Chapter 1
Gyoza Buatan Sendiri Dan Laporan
Di bawah langit cerah yang menyilaukan, terdengar paduan suara semanggi yang tak henti-hentinya.
Saat liburan musim panas yang semakin panas hari demi hari, Haruto berdiri di depan sebuah rumah mewah di bawah sinar matahari yang membakar kulit.
Dia menekan interkom dengan gerakan yang sudah mulai terbiasa.
"Otsuki-kun?"
Mendengar suara itu, Haruto tersenyum kecil.
"Ya, hari ini aku datang untuk membantu pekerjaan rumah tangga lagi."
"Aku sudah menunggumu, aku akan membuka pintunya sekarang."
Segera setelah suara yang terdengar agak gembira itu terdengar dari interkom, pintu depan kediaman Tojo terbuka dan seorang gadis muncul dari dalam.
Rambut indah berwarna pirang yang berkilau di bawah sinar matahari musim panas. Tubuh dan kaki yang ramping, dengan proporsi yang menarik perhatian. Gadis itu menyambut Haruto dengan mata dua lipatan yang besar dan indah, sedikit menyipit karena silau.
Tojo Ayaka. Dia adalah "Idol Sekolah" yang dirumorkan sebagai gadis paling cantik di sekolah yang Haruto hadiri. Dan dia juga adalah pelanggan pekerjaan paruh waktu layanan pekerjaan rumah tangga yang Haruto mulai selama liburan musim panas.
"Selamat datang, Otsuki-kun. Di luar panas, ayo masuk."
"Terima kasih. Mohon bantuannya untuk hari ini juga."
Haruto memasuki kediaman Tojo dengan senyum mengembang, terbawa oleh Ayaka yang mengundangnya masuk dengan senyum lebar.
Begitu memasuki pintu depan yang luas khas rumah mewah, pintu di ujung lorong terbuka dengan penuh semangat dan seorang anak laki-laki berlari keluar.
"Onii-chan!!"
Ryouta, adik laki-laki Ayaka, berlari menuju Haruto dengan senyum riang khas anak TK yang terpampang di seluruh wajahnya.
"Selamat siang Ryouta-kun. Hari ini kamu juga penuh semangat ya."
"Selamat siang! Onii-chan hari ini mau ngapain?"
Haruto membungkuk untuk menyambut Ryouta yang menerjang ke arahnya. Ryouta bertanya padanya dengan mata berbinar-binar.
"Hmm, hari ini..."
Haruto mengarahkan pandangannya ke arah Ayaka. Menerima tatapan itu, dia menyampaikan permintaan pekerjaan rumah tangga untuk hari ini.
"Hari ini, tolong bersihkan ruang keluarga, dan Papa juga minta tolong bersihkan garasi."
"Membersihkan ruang keluarga dan garasi ya, aku mengerti."
"Ya, dan seperti biasa, tolong siapkan makan malam juga."
"Baik, dimengerti."
Haruto mengangguk pelan menerima permintaan pekerjaan rumah tangga dari Ayaka. Ryouta menarik lengan Haruto dengan ekspresi penuh harapan.
"Onii-chan, makan malam hari ini apa? Hamburger!?"
(Tln: seingetku Ryouta manggilnya bukan onii-chan, tapi yaudahlah dari rawnya begitu :v)
Sepertinya Ryouta benar-benar terpesona oleh hamburger buatan Haruto. Haruto tersenyum menjawab Ryouta yang menatapnya dengan penuh semangat.
"Ahaha, hari ini bukan hamburger, tapi aku berencana membuat gyoza. Ryouta-kun suka gyoza?"
"Gyoza!? Aku suka sekali gyoza!!"
Sambil menjawab begitu, Ryouta yang tensinya naik menggenggam lengan Haruto dan mengayun-ayunkannya naik turun.
"Hei Ryouta. Jangan menarik-narik Otsuki-kun seperti itu! Nanti tangannya copot lho!"
Ayaka segera menegur tingkah adiknya. Ryouta berhenti mengayun-ayunkan lengan Haruto karena teguran kakaknya, tapi dia tidak melepaskan lengan Haruto dan tetap tersenyum senang.
"Nee onii-chan, boleh tidak aku ikut membantu bersih-bersih?"
"Tentu saja, kalau Ryouta-kun membantu, pekerjaan akan selesai lebih cepat dan sangat membantu."
Haruto tersenyum lembut dan mengelus kepala Ryouta. Ayaka tersenyum kecut melihat adiknya yang terlihat senang sambil berkata "Ehehe".
"Terima kasih ya Otsuki-kun, selalu menemani Ryouta juga."
"Ah tidak apa-apa. Ngomong-ngomong, hari ini Shuuichi-san dan Ikue-san sedang bekerja?"
"Iya, mereka berdua pergi ke kantor hari ini. Mungkin mereka akan pulang saat makan malam."
Kedua orang tuanya sama-sama menjabat sebagai direktur perusahaan. Karena itu, meskipun mereka memiliki kebebasan dalam cara bekerja seperti bekerja dari rumah, mereka juga memiliki posisi yang cukup sibuk, seperti berangkat kerja pagi-pagi sekali atau pulang terlambat, atau tiba-tiba harus pergi dinas.
"Jadi teringat pas pertama kali aku datang untuk membantu pekerjaan rumah tangga."
"Iya ya. Waktu itu juga Papa dan Mama sedang pergi dinas."
Pada awal liburan musim panas, Ayaka harus mengurus pekerjaan rumah tangga dan menjaga Ryouta sendirian karena kedua orang tuanya pergi dinas. Namun, karena kelelahan secara mental akibat pernyataan cinta terbuka dari senior pada hari upacara penutupan semester, dia memutuskan untuk menggunakan layanan bantuan pekerjaan rumah tangga.
Di situlah dia bertemu dengan Haruto, yang sebelumnya hampir tidak pernah berinteraksi dengannya di sekolah.
Mengingat saat pertama kali datang ke rumah Toujou untuk membantu pekerjaan rumah tangga, Haruto berkata dengan nada nostalgia:
"Entah kenapa, rasanya sedikit nostalgia padahal belum lama ya."
"Iya. Rasanya ingin kembali ke masa lalu dan memuji keputusan diriku yang memutuskan untuk menyewa jasa layanan pekerjaan rumah tangga waktu itu."
Haruto tersenyum geli mendengar perkataan Ayaka.
"Memuji diri sendiri?"
"Iya, soalnya..."
Ayaka mengangguk kecil sekali, lalu dengan pipi sedikit memerah, dia berkata dengan suara kecil yang malu-malu.
"Kalau waktu itu aku tidak menyewa jasa layanan pekerjaan rumah tangga, aku tidak akan bertemu dengan Otsuki-kun..."
"Ah..."
Ayaka melirik ke atas sebentar lalu segera mengalihkan pandangannya. Melihat tingkah lakunya, detak jantung Haruto mau tidak mau menjadi lebih cepat.
"Um... Aku juga senang tempat kerja pertamaku adalah di keluarga Tojo..."
"Benarkah? Fufu... Senangnya."
Melihat Ayaka yang tersipu malu dengan tulus, Haruto tidak tahan dan mengalihkan pandangannya, berusaha keras menahan senyum yang muncul di bibirnya.
Dalam benaknya, terbayang kenangan kencan mereka di bioskop beberapa waktu lalu.
Mengingat saat mereka menonton film sambil bergandengan tangan seperti pasangan kekasih sungguhan, wajah Haruto perlahan-lahan memerah.
Begitu juga dengan Ayaka, wajahnya memerah sambil menunjukkan ekspresi bahagia.
"......"
"......"
Haruto berusaha memikirkan topik pembicaraan yang bagus, tapi semakin dia berpikir, pikirannya semakin kosong dan kata-kata semakin sulit ditemukan.
Keheningan yang canggung menyelimuti Haruto dan Ayaka. Namun, keheningan itu tidak berlangsung lama.
Ryouta yang sudah tidak sabar melihat mereka berdua berbicara di pintu masuk, menarik lengan Haruto.
"Onii-chan! Ayo cepat bersihkan ruang keluarga!"
"Ah, maaf ya Ryouta-kun. Kalau begitu, aku akan mulai bekerja sekarang."
"I-iya. Mohon bantuannya."
Haruto merasa sedikit lega terlepas dari kecanggungan berkat semangat Ryouta. Namun, di sudut hatinya, dia juga merasa sedikit kecewa. Tapi, Haruto memilih untuk tidak menyentuh perasaan itu dan mulai melakukan pekerjaan rumah tangga di keluarga Tojo hari ini juga.
※
Haruto menyelesaikan pembersihan ruang keluarga sesuai permintaan Ayaka, lalu beralih ke pembersihan garasi.
Karena kedua orang tua sedang bekerja di kantor, tidak ada mobil di garasi sehingga lebih mudah untuk dibersihkan.
"Ryouta-kun, bisa tolong siramkan air di sini?"
"Oke! Aku mengerti!"
Ryouta memegang selang dan menyiramkan air ke tempat yang ditunjuk Haruto.
"Terima kasih Ryouta-kun."
Sambil mengucapkan terima kasih, Haruto menggosok lantai beton dengan sikat dek.
"Onii-chan! Selanjutnya harus siram airnya ke mana?"
Ryouta memegang selang dengan erat, setengah merasa seperti sedang bermain air. Melihat hal itu, Haruto tersenyum lembut.
"Kalau begitu, tolong siram di sana."
"Baik!"
Haruto juga ikut merasa senang melihat Ryouta yang menjawab dengan riang, sambil terus membersihkan garasi.
Dan saat pekerjaan pembersihan hampir selesai, Ayaka yang tadinya kembali ke kamarnya, datang untuk melihat keadaan Haruto dan Ryouta.
"Terima kasih Otsuki-kun. Garasinya jadi sangat bersih ya. Kurasa Papa akan senang."
"Syukurlah kalau begitu."
"Oh iya, untuk gyoza makan malam nanti, kamu akan pergi belanja kan?"
"Iya, karena pembersihan sudah hampir selesai, aku berencana untuk pergi belanja setelah ini."
Mendengar kata "belanja" dari Haruto, Ryouta bereaksi dan menatap dengan mata berbinar.
"Belanja!? Aku juga mau ikut!"
"Iya, kalau begitu ayo kita pergi belanja sama-sama ya Ryouta-kun."
"Ah, kalau begitu aku juga akan ikut."
Ayaka juga mengatakan akan ikut belanja saat Haruto tersenyum kepada Ryouta. Mendengar kata-kata kakaknya, Ryouta semakin gembira dan bersemangat.
"Kita semua pergi belanja bersama ya!"
"Iya benar. Kalau begitu, pembersihan garasi tinggal sedikit lagi, ayo kita selesaikan dengan cepat."
"Oke!!"
Setelah itu, mereka menyelesaikan pembersihan garasi, lalu Haruto, Ayaka, dan Ryouta pergi ke supermarket bertiga.
Haruto segera mulai memeriksa daging babi cincang di bagian daging dengan keranjang belanja di tangannya.
“Hmm, daging babi cincang produksi lokal paket hemat 118 yen per 100 gram, murah ya... Tapi mungkin tidak perlu sebanyak ini... Tapi kalau ukuran biasa jadi 128 yen per 100 gram...”
Haruto meletakkan tangan di dagu, menatap bergantian antara paket hemat ukuran besar dan daging babi cincang ukuran biasa. Ayaka melirik wajah Haruto yang sedang berpikir serius, lalu bertanya:
“Daging babi cincang bisa dipakai untuk banyak hal selain gyoza kan?”
“Benar. Bisa ditumis dengan daun bawang dan telur, dibumbui manis-gurih untuk membuat soboro, atau bisa juga untuk keema curry.”
“Keduanya kedengarannya enak.”
“Lain kali, mau kubuatkan?”
“Iya! Aku ingin mencobanya.”
“Baiklah. Kalau begitu kali ini kita beli paket hematnya saja ya.”
Haruto berkata demikian sambil mengambil yang ukuran besar dan memasukkannya ke keranjang belanja.
Setelah itu, mereka terus memasukkan bahan-bahan yang diperlukan untuk gyoza ke dalam keranjang belanja, dan akhirnya Haruto tiba di bagian bahan kue.
Melihat kantong-kantong gula, campuran pancake instan, dan coklat bubuk yang berjejer di rak, Ryouta mendongak menatap Haruto dengan ekspresi bersemangat.
“Onii-chan mau bikin kue?”
“Bukan, bukan kue, tapi aku berpikir untuk membuat semacam dessert untuk dimakan setelah gyoza.”
Haruto tersenyum menjawab Ryouta yang matanya berbinar penuh harapan, lalu mengambil dua jenis kantong anko (pasta kacang merah) yang dipajang di bagian bawah rak.
“Ngomong-ngomong, Tojo-san lebih suka koshian atau tsubu-an?”
“Eh? Um, aku lebih suka koshian, mungkin?”
“Oh begitu.”
Mendengar jawaban Ayaka, Haruto mengangguk “hmm” lalu menurunkan pandangannya ke kantong koshian di tangan kirinya.
“Mau buat apa dengan anko? Oshiruko?”
“Tidak, aku berencana mencampur anko dengan cream cheese, lalu membungkusnya dengan kulit gyoza.”
“Apa itu? Kedengarannya enak sekali!”
“Ini namanya pai anko dengan kulit gyoza.”
Melihat reaksi Ayaka yang matanya berbinar-binar melihat makanan manis, ekspresi Haruto juga melembut.
“Ngomong-ngomong, Otsuki-kun lebih suka koshian?”
“Tidak, aku lebih suka tsubu-an.”
“Eh~ benarkah? Padahal koshian lebih enak.”
“Jangan begitu dong. Bukankah tsubu-an lebih baik karena bisa merasakan tekstur kacangnya?”
Saat Haruto menyatakan keunggulan tsubu-an, Ayaka juga tak mau kalah membela koshian.
“Bukankah tekstur halus koshian juga enak? Rasanya lebih elegan.”
“Tsubu-an mengandung lebih banyak polifenol, jadi efek kecantikannya lebih tinggi lho?”
“Benarkah?”
Mendengar kata-kata Haruto yang menyerang kelemahan wanita yaitu efek kecantikan, kecintaan Ayaka pada koshian sedikit goyah.
“Iya, dan katanya polifenol juga memiliki efek menghambat penyerapan gula, jadi meskipun makan anko yang manis, kita tidak akan gemuk semudah makan koshian.”
“Eh!? Ta-tapi tapi!! Aku ingat pernah baca di internet atau di mana kalau koshian kalorinya lebih rendah!”
“Koshian kulitnya memang di buang sih. Tapi kalau gula yang ditambahkan banyak, koshian bisa jadi lebih tinggi kalorinya lho?”
“I-itu... Memang benar sih.”
“Tsubu-an enak lho?”
“Uuh... Memang sih. Mungkin menarik juga.”
Haruto tersenyum lebar melihat Ayaka yang mengakui daya tarik tsubu-an meski dengan enggan.
“Selamat datang di dunia tsubu-an.”
Haruto yang berhasil menambah satu penggemar tsubu-an mengangguk puas, lalu mengembalikan koshian ke rak dan memasukkan tsubu-an ke dalam keranjang belanja.
“Ryouta-kun juga tidak apa-apa pakai tsubu-an?”
“Iya! Aku suka anko!!”
Melihat senyum lebar Ryouta yang menjawab demikian, Haruto merasa sangat terhibur sambil berjalan menuju kasir.
※
Sekembalinya ke rumah Tojo, Haruto segera mulai membuat gyoza.
Setelah memotong-motong kubis putih dan menaburinya dengan garam, dia menimbang tepung terigu, tepung protein tinggi, dan garam dengan timbangan lalu memindahkannya ke mangkuk besar.
Seperti biasa, kakak beradik Tojo duduk di kursi bar di depan dapur, mengamati Haruto memasak.
Saat Haruto menuangkan air panas ke mangkuk dan mulai mengaduk adonan kulit gyoza, Ayaka berkata dengan kagum,
“Otsuki-kun hebat ya, sampai membuat kulit gyozanya sendiri.”
“Kulit yang dijual di toko memang praktis, tapi kalau buat sendiri bisa jadi kulit yang lebih kenyal,” jawab Haruto sambil terus menguleni adonan yang mulai menyatu dengan menambahkan berat badannya.
Setelah menguleni adonan selama sekitar lima menit, Haruto membentuknya menjadi bulat dan membungkusnya dengan plastik wrap, lalu mulai membuat isian gyoza.
Dia mencampur daging cincang dengan kaldu ayam bubuk yang dilarutkan dalam air panas dan minyak wijen. Kemudian dia menambahkan kubis yang telah dilayukan dengan garam dan diperas airnya, lalu mencampurnya kembali.
“Gyoza keluarga Otsuki pakai kubis putih ya.”
(Tln: yang di maksud itu resepnya)
Ayaka berkata kepada Haruto yang sedang menambahkan bawang putih dan jahe setelah kubis.
“Iya. Kalau di rumah Tojo-san pakai kol?”
“Iya. Gyoza di rumah kami pakai kol.”
“Kol juga enak, ada tekstur dan rasa manisnya.”
Sambil bercakap-cakap seperti itu, Haruto menyelesaikan pembuatan isian gyoza.
Dia menutup mangkuk berisi isian dengan plastik wrap dan memasukkannya ke kulkas untuk didiamkan, lalu kembali melanjutkan pembuatan kulit gyoza.
Dia membagi adonan gyoza yang telah didiamkan menjadi beberapa bagian, lalu memanjangkannya seperti batang. Kemudian, dia memotongnya menjadi bagian-bagian kecil yang sama dan menggilingnya menjadi bulat pipih menggunakan telapak tangan dan penggilas.
“Otsuki-kun terampil ya.”
“Oh, begitukah?”
Haruto tersenyum rendah hati mendengar pujian Ayaka.
Saat itu, Ryouta yang dari tadi diam mengamati pembuatan gyoza tiba-tiba turun dari kursi dan berlari mendekati Haruto.
“Onii-chan, aku juga mau bantu bikin gyoza! Aku mau bungkus gyozanya!”
“Oh, mau bantu? Terima kasih. Kalau begitu, tolong ya.”
Haruto tersenyum kepada Ryouta yang penuh semangat, sambil mengambil isian yang tadi didiamkan dari kulkas.
“Ah, kalau begitu aku juga akan bantu.”
Menyusul adiknya, Ayaka juga berdiri dari kursinya dan menghampiri Haruto.
“Terima kasih. Kalau begitu, aku akan terus membuat kulitnya, bisakah kalian berdua membungkus isiannya?”
“Baiklah.”
Setelah itu, Haruto membuat kulit gyoza, dan kakak beradik Tojo membungkusnya dengan isian.
“Kulit buatan Otsuki-kun elastis sekali ya, jadi mudah dibungkus.”
Ayaka berkata dengan sedikit kagum sambil memberi air di sekeliling kulit gyoza dan membuat lipatan-lipatan saat membungkusnya.
“Aku membuatnya sedikit lebih tebal daripada kulit yang dijual di toko, jadi aku harap kalian bisa menikmati tekstur yang lebih kenyal saat memakannya.”
“Aku jadi tidak sabar. Eh, Ryouta, itu isiannya kebanyakan!”
Ayaka buru-buru menghentikan adiknya yang sedang sibuk menaruh isian di atas kulit di sebelahnya.
“Kalau kamu memasukkan isian sebanyak itu, nanti tidak bisa dibungkus lho?”
“Tapi kulit buatan onii-chan sangat elastis jadi tidak apa-apa!”
Sambil berkata begitu, Ryouta menarik kulit dan memaksa membungkus isian yang terlalu banyak.
“Lihat Onee-chan! Aku bisa membungkusnya!”
Ayaka tersenyum kecut melihat Ryouta yang berkata dengan wajah bangga.
“Memang bisa dibungkus sih... Tapi itu sudah bukan gyoza lagi, tapi nikuman (bakpao daging) kan?”
Seperti yang Ayaka katakan, benda di telapak tangan Ryouta itu bentuknya sangat jauh dari gyoza pada umumnya.
“Yah, kalau sudah matang juga tidak apa-apa kok. Justru bagus kan kalau ada berbagai bentuk, itu menunjukkan kesan buatan rumah?”
“Benar juga ya.”
Haruto berkata sambil terus menggiling kulit dengan penggilas. Menanggapi itu, Ayaka juga mengangguk sambil tersenyum kecut melihat adiknya yang terus memproduksi gyoza yang terlihat seperti nikuman.
Saat mereka bertiga terus membuat gyoza dengan riuh, Shuuichi dan Ikue pulang bersamaan.
“Kami pulang. Otsuki-kun, terima kasih untuk layanan pekerjaan rumah tangganya hari ini juga.”
Shuuichi datang ke ruang keluarga dan menyapa Haruto yang berdiri di dapur. Ikue yang mengikutinya masuk ke ruang keluarga, wajahnya berseri-seri melihat pemandangan tiga orang yang sedang memasak bersama.
“Ara! Makan malam hari ini gyoza ya. Kelihatannya sangat enak.”
“Bu, aku juga banyak membantu lho!”
“Oh ya? Hebat sekali ya.”
Setelah tersenyum ramah kepada Ryouta, Ikue menoleh ke arah Haruto.
“Terima kasih ya Otsuki-kun.”
“Ah tidak, Ryouta-kun dan Ayaka-san yang membantu, aku sangat tertolong.”
“Oh begitu. Fufu, bagus ya Ayaka.”
Ikue berkata demikian sambil tersenyum kepada putrinya yang berdiri di sebelah Haruto.
“I-iya... Papa dan Mama cepat ganti baju sana. Gyozanya tinggal digoreng doamg nih.”
Ayaka yang pipinya sedikit memerah karena tatapan ibunya, seolah-olah untuk menutupinya, mendesak kedua orang tuanya.
“Baiklah. Aku tidak sabar mencicipi gyoza buatan Otsuki-kun!”
Shuuichi mengangguk dengan gembira, lalu tiba-tiba bertanya kepada Haruto.
N
“Bagaimana Otsuki-kun? Mau makan malam bersama kami hari ini?”
“Eh? Bolehkah?”
“Tentu saja! Otsuki-kun selalu disambut di rumah kami.”
“Terima kasih. Kalau begitu, aku akan bergabung.”
“Fumu. Sepertinya makan malam hari ini akan menyenangkan. Baiklah bu, ayo kita ganti baju dulu.”
(Tln: agak bingung, di rawnya si Shuuichi manggilnya “Ka-san” singkatan dari “Oka-san” ibu, jadi agak bingung mau kek gimana nulisnya biar ga aneh, tapi yasudahlah)
“Benar.”
Melihat jawaban Haruto, Shuuichi dan Ikue meninggalkan ruang keluarga dengan wajah gembira.
“Aduh, Papa terlalu menyukai Otsuki-kun.”
Ayaka tersenyum kecut melihat sikap Shuuichi tadi. Menanggapi itu, Haruto menjawab sambil meletakkan hot plate di tengah meja makan:
“Aku sangat berterima kasih bisa disukai seperti itu.”
“Benarkah? Kalau merasa terganggu, bilang saja ya?”
“Aku sama sekali tidak merasa terganggu kok.”
Haruto menjawab dengan ramah sambil mengelus kepala Ryouta yang membawakan nampan berisi gyoza yang sudah dibungkus.
Selama Shuuichi dan Ikue berganti pakaian, Haruto mulai menyusun dan memanggang gyoza di hot plate.
“Oh iya. Aku bermaksud memberitahu Papa dan Mama tentang rencana kita pergi ke Taman Hutan Binatang dengan Otsuki-kun.”
Mendengar kata-kata Ayaka, Haruto mengangkat wajahnya dari membuat saus gyoza dengan mencampur kecap dan minyak cabai.
“Oh, iya ya.”
Saat kencan nonton film kemarin, mereka berjanji akan pergi bertiga termasuk Ryouta ke “Taman Hutan Binatang” minggu depan saat Haruto libur kerja paruh waktu.
Taman yang luas dengan tema alam itu memiliki area interaksi dengan hewan, area bermain air, area rumput, dan lainnya. Mereka berencana membawa bekal dan bermain seharian di sana.
“Boleh kubicarakan saat makan malam nanti?”
“Ya, tidak apa-apa kok.”
Haruto sedikit memiringkan kepalanya melihat Ayaka yang bertanya dengan sedikit ragu-ragu.
“Aku rasa Mama akan menggoda kita, dan Papa mungkin juga akan bereaksi berlebihan...”
“Ah... Tidak apa-apa. Aku tidak keberatan dengan suasana yang ramai kok.”
Haruto tersenyum kecut dan mengangguk setelah menyadari apa yang dikhawatirkan Ayaka.
Tak lama kemudian, Shuuichi dan Ikue yang sudah berganti pakaian kembali ke ruang keluarga, dan mereka berlima termasuk Haruto duduk mengelilingi meja makan.
“Sepertinya sudah matang, aku buka tutupnya ya.”
Saat Haruto membuka tutup hot plate, uap mengepul naik bersamaan dengan aroma gyoza yang menyebar.
Shuuichi tersenyum mendengar suara desis yang menimbulkan kesan harum.
“Wah! Kelihatannya sangat enak.”
“Kamu membuat nikuman juga bersama gyozanya ya?”
Ikue tersenyum melihat beberapa benda yang terlihat seperti nikuman besar di antara gyoza yang tersusun rapi.
“Itu gyoza buatanku lho!!”
Ryouta menatap ibunya dengan wajah bangga, dan Ikue tertawa kecil.
“Oh begitu ya. Gyoza yang besar dan mengenyangkan ya.”
Haruto tersenyum mendengar percakapan keluarga Tojo sambil membalik gyoza yang sudah matang dengan spatula.
Melihat gyoza yang berwarna kecokelatan, Shuuichi mengatupkan tangan dengan tidak sabar.
“Yosh, itadakimasu!”
Mengikuti kata-katanya, semua orang mengatupkan tangan dan mengucapkan “Itadakimasu” sebelum mengambil gyoza dengan sumpit.
Ayaka yang menggigit gyoza yang masih panas sedikit membelalakkan mata dan menutupi mulutnya dengan tangan kiri.
“Benar. Kulitnya lebih kenyal dan enak daripada kulit gyoza yang dijual di toko.”
“Oh? Apakah kulitnya juga buatan Otsuki-kun?”
Ikue bertanya pada Haruto dengan sedikit terkejut setelah makan satu gigitan, mengikuti Ayaka.
“Iya, aku menambahkan sedikit lebih banyak tepung protein tinggi agar kulitnya lebih berisi.”
“Enak! Ini luar biasa, Otsuki-kun! Benar-benar enak!”
Shuuichi memuji gyoza buatan Haruto dengan antusias sambil mengunyah gyoza yang baru matang.
“Ayah, gyoza buatanku juga enak lho! Coba makan!”
“Iya iya. Yang ini buatan Ryouta ya? ...Hmm! Ini juga enak! Kamu pintar membuatnya.”
“Hehe.”
Ryouta tersenyum senang dipuji oleh Shuuichi, lalu dengan semangat meniup gyozanya sebelum menggigitnya dengan lahap.
Setelah itu, mereka menikmati waktu makan malam yang menyenangkan sambil menyantap gyoza dengan riuh.
“Ngomong-ngomong, ada yang ingin kubicarakan dengan Papa dan Mama.”
Ayaka yang sesekali mengamati reaksi orang tuanya, mulai berbicara.
“Hm? Ada apa?”
Shuuichi yang sangat puas dengan masakan Haruto hari ini menoleh ke arah putrinya dengan gembira.
“Um, minggu depan... aku akan pergi ke Taman Hutan Binatang bersama Otsuki-kun dan Ryouta.”
Begitu Ayaka mengatakan itu, wajah Shuuichi langsung berseri-seri.
“Kalian akan pergi kencan ya!”
“Bu-bukan, Ryouta juga ikut lho!”
“Ara ara! Ayaka, ara ara, astaga!”
“Ka-karena ini liburan musim panas, Ryouta juga ingin pergi bermain kan?”
Ayaka berusaha mengalihkan pembicaraan ke adiknya, seolah ingin melarikan diri dari Shuuichi yang mulai bereaksi berlebihan dan Ikue yang tersenyum penuh arti. Ryouta yang ditanyai langsung meledak kegembiraannya dan menatap Haruto.
“Benarkah!? Onii-chan akan mengajakku bermain!?”
“Iya, benar.”
“Yattaaaaa!!!”
Ryouta bersorak gembira sambil mengangkat kedua tangannya. Melihat reaksi putranya, Shuuichi mengarahkan pandangannya ke Haruto.
“Terima kasih, Otsuki-kun. Sebenarnya sejak liburan musim panas dimulai, kami belum bisa mengajak Ryouta pergi ke mana-mana. Kami merasa bersalah. Jadi kami sangat tertolong kamu mau mengajak Ryouta bermain.”
Shuuichi membungkukkan kepala berterima kasih. Ikue juga ikut berterima kasih kepada Haruto.
“Terima kasih, Otsuki-kun. Padahal kamu sudah membantu pekerjaan rumah tangga juga.”
“Ah, tidak apa-apa. Aku juga bermaksud untuk bersenang-senang pada hari itu.”
“Syukurlah kalau begitu.”
Shuuichi dan Ikue yang merasa bersalah karena belum bisa mengajak anaknya pergi bermain karena sibuk bekerja, berterima kasih kepada Haruto dengan tulus.
Kemudian Ayaka kembali berbicara kepada orang tuanya.
“Dan, kami berencana membawa bekal ke Taman Hutan Binatang. Jadi, bolehkah kami membuat bekal bersama Otsuki-kun di dapur rumah pagi itu?”
“Tentu saja! Silakan gunakan dapur sesuka kalian!”
Ikue langsung menjawab kata-kata Ayaka. Shuuichi yang tampak lebih gembira dari sebelumnya menambahkan sambil mengunyah gyoza:
“Makan malam hari ini enak dan sangat menyenangkan ya!”
Setelah itu, makan malam di keluarga Tojo termasuk Haruto berlanjut dengan riuh dan menyenangkan.
Tidak boleh adanya spoiler, hormati user lainya. Gunakan komentar dengan bijak sebagai tempat berdiskusi.