Otonari Asobi chap 3 V7

Ndrii
0

Chapter 3

"Perasaan yang Campur Aduk"




"--Jadi, Akihito tidak mau bergabung?"


Saat pesta ulang tahun dimulai, dan semua orang asyik mengobrol sambil menikmati kue dan camilan, Akira menghampiriku yang sedang duduk di meja makan dan memperhatikan mereka.


Ngomong-ngomong, Emma-chan masih tidur nyenyak di pangkuanku.


"Charl kan yang berulang tahun, mungkin dia akan lebih senang kalau acaranya seperti pesta khusus perempuan."


"Iya juga, aku juga jadi tidak enak, makanya aku ke sini. Ini, makanlah."


Sepertinya dia membawakanku kue keju, lalu meletakkannya di atas meja.


Oh iya, apa aku harus membangunkan Emma-chan? Dia kan suka kue dan camilan.


...Tapi dia akan marah kalau dibangunkan, dan Charl pasti akan menyimpan sisa kuenya di kulkas atau lemari, jadi mungkin lebih baik kubiarkan dia tidur dan makan nanti saja.


Aku tersenyum sambil melihat Emma-chan yang tidur dengan nyenyak.


"Terima kasih. Maaf ya, sudah merepotkanmu."


"Tidak apa-apa, lagipula aku memang diundang untuk membuatmu lebih nyaman, meskipun aku juga senang bisa datang. Ngomong-ngomong, soal teman Charl itu--"


'Hei, Akihito.'


Saat Akira membahas tentang Livy, Livy datang menghampiri kami.


Meskipun dia tidak bisa bahasa Jepang, tapi kupikir dia datang karena kebetulan, dan itu membuat Akira panik.


Wajahnya sedikit memerah, dia gelisah dan mengalihkan pandangannya ke mana-mana, sepertinya dia sangat memperhatikan Livy.


Biasanya dia akan langsung mendekatinya, tapi karena Livy tidak bisa bahasa Jepang, dia jadi tidak bisa berbuat apa-apa.


'Ada apa?'


Aku mengabaikan Akira dan tersenyum pada Livy.


'Aku bosan, jadi aku ke sini.'


Livy tidak terus mengobrol dengan Charl, dia memperhatikan yang lain dari kejauhan sepertiku.


Meskipun Charl mengajaknya bicara, dia menolak dengan menggelengkan kepalanya sambil tersenyum, jadi Kanon-san yang menemaninya mengobrol, tapi....


'Apa tidak masalah kalau kamu tidak mengobrol dengan Charl, meskipun sudah jauh-jauh datang ke Jepang?'


Aku merasa kasihan padanya karena dia tidak banyak mengobrol dengan Charl, meskipun sudah datang jauh-jauh ke Jepang untuk ulang tahun Charl.


Karena itu aku bertanya, tapi....


'Hari ini kan hari spesial Lottie, dan ini pesta ulang tahun yang diadakan oleh teman-temannya di Jepang, kan? Aku tidak boleh mengganggu. Aku sudah datang tadi pagi karena aku sudah menduganya.'


Dia yang orang asing, pasti jadi pusat perhatian seperti Charl saat pertama kali datang ke Jepang.


Seperti Akira, mungkin Shimizu-san, Kosaka-san, dan Karin juga penasaran dengan Livy.


Mungkin karena itu Livy tidak mau bergabung dengan mereka.


Dia pasti tahu kalau dia butuh penerjemah untuk mengobrol dengan yang lain, dan Charl pasti akan menjadi penerjemahnya.


Dia memang perhatian.


'Kamu datang pagi tadi? Maaf ya, aku tidak ada.'


Akhirnya aku tahu kenapa Kanon-san dan Livy bisa akrab.


Mungkin Livy sudah datang saat Kanon-san mengirim pesan pertama tadi.


Aku jadi merasa tidak enak.


'Fufu...'


Tiba-tiba Livy tersenyum nakal.


Dia mendekatkan wajahnya ke telingaku, lalu berbisik dengan suara menggoda:


'Bukannya pulang pagi, kalian malah pulang siang--kalian berdua berani sekali, ya. Apa Lottie imut?'


'--'


Aku tercengang karena dia tahu segalanya.


Livy tersenyum geli melihat reaksiku.


Akira yang hampir tidak bisa bahasa Inggris, menatap kami dengan ekspresi bingung.


'Fufu, reaksimu bagus sekali♪'


Livy tertawa geli, lalu menatap Charl.


'Eh, dia tidak cemberut? Kukira dia pasti menguping pembicaraan kita, tapi ternyata tidak, aneh sekali.'


Tapi sepertinya reaksinya tidak sesuai dugaan, Livy bergumam pelan dan memiringkan kepalanya.


Aku juga melihat Charl, tapi dia terlihat asyik mengobrol dengan Shimizu-san dan yang lain, dan sepertinya tidak peduli dengan kami.


"He, hei, Akihito. Kenalkan aku padanya."


Lalu, Akira memegang bahuku dan memintaku untuk mengenalkannya pada Livy.


Livy memang cantik, jadi tidak bisa dihindari.


'Livy, bolehkah?'


'Hmm? Apa?'


'Aku ingin mengenalkanmu padanya. Namanya Saionji Akira. Dia sahabatku sejak kecil.'


Aku menunjuk Akira dengan telapak tangan menghadap ke atas, lalu memperkenalkan Akira pada Livy.


'Wah, seperti aku dan Lottie ya! Kalau dia sahabat Akihito, berarti dia orang baik!'


Livy tersenyum gembira, lalu menatap Akira.


Akira pun langsung bersemangat.


Meskipun dia tidak mengerti bahasa Inggris, tapi dia pasti tahu kalau Livy tertarik padanya dari ekspresinya.


"A, anu, panggil saja aku Akira! Anu, aku jago main sepak bola!"


Lalu, kebiasaan buruk Akira muncul.


Dia yang selalu agresif pada perempuan yang dia sukai, lupa kalau Livy tidak bisa bahasa Jepang dan langsung mendekatinya.


Tapi Livy langsung menjauh, tersenyum, lalu menarik tanganku dan berdiri di depanku, seolah menjadikan aku sebagai tameng.


Mungkin dia tidak mengerti apa yang Akira katakan, tapi karena Akira mendekatinya dengan bersemangat, dia jadi takut dan berlindung di belakangku.


Mungkin dia tidak menolaknya dengan kata-kata atau ekspresi karena dia sahabatku, jadi dia menjaga perasaanku.


"Akira..."


"Ah, maaf..."


Meskipun Livy tersenyum, tapi sepertinya Akira mengerti kalau dia ditolak, dia pun menunjukkan ekspresi menyesal.


Aku melihat Livy yang bersembunyi di belakangku, dia mengintip dari balik punggungku sambil tersenyum dan melihat Akira.


Tapi dia tidak mengatakan apa-apa, dan hanya memegang bajuku erat-erat, sepertinya ada dinding tak terlihat di antara Livy dan Akira.


"…………"


"Ah, Akira...!"


Aku buru-buru memanggil Akira yang berjalan pergi dengan lesu, tapi dia tetap pergi.


Kanon-san yang melihat ke arah kami, langsung menghampirinya, jadi kubiarkan dia mengurus Akira.


Sepertinya Charl juga melihat ke arah kami karena mendengar suara Akira saat mendekati Livy, tapi dia tidak mengatakan apa-apa dan kembali mengobrol dengan Shimizu-san dan yang lain.


Dia pasti menyadari kalau Livy sedang menempel padaku, tapi... mungkin tidak masalah karena Livy sahabatnya?


'Livy, kamu baik-baik saja?'


Yang harus kulakukan sekarang adalah menenangkannya, jadi aku bertanya dengan suara lembut.


'Aku baik-baik saja, tapi... aku kaget.'


Livy yang tadinya tersenyum, menghela napas dan melepaskan bajuku sambil tersenyum kecut.


Sepertinya dia memang menahan diri tadi.


Dia duduk di kursi kosong yang ditinggalkan Akira, lalu menatap Akira yang sedang mengobrol dengan Kanon-san.


'Apa dia selalu seperti itu...?'


'Yah... Sebenarnya dia orang baik. Hanya saja... karena Livy menarik, jadi dia terlalu bersemangat.'


Aku membela Akira.


Memang dia tidak pernah berhasil dalam percintaan karena selalu agresif pada perempuan yang dia sukai, tapi dia sebenarnya orang baik.


Aku tidak mau Livy salah paham.


'Menarik...'


'Eh, apa katamu?'


Aku mendengar dia bergumam, tapi aku tidak bisa mendengarnya dengan jelas.


Wajahnya sedikit memerah.


Apa dia tersipu karena kaget dengan kejadian Akira tadi?


'Tidak, tidak apa-apa~'


Tapi, Livy menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.


Meskipun aku merasa dibohongi, tapi karena dia terlihat senang, mungkin aku tidak perlu khawatir.


'Ah, aku lapar, aku mau makan kue dulu.'


Livy pun pergi ke Kagura-san untuk meminta kue.


Dia memang selalu seenaknya padaku.


Tapi, mungkin ini lebih baik, karena Charl akan cemburu kalau kami terlalu asyik mengobrol.


Aku melihat ke arah Emma-chan yang sedang tidur nyenyak di pelukanku, lalu mengelus kepalanya dengan lembut.



'--Aa~n!'


Saat ini, Emma-chan yang sedang duduk di pangkuanku membuka mulutnya lebar-lebar sambil menatapku.


Aku menyuapkan potongan kecil kue stroberi ke mulutnya.


Emma-chan mengunyahnya, lalu menelannya.


Setelah makan kue yang manis dan lembut itu, Emma-chan tersenyum senang.


Kalau dia menunjukkan reaksi seperti ini, berarti dia sangat menyukainya.


'Enak?'


'Hmm...!'


Emma-chan mengangguk pelan dengan gembira.


Dia juga menggoyangkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri, sepertinya dia mengekspresikan kegembiraannya bisa makan banyak kue dan camilan dengan seluruh tubuhnya.


"Dia sangat imut..."


Karin mendekat saat aku sedang menyuapi Emma-chan.


Sepertinya dia tertarik melihat Emma-chan makan.


'Hmm.'


Emma-chan mengambil garpu dari tanganku, lalu menusuk kue dengan garpu itu dan menyodorkannya pada Karin.


"Untukku?"


'Kakak mau makan?'


Karena Karin tidak mengerti bahasa Jepang, terjadilah kesalahpahaman.


Tapi itu juga manis, Karin yang sedikit mengerti bahasa Inggris tersenyum dan mengangguk.


'Iya, aa~n.'


Emma-chan mendekatkan garpu ke mulut Karin seperti yang kulakukan padanya.


Karin membuka mulutnya sedikit dan menerima suapan Emma-chan.


'Enak?'


'Ya, enak.'


'Hmm...!'


Saat Karin mengangguk, Emma-chan juga mengangguk dengan puas.


Dia sudah sangat dekat dengan Karin.


"Maaf, Karin. Aku mau ke toilet sebentar, bolehkah aku menitipkan Emma-chan padamu?"


Karena aku ingin ke toilet, aku pun menitipkan Emma-chan pada Karin.


Meskipun Karin hanya bisa bahasa Inggris sederhana, tapi dia bisa berkomunikasi dengan Emma-chan lewat bahasa tubuh dan ekspresi wajah, jadi seharusnya tidak masalah untuk beberapa menit.


'Kakak mau ke mana?'


Tapi, saat aku hendak pergi, Emma-chan memegang lengan bajuku.


'Maaf, aku mau ke toilet.'


'Hmm.'


Biasanya Emma-chan akan mengikutiku, tapi karena dia sudah mengerti dari pengalaman sebelumnya kalau dia tidak boleh ikut ke toilet, dia melepaskan tanganku.


Aku pun pergi ke toilet, dan setelah mencuci tangan, aku hendak kembali ke ruang tamu--


'Akihito.'


Livy sedang menungguku di lorong dengan ekspresi serius.


'Ada yang ingin kamu bicarakan?'


Meskipun aku sudah bisa menebaknya karena dia sengaja menungguku, tapi aku tetap bertanya.


'Maaf, bolehkah aku bicara denganmu sebentar?'


Livy tersenyum canggung sambil menggaruk pipinya, dan melihat ekspresiku.


Kebetulan aku juga merasa perlu bicara dengannya.


'Kalau kita bicara di lorong, mungkin akan ada yang lewat, jadi bagaimana kalau kita bicara di balkon lantai dua?'


Karena dia mengajakku bicara saat aku sendirian, mungkin dia tidak ingin bicara di depan orang lain, dan dia juga tidak bisa masuk ke kamarku begitu saja karena aku berbagi kamar dengan Charl.


Karena itu, aku mengajaknya bicara di balkon yang sepertinya lebih tenang.


'Ya, terima kasih.'


Livy sepertinya setuju, dia mengambil sepatunya dan mengikutiku.


Aku mengirim pesan pada Kanon-san, lalu naik ke lantai dua.


'--Langitnya indah sekali...'


Sesampainya di balkon, Livy menghela napas sambil melihat langit malam.


'Apa berbeda dengan di Inggris?'


'Itu pertanyaan yang sulit.'


Livy tertawa canggung mendengar pertanyaanku.


Memang, aku salah bertanya.


'Tergantung tempatnya, tapi--langit malam di sini lebih indah daripada di tempat tinggalku.'


Karena kami tinggal di pedesaan, tidak ada cahaya selain lampu jalan dan cahaya dari rumah-rumah.


Meskipun ada minimarket jika berjalan sedikit, tapi dari sini tidak terlihat.


Udaranya juga bersih, jadi bintang-bintang di langit terlihat sangat indah.


'Aku... sangat menyayangi Lottie...'


Livy mengungkapkan perasaannya dengan pelan sambil melihat bintang-bintang di langit malam.


'Dia memang imut dan baik.'


'Ya, benar. Dulu cara bicaranya berbeda, dia lebih kekanak-kanakan--tapi dia tetap baik. Aku sangat menyayanginya sebagai teman.'


Oh, jadi dulu cara bicara Charl berbeda, ya.


Dia berbicara dengan santai pada Sophia-san dan Emma-chan, mungkin dulu dia juga seperti itu pada orang lain.


'Apa Charl populer?'


'Dia sangat populer, baik di kalangan laki-laki maupun perempuan.'


Ternyata Charl juga populer di sekolahnya di Inggris.


Wajar saja, dia kan imut dan baik hati.


'Tenang saja, tidak ada laki-laki yang berani macam-macam padanya. Dia terlalu menarik, jadi mereka merasa tidak pantas. Dia selalu dikelilingi oleh perempuan.'


Mungkin karena mengira aku akan cemburu sebagai pacarnya, Livy menjelaskan itu padaku.


'Lagipula, yang selalu ada di sampingnya kan aku. Lottie juga menjaga jarak dengan orang lain selain aku karena Emma.'


Livy berbicara dengan bangga.


Dia menyipitkan mata seperti sedang mengenang sesuatu, mungkin dia sedang teringat kenangannya dengan Charl.


'Mungkin Charl tidak bisa sering bermain karena harus mengurus Emma-chan, ya.'


Sepertinya Charl berusaha keras menjadi seperti ayah setelah Emma-chan lahir.


Dia pasti tidak bisa bermain sebebas anak seusianya.


Mungkin alasan Livy sering main ke rumah Charl adalah karena Charl tidak bisa keluar rumah karena harus menjaga Emma-chan.


'Lagipula, dia masih sedih karena ayahnya.... Kecelakaan itu, mengubah Lottie...'


Livy memejamkan mata dengan sedih.


Mungkin dia teringat Charl yang terpuruk.


Dia tiba-tiba membahas tentang ayahnya, mungkin karena dia tahu Charl sudah menceritakannya padaku.


'Apa dia sangat berubah?'


Aku hanya tahu Charl setelah dia datang ke Jepang.


Aku jadi penasaran seperti apa dia dulu.


'Dia kan berbicara dengan sangat sopan? Dulu dia berbicara dengan santai pada semua orang, dan lebih ekspresif. Seperti Emma sekarang.'


'Jadi dia berusaha keras untuk menjadi dewasa agar bisa menjadi pengganti ayahnya...'


Mungkin dia ingin menjadi dewasa yang bisa melindungi dan menjadi panutan bagi Emma-chan.


Charl yang sudah dekat denganku memang sering merajuk dan bermanja-manja seperti anak kecil, tapi saat pertama kali bertemu, dia adalah perempuan yang anggun dan sopan.


Meskipun aku yakin Charl tidak berpura-pura, tapi mungkin dia memang berusaha keras untuk terlihat dewasa dan menyembunyikan perasaannya yang sebenarnya.


Mungkin itu juga alasannya dia jadi menjaga jarak seperti yang Livy katakan.


'Aku ingin Lottie kembali seperti dulu. Karena dia teman masa kecilku, sahabatku, dan yang terpenting, aku sangat menyayanginya.'


Livy tersenyum sambil berkata dengan ceria.


Meskipun kami baru bertemu, tapi aku tahu dia sedang berpura-pura.


'Tapi... Aku tidak bisa. Meskipun aku sudah berusaha keras menyemangatinya, Lottie hanya tersenyum di permukaan, luka di hatinya tidak kunjung sembuh.'


Charl masih terluka karena kecelakaan ayahnya, meskipun kami sudah bertemu.


Dia tidak bisa begitu saja melupakan kejadian itu karena dia merasa itu salahnya.


Karena kejadian itu terjadi saat Emma-chan lahir, berarti dia sudah menahannya selama 5 tahun.


Livy ingin menyelamatkan Charl dengan tulus, tanpa mengharapkan imbalan apa pun.


Karena itu, aku bisa merasakan betapa sedihnya dia karena tidak bisa menyembuhkan luka hati Charl.


'Lalu, tiba-tiba Lottie bilang dia harus pindah ke Jepang. Aku sangat... terkejut...'


Orang yang ingin dia selamatkan tiba-tiba akan pergi jauh darinya.


Terlebih lagi, Charl adalah teman penting yang tumbuh bersamanya sejak kecil, jadi aku bisa membayangkan betapa sedihnya Livy saat itu.


'Apa Charl tidak mau?'


'Tidak, dia tersenyum agar aku tidak khawatir.'


Benar juga, dia memang seperti itu.


'Tapi, karena Lottie sangat suka Jepang, aku mencoba berpikir kalau ini mungkin yang terbaik untuknya...'


'Mencoba berpikir' berarti dia sebenarnya tidak berpikir begitu.


Dan perkataan Livy selanjutnya, membuktikannya.


'Tapi, aku tetap khawatir pada Lottie... Aku meminta izin pada orang tuaku dan guruku untuk pindah ke Jepang.'


Dia memang tidak bisa diam saja.


Dia bahkan ingin ikut ke Jepang meskipun tidak bisa bahasa Jepang, demi Charl.


'Apa kamu tidak diizinkan?'


'Ya... Mereka bilang bagaimana aku bisa hidup di sana kalau tidak bisa bahasa Jepang. Aku tidak terima dengan kepindahan Lottie yang tiba-tiba, jadi aku terus membujuk mereka, tapi... tidak berhasil.'


Charl bisa berbahasa Jepang dengan sangat baik.


Karena itu dia bisa mengikuti pelajaran dan bergaul dengan teman-temannya.


Sedangkan Livy yang sama sekali tidak bisa bahasa Jepang, mungkin membuat orang tuanya khawatir.


Terlebih lagi, alasan 'ingin ikut ke Jepang karena khawatir pada sahabat' pasti tidak akan diterima.


'Kamu memang baik, Livy.'


Semua yang dia lakukan sampai sekarang, adalah demi Charl.


Aku jadi mengerti kenapa Charl menganggap Livy spesial.


'Aku tidak bisa menyelamatkannya hanya dengan kebaikan...'


Tapi, Livy menunjukkan ekspresi sedih.


'Tolong jangan bilang Lottie ya... Setelah Lottie pergi, aku jadi tidak bersemangat melakukan apa pun...'


Livy memberitahuku sesuatu yang tidak terduga.


Itu sangat berbeda dengan citranya yang ceria dan polos.


Tapi mungkin kesedihannya karena kehilangan Charl memang sebesar itu.


'Apa sekarang kamu masih begitu?'


'Tidak, sudah tidak.'


Aku bertanya karena penasaran, dan Livy menggelengkan kepalanya sambil tersenyum kecut.


Sepertinya dia sudah melupakannya.


Tapi kalau begitu--kenapa dia bersikap seperti ini hari ini?


Aku masih belum mengerti, jadi aku terus mendengarkan cerita Livy.


'Beberapa minggu setelah Lottie pergi ke Jepang--tepatnya, di hari Lottie bilang dia akan mulai sekolah di Jepang. Sejak hari itu, Lottie sering bercerita tentang hal-hal menyenangkan, dan aku pun jadi bersemangat lagi.'


Yang dimaksud Livy adalah hari Charl mulai sekolah di Jepang setelah liburan musim panas.


Dan itu juga hari aku bertemu dengannya.


'Lagipula, dia selalu cerita tentang Akihito.'


'Eh?'


Aku menatap Livy yang mengangkat bahu dengan ekspresi tidak berdaya.


'Dia bilang anak laki-laki yang tinggal di sebelah rumahnya, yang juga teman sekelasnya, sangat tulus dan baik, Emma sangat menyayanginya seperti kakak, dia juga bilang Akihito bisa diandalkan. Dia selalu memujimu saat menceritakan kejadian hari itu.'


Ternyata Charl sudah menceritakan tentangku pada Livy sejak awal.


'Aku jadi... agak malu...'


Aku jadi malu karena dipuji tanpa sepengetahuanku.


'Fufu... Jarang sekali Lottie cerita tentang laki-laki, dan karena dia terlihat sangat senang, aku jadi ingin bertemu denganmu.'


Jadi karena itu dia sangat bersemangat saat tahu aku pacar Charl di Stasiun Okayama.


'Tapi... Lama-lama, Lottie semakin jarang menghubungiku.'


Ekspresi Livy kembali muram setelah sempat terlihat senang.


'Akhir-akhir ini, dia hanya membalas pesanku sekali sehari.'


Mungkin itu karena kami jadi sering tidur bersama.


Dia jarang sekali menyentuh ponselnya saat bersamaku.


Tentu saja dia tidak bisa membalas pesan Livy.


Livy yang mengkhawatirkan Charl, pasti sangat khawatir.


Saat aku sedang berpikir, tiba-tiba suasana hati Livy berubah.


Dia mendekatkan wajahnya padaku, lalu berkata dengan semangat:


'Lalu, apa!? Dia tidur dengan laki-laki!? Dia bertunangan!? Dia akan tinggal bersama!? Tentu saja aku akan kaget, kan!? Apa dia ditipu laki-laki jahat!?'


Livy mengungkapkan kekesalannya dengan cepat.


Ah, aku mengerti.


Sepertinya aku sudah mengerti....


'Yah... Wajar saja kalau kamu kaget kalau frekuensi menghubungimu tiba-tiba berkurang, dan sahabatmu yang seharusnya masih sekolah malah melakukan hal seperti itu...'


'Aku sudah curiga saat Lottie tiba-tiba pergi ke Jepang, dan aku yakin pasti ada sesuatu yang disembunyikannya, kan!?'


Karena itu dia tidak bisa tinggal diam dan datang ke Jepang.


Aku jadi merasa tidak enak membayangkan Charl yang mengirim pesan dengan gembira tanpa tahu Livy mengkhawatirkannya.


'Maaf, semua ini salahku...'


Mungkin Charl tidak banyak bercerita tentang keadaanku.


Karena itu Livy semakin tidak terima.


'Itu... Yah, aku sudah mengerti kenapa itu bisa terjadi...'


'Oh ya?'


Livy mengangguk dengan enggan, dan karena itu di luar dugaanku, aku pun bertanya:


'Aku juga pernah ditolong oleh Akihito. Kalau dia memang 'Akihito' yang Lottie ceritakan, setidaknya aku yakin Lottie tidak dipaksa.'


'Emma juga sangat dekat dengan Akihito.'


Ternyata aku sudah menyelesaikan satu masalah tanpa kusadari.


Mungkin akan jadi rumit kalau aku tidak bertemu Livy hari itu.


Kedekatan Emma-chan juga sepertinya berpengaruh besar, dia memang pintar menilai orang.


'Syukurlah kesalahpahamannya sudah terselesaikan.'


'Benar. Kalau Lottie sampai terlibat masalah dan dipaksa bertunangan, aku pasti akan membawanya kabur.'


Livy mengatakannya sambil tertawa, seolah sedang bercanda.


Aku jadi berpikir kalau orang yang tidak bisa diam saja itu memang menakutkan.


'Apa aku harus menjelaskan semuanya?'


Dia bahkan datang jauh-jauh ke Jepang untuk menolong sahabatnya meskipun tidak tahu apa-apa.


Aku ingin membalas ketulusan dan kebaikannya.


Tapi--.


'Tidak usah.'


Livy menggelengkan kepalanya.


'Benarkah?'


'Karena aku sudah tahu Lottie baik-baik saja, bagiku masalah ini sudah selesai. Tapi kalau Akihito ingin menjelaskan, aku akan mendengarkannya.'


Livy tersenyum nakal.


Sepertinya dia sudah puas, jadi dia tidak perlu memaksakan diri untuk bercerita, tapi kalau aku ingin bercerita, dia akan mendengarkannya.


Dia pasti juga populer di antara teman-temannya, seperti Charl.


'Ini bukan cerita yang menarik, jadi tidak usah.'


Aku juga tidak ingin bercerita, lagipula ceritanya agak berat.


Lebih baik tidak bercerita kalau memang tidak perlu.


'Begitu.'


Livy mengalihkan pandangannya ke bintang-bintang di langit malam, mungkin karena sudah tidak tertarik.


Tapi, dia masih bicara.


'Kalau kamu ingin bercerita, ceritakan saja padaku. Kamu kan pacar Lottie, dan juga penyelamatku. Kalau kamu ada masalah, aku akan mendengarkan dan membantumu.'


Intinya, aku boleh bercerita kapan pun aku mau.


Dia... Meskipun terlihat imut, tapi dia ternyata keren.


'Kamu bisa diandalkan.'


'Yah, tapi aku tetap kalah dengan Akihito.'


'Tidak juga.'


Livy tidak bisa diam, dia perhatian dan bisa berteman dengan siapa saja.


Meskipun dia agak ceroboh, tapi dia sepertinya pintar, dan aku merasa bisa mempercayainya.


Aku iri padanya karena dia punya kelebihan yang tidak kumiliki dan tidak bisa kutiru.


Tapi, sepertinya hanya aku yang berpikir begitu.


'Tentu saja ada.'


Dia berkata dengan ekspresi serius, memotong suasana tenang kami.


Aku jadi tahu kalau dia masih ingin bicara.


'Livy?'


'Aku sangat berterima kasih padamu. Setelah melihat Lottie di pesta ulang tahun tadi, aku tahu dia sekarang bisa tertawa dengan tulus. Meskipun dia mungkin belum melupakan ayahnya, tapi aku tahu luka di hatinya sudah hilang. Dan itu semua berkatmu.'


Dia yang selalu ada di sisi Charl, mungkin memang bisa melihatnya.


'Aku tidak melakukan apa pun--'


'Tidak perlu merendah. Aku tahu Lottie sangat mencintaimu, dan dia juga bergantung padamu.'


Aku dan Charl hampir tidak mengobrol sejak Livy bertemu dengannya lagi.


Tapi karena Livy terlihat yakin, mungkin dia sudah mendengarnya dari Kanon-san.


'Aku tidak bisa... Aku tidak bisa menyembuhkan luka hati Lottie... Aku sangat kesal dan merasa tidak berguna...'


Akhirnya aku mengerti kenapa Livy menjaga jarak dari Charl.


Dia pasti merasa bersalah karena mengira dia tidak bisa membantu Charl, makanya dia tidak bisa bergabung dengan kami.


Itu sangat... menyedihkan.


'Aku juga punya banyak masalah saat SMP dulu.'


'Eh...?'


Livy menatapku dengan heran, mungkin karena tidak menyangka aku akan bercerita tentang diriku sendiri di saat seperti ini.


Tentu saja, aku tidak bermaksud curhat begitu saja.


'Mungkin kedengarannya berlebihan, tapi itu adalah kejadian yang membuatku ingin menyerah pada hidup.'


Aku merasa bersalah pada teman satu timku.


Aku putus asa karena dikhianati orang yang kupercayai.


Terlebih lagi, aku dibenci dan dimusuhi oleh banyak orang.


Karena aku juga dibuang oleh orang tuaku, aku sampai berpikir kalau aku tidak pantas hidup.


Kejadian itu sangat berat untukku yang saat itu masih SMP.


'Di saat seperti itu, Akira, teman masa kecilku yang tadi kuperkenalkan, rela belajar keras demi masuk SMA yang sama denganku. Dan dia selalu ada di sisiku. Berkat dia, aku tidak jadi orang yang tidak berguna. Kalau tidak ada dia... mungkin aku sudah tidak ada di dunia ini. Orang yang selalu ada di sisimu itu lebih berarti daripada yang kamu kira.'


Ada beberapa hal yang bisa berjalan lancar karena Akira mau melakukan hal-hal yang tidak bisa kulakukan.


Terlebih lagi, aku merasa lebih tenang hanya dengan dia ada di sisiku dan menjadi teman mengobrolku.


Mungkin aku akan salah jalan kalau Akira tidak ada di sisiku.


'Aku tahu kalau Charl terluka. Aku juga tahu betapa dalamnya luka itu. Tapi karena itu, aku bisa mengerti. Charl bisa tertawa seperti sekarang, pasti berkat kamu yang selalu ada di sisinya.'


'Aku...?'


Livy menatapku dengan lemah.


Sepertinya dia tidak menyadarinya.


Mungkin wajar saja, karena kita tidak akan menyadari perubahan jika selalu bersama setiap hari.


Terlebih lagi, karena tujuan Livy untuk menyembuhkan Charl sepenuhnya tidak tercapai, mungkin dia jadi tidak bisa melihatnya secara objektif.


'Meskipun Charl terluka, tapi dia sudah bisa tertawa dan terlihat bahagia sejak dia datang ke Jepang.'


Aku tidak akan pernah melupakan--


Senyum Charl saat dia memperkenalkan dirinya, yang membuatku terpikat.


Aku yakin senyum itu bukan kepura-puraan.


Terlebih lagi, aku sudah sering melihatnya tersenyum saat dia mengurus Emma-chan.


Aku bisa dengan yakin mengatakan kalau dia memang benar-benar bahagia.


'Menurutku, dia bisa kembali seperti itu karena kamu selalu ada di sisinya.'


'Mana mungkin... Ada jeda beberapa minggu antara kepergian Lottie ke Jepang dan pertemuannya dengan Akihito, kan? Mungkin dia sudah kembali ceria selama jeda itu...'


Livy menyangkal dengan tidak yakin.


Mungkin dia sebenarnya tahu, tapi dia tidak mau mengakuinya.


Mana mungkin orang yang tidak bisa kembali ceria selama bertahun-tahun, tiba-tiba ceria dalam beberapa minggu, kecuali ada keajaiban.


Terlebih lagi, aku yakin itu semua berkat Livy.


'Aku tahu. Livy bagi Charl--sama seperti Akira bagiku.'


Seperti Charl dan Livy yang berteman sejak kecil, aku dan Akira juga.


Dan, aku dan Charl sama-sama punya luka di masa lalu, dan Livy dan Akira selalu ada di sisi kami masing-masing.


Karena itu, aku mengerti.


Itu juga alasan kenapa aku menceritakan tentang Akira tadi.


'Ah...'


Sepertinya dia mengerti maksudku, Livy bersuara pelan dengan mulut sedikit terbuka.


'Terima kasih sudah mendukung Charl selama ini. Aku akan senang kalau kamu terus mendukungnya.'


Dia mengucapkan terima kasih dan permintaan sambil tersenyum.


Dan--


'Ya...! Ya...!'


--Livy mengangguk berulang kali sambil tersenyum dan meneteskan air mata. 


"--Kalau begitu, Charlotte-san, sampai jumpa lagi."

"Terima kasih sudah mengundangku hari ini. Aku sangat senang."

Malam pun tiba, dan setelah makan malam bersama, pesta ulang tahun Charl pun berakhir.

Sepertinya Kagura-san akan mengantar mereka pulang dengan limusin, mereka berpamitan pada Charl satu per satu, lalu keluar rumah.

"Akihito, sampai jumpa lagi."

"Ah, terima kasih untuk hari ini. Maaf sudah merepotkanmu."

"Tidak apa-apa, aku dapat banyak makanan enak, dan meskipun agak canggung, tapi aku senang."

Akira melambaikan tangannya sambil tersenyum, lalu pergi.

Meskipun dia diacuhkan oleh Shimizu-san dan Kosaka-san, tapi sepertinya Kanon-san berhasil mencairkan suasana.

"Kakak, sampai jumpa lagi...?"

Karin datang menghampiriku.

"Ya, datang lagi besok."

Meskipun dia pulang hari ini, tapi sudah diputuskan saat pesta ulang tahun tadi kalau Karin akan menginap besok.

Meskipun dia hanya akan datang malam hari karena ada urusan dengan orang tuanya di siang hari.

Meskipun dia bisa datang di hari lain, tapi sepertinya Karin ingin cepat-cepat menginap.

"Hmm...♪ Dadah."

Karin melambaikan tangannya sambil tersenyum gembira, lalu pergi.

Sepertinya dia sudah melupakan kekecewaannya karena tidak bisa tinggal bersama kami.

'Wah, meskipun ada Lottie, tapi Akihito tetap saja populer, ya.'

Lalu, Livy menghampiriku dengan senyum nakal.

'Populer?'

'Kamu sangat dekat dengan gadis berponi tadi, kan? Lottie itu pencemburu, lho, jadi hati-hati, kalau tidak kamu akan kena batunya~?'

Dia menusuk-nusuk pipiku dengan jari telunjuknya.

Aku merasa dia jadi lebih dekat denganku setelah kami mengobrol di balkon tadi.

'Livy? Jangan mengajari A-kun hal yang aneh-aneh.'

'Hiii, Lottie!?'

Charl yang seharusnya sedang mengantar yang lain di pintu masuk, tiba-tiba muncul di belakang Livy.

Dia meletakkan kedua tangannya di bahu Livy, dan menatapnya dengan senyum manis yang entah kenapa terasa mengintimidasi.

Dia pasti mendengar perkataan Livy karena pendengarannya tajam, lalu datang ke sini....

'Aku dulu memang pencemburu, tapi itu dulu. Tenang saja.'

'A, ahaha, begitu ya.'

Livy menjawab dengan kaku sambil berkeringat dingin mendengar perkataan Charl yang diucapkan sambil tersenyum.

Mungkin karena mereka berteman sejak kecil, cara Charl memperlakukan Livy berbeda dengan saat dia bersamaku atau Shimizu-san dan yang lain.

Tapi, aku jadi berpikir--apa Charl masih pencemburu....

Aku tidak akan mengatakannya sekarang karena dia pasti akan merajuk.

'Iya iya, senang melihat kalian akrab, tapi yang lain sudah menunggu.'

Karena Livy juga akan pulang ke hotel dengan limusin, aku harus melepaskannya agar yang lain bisa pulang.

Dengan alasan itu, aku memisahkan Charl dari Livy.

'Ah... Apa kamu benar-benar tidak mau menginap...?'

Lalu, Charl menatap Livy dengan sedih.

Mereka sudah lama tidak bertemu, jadi sepertinya Charl masih ingin bersamanya.

'Kalau aku membatalkan reservasi, aku akan merepotkan pihak hotel. Maaf ya.'

Livy juga tersenyum sedih dan menatap Charl.

Mungkin sebelum datang ke Jepang, dia memesan hotel karena merasa tidak enak pada Charl, tapi--sekarang setelah kesalahpahaman di antara mereka terselesaikan, sepertinya Livy juga ingin bersama Charl.

'Aku masih ingin mengobrol denganmu...'

Charl memang belum sempat mengobrol banyak dengan Livy.

Setelah mengobrol denganku di balkon, Livy menghabiskan waktu untuk berhenti menangis dan menghapus bekas air matanya, dan setelah itu, mungkin karena merasa aneh kalau tiba-tiba bergabung dengan yang lain, dia menemaniku mengurus Emma-chan.

'Eh, tapi aku merasa diabaikan, lho?'

Mungkin untuk mencairkan suasana, Livy tiba-tiba tersenyum nakal.

Charl pun langsung panik.

'I, itu karena Livy yang menunjukkan sikap tidak mau diajak bicara...!'

'Ahaha, aku tahu. Lottie memang selalu serius.'

Livy memeluk Charl yang berusaha keras menjelaskan.

Dia pasti sangat menyayangi Charl.

Melihat mereka berdua berpelukan dengan erat, membuatku merasa hangat.

'Sampai kapan kamu di Jepang...?'

'Aku akan pulang ke Inggris setelah menghabiskan liburan tahun baru di Jepang.'

Karena sudah jauh-jauh datang ke Jepang, dia akan menghabiskan liburan tahun baru di sini.

Berarti Charl masih punya banyak waktu untuk bersama Livy.

'…………'

Sepertinya ada yang ingin Charl katakan, tapi dia ragu-ragu.

Charl yang baik hati, pasti tidak bisa mengabaikan sikap Livy saat pesta ulang tahun tadi.

Dia tidak tahu alasan di balik sikap Livy, dan dia juga tidak tahu kalau Livy sudah tidak apa-apa.

'Hei, Lottie. Aku ingin jalan-jalan, bisa kamu menemaniku?'

Sepertinya Livy menyadari perasaan Charl.

Dia mengajak Charl jalan-jalan.

'--! Ya, tentu saja...!'

Charl mengangguk dengan gembira karena tahu dia tidak dihindari.

Meskipun mungkin tidak bisa dibilang baikan, tapi karena kesalahpahaman di antara mereka sudah terselesaikan, aku ingin mereka menghabiskan lebih banyak waktu bersama.

'Meskipun kamu menginap di hotel, tapi kamu bebas pergi ke mana pun, kan? Bagaimana kalau kalian jalan-jalan bersama sampai Livy pulang ke Inggris?'

Aku yang sedari tadi memperhatikan mereka, memberikan saran itu.

'A-kun...'

'Tidak enak kalau aku main ke rumah kalian setiap hari, kan? Pasti akan mengganggu.'

Charl terlihat senang, tapi Livy tersenyum kecut.

Aku tidak bilang setiap hari, tapi sepertinya dia tidak menolaknya, dan hanya menjaga perasaanku.

Lebih tepatnya, mungkin dia tidak mau mengganggu waktuku dan Charl di liburan panjang ini, yang baru saja dimulai setelah kami bertunangan.

'Apa kamu serius?'

Aku tidak membantahnya, dan hanya bertanya pada Livy sambil tersenyum.

'Uh...'

Livy terdiam.

Sepertinya dia mengerti maksudku meskipun aku tidak mengatakannya.

'Hei, Lottie. Sebenarnya Akihito itu nakal, ya?'

Lalu, dia berbisik pada Charl dengan nada kesal.

'Biasanya dia sangat baik, tapi... yah... dia suka menjahiliku...'

Charl memainkan jari telunjuknya, mungkin karena penasaran dengan bisikan Livy.

Wajahnya juga memerah, mungkin Livy mengatakan sesuatu yang aneh.

Lalu, saat aku melihat Livy, dia tersenyum kecut.

Apa reaksinya tidak sesuai dugaannya?

'Bukan itu maksudku.... Tapi yah, kalau dilihat dari sifat aslinya--mungkin kamu tidak salah.'

'--!? Ta, tadi itu tidak termasuk...!'

Aku buru-buru mengoreksinya, tapi Livy mendekatkan wajahnya ke telinga Charl sambil tersenyum nakal.

'Kamu masih sama, ya, suka menyembunyikannya. Berapa banyak koleksi bukumu bertambah sejak datang ke Jepang?'

'Li, Livy!? Jangan bahas itu...!'

Ya, aku tahu Livy sedang menggoda Charl dari ekspresinya.

Karena Livy berbicara sangat pelan, aku tidak tahu apa yang dia katakan, tapi--mengingat reaksi Charl, sepertinya itu tentang hal yang mesum.

'Ahaha, aku bercanda. Tapi melihat reaksimu, sepertinya kamu membeli lebih banyak lagi setelah datang ke Jepang.'

'Livy...!'

Charl yang digoda, memanggil nama Livy dan pura-pura marah untuk menyembunyikan rasa malunya.

Livy yang puas melihat reaksi Charl, menatapku.

'Kamu belum menjawab pertanyaanku tadi. Aku memang khawatir akan mengganggu. Tapi, kalau Akihito dan Lottie tidak masalah, aku ingin sering-sering main dengan kalian selama aku di Jepang.'

Sepertinya Livy menerima ajakanku.

Charl pasti tidak akan merasa terganggu dengan Livy, dan kupikir ini yang terbaik untuknya.

Tentu saja, aku juga tidak merasa terganggu dengan Livy.

Karena aku tinggal bersama Charl, aku bisa bersamanya kapan pun aku mau, tidak harus saat liburan.

Sepertinya Livy mengerti perasaan kami.

Yang dia maksud dengan 'mengganggu' tadi, mungkin dia tidak mau mengganggu waktu kami berdua, terlepas dari perasaan kami.

Tidak peduli apa faktanya, yang terpenting adalah perasaan, jadi tidak perlu khawatir.

'Tentu saja, kami senang. Benar kan, Charl?'

'Ya... Kami akan menjemputmu, jadi ayo kita main bersama.'

Saat aku bertanya pada Charl, dia mengangguk sambil tersenyum.

Livy pun tersenyum gembira.

Kami bisa membahas detailnya nanti lewat chat.

"--Akihito, kalau kamu tidak segera melepaskan Olivia-san, yang lain akan kesulitan."

Saat kami sedang asyik mengobrol, Kanon-san muncul dari ruang tamu.

Dia menggendong Emma-chan yang sedang tidur nyenyak.

Wajahnya yang sedang tidur terlihat sangat bahagia, mungkin karena dia puas makan kue dan makanan enak.

"Ah, benar juga."

Aku mengangguk pada Kanon-san, lalu melihat Livy lagi.

'Maaf, Livy. Yang lain sudah menunggu, jadi--'

'Aku lupa...! Kalau begitu, Lottie, Akihito, Kanon, Emma, sampai jumpa lagi!'

Livy yang ingat kalau yang lain sedang menunggu, menyebutkan nama Emma-chan yang sedang tidur dengan sopan, lalu keluar rumah.

"Fufu... Dia masih sama, selalu terburu-buru."

Charl tersenyum sambil melihat pintu tempat Livy keluar.

"Dia anak yang baik, sampai datang jauh-jauh ke Jepang untuk memberimu selamat."

"Ya, dia temanku yang paling kubanggakan. Dia populer di sekolah di Inggris, dan sering dapat pernyataan cinta dari laki-laki."

Charl bercerita tentang Livy dengan gembira.

Aku bisa mengerti kenapa Livy populer di kalangan laki-laki, karena dia imut dan mudah bergaul seperti Charl.

Lagipula, dia juga agresif padaku yang laki-laki, dan sepertinya dia sering membuat laki-laki jatuh cinta tanpa dia sadari.

"Apa dia sama populernya denganmu?"

"Sama denganku? Tidak mungkin."

"Oh ya?"

"Ya, aku tidak pernah dapat pernyataan cinta."

"…………"

Ah, aku mengerti.

Seperti di sekolah kami yang tidak ada yang berani menyatakan cinta pada Charl, di sekolahnya di Inggris juga tidak ada yang berani menyatakan cinta padanya.

Livy juga bilang tidak ada laki-laki yang berani mendekatinya karena dia terlalu menarik.

Hebat sekali aku bisa jadi pacarnya....

...Meskipun Charl yang menyatakan cintanya padaku duluan....

"Tapi, Livy tidak pernah punya pacar, kan? Padahal dia tidak benci laki-laki."

Mungkin itu karena Charl.

Sepertinya dia selalu ingin berada di sisi Charl, dan tidak punya waktu untuk memikirkan hal lain.

"Dia sangat populer, jadi mungkin dia akan segera punya pacar."

Aku berharap dia bisa bersama Akira demi Akira, tapi... mungkin akan sulit karena kendala bahasa....

Lagipula, ada juga perasaan Livy.

"Fufu... Meskipun dia menarik, tapi kamu tidak boleh macam-macam dengan Livy."

Tiba-tiba aku ditegur saat sedang melamun.

Eh, apa aku keceplosan?

Aku melihat Charl, tapi dia hanya tertawa gembira.

Kalau dia benar-benar berpikir aku akan selingkuh dengan Livy, dia pasti akan menatapku dengan tajam meskipun tersenyum, dan dia juga pasti akan merajuk atau terlihat cemas.

Karena dia tidak menunjukkan reaksi seperti itu, sepertinya dia hanya bercanda.

"Tentu saja, aku hanya mencintai Charl."

"Ya, aku percaya."

Charl mengangguk sambil tersenyum, lalu mengaitkan jarinya ke jariku.

Dia bahkan tidak peduli meskipun Kanon-san sedang melihat.

'A-kun orang yang bertanggung jawab, jadi dia pasti akan bertanggung jawab...♪'

Charl bergumam pelan, lalu menyandarkan kepalanya di bahuku dengan gembira.

Entah kenapa dia sangat senang, tapi aku tidak peduli.


Sebelum tidur--.

"Aku sangat senang hari ini."

Begitu berbaring di tempat tidur, Charl langsung memelukku seolah tidak sabar.

Karena sekarang kami hanya berdua, dia pasti ingin bermanja-manja.

Sophia-san membawa Emma-chan ke kamarnya karena hari ini ulang tahun Charl.

Besok aku harus bangun pagi dan menjemput Emma-chan sebelum dia bangun.

"Syukurlah kalau kamu senang. Sepertinya yang lain juga senang."

Aku mengelus kepala Charl dengan lembut sambil mengingat saat mereka pulang tadi.

Shimizu-san, Kosaka-san, dan yang lain tersenyum puas.

Sepertinya mereka benar-benar senang.

"A-kun juga pasti lelah. Terima kasih sudah melakukan banyak hal untukku."

Yang dia maksud dengan 'banyak hal' itu, mungkin rencana pesta ulang tahun dan aku yang membantu mengisi ulang kue, camilan, dan minuman di belakang layar.

Aku memang merencanakan pesta ulang tahun ini agar Charl senang, tapi aku membantu di belakang layar karena masa kerjaku belum selesai, jadi itu bukan sesuatu yang pantas disyukuri.

"Aku juga senang melihatmu bahagia, Charl."

"Fufu... A-kun memang baik hati."

Charl memelukku erat-erat dan menyandarkan wajahnya di dadaku.

Aku sangat mencintainya yang bermanja-manja seperti ini.

"Mungkin... ini pertama kalinya aku makan kue sebanyak itu."

"Ah, kamu makan banyak sekali. Kanon-san memang selalu berlebihan kalau soal ini."

Meskipun Sophia-san yang membayar kue, camilan, dan minumannya, tapi Kanon-san yang mengurusnya.

Dia memesannya dari koki pastry terkenal, kue stroberi, kue cokelat, dan kue Mont Blanc yang ada di sana, semuanya memiliki desain yang sangat indah dan belum pernah kulihat sebelumnya, dan jumlahnya juga banyak.

Ada juga berbagai macam kue lain yang belum pernah kulihat sebelumnya, jujur saja, jumlahnya terlalu banyak untuk kami.

Tapi mereka semua makan dengan lahap sambil mengobrol dengan gembira.

Aku dan Akira yang tidak terlalu suka makanan manis, langsung menyerah.

Perempuan memang hebat.

Tapi sepertinya mereka tidak bisa menghabiskannya.

Kudengar sisa kuenya diberikan pada pelayan-pelayan yang bekerja disini.

"Mulai besok, aku harus diet."

"Tidak, kurasa kamu tidak perlu diet..."

Charl sudah memiliki bentuk tubuh ideal.

Bahkan aku merasa dia agak terlalu kurus.

"A-kun terlalu memanjakanku."

"Bukan begitu..."

Aku memang berpikir begitu.

Yah, biarkan saja....

Aku bisa menghentikannya kalau dia berlebihan.

"Ngomong-ngomong, besok kita akan menjemput Livy jam 10 pagi, kan?"

Aku mencoba mengalihkan pembicaraan dengan membahas rencana besok.

"Ya, di hotel. Kagura-san akan mengantar kita dengan mobilnya."

"Ah, syukurlah dia mau."

Mulai besok, Kanon-san akan keluar rumah untuk urusan pekerjaan dan acara tahun baru.

Sophia-san juga harus pulang ke Inggris, dan Kagura-san yang akan menjaga rumah selama mereka pergi.

Tentu saja, Kagura-san yang sangat setia pada Kanon-san awalnya menolak, tapi dia langsung setuju setelah Kanon-san berkata, "Karena itu kamu, aku bisa menitipkan mereka padamu dengan tenang."

Kanon-san memang pintar menghadapi Kagura-san.

"Kagura-san juga sangat menyayangi A-kun."

"Tidak, itu tidak mungkin."

Aku langsung membantah perkataan Charl yang diucapkan sambil tersenyum.

Seperti yang Sophia-san katakan, aku tidak merasakan sedikit pun cinta dari Kagura-san.

Bahkan aku merasa dia memperlakukanku dengan kasar dan sering memarahiku, sampai aku berpikir dia mungkin dendam padaku karena Kanon-san selalu memihakku.

"Cinta itu ada berbagai macam bentuknya..."

Charl berkata begitu, lalu menggosok-gosokkan wajahnya padaku.

Apa maksudnya?

"Ngomong-ngomong, ada satu hal yang ingin kutanyakan."

Saat aku sedang memikirkan arti perkataannya tadi, Charl tiba-tiba menatapku.

"Eh, kamu bicara seperti itu, aku jadi takut...?"

"Kamu dicium oleh Livy, kan?"

"--!?"

Pertanyaan yang tiba-tiba dan tidak terduga.

Karena itu, aku menunjukkan reaksi yang sangat jelas.

"Benar, kan..."

Charl yang yakin aku menyembunyikan sesuatu setelah melihat reaksiku, cemberut.

Kenapa!?

Bagaimana bisa!?

Apa aku melakukan kesalahan!?

Kata-kata itu berputar-putar di kepalaku.

"Seharusnya Livy hanya mencium perempuan... Sepertinya dia sangat menyukaimu..."

Charl menegakkan tubuhnya, lalu mencium pipiku seolah ingin menimpa ciuman Livy.

"Anu, Charl...? Sejak kapan kamu...?"

"Saat Kosaka-san hendak mengatakan 'ciuman', dan Shimizu-san langsung menutup mulutnya."

Jadi dia sudah tahu sejak awal bertemu Livy lagi...!

"Bagaimana kamu bisa tahu hanya dari itu...? Bukankah lebih mungkin kalau Livy mencium Kosaka-san?"

Meskipun dia mengenal Livy dengan baik, tapi seharusnya dia tidak langsung berpikir seperti itu karena dia tahu Livy hanya mencium perempuan.

"Kalau Livy hanya mencium Kosaka-san, Shimizu-san tidak perlu menutup mulutnya."

Seperti yang Charl katakan, kalau Kosaka-san hanya dicium dan akan menceritakannya, Shimizu-san tidak akan dirugikan, jadi dia tidak perlu menghentikannya.

Sepertinya Charl sudah memikirkan beberapa kemungkinan alasan kenapa Shimizu-san menutup mulut Kosaka-san, dan dia menyimpulkan kalau akulah yang dicium adalah kemungkinan terbesar....

"Dan juga, sikap Emma pada Livy berbeda. Memang akhir-akhir ini dia sudah mulai mau berinteraksi dengan orang lain selain keluarga, tapi dia tidak akan mudah melupakan orang atau benda yang sudah dia benci, meskipun sudah lama."

Meskipun Emma-chan terlihat polos dan jujur, tapi dia sebenarnya keras kepala.

Seperti kejadian domino itu, dia pasti tidak akan mau menyusun domino lagi sampai sekarang kalau dia tidak ingin meminta maaf padaku.

Karena Charl sangat mengenal adiknya, dia tidak tertipu oleh kebohonganku dan Livy.

"Aku bisa dengan mudah menebak kalau ada sesuatu yang membuat Emma mengubah pandangannya pada Livy. Mungkin... Livy memuji caramu memperlakukan Emma? Emma sangat menyayangimu, dia menganggapmu sebagai kakak kebanggaannya, jadi dia pasti senang kalau itu dibahas."

Tebakannya hampir tepat.

Livy memang membahas tentang caraku memperlakukan Emma-chan saat kami makan ramen bersama.

Aduh... Aku lupa kalau dia jeli karena akhir-akhir ini dia hanya bermanja-manja....

Seharusnya aku lebih berhati-hati kalau mau menyembunyikannya darinya.

"Sebenarnya, kami makan ramen bersama di restoran ramen, dan Livy memang membahas tentang hubunganku dengan Emma-chan. Tapi, menurutku Emma-chan mau dekat dengan Livy karena menganggapnya sebagai teman ramen."

Livy memang mengatakan itu karena dia suka ramen, dan karena Emma-chan juga suka ramen, mungkin dia menganggap Livy sebagai teman.

Tapi, Charl tersenyum seolah berkata 'kau memang seperti itu...'.

"Eh, apa aku salah bicara?"

"Tidak... Aku hanya berpikir, 'A-kun memang seperti itu'."

Memangnya aku seperti apa...?

Dia mengatakannya dengan nada yang aneh.

"Jadi, karena itu aku berpikir kalau Livy mencium A-kun. Lagipula, saat kuperhatikan, cara Livy memperlakukan A-kun tidak seperti orang yang baru pertama kali bertemu. Meskipun A-kun pacarku."

Intinya, kami dibiarkan begitu saja.

Mungkin dia tidak mau merusak suasana pesta ulang tahun atau pertemuan kami, tapi aku jadi merinding mendengarnya.

"Meskipun kamu tahu dia menciumku, tapi kamu tidak terlihat marah?"

Aku merasa ada yang aneh dengan sikap tenang Charl, jadi aku bertanya.

"Tentu saja aku marah. Wajar, kan?"

Tapi, dia langsung membantahku dengan kesal.

"Tapi kamu tidak terlihat cemburu...?"

Sebenarnya, dia tidak sepenuhnya tidak cemburu.

Dia mencium pipiku untuk 'menimpa' ciuman Livy, jadi dia memang cemburu.

Tapi, kecemburuannya terlalu kecil untuk Charl.

Dia bahkan cemburu pada Emma-chan yang masih kecil dan adiknya sendiri saat Emma-chan bermanja-manja padaku, jadi seharusnya dia cemburu berat saat tahu aku dicium oleh perempuan lain, meskipun perempuan itu sahabatnya.

Lagipula, meskipun Kanon-san sudah menjelaskannya saat aku dan Livy mengobrol di balkon, tapi Charl yang dulu pasti akan menyusul kami.

"Pertama, aku percaya pada Livy. Mungkin dia tidak tahu saat dia mencium A-kun, tapi setelah tahu A-kun pacarku, dia pasti tidak akan menggoda laki-laki yang sudah punya pacar."

Charl menjelaskan alasannya tidak cemburu berat satu per satu.

Oh iya, dulu dia pernah menyuruh Shimizu-san menemaniku saat aku akan pergi ke Hiroshima.

Padahal dia tahu kalau itu akan membuatku pergi berdua saja dengan Shimizu-san, tapi dia tetap melakukannya, dan dia tidak cemburu atau panik sama sekali.

Mungkin dia memang tidak mudah cemburu pada orang yang dia percaya.

"Selanjutnya, Livy itu suka mencium orang, jadi ada kemungkinan dia mencium tanpa perasaan, meskipun biasanya dia tidak mencium laki-laki, tapi dia selalu mencium pipi teman perempuannya sebagai salam, jadi tidak aneh kalau dia mencium laki-laki sebagai ucapan terima kasih jika dia sangat menyukainya."

Mungkin Charl sangat mengenal Livy karena mereka tumbuh bersama sejak kecil.

Dia berpikir kalau Livy bisa saja mencium laki-laki jika kondisinya tepat, meskipun dia belum pernah melihatnya.

Agak aneh mendengar Livy yang suka mencium orang lain disebut 'suka mencium' oleh orang lain, tapi mungkin Livy memang seperti itu.

Dia bahkan langsung mencium pipi Charl saat bertemu lagi.

"Terakhir--aku jadi lebih tenang..."

Charl tiba-tiba terlihat malu dan mengelus perutnya.

Aku jadi teringat sesuatu melihatnya seperti itu.

"Anu... Karena aku sangat dimanja semalam... Dan aku juga mendapat cincin pertunangan... Jadi aku merasa tenang..."

Mata Charl terlihat berbinar.

Sepertinya apa yang kulakukan agar dia selalu mengingatnya, malah memberikan efek samping yang tidak terduga.

Mungkin dia berpikir kalau aku tidak akan direbut oleh orang lain setelah dia memberikan 'pertama kalinya' dan mendapat cincin pertunangan.

Aku jadi malu sendiri memikirkannya.

"Syukurlah kalau kamu jadi lebih tenang. Tapi aku agak sedih kalau kamu tidak cemburu dan bermanja-manja lagi."

Charl yang cemburu dan bermanja-manja itu sangat imut.

Aku jadi agak sedih karena itu tidak akan terjadi lagi.

Tentu saja, aku lebih senang kalau Charl tidak cemburu.

Tapi--.

"Seperti yang kubilang tadi, aku masih cemburu.... Hanya saja tidak berlebihan... Jadi, aku akan sedih kalau tidak dimanja..."

Sepertinya dia tidak akan berhenti bermanja-manja.

Meskipun dia tidak secemburu dulu, tapi dia masih cemburu, jadi dia ingin aku menenangkannya.

"Ahaha, begitu ya."

Aku memeluk Charl dengan gembira.

Dia pun menggosok-gosokkan pipinya padaku dengan gembira.

Ngomong-ngomong--.

"Apa kamu tidak percaya padaku...?"

Aku bertanya dengan sopan tanpa sadar.

Karena Charl tidak menyebutkan soal kepercayaannya padaku saat menjelaskan alasannya tidak cemburu berat.

"Meskipun A-kun tidak berniat selingkuh, tapi kalau perempuan itu yang agresif, aku pasti akan cemburu..."

Charl cemberut.

Sepertinya meskipun aku setia, tapi kalau ada perempuan yang mendekatiku, itu akan percuma.

Yah... Karena dia merasa tenang setelah mendapat cincin pertunangan, mungkin dia percaya kalau aku tidak akan mengkhianatinya, jadi tidak apa-apa.

"Ya, begitu ya... Aku juga akan berusaha untuk tidak membuatmu cemas dan cemburu."

Meskipun dia tidak secemburu dulu, tapi lebih baik kalau aku tidak membuatnya cemburu.

Itu tidak akan berubah.

"Tapi kamu malah pergi berdua saja dengan Livy?"

Tiba-tiba Charl menusuk dadaku.

Ah, dia masih mengingatnya.

"Tidak, itu..."

"Fufu, aku bercanda. Kamu kan melakukannya demi aku dan Livy?"

Saat aku sedang berpikir bagaimana menjelaskannya--Charl tertawa kecil.

Sepertinya dia hanya bercanda, dan tidak serius.

"...Kenapa kamu berpikir begitu?"

Karena dia tidak pernah membahas kejadian di balkon, tentu saja aku belum menjelaskannya.

Menurut penjelasan Kanon, sepertinya aku terjebak oleh Livy yang ingin menggoda hubungan antara aku dan Charl. Jadi, Charl seharusnya tidak tahu tentang masalah yang dihadapi Livy.

Sebenarnya, Kanon sendiri juga tidak tahu apa yang kami bicarakan.

"Saat pesta ulang tahun, aku juga menyadari bahwa perilaku Livy aneh. Seharusnya, jika dia dalam keadaan normal, meskipun tidak bisa berkomunikasi, dia pasti akan bergabung dengan kami."

Memang, Livy tampaknya seperti itu.

Ketika seseorang berperilaku berbeda dari biasanya, pasti ada alasan di baliknya.

Seharusnya, jika Livy tidak bisa bergabung, Charl yang baik hati akan terus memanggilnya.

Namun, dia tidak melakukannya karena dia merasa ada yang aneh dengan Livy dan tidak tahu alasannya, jadi dia tidak berani untuk bertanya lebih jauh.

"Tapi, setelah kamu dan Livy pergi, ekspresi Livy saat kembali terlihat seperti beban yang hilang. Jadi, aku mengerti bahwa kamu yang telah menyelesaikannya."

Anak ini benar-benar memperhatikan.

Di tengah situasi di mana Shimizu dan Kosaka, serta terkadang Karin, terus-menerus berbicara dengannya, dia masih bisa melihat perubahan pada sahabatnya. Aku benar-benar kagum.

"Menangani masalah itu bukan berarti aku melakukan banyak hal. Aku hanya mendengarkan."

Aku hanya mendengarkan sedikit dan membantunya mengubah cara berpikirnya.

Itu bukan sesuatu yang bisa aku banggakan.

"…Kamu benar-benar… bisa menyelesaikan penderitaan orang lain dengan begitu mudah, seolah-olah tidak ada yang terjadi… Di situlah aku selalu merasa diselamatkan… Terima kasih…"

Charl menutup matanya dan menempelkan wajahnya di leherku.

Setelah itu, dia menggosokkan wajahnya dengan manja, lalu tiba-tiba menciumku dan mulai menghisap.

"Charl…?"

"Emosiku… terlalu meluap…"

Eh, itu artinya…?

Ketika aku tidak bisa bergerak, dia malah menggenggam tanganku.

Dia menggenggamnya dengan lembut dan menatapku dengan mata yang penuh gairah.

"Eh, Charl…?"

"Aku tidak bisa menahan diri… Bolehkah…?"

Charl menatapku dengan wajah ingin tahu dan mulai meraih pakaiannya.

Aku segera menggenggam tangannya.

"Aku minta maaf, tidak bisa… Mungkin semua orang bisa mendengar…"

Suara Charl tidak kecil.

Bahkan bisa dibilang cukup keras.

Tentu saja, dia berusaha untuk menahan diri, tetapi tidak bisa, dan ketika semakin bersemangat, suaranya bisa terdengar seperti teriakan.

Karena kemungkinan semua orang bisa mendengar, aku tidak bisa mengangguk setuju.

Tentu saja, aku juga ingin, tapi…

"Ugh… Aku akan menahan suaraku…? Apakah aku harus menutup mulutku dengan handuk…?"

Sepertinya dia sangat tidak bisa menahan diri, sampai-sampai menatapku dengan wajah yang hampir menangis.

Bagaimana bisa dia berpikir untuk menutup mulutnya dengan handuk…?

Ketika dia menatapku dengan penuh harapan, aku merasa hampir menyerah, tapi—aku harus tegas dan tidak menyerah.

"Kita bisa melakukannya lagi nanti, ya? Kita tidak bisa merepotkan orang lain."

Aku memeluknya dengan lembut dan mengusap punggungnya untuk menenangkannya.

Sepertinya dia mengerti bahwa aku tidak akan menyerah, jadi Charl menempelkan wajahnya di dadaku—

"Kita seharusnya kembali ke rumah yang lama…"

—dia menggerakkan wajahnya dengan kesal.

Meskipun kami sudah melakukan banyak hal semalam dan pagi tadi… sepertinya hasrat Charl terlalu kuat… 














Post a Comment

0 Comments

Tidak boleh adanya spoiler, hormati user lainya. Gunakan komentar dengan bijak sebagai tempat berdiskusi.

Post a Comment (0)
Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !