Episode 3
"Padahal kamu punya teman masa kecil seperti klise novel ringan, loh"
Setelah pulang dari kejadian cincin saat bersih-bersih pantai bersama Takeuchi-san, aku mengetik novel di ponselku. Aku tidak punya komputer, dan kurang paham juga soal itu, jadi sejak dulu gaya menuliskku adalah mengetik di aplikasi catatan ponsel.
Baiklah, bagian klimaks kali ini adalah......
"Yamada-kun selalu baik dan keren. Norma sosial itu tidak penting. Jadi, percayalah pada dirimu sendiri."
"Anna......"
Wajah Anna yang mengatakan itu, sedikit merona.
Aku yang selalu merendahkan diri karena merasa tidak punya kelebihan apa pun, terselamatkan oleh kata-katanya──.
"..................Hehe."
Sudah kuduga. Melakukan tindakan menyakitkan dengan memproyeksikan kenyataan ke dalam novelku sendiri. Apalagi ini sudah dibumbui berlebihan. Lagipula, yang mengatakannya bukan aku. Tapi, berkat itu, episode terbaru ini terasa seperti cerita yang sangat bagus.
Sambil mengingat hari ini dan tekun menulis, tiba-tiba aku teringat kejadian seperti komedi romantis setelah kembali ke ruang kelas.
『Sudahlah...... Kalian berdua cepat menikah sana!!!!!!』
Kanagawa-san, kenapa dia berpikir begitu saat melihat kami? Aku dan Takeuchi-san yang itu, mana mungkin. Ini bukan novel yang kutulis.
Untuk saat ini, episode terbaru sudah selesai kutulis. Dengan perasaan puas, aku melempar ponsel ke samping bantal, lalu akhirnya menggendong Meg, yang tadi menggaruk-garuk pintu di depan kamarku dan kubiarkan masuk begitu saja, lalu kubelai-belai di pangkuanku.
Tiba-tiba pintu kamar terbuka.
"Kakak~? Ah, Meg ada di sini rupanya."
"Itu, bisakah kamu mengetuk pintu dulu......"
Ema menjawab dengan santai, "Ah, maaf maaf," sambil masuk ke kamar dengan seenaknya, lalu menaiki kursi meja dan memeluk sandarannya.
"Kakak, hari Sabtu minggu depan kamu ada kerja part-time tidak?"
"Eh? Ah, libur sih, kenapa?"
"Syukurlah. Begini, tadi Kurumi-chan bilang, keluarga Tanaka juga diajak ikut berkemah sehari yang diadakan keluarga Kurumi-chan setiap tahun."
Kurumi-chan. Mendengar nama itu membuatku merinding.
Kurumi adalah teman masa kecilku yang tinggal di sebelah rumah dan seumuran denganku. Kami sudah akrab sejak kecil karena hubungan baik antar keluarga......
"Anak-anak sudah sebesar ini masih saja bilang mau pergi sekeluarga besar dengan keluarga tetangga......"
"Tidak apa-apa kok. Pasti menyenangkan sekali. Kalau kamu tidak ada acara, jangan bikin acara ya?"
"Yah, tidak sampai harus menolak dengan paksa juga sih, tidak apa-apa kalau begitu......"
"Sudah lama ya, kita semua dari kedua keluarga pergi ke suatu tempat bersama-sama."
Saat aku tidak bisa menjawabnya dengan baik, Ema mencondongkan tubuh menatap wajahku.
"Ada apa? Kakak."
"Tidak...... Hanya saja, aku jadi merinding kalau mengingat dia......"
Kami sudah SMA. Ini sudah berbeda dari dulu. Aku juga,──dia juga...... ugh......
✧ ₊ ✦ ₊ ✧
Keesokan harinya, saat istirahat setelah pelajaran kedua. Karena haus, aku menuju mesin penjual otomatis, dan di sana terdengar suara laki-laki yang tampak tergesa-gesa.
"Hei, kamu masih marah soal yang kemarin? Aku kan sudah minta maaf."
Tanpa sadar aku bersembunyi di balik pilar, sedikit lagi sampai ke mesin penjual otomatis.
Di tengah kerumunan, seorang siswa laki-laki meminta maaf dengan sungguh-sungguh kepada seorang siswi. Ciri khasnya adalah ikat rambut biru di rambut side ponytail-nya. Dengan gaya tubuhnya yang langsing seperti model dan mata sipitnya yang tajam memancarkan tatapan yang kuat, dia adalah seorang gadis cantik, dan laki-laki itu tampak sangat ketakutan menghadapinya.
"Marah soal waktu pesta perpisahan festival olahraga kemarin kan, saat kamu menyuruh teman-teman untuk meninggalkan aku berdua dengan Yamashita-san? Aku kan cuma ingin berteman baik. Tidak ada maksud buruk kok. Maaf ya, Yamashita-san."
"Hei, sungguh menyebalkan. Sampai kapan kamu terus mengikutiku?"
Gadis yang bernama Yamashita-san itu akhirnya menoleh ke arah laki-laki itu, lalu menghembuskan napas dingin dan menjauhi laki-laki itu. Namun, laki-laki itu tidak gentar.
"......Sampai kamu memaafkanku."
Mendengar satu kata laki-laki itu yang terdengar mengintimidasi, Yamashita-san mengerutkan kening sambil berkata, "Hah?"
Lalu Yamashita-san menarik napas panjang sekali.
"Memaafkan apa? Aku, marah juga tidak, dari awal aku tidak berniat berhubungan denganmu, dan tidak merasa pernah berhubungan denganmu. Aku tidak tahu apa yang kamu rencanakan dengan teman-temanmu untuk melakukan sesuatu padaku, tapi dari dulu aku memang berusaha untuk tidak bicara dengan laki-laki menjijikkan sepertimu. Aku tidak akan repot-repot marah pada orang sepertimu. Lagipula, kenapa dari tadi kamu bicara seolah-olah, 'Nilai kesukaanku padamu menurun, aku harus mengembalikannya,' begitu? Dari awal aku tidak punya nilai kesukaan padamu tahu? Sebelum menurun, tidak pernah naik tahu? Sudah deh, apa ya? Suka atau tidak suka itu sudah di dimensi yang berbeda. Aku tidak tertarik. Apa kamu merasa ada ikatan emosional dengan kasir minimarket yang melayanimu? Tidak kan? Itu sama saja. Bahkan lebih rendah dari itu. Hah. Iya. Tapi ya sudahlah, benar juga. kamu sudah bersusah payah terus-terusan mendekatiku dan mengganggu hidupku sampai sejauh ini. Baiklah, mulai hari ini aku akan membencimu. Jadi, karena kita akhirnya berinteraksi di sini, aku punya satu permintaan penting untukmu, bisakah kamu jangan pernah berurusan denganku lagi?"
──*Pip*, *gedebuk*.
Setelah mengatakan itu dengan tegas, Yamashita-san dengan cepat membeli teh susu di mesin penjual otomatis dan pergi. Laki-laki yang bersangkutan berdiri terpaku di tempat itu, seperti serpihan kayu kecil yang berserakan dan menjadi debu akibat tebasan pedang kata-kata yang tajam. Su-sungguh hebat. Dia terlalu pandai bicara sampai-sampai aku kira ini pertunjukan rakugo (seni bercerita tradisional Jepang). Dan lagi, suasana di sini membeku...... Aku tidak mood lagi untuk minum......
Saat aku berbalik menuju kelasku karena berpikir untuk kembali lagi nanti, terdengar bisikan-bisikan dari para penonton yang berpapasan denganku.
"Itu kan Yamashita-san yang benci laki-laki. Anak terkenal di kelas empat. Benar-benar gadis yang menyebalkan."
"Padahal dia salah satu yang tercantik di kelas satu, sayang sekali. Kabarnya dia menolak senior kelas tiga yang menyatakan cinta."
Yamashita-san yang benci laki-laki......
Aku tersenyum pahit pada para laki-laki yang menilai Yamashita-san sambil menghela napas.
"Tanaka-kun!"
"Ta-Takeuchi-san? Ada apa?"
Saat kembali ke kelas, Takeuchi-san berlari kecil menghampiriku dan menyapaku. Ah, dia manis sekali hari ini......
"Hari ini, beberapa teman di kelas berencana pergi karaoke, dan mereka juga mengajak anak laki-laki, kalau tidak keberatan...... bagaimana kalau Tanaka-kun juga ikut?"
Apa!? Takeuchi-san mengajakku, aku yang ini, untuk ikut dengan kelompok ria-juu sepulang sekolah!? A-akhirnya aku juga berada di pihak sana!?
......Tidak, tunggu dulu.
Saat aku merasa gembira, aku teringat.
『Aku, dari awal tidak berniat berhubungan denganmu.』
Sambil menahan rasa merinding, aku menjawab dengan tersenyum.
"Ma-maaf. Hari ini aku ada urusan."
"Ah...... Begitu ya...... Kalau begitu tidak apa-apa."
"Ya, kalau begitu."
Saat aku melewati Takeuchi-san dan menuju tempat dudukku, terdengar bisikan.
"Hei, bukannya Tanaka menolak ajakan Takeuchi-san......?"
"Aku iri...... Sayang sekali......"
Aku juga berpikir begitu. Tapi tapi, aku baru saja melihat makian super pedas dari Yamashita-san. Apa aku harus menempuh jalan yang sama dengan laki-laki tadi? Aku ini hanya seorang mob. Jangan sampai salah paham. Aku harus tahu diri. Lagipula, aku tidak mungkin menyanyikan lagu anime di karaoke.
Takeuchi-san tampak sedikit murung di tempat duduknya, dan Kanagawa-san sedang menghiburnya. Aku merasa bersalah karena telah menyia-nyiakan kebaikannya......
✧ ₊ ✦ ₊ ✧
"Oke, boleh."
"Wuf!"
*Wush──nging!*
Pukul lima sore. Setelah pulang sekolah dan mengajak Meg jalan-jalan, aku kembali ke rumah, membersihkan kaki Meg, dan melepaskannya dari pangkuanku, Meg berlari keluar rumah dengan semangat. Entah apa maksudnya, tapi itu sudah menjadi rutinitas Meg setelah jalan-jalan.
Oke, hari ini semua yang harus kulakukan sudah selesai~.
Hari ini ayahku ada acara minum-minum dengan rekan kerja dan pulang larut, ibuku kerja malam. Ema bilang mau makan malam dengan teman-temannya dan tidak ada di rumah. Artinya, malam ini aku sendirian dan bisa melakukan apa pun yang kumau. Yah, meskipun makan malamku jadi mie instan, yang agak menyedihkan bagi siswa SMA yang sedang dalam masa pertumbuhan, tapi itu tidak masalah. Mumpung ada kesempatan, aku mau menonton versi white-out dari harem komedi romantis yang agak ecchi itu di TV layar lebar!
Sambil bersemangat melakukan itu, saat aku kembali ke kamar,
"Selamat datang~"
"Aku pulang~. ......Aku pulang!?"
Di rumah yang seharusnya kosong, ada suara yang menyambutku.
Gadis cantik itu dengan rambut side ponytail dan ikat rambut biru, tubuh langsing seperti model, dan mata sipit tajam yang memancarkan tatapan yang kuat──entah kenapa ada di atas tempat tidurku......
"Ke-kenapa......"
Kenapa Yamashita-san yang benci laki-laki ada di atas tempat tidurku......?
"Yo, kimo-ota (otaku menjijikkan)"
"Eh, um, eh......"
Yamashita-san yang dengan santai dan blak-blakan menghinaku, berbaring tengkurap di atas tempat tidurku dengan seragamnya, dan sepertinya sedang membaca novel ringan, "Apakah Kamu Suka Perawan kalau Mereka Punya Kelainan?" yang dicurinya dari rak buku.
"......Ini, nih."
Saat aku masih bingung, Yamashita-san menyerahkan novel itu kepadaku, dan aku menerimanya dengan ragu.
"Eh, ah...... iya......"
"Riita, ternyata masih suka yang beginian ya."
"Ti-tidak...... ehm......"
Percaya dirilah, aku...... Ini kan sifat in-kyara otaku......
Saat aku mengalihkan pandanganku yang tadi menunduk kembali padanya, dia menyipitkan matanya sedikit dan mengatupkan bibirnya dengan cemberut.
Wajahnya yang cantik itu bahkan sulit kutatap selama beberapa detik, dan aku mengalihkan pandangan. Lalu kali ini mataku tertuju pada kaki jenjangnya yang terulur tanpa rasa takut. Roknya yang terlipat pendek berantakan, dan bagian dalam paha yang mulai membulat di balik roknya terlihat sedikit dari ujungnya.
Saat aku sedang memikirkan hal itu, Yamashita-san menegakkan tubuhnya dan menatapku dengan wajah memerah dan marah.
"......Mesum."
"Ya, tidak apa-apa dong kalau cuma baca buku! Ini kan tidak ada hubungannya dengan Kurumi!"
"Aku yang repot kalau teman masa kecilku mesum tahu."
Ya. Dia adalah Yamashita Kurumi, teman masa kecilku yang dibicarakan Ema.
Yamashita-san yang benci laki-laki, adalah teman masa kecilku.
"Wuf! Wuf!"
Lalu Meg sepertinya menyadari ada tamu, dan dia masuk ke kamar dan melompat-lompat di depan Kurumi.
"Meg-chaaan~♡ Lembutnya~♡"
Kurumi tersenyum cerah dan menggendong Meg.
Wajahnya itu benar-benar seolah-olah makiannya pagi tadi kepada laki-laki itu hanyalah kebohongan.
Aku tanpa sadar menggaruk kepalaku yang terasa agak gatal, dan kembali ke topik utama.
"......Bagaimana kamu bisa masuk ke rumah?"
"Aku pinjam kunci dari Ema-chan. Ini, kuncinya kukembalikan."
"Jadi ini perbuatan Ema......"
Aku menerima kunci itu, mengembalikan volume pertama "Apakah Kamu Suka Perawan kalau Mereka Punya Kelainan?" ke rak buku, dan menghela napas atas ketidakpedulian yang keterlaluan dari teman masa kecilku ini. Kurumi menurunkan Meg dan berdiri dari tempat tidur, lalu melihat deretan novel ringan di rak buku seolah-olah sedang menaksir harganya.
"Kamu, karena mengurung diri di kamar dan cuma baca buku ero, makanya tidak punya pacar. Seharusnya kamu berhenti menghabiskan waktu untuk hal-hal seperti ini dan melihat kenyataan."
"Itu bukan urusanmu...... Lagipula, novel ringan itu bukan buku ero, dan lagi, kalau cuma berhenti baca novel ringan saja bisa punya pacar, pasti semua orang tidak akan kesulitan......"
Kenapa novel ringan itu, sejak dulu, selalu dianggap sebagai buku ero ya.
Aku merasa tidak berdaya dan bergumam, "Padahal seru tahu," sambil melihat sampul karya berjudul "Kehidupan Bersama Adik Tiri". Lalu melihat itu, Kurumi memegangi kepalanya.
"Aah, kamu sudah tidak bisa puas dengan gadis sungguhan ya...... Parah sekali."
"Bu-bukan begitu!"
"Hah...... Padahal kamu punya teman masa kecil seperti di novel ringan tahu......"
"Hahaha, teman masa kecil di kenyataan dan di cerita itu──ugh──"
Kurumi yang berdiri di sampingku di depan rak buku memberiku pukulan lurus tepat di perut.
"Ke-kenapa......"
"Itu kalimat yang paling tidak ingin kudengar dari mulutmu tahu......"
Aku berjongkok di tempat itu. Gong KO langsung berdering di otakku. Terlepas dari teman masa kecil, aku rasa aku tidak akan tertarik pada gadis yang mudah main tangan ya. Iya.
Lalu aku bertanya sambil pipiku dijilati Meg di lantai.
"Ngomong-ngomong, sebenarnya Kurumi datang ke sini untuk apa......"
"Ah, benar juga."
Kurumi duduk di tempat tidur dan memainkan side ponytail-nya sambil menggerak-gerakkan ujung kakinya dengan gelisah.
"......Hari ini Riita tidak ada makan malam kan?"
"Ah iya. Eh, kenapa kamu tahu......?"
"Aku dengar dari Ema-chan. ......Karena kasihan, aku jadi berpikir untuk membuatkan makan malam di rumahku. Kamu mau makan?"
Aku berdiri.
"Ah, begitu...... Boleh? Kalau begitu aku tidak akan sungkan untuk makan di sana......"
"Ah, ah begitu? Ya, ya sudahlah~. Ya, tidak apa-apa sih~"
"Eh? Tidak apa-apa? Kalau tidak mau juga tidak──ugh──Kenapa sih──"
"Ayo cepat!"
Kurumi yang tiba-tiba berdiri lagi-lagi memukul perutku. Di depan Kurumi yang wajahnya tampak sangat mendesak, aku sekali lagi berlutut di tempat itu.
"Aku benar-benar tidak mengerti......"
Bagaimanapun, masalah makan malam sudah teratasi tanpa diduga. Soal itu aku berterima kasih.
Saat aku lahir, orang tuaku pindah ke apartemen ini, dan pada waktu yang hampir bersamaan, keluarga Yamashita yang sedang mengandung Kurumi pindah ke sebelah. Kedua keluarga cocok karena memiliki situasi yang mirip. Lalu tak lama kemudian Kurumi lahir, dan kami menjadi teman masa kecil yang seumuran.
Jika Takeuchi-san adalah tokoh utama wanita tipe malaikat idola sekolah yang murni dalam komedi romantis, maka Kurumi adalah tokoh utama wanita tipe ratu es yang tidak membiarkan laki-laki mendekat, atau tokoh utama wanita cantik tsundere tipe teman masa kecil...... kedengarannya memang bagus, tapi jujur saja, hubungan kami tidak seakrab tokoh utama wanita seperti itu dalam fiksi.
Saat kami masih kecil, kami sering bermain bersama, tapi saat masuk SD, Kurumi yang punya banyak teman dan aku yang in-kyara secara bertahap menjadi semakin menjauh. Setelah masuk SMA, kami hampir tidak pernah bicara di sekolah. Sejak itu, jujur saja, jarak kami agak canggung.
Yah, meskipun sekarang kami masih ada hubungan tetangga seperti ini.
Kami berdua keluar kamar, dan setelah menyiapkan makanan untuk Meg saja, kami pergi ke rumah Kurumi.
"Ngomong-ngomong Riita, kamu ikut berkemah kan?"
Kurumi yang berjalan di depanku menuju pintu depan untuk pindah ke sebelah, menoleh ke belakang.
"Ah, iya. Ema sangat memaksa soalnya......"
Kurumi yang sedang memakai sepatu entah kenapa tersenyum tipis.
"Eh, kenapa......?"
"Ah...... Tidak, bukan apa-apa? Aku cuma berpikir ini kesempatan bagus bagi orang rumahan sepertimu untuk keluar rumah."
"Berisik...... Makanya kubilang itu bukan urusanmu."
Kami membuka pintu depan dan hanya berjalan lima langkah.
"Permisi~"
Begitu masuk ke rumah Yamashita, Kurumi entah kenapa tampak senang, bersenandung sambil mempersilakanku masuk. Meskipun dia seperti itu terhadap laki-laki di sekolah, dia tidak selalu marah-marah, pada dasarnya dia orang yang baik hati. Yah, meskipun aku sudah beberapa kali kena pukul sih.
Orang tua Kurumi juga sama-sama bekerja dan sepertinya sedang tidak ada di rumah.
Lalu, terdengar suara langkah kaki yang gaduh dari arah ruang keluarga.
"......Ah! Riita-kun! Eh, kenapa kenapa!"
"Oh~, Sora. Sudah lama ya. Katanya Kurumi mau membuatkan makan malam, ugh......"
Adik perempuan Kurumi, anak kedua dari tiga bersaudara, Sora, memelukku untuk menyambutku. Berbeda dengan Kurumi, Sora sejak dulu sangat dekat denganku.
"Entah kenapa, kamu jadi lebih tinggi ya......"
"Seratus lima puluh sentimeter!"
"Sudah setinggi itu!? Hebat ya~"
"Hehehe~♡"
Ah, cara tertawanya sama dengan Kurumi.
"Hei, Sora? Jangan begitu ah. Riita jadi tidak nyaman tahu."
"Eeeh, tidak mau. Hehehe~, Riita-kun~♡"
"Ugh...... Benar-benar kurang ajar ya anak ini......"
"Sudahlah...... Aku tidak masalah kok......"
"Jangan memanjakan anak SD juga ah."
Uhuk......
Kurumi dengan cepat berjalan menuju ruang keluarga di dalam. Aku juga menyeret Sora dan mengikutinya.
Tata letak rumah Kurumi persis kebalikan dari rumahku, kamar di sebelah kanan jadi kiri, toilet yang kiri jadi kanan, dapur yang kanan jadi kiri, entah kenapa selalu terasa aneh.
"Ah, Azuki-chan. Sudah lama ya."
" Riita-kun......!"
Anak ketiga, Azuki-chan, yang masih kelas satu SD. Dia masih berukuran mini. Dia duduk manis di depan TV dan bermain game dengan tenang.
"Riita-kun, datang untuk bermain ya?"
"Iya, Kurumi yang mengajakku."
Kurumi masuk ke dapur dan mengenakan celemek berwarna hijau limau. Cocok sekali ya.
"Azuki senang sekali Riita-kun datang~"
"Ku-Kurumi-oneechan juga......!"
"Hah? Tidak ya."
"Ma-maaf......"
"Jangan galak-galak sama Azuki-chan ah...... Kasihan tahu."
Aku mengelus kepala Azuki-chan, dan Azuki-chan tersenyum senang. Imutnya......
"Kalian berdua, mumpung ada kesempatan, minta Riita untuk menemani kalian bermain sampai makanannya siap ya~"
"Hore! Eh, kalau begitu main S〇mash Bros! S〇mash Bros!"
Sora bersemangat dan melompat-lompat di tempat. Meskipun penampilannya sudah dewasa, tapi kelakuannya masih kekanakan ya.
"Oke, tapi kubilang ya, aku──kuat lho?"
✧ ₊ ✦ ₊ ✧
Aku kalah telak. Aku diapit oleh dua anak SD di atas sofa dan menatap layar TV dengan tatapan kosong. He, hebat juga ya. (Keringat)
Sepertinya anak ketiga, Azuki-chan, yang lebih unggul. Dia dengan tepat menyambungkan kombo dan terus memberikan damage dengan mantap. Skill game anak kelas satu SD ini...... Menakutkan sekali.
Beberapa saat kemudian, Azuki-chan menang.
"Azuki! Curang ya pakai meteor smash terus! Terus pakai karakter DLC juga licik!"
"Ta-tapi......"
"Aah, bosan main sama Azuki! Riita-kun, main game berdua sama aku yuk!"
"Ti-tapi itu agak......"
"Huee, hueee...... hueeeee"
"Ah, Azuki-chan!?"
Azuki-chan akhirnya menangis dan memelukku sambil duduk di pangkuanku.
"Makanya itu juga curang tahu! Langsung nangis biar dimaafkan!"
Aku agak mengerti perasaan Sora. Aku teringat saat Kurumi dan Ema masih kecil, aku sering mengalah, dan kalau aku sedikit keras kepala, mereka langsung menangis dan mengadu ke ibu.
Meskipun begitu, situasi ini kurang baik, jadi aku mematikan S〇mash Bros dan kembali ke layar beranda.
"Oh, aku bosan main Smash Bros. Ah, kita nonton YouTube saja, YouTube...... Aku lagi suka sama Ki〇gure Cook...... Ah, anak SD mungkin tidak suka ya. Ahaha."
Aku mengelus kepala Azuki-chan yang menempel padaku seperti koala.
"Azuki-chan, aku tidak akan mengucilkanmu kok."
"............Hehehe♪"
Ah, cara tertawanya juga sama dengan Kurumi.
"Kalau begitu aku juga mau nonton di pangkuan Riita-kun! Azuki minggir!"
"Tidak mau...... Aku mau bersama Riita-kun......"
A-aduh, bagaimana ini, tidak ada habisnya...... Dan lagi, entah kenapa aku merasa bersalah kalau harus bersikap tegas pada anak SD.
Saat itu, terdengar suara yang bisa diandalkan dari belakang.
"Hei! Sora dan Azuki! Jangan bertengkar! Riita cuma satu tahu!"
"Ha-ha-hai......"
Begitu dimarahi Kurumi, keduanya langsung diam.
"Riita juga jangan terlalu memanjakan mereka. Kalau tidak bersikap tegas, mereka tidak akan mendengarkan."
"Eh, ma-maaf."
"Alexa, putar YouTube."
Kurumi menyuruh Alexa dari dapur sambil memasak. Gadis gyaru itu terlalu keibuan ya? Lebih cocok jadi ibu dua anak daripada jadi kakak.
Kurumi sejak dulu di sekolah adalah sosok pemimpin yang tegas dan selalu memimpin semua orang. Kurumi yang sekarang disebut benci laki-laki, dulu berteman baik dengan semua orang tanpa memandang jenis kelamin.
Sejujurnya, bahkan aku sebagai teman masa kecilnya pun tidak tahu kenapa Kurumi bisa sampai disebut benci laki-laki. Dia memang galak padaku sejak dulu, dan saat kusadari, dia sudah seperti itu terhadap laki-laki, aku tidak begitu mengerti kenapa. Kalau kutanya alasannya, dia cuma bilang "Karena menjijikkan" atau "Karena menyebalkan". Aku jadi penasaran kenapa dia bisa berubah.
Beberapa saat kemudian, masakannya selesai, dan aku bergabung dengan tiga bersaudara itu di meja makan.
"Sudah lama ya aku tidak makan masakan Kurumi. Rasanya sudah lama sekali."
"Tidak selama itu kan. Kamu kan kadang-kadang makan masakan yang kubuat."
Nasi putih, nikujaga (rebusan daging dan kentang), sup tahu, dan komatsuna no ohitashi (bayam Jepang yang dibumbui). Menu yang dipikirkan dengan matang hingga keseimbangannya.
"Baiklah, mari kita satukan tangan."
Seperti kebiasaan, Kurumi yang duduk di seberang meja mengatakan itu, dan adik-adiknya menyatukan tangan. Aku juga ikut mengatupkan tangan, dan Kurumi tersipu malu seolah-olah malu karena aku melihatnya bersikap seperti kakak.
"Sa-selamat makan......"
""Selamat makaaan!""
Aku juga mengucapkan selamat makan, lalu menggigit kentang dari nikujaga. Enak...... Kenapa rasanya seperti masakan ibuku? Jangan-jangan, dia sebenarnya ibuku......?
"......Enak?"
Kurumi sedikit khawatir melihat wajahku.
"Iya, enak sekali! Masakan Kurumi memang enak......"
Tidak seperti masakan ibuku, rasanya tidak terburu-buru.
"Hehe, hehehe......♪"
Saat aku melihat Kurumi sambil mengunyah gigitan berikutnya, dia tersenyum malu-malu karena dipuji. Sora yang duduk di sampingku mengangkat bahunya melihat itu.
"Padahal biasanya tidak semewah ini lho."
"Alexa, hajar dia sampai babak belur."
"Kenapa kamu menyuruh Alexa melakukan hal seperti itu......"
Saat aku melihat Azuki-chan yang pendiam berbeda dengan kedua kakaknya untuk menyegarkan mata, Azuki-chan duduk manis di sebelah Kurumi, dan meskipun dia makan dengan khidmat, dia menyadari keberadaanku dan memberiku senyum cerah. Aku jadi ingin menjadikannya anakku.
Lalu Sora mengambil nikujaga dengan sumpit dan mendekatkannya ke mulutku.
"Ini, Riita-kun, aaa~n!"
"Eh, tidak, aku bisa makan sendiri...... Lagipula ada punyaku sendiri kan......"
"Hei, Sora! Tidak sopan tahu!"
"Eeeh, tidak apa-apa kok. Mumpung ada Riita-kun. Ayo, aaa~n!"
*Mogut*, nikujaga masuk ke mulutku secara paksa. Sora melihat Kurumi dengan wajah bangga.
"Kakak tidak mau menyuapi Riita-kun juga?"
"Ha-hah!?"
Sora tersenyum nakal, memprovokasi Kurumi.
"Ku-Kurumi...... jangan terlalu memaksakan diri......"
"I-iya! Lebih baik aku mati daripada melakukan hal seperti itu!"
Serius!?
Di sekolah, dia adalah Yamashita-san yang benci laki-laki. Namun di depanku, dia selalu mengurusku dan adik-adiknya, meskipun selalu banyak omong, dia adalah teman masa kecil yang entah kenapa tidak bisa dibenci. Yah, hubungan di mana aku tahu sisi lain dirinya yang tidak diperlihatkan di sekolah juga tidak buruk sih.
Apa aku jadikan bahan novel saja ya......
Tidak boleh adanya spoiler, hormati user lainya. Gunakan komentar dengan bijak sebagai tempat berdiskusi.