Episode 5
"Ternyata, Senpai masih polos ya~♪"
Hari Senin setelah berkemah. Sudah masuk bulan Oktober.
Tidak kusangka aku yang seperti ini bisa mengalami kejadian seperti dalam komedi romantis, yaitu adegan yang seolah-olah sudah pasti akan berakhir dengan pernikahan, sampai dua kali. Bagaimana bisa orang in-kyara sepertiku terlihat serasi dengan gadis-gadis cantik seperti Takeuchi-san dan Kurumi?
Sambil memikirkan hal itu, waktu pulang sekolah pun tiba. Saat aku berdiri dari kursi dan hendak pulang, tiba-tiba terdengar suara yang sudah familiar.
"Ta-Tanaka-kun!"
"Takeuchi-san?"
Ada apa ya. Seingatku hari ini tidak ada pekerjaan komite.
Takeuchi-san berkata, "Emm itu......" sambil memainkan jari-jarinya dengan gelisah, dan sesekali melirik ke arahku meskipun menunduk. Manisnya dia......
"Ka-kalau hari ini sepulang sekolah, beberapa teman di kelas berencana untuk main sepulang sekolah──"
"Ah, maaf, hari ini aku ada kerja part-time......"
"Aah......"
Takeuchi-san sepertinya kecewa lagi karena aku. Ugh, aku merasa bersalah setiap kali menolak ajakan Takeuchi-san. Tapi kalau aku ikut, pasti aku akan merasa canggung dan berpikir, "Eh, kenapa dia datang? Siapa yang mengundangnya? (tertawa)".
Lagipula, bukan hanya kali ini saja, tapi mulai sekarang pun, aku sepertinya tidak akan bisa ikut acara seperti itu.
Aku mencoba menyampaikan itu dengan lembut sambil tersenyum.
"Takeuchi-san, mungkin kamu mengajakku karena merasa kasihan pada bocchi sepertiku ya!"
"Eh? Bukan begitu kok......"
"Tapi tidak apa-apa! Aku cukup suka sendirian kok!"
Takeuchi-san terdiam dan membeku. Hmm, apa aku salah bicara?
"Takeuchi-san?"
"Ti-tidak apa-apa...... Tidak apa-apa kok......"
"......Kamu baik-baik saja?"
"Ma-ma-maaf ya......"
Uhm, dia jadi seperti orang asing di manga, tapi yah, Takeuchi-san memang kadang-kadang aneh, dan mungkin ini hanya sesuatu yang sementara. Lagipula, Takeuchi-san punya banyak teman, jadi, ya, tidak apa-apa.
"Kalau begitu, aku pergi dulu ya."
"Sampai...... sampai jumpa......"
Karena terlalu lama bersama Takeuchi-san akan menarik perhatian, aku cepat-cepat pergi dari sana.
✧ ₊ ✦ ₊ ✧
Aku bilang ada kerja part-time untuk menolak ajakannya, tapi kali ini berbeda dari yang sebelumnya, itu bukan bohong.
Aku bekerja part-time di restoran burger bernama 〈Familia〉 yang jaraknya sekitar sepuluh menit lebih dengan sepeda dari sekolah.
Aku tiba di tempat kerja. Memarkir sepeda di tempat parkir karyawan, lalu masuk. Seperti sekolah, tempat ini juga membuatku merasa tidak nyaman.
Saat aku masuk ke ruang kantor yang luasnya sekitar enam tatami, di bagian depan terdapat tempat istirahat, dan di bagian belakang terdapat meja dengan komputer. Aku melihat seorang staf wanita yang sedang sibuk mengatur jadwal di depan komputer. Dia terus-menerus mengucapkan kata-kata negatif seperti "capek" dan "malas".
"Selamat pagi, manajer."
Dia bukan staf biasa. Dia adalah manajer restoran ini. Kyouya Hanako.
Saat aku menyapanya, manajer itu menoleh sambil berkata, "Hmm......" Wajahnya yang cantik tapi entah kenapa terlihat tua dan tidak bersemangat itu membuatku ikut merasa lelah.
"Maaf ya Tanaka, tiba-tiba Makihara bilang dia flu. Entah benar atau tidak ya...... Lalu Yanagi bilang neneknya meninggal. ......Ini yang ketiga kalinya neneknya meninggal."
Hari ini sebenarnya bukan jadwalku, tapi karena tiba-tiba ada staf yang tidak masuk, aku yang menggantikannya.
"Ya sudah, cuma kali ini kok. ......Padahal aku selalu bilang begitu ya."
"Habisnya semua orang menolak karena ada acara atau urusan lain...... Tidak apa-apa kan. Padahal selama kamu di sekolah, aku yang menggantikan staf dapur tahu? Padahal aku ini manajer......"
Orang ini memang tidak punya karisma ya......
Restoran ini selalu kekurangan staf, dan aku tidak bisa menolak kalau diminta. Kombinasi yang terlalu cocok, sampai-sampai aku terus-terusan dimasukkan ke jadwal dan disuruh bekerja. Seperti paket ponsel sekarang yang serba tidak terbatas.
"Lalu...... tumpukan burger ini apa?"
"Jangan tanya......"
Di atas meja terdapat belasan burger. Sepertinya mereka sangat sibuk.
"Bukan hanya karena ada staf yang tidak masuk, tapi setelah itu, staf baru itu datang, jadi aku tidak bisa meninggalkan dapur...... Staf baru itu memang agak lambat belajar, dan yang paling penting, dia itu bodoh. Semangatnya sih ada...... Lalu, karena sebentar lagi Tanaka datang, jadi aku sempat keluar sebentar. Tapi kalau aku kembali ke dapur, aku tetap harus bekerja. Haha, tidak lucu."
"Senyumnya malah jadi sedih...... Parah sekali ya kondisinya......"
Kisah tentang keadaan restoran dan staf baru itu membuatku hanya bisa tersenyum kecut.
"......Staf baru itu, Maihara-san ya?"
"Ah iya. Jadi begini Tanaka, aku serahkan dia padamu ya."
"Ya, kita semua harus mengajarinya dengan baik......"
"Habisnya dia terlalu imut, jadi semua orang memanjakannya."
Alasan yang sangat konyol, dan aku hanya bisa menghela napas karena itu memang benar.
Staf baru itu adalah perempuan, dan dia itu super imut.
Pertama, wajahnya cantik. Cantiknya itu level yang tidak wajar. Seperti orang yang biasa tampil di TV.
Dan lagi, yang membuatnya imut bukan hanya penampilannya. Dia ceria, mudah bergaul, dan yang terpenting, dia itu azatoi (sengaja bertingkah imut) yang disukai banyak orang, jadi sejak dia masuk, semua staf, baik pria maupun wanita, langsung jatuh hati padanya. Makanya tidak ada yang memarahinya kalau dia salah, dan semua orang membantunya kalau dia kesulitan. Akibatnya, dia jadi tidak bisa belajar pekerjaan dengan benar. Padahal dia sendiri tidak punya niat buruk, dan semangat kerjanya itu juga yang membuatnya tidak bisa dibenci.
"Dengar ya, Tanaka kan lumayan rajin mengajarinya kan? Dan dia juga sepertinya suka sama Tanaka, jadi, yah, aku memanfaatkan itu saja."
"Kalau begitu, tolonglah sedikit dengan hal lain. Misalnya kurangi jadwal kerjaku──"
"Tidak mungkin (tertawa)"
"Jangan ketawa"
Sambil menghela napas dan memegangi belakang leher, aku tetap berusaha bernegosiasi demi restoran.
"Kalau begitu setidaknya suruh ketua tim untuk mengajarinya dengan benar. Aku kan jadi yang repot mengajarinya? Padahal aku tidak suka perempuan......"
Manajer itu sepertinya lelah bicara, jadi dia meleleh seperti slime di atas kursi.
"Yah, yang penting bukan itu. Dengar ya Tanaka, aku sudah tidak mau kerja. Lalu, entah kenapa aku ingin menikah dengan Meguro〇Ren atau Matsu〇Hokuto."
Sudah parah sekali orang ini......
"Baiklah...... Aku mengerti kok. Soal anak itu, biar hari ini aku yang mengurusnya, jadi manajer setidaknya selesaikan jadwal itu hari ini ya."
"Huuu, Tanaka baik sekali ya~♪"
"Jangan terlalu meremehkanku ya......?"
Kalau aku bicara lebih lama, aku khawatir malah pekerjaan lain akan dilimpahkan padaku, jadi aku menyerah dan masuk ke ruang ganti.
✧ ₊ ✦ ₊ ✧
Aku ganti baju dengan seragam kru, lalu berangkat kerja.
Ada dua alasan utama kenapa aku mulai kerja part-time di sini. Pertama, untuk mendapatkan uang untuk membeli novel ringan dan manga. Dan yang kedua, untuk bisa makan burger Familia dengan harga diskon karyawan.
Padahal awalnya hanya alasan sepele, tapi sekarang aku sudah jadi seperti budak restoran.
Kalau berhenti ya sudah selesai masalahnya, tapi stafnya sedikit, manajernya seperti itu, staf barunya juga agak aneh, dan aku merasa tidak enak, jadi aku tidak bisa berhenti. Hah......
Sambil menghela napas, aku menekan kartu waktu, dan seperti yang kuduga,
"──Siapa aku~♡"
Begitu masuk ke dapur, tiba-tiba mataku ditutup oleh tangan seseorang.
Penglihatanku langsung gelap, dan indra lainnya menjadi lebih tajam. Terdengar aroma manis, dan terasa sentuhan hangat dan lembut di punggungku. Yang melakukan ini padaku hanya staf baru itu......
"Ma-Maihara-san! Jangan dong, malu tahu......!"
"Ehehe, benar ya♡"
Begitu dia melepaskan tangannya, aku menoleh, dan di sana berdiri seorang gadis cantik jelita dengan rambut hitam pendek yang anggun. Dia mengenakan seragam kru, dan padahal seragam ini seharusnya tidak ada daya tarik visualnya, tapi sosoknya itu pun terasa mempesona.
Gadis inilah Maihara Kaede, si pembuat onar di tempat kerjaku.
"Selamat pagi, senpai♡"
"O-oh, selamat pagi......"
Maihara-san tertawa kecil melihat kebingunganku. Sial, karena aku tidak berpengalaman soal wanita, aku jadi tidak bisa menjawab dengan tenang kalau berhadapan dengan gadis......
"Ada apa, senpai?♡"
"Ti-tidak, bukan apa-apa......"
Dan lagi, gadis ini seolah-olah tahu itu, jadi dia selalu melakukan ini......
"Senpai, aku sudah lama sekali menunggu senpai datang lho?"
Maihara-san berkata begitu sambil dengan santai memegang lenganku. Sentuhan tubuh yang tiba-tiba...... sangat azatoi, dan sebagai orang yang jarang disentuh gadis, ini sangat menusuk hatiku......
"Karena senpai lama sekali datangnya, jadi aku bosan karena tidak ada yang bisa kulakukan."
"U-um. Kalau datang ke sini, biasanya semua orang langsung kerja sih, bukannya malah bosan......"
"Ih, aku juga kerja ya~? Coba lihat tumpukan cucian di wastafel itu. Itu semua piring yang jatuh saat aku mau membawanya, jadi harus dicuci lagi deh!"
"Itu namanya bukan kerja, tapi malah menambah pekerjaan kan?"
"Semuanya memujiku karena aku sudah bersemangat untuk membawanya♡"
"Tempat kerja yang bagus ya......"
"Senpai tadi tidak lihat ya di kantor? Tumpukan burger itu. Itu semua burger yang salah resep, jadi manajer terpaksa membelinya pakai uang sendiri!"
"Itu gara-gara Maihara-san ya......"
"Tenang saja. Kan diskon karyawan♡"
"Apa masalahnya di situ?"
Maihara-san yang selalu ceria, dengan polosnya berceloteh di sampingku. Kalau dibiarkan, restoran ini bisa dalam bahaya, jadi dengan berat hati aku memarahi Maihara-san.
"Maihara-san, setidaknya kamu harus hafal resep burger...... Kita kan tidak bisa terus-terusan membuang-buang bahan makanan seperti itu?"
Maihara-san menggembungkan pipinya sambil berkata, "Huu~, aku kan sudah berusaha untuk menghafalnya~".
"Aku kan tidak bisa menghafal banyak hal sekaligus. Kalau diajari satu per satu, aku langsung lupa~, daya ingatku memang buruk sih~. Tapi semangatku ada kok~. Ah, daripada itu, senpai coba lihat tumpukan cucian di wastafel itu!"
"Obrolan barusan saja kamu tidak ingat!?"
Gadis ini daya ingatnya seperti burung unta ya?
"Hehe♡"
Maihara-san lagi-lagi menyatukan tangannya dengan azatoi, lalu mengedipkan mata. Gya, dahsyat sekali kekuatannya......
"Ja-jangan mengalihkan pembicaraan......!"
"Padahal senpai tadi berpikir aku imut kan......♡"
"............A-ayo! Kembali kerja!"
"Aah~, senpai~, jangan kabur dong~. Siapa yang mengalihkan pembicaraan coba~"
Aah, merepotkan tapi imut......
Setelah Takeuchi-san dan Kurumi, jika Maihara-san diibaratkan seperti tokoh utama wanita dalam komedi romantis, maka dia adalah tokoh utama wanita yang sedang populer saat ini, yang sering menggodaku. Kalau dilihat sebagai cerita, godaan tokoh utama wanita = pendekatan cinta tokoh utama wanita yang menyukai tokoh utama pria, jadi rasanya membuat iri, tapi kalau aku sendiri yang menjadi tokoh utama pria, aku sama sekali tidak tahu apakah tokoh utama wanita itu menyukaiku atau tidak, jadi rasanya rumit, antara senang dan kesal.
Bahkan saat aku berkeliling menyapa staf yang sedang bekerja, dan saat aku sedang mencuci tangan di wastafel, entah kenapa Maihara-san terus saja mengikutiku tanpa bekerja.
"Ngomong-ngomong Maihara-san, kita kan seumuran, jadi bisakah kamu berhenti memanggilku senpai dan berhenti menggunakan bahasa formal......"
Maihara-san sepertinya seumuran denganku. Katanya sih dia sedang tidak terlalu aktif di sekolah karena ada urusan, tapi bagaimanapun juga, aneh rasanya dipanggil senpai dan diajak bicara dengan bahasa formal.
Tapi Maihara-san tertawa seolah-olah menganggap ucapanku hanya lelucon.
"Ahaha, aku tidak mau, sayang sekali."
"Eh, sayang apanya?"
"Kalau aku terus memanggilmu senpai dan menghormatimu, kamu akan terus jadi senpai, dan artinya aku bisa terus mendapatkan hak istimewa sebagai kouhai (adik kelas). Misalnya diajari pekerjaan, ditraktir makan, atau menyalahkan senpai kalau ada masalah."
"Kamu benar-benar menghormatiku......?"
"Aku hanya menunjukkan sisi diriku yang ini di depan senpai lho......?"
"Aku tidak senang tahu!"
Aku menghela napas sambil memijat leherku.
"Maihara-san...... Ayo kembali kerja."
"Betul juga ya! Kalau begitu, apa yang harus kulakukan, senpai?"
"Hmm...... Kalau begitu, tolong bereskan cucian yang menumpuk itu ya."
"Baik, aku mengerti♪"
Dengan begitu, Maihara-san membereskan pekerjaan yang dibuatnya sendiri. Sungguh mesin abadi.
✧ ₊ ✦ ₊ ✧
Setelah aku mulai bekerja,
"Hei hei Tana......!"
"......Apa, Koyama-kun."
"Adikmu, kapan datang ke restoran lagi......?"
"Eh~, entahlah......"
Saat aku selesai mengisi stok kentang goreng, Koyama Tatsuo, teman sekelasku di SMA Uozumi dan rekan kerja di restoran ini, menyapaku dari balik rak penghangat.
Meskipun aku bocchi di sekolah, tapi di tempat kerja tidak bisa seperti itu. Pekerjaan tidak akan berjalan tanpa komunikasi. Makanya aku punya teman bicara di sini......
"Dia kan datang waktu itu? Waktu itu aku juga sempat ngobrol sama dia kan?"
"Yah......"
Sepertinya orang ini mengincar adikku, Ema......
Entah kenapa, Ema beberapa kali datang melihatku bekerja belakangan ini. Beberapa staf ada yang sempat mengobrol dengannya.
"Ehm, apa dia...... bilang sesuatu tentangku?"
"Eh, tidak, tidak ada."
"Tidak mungkin! Kita kan lumayan banyak ngobrol?"
"Makanya, dia tidak bilang apa-apa......"
Soalnya Koyama-kun, Ema bilang "terlihat mesum dan agak menjijikkan". Mana mungkin aku bilang begitu.
"Daripada itu, Koyama-kun, Maihara-san kan bagian initi (initiator)? Kenapa pekerjaan anak itu jadi terbengkalai?"
Initi adalah posisi yang memanggang roti di atas toaster. Assembl adalah assembler. Posisi yang memasukkan bahan-bahan ke dalam roti yang sudah dipanggang untuk membuat burger. Koyama-kun bagian assembl, Maihara-san seharusnya bagian initi.
"Yah, Kaede-chan bilang, 'Aku tidak bisa menghafal jenis-jenis roti~' sambil kesulitan, dan dia imut sekali, jadi aku tidak tega untuk tidak menggantikannya~. Baik hati kan aku? Aku?"
"Kalau begitu Maihara-san tidak akan pernah bisa menghafal pekerjaan kan......"
"Kalau begitu Tanaka saja yang mengajarinya. Aku juga kesulitan tahu. Kaede-chan salah pesan roti terus, jadi aku jadi banyak membuat burger yang salah."
"Jadi burger-burger itu hasil kerja sama ya......"
"Senpai~! Cuciannya sudah selesai~!"
Maihara-san datang dengan ceria.
"Dengar ya Kaede-chan. Tanaka ini, protes karena aku menggantikan pekerjaan Kaede~"
"Eeeh~, aku malah senang lho? Koyama-kun, terima kasih ya♡"
"Ah, tidak masalah! Yah, kalau ada masalah lain, bilang saja! Aku akan melakukan apa saja!"
Aku tidak akan membiarkan Ema jatuh ke tangan orang ini.
Tapi yang penting, Maihara-san tidak bisa mengerjakan pekerjaannya di dapur. Karena aku sudah bilang ke manajer akan mengurusnya, sepertinya aku yang harus mengajarinya......
"Koyama-kun, stok kentang gorengnya sudah kubuat agak banyak, dan aku sedang tidak sibuk, jadi bagaimana kalau aku mengajari Maihara-san cara membuat burger lagi? Koyama-kun bisa tolong cek stok bahan makanan? Manajer tadi panik karena belum selesai."
"Oh! Oke! Wah, Tanaka perhatian juga ya~!"
Dengan begitu, Koyama-kun pergi dari dapur dengan riang. Aku menduga dia akan bermalas-malasan, dan sambil melirik Maihara-san yang tersenyum di sampingku, aku menggaruk pipi.
"Kalau begitu Maihara-san, hari ini kita coba hafalkan jenis-jenis roti ya."
"Baik! Kalau senpai yang mengajari, aku senang sekali♡"
"Ya ampun, pede sekali sih kamu......"
Untuk saat ini, aku menjelaskan tiga jenis roti, dan burger-burger mana saja yang menggunakan roti-roti itu.
"Ah, ada pesanan masuk. Kalau ada pesanan cheese burger, bilang 'Cheese one' ke semua orang di dapur ya."
"Baik! Cheese one, senpai!"
Kalau diajari pekerjaan, Maihara-san jadi agak serius ya.
"Roti apa yang dipakai untuk cheese burger?"
"Ehm...... Roti reguler!"
"Oke, kalau begitu panggang roti itu."
"Siap!"
Sejauh ini lancar. Berdasarkan roti yang sudah dipanggang, untuk saat ini aku yang menyelesaikan burger-nya.
Setelah sekitar lima pesanan selesai, aku mulai menjelaskan bagian assembl, pembuatan burger. Aku menunjukkan buku panduan resep yang kubawa dari belakang dapur kepada Maihara-san.
"Di sini ada resepnya, tapi seberapa banyak yang sudah kamu hafal?"
"Ehm, burger biasa, cheese burger, dan............ ahaha......"
"Tidak apa-apa kok, jangan khawatir. Kalau begitu hari ini kita coba hafalkan satu lagi ya."
Tepat setelah aku selesai menjelaskan, ada pesanan masuk.
"Lihat, ada pesanan bacon lettuce burger. Bilang 'BW one'."
"BW one, senpai!"
"Betul, lalu rotinya?"
"Ro-roti wijen!"
"Benar. Coba buat sendiri."
"Baiklah!"
Maihara-san yang biasanya terlihat anggun di depanku, saat bekerja jadi agak kaku, dan kesungguhannya dalam mengerjakan hal di depan mata terlihat menggemaskan.
Lalu Maihara-san menyelesaikan burger sambil melihat resep, dan menggesernya ke arah konter.
"Kamu bisa kok! Hebat ya!"
"Be-benarkah......!?"
Mata Maihara-san berbinar-binar, seolah-olah dia sangat senang. Aku juga mengangguk mantap seolah-olah menyemangatinya.
"Iya! Kalau begini, sepertinya tidak masalah ya. Ah, kalau begitu aku mau menambah stok kentang goreng lagi, kalau ada masalah panggil saja. Dan, sering-seringlah lihat buku panduan ya."
"Baiklah! Terima kasih banyak!"
Oke, dengan begini akhirnya Maihara-san bisa diandalkan. Aku sudah memberikan buku panduan, jadi seharusnya tidak ada kesalahan.
Dan beberapa menit kemudian. Terdengar suara staf konter.
"Eh, kenapa burger ini jadi tebal sekali ya? Terus, padahal pesanannya lima, tapi baru satu yang jadi."
"Tanaka-kun~, mesin cuci piringnya rusak nih, apa ada yang kamu lakukan setelah mencuci?"
Hiii. Dia memang jenius ya.
Saat aku berkeringat dingin, senior bagian konter yang juga mahasiswa, Moriguchi Misaki-senpai, melihatku dan tersenyum kecut.
✧ ₊ ✦ ₊ ✧
"Ahaha, sepertinya masih banyak perjuangan ya, sebagai guru privat."
Setelah aku kembali ke penggorengan untuk menangani masalah, Misaki-san sepertinya datang untuk menghiburku, dan dia tertawa lepas setelah mendengar semua yang terjadi. Dia cantik, pantas saja pelanggan sering memesan senyumnya.
Aku memasukkan ayam ke dalam penggorengan sambil berkata.
"Tidak, aku tidak pernah merasa jadi guru privat. Lagipula kenapa kesannya seperti urusan orang lain. Ini kan merepotkan. Semua orang terpesona dan tidak mengajarinya dengan benar."
"Alah, jangan begitu ah. Kamu juga dulu diajari kami pas masih baru kan? Ingat kejadian Cola?"
Misaki-san tersenyum nakal. Aku memalingkan wajah karena kenangan pahit itu kembali muncul.
"Tolong lupakan kejadian itu......"
"Padahal itu diingat, tapi hal yang penting malah dilupakan ya."
"......Hah? Maksudnya apa?"
"Yah, semoga kamu bisa ingat ya."
A-apa yang harus kuingat? Niat awal? Hati orang lain? Yang mana pun, aku merasa seperti orang jahat.
"......Ngomong-ngomong, Misaki-san juga jangan terlalu memanjakan Maihara-san dong."
"Habisnya...... anak itu, semua orang juga bilang kan, imut banget sih."
"Makanya itu juga......"
"Bukan, bukan cuma cantik dalam arti gadis cantik ya!"
Misaki-san memberi jeda, lalu melanjutkan sambil tersenyum.
"Anak itu, sepertinya sangat menikmati pekerjaannya, dan setiap kali kita bicara atau mengajarinya pekerjaan, dia terlihat senang sekali. Makanya kalau dia bisa melakukan pekerjaannya dengan baik, aku jadi ingin memujinya, dan kalau dia salah, aku jadi ingin menyemangatinya. Yah, akhirnya jadi memanjakannya deh."
Aku mengingat kembali senyumnya yang penuh semangat saat dia diajari pekerjaan tadi.
"......Kalau dipikir-pikir, memang sih."
"Kalian berdua lumayan cocok ya. Si Kaede-chan yang pekerja keras, dan si Tanaka-kun yang suka membantu."
"A-apa sih......"
Tiba-tiba, Misaki-san memasang ekspresi seperti sedang mendengarkan earpiece.
"Ah, aku harus ke drive-thru. Kalau begitu, Tanaka-kun, tolong urus Maihara-san ya."
"Tolong urus apanya......"
Misaki-san berlari dengan gesit ke konter drive-thru. Aku merasa seperti dipermainkan, dan suara minyak mendesis menggoreng ayam terdengar piroli, piroli.
✧ ₊ ✦ ₊ ✧
Aku turun dari sepeda yang seharusnya bisa dikendarai, dan sengaja menuntunnya sambil berjalan pulang.
"Hah, capeknya......"
"Senpai tidak apa-apa?♡"
"Salah siapa coba......"
"Ahaha, ternyata senpai memang seru untuk digoda ya♡"
Maihara-san terlihat sangat puas. Ngomong-ngomong, jalan pulang ini adalah jalan pulang Maihara-san. Setiap hari shift-ku dan Maihara-san sama, dia selalu menyuruhku mengantarnya pulang. Katanya dia takut jalan sendirian malam-malam.
"Tapi kenapa kamu selalu menyuruhku mengantarmu pulang? Staf laki-laki lain kan juga ada?"
"Aduh, senpai ini gimana sih. Aku kan bukan iblis yang menyuruh orang yang capek sepulang kerja untuk mengantarku pulang."
"Hmm, kalau begitu Maihara-san ini iblis dong."
Saat aku membalas lelucon Maihara-san, Maihara-san tertawa, lalu menjawab dengan nada serius.
"Soalnya, aku maunya sama senpai."
"Kalau senpai tidak ada, kamu bagaimana pulangnya?"
"Pulang sendiri?"
"Kenapa cuma aku......?"
"Masa senpai tidak tahu?"
Saat aku tidak menjawab, suara rantai sepeda yang berputar cici cici memecah kesunyian malam.
......Tidak, tidak mungkin.
Aku menggelengkan kepala untuk menolak jawaban yang terlintas di benakku, lalu asal menjawab.
"Karena aku mudah dimintai tolong...... atau semacamnya."
"Ooh, lumayan tepat ya."
"Begitukah......"
Ternyata benar. Hilang sudah semua perasaan seperti tokoh utama komedi romantis tadi.
"Tapi, kalau senpai merasa keberatan, bilang saja ya."
Sambil terus melihat ke depan, Maihara-san melanjutkan dengan senyum kosong.
"Baik itu mengantar pulang, maupun mengajariku pekerjaan."
Tidak seperti biasanya yang selalu bercanda, Maihara-san kali ini terlihat serius. Aku jadi berpikir, apa dia tidak terlalu memikirkan kegagalannya, padahal aku sendiri pun dulu begitu.
"Yah, memang merepotkan sih...... tapi aku tidak keberatan kok. Aku bisa merasakan semangat Maihara-san. Aku dengan tulus mendukung Maihara-san yang berusaha dengan positif...... ya kan?"
Aku tanpa sadar merasa berdebar saat Maihara-san menoleh padaku.
"......Senpai, jangan-jangan, senpai suka ya sama aku?"
"Bu-bukan begitu tahu! Aku cuma mengatakan hal yang baik-baik saja karena Maihara-san tadi bicara seolah-olah sedang sedih! Jangan menggoda dong!"
"Ahahaha!"
"Dasar selalu saja......"
Maihara-san tetaplah Maihara-san. Tapi melihat senyumnya yang tulus dan seolah-olah sangat senang mempermainkanku, aku jadi sedikit lega.
Dan kami tiba di rumah Maihara-san. Apartemen kecil yang bersih, sekitar sepuluh menit jalan kaki dari Familia.
"......Yah, aku akan terus mengajarimu pekerjaan dengan serius, jadi kalau ada yang tidak jelas, tanya saja ya."
"Baik! Aku akan terus menjahili senpai juga ya~"
"Itu jangan dong......"
"Kalau begitu, sampai jumpa di restoran ya, senpai!"
"U-um. Yah......"
Saat aku mengangkat tangan untuk melambai, Maihara-san meraih tanganku dan menggenggamnya. Kelembutan khas gadis, suhu tubuhnya yang entah kenapa terasa panas, dan kekuatan genggamannya yang seolah-olah menangkapku yang ragu-ragu dengan gadis, setiap sensasi itu terasa merangsang bagiku yang jarang berinteraksi dengan gadis.
"Ehehe, ternyata senpai masih polos ya~. Imut~♪"
Aku tidak bisa membalas, dan hanya bisa terdiam melihat punggung Maihara-san yang pulang ke rumah.
Aku tahu Maihara-san tidak serius. Ini yang namanya azatoi.
Tapi, mau bagaimana lagi kalau jantungku tetap berdebar.
Aku memang terlalu sederhana......
Tidak boleh adanya spoiler, hormati user lainya. Gunakan komentar dengan bijak sebagai tempat berdiskusi.