obrolan ringan saat berpindah tempat, jadi kurasa tidak ada maksud tersembunyi.


"Ngomong-ngomong, apa kalian berdua teman masa kecil atau semacamnya?"


"Un, teman masa kecil. Kami berada di kelas yang sama dari kelas satu sampai kelas tiga SD. Sejak aku pindah ke Tokyo, kami jadi terpisah."


"Begitu, ya..."


Ketika aku menjawab pertanyaannya karena kupikir itu bukan sesuatu yang harus disembunyikan, ekspresinya entah bagaimana menjadi murung.


"Minakata-san, ada apa?"


"Tidak, tidak apa-apa. ...Hanya saja, aku sedikit melamun."


"? Begitu...?"


Setelah itu, kami tiba di ruang kimia tanpa ada percakapan khusus.

Ketika aku mengucapkan terima kasih, dia menggelengkan kepalanya dengan ekspresi formal seperti biasa, dan Minakata-san buru-buru kembali ke kelas empat.


"Dia anak yang cukup berbeda dari yang kubayangkan..."


Aku bergumam begitu sambil melihat punggungnya, dan menarik napas dalam-dalam di depan pintu ruang kimia.


Baiklah... Dengan semangat baru, mari kita lalui kelas sore ini dengan semangat. Dengan kegembiraan yang menantiku setelah sekolah di dalam hatiku, aku melangkah maju ke ruang kimia yang ramai.


Post a Comment

0 Comments

Tidak boleh adanya spoiler, hormati user lainya. Gunakan komentar dengan bijak sebagai tempat berdiskusi.

Post a Comment (0)
Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !