Majo Ni Kubiwa Wa Tsukerarenai chap 4 V2

Ndrii
0

Bab 4.

Rekan Tidak Menginjak Impian




Pukul 20:10 malam.


Dari lantai enam puluh sebuah hotel mewah di ibu kota Kekaisaran, Ireil, pemandangan dunia bawah tampak begitu jelas. Cahaya berkedip-kedip seperti percikan api yang beterbangan—merah, kuning, jingga. Berdiri di balik jendela besar, seorang wanita menyeringai kecil, merasa aneh sekaligus geli dengan situasi yang sedang ia hadapi.


Wanita itu datang ke Ireil dengan kesadaran penuh bahwa misi ini akan berlangsung lama. Namun, tak sekalipun ia merasa nyaman di kota ini. Berbaur di antara manusia yang tak terhitung jumlahnya di bawah sana adalah siksaan baginya. Ia tak pernah menyangka akan merindukan kampung halamannya.


Namun kini, misinya telah selesai.


Kemungkinan besar, ia tak akan pernah kembali ke kota ini.


Wanita berbaju gelap itu, Orlock, melepaskan pandangannya dari jendela. Ia menoleh ke arah seorang ksatria berzirah yang berdiri di pojok ruangan dan berkata,


“Sudah waktunya untuk check-out. Bawa barang-barangku.”


Ksatria itu mengangkat koper tebal dengan satu tangan. Koper tersebut berisi peralatan kerja yang selama ini tak sempat digunakan. Ia tak pernah membiarkan staff hotel menyentuh koper itu. Selama perjalanan, semua beban selalu dipercayakan kepada asistennya.


Setelah mengusap gagang pedang sihirnya, Orlock meninggalkan kamar. Bersama asistennya, ia memasuki lift dan menikmati sensasi jatuh dari ketinggian 200 meter ke tanah.


(Baiklah...)


Begitu keluar dari lift, ia berjalan menuju lobi. Ruangan yang luas dengan langit-langit tinggi. Sebuah lampu gantung besar menggantung di tengah ruangan. Pemandangan yang sudah ia lihat selama beberapa hari terakhir. Namun, kali ini ada yang berbeda.


Tidak ada orang.


Tak satu pun tamu terlihat, begitu pula staff yang seharusnya berada di meja resepsionis. Seolah-olah semua keberadaan mereka telah dihapuskan begitu saja.


(Ada apa ini?)


Saat tangannya tanpa sadar bergerak kembali ke gagang pedang, sebuah suara terdengar.


“Akhirnya kau keluar juga.”


Sebuah bayangan muncul dari balik pilar.


“Semua orang di lobi sudah dievakuasi. Orang-orang di kamar juga diminta untuk tidak keluar. Jadi, jangan harap bisa menggunakan sandera.”


Bayangan itu bergerak keluar dari pilar, memperlihatkan seorang pemuda dengan postur yang mirip pelajar. Matanya lebar dan tajam, dengan senyum kekanak-kanakan yang masih tersisa di bibirnya. Orlock mengenalnya dengan baik.


“Tolong menyerahlah. Kami tidak ingin menggunakan kekerasan.”


Seorang gadis berbusana biarawati muncul dari balik pilar lain. Namun, di lehernya tergantung sebuah choker hitam, benda yang tidak lazim untuk seorang biarawati.


Oh, menarik sekali.


Orlock membisikkan kalimat itu dalam hati. Kemudian, penyidik dari Kantor Divisi keenam itu berkata,


“Orlock, kami menangkapmu atas tuduhan pembunuhan terhadap Chronos Drakenia.”


※※※


Inilah saatnya.


Rogue Macabesta menatap wanita dari unit eksekutor, yang kini telah berbalik dari meja resepsionis. Sementara itu, ksatria berzirah, asistennya berada di sisi kanan, beberapa meter darinya.


Orlock membuka percakapan.


“Menangkapku? Tanpa mandat penyidikan? Apakah itu bijaksana? Kalau tidak salah, bukankah kau masih diskors?”


Seperti yang diduga, ia berusaha menyangkal. Jika ia lolos dari sini, mereka tak akan pernah menemukannya lagi.


“Tentu saja aku tahu,” jawab Rogue.


Mendengar itu, Orlock tersenyum kecil.


“Jika kau mundur sekarang, itu akan jauh lebih baik untukmu. Aku mungkin bisa membiarkan ini berlalu tanpa melapor kepada ‘atasan’.”


“Tidak masalah. Laporkan saja sesukamu. Tapi kalau keluarga Riggton sampai kesulitan karena ini, aku tak akan peduli.”


“Oh?” Orlock menyipitkan matanya, lalu membuka sedikit kelopak matanya.


“Tadi kau bilang sesuatu yang menarik. Apa maksudmu keluarga Riggton akan kesulitan?”


“Karena merekalah yang memerintahkanmu membunuh Chronos,” kata Catherine dengan tegas.


Mata hijau zamrud Catherine menatap lurus ke arah wanita dari unit eksekutor itu. Ia berbicara sesuai dengan rencana yang telah disusun sebelumnya.


“Kasus ini bukanlah ulah Chronos dari awal. Ini adalah konspirasi yang direkayasa oleh kalian, ‘unit eksekutor’. Kalian menciptakan kasus palsu untuk menjebak Chronos, berpura-pura menyelidiki agar tuduhan mengarah padanya, seolah-olah kalian tak terlibat sama sekali. Semua—mulai dari manipulasi pikiran korban hingga sihir bom—adalah perbuatanmu.”


“Bicara apa kau ini?” Orlock menggelengkan kepala.


“Betapa tidak masuk akalnya tuduhanmu. Mengapa kami perlu melakukan semua itu? Kami adalah penjaga negara ini. Tidak seperti para penyihir, kami tidak sembarangan melakukan pembunuhan hanya demi memuaskan keinginan.”


Catherine membalas,


“Kalau begitu, pembunuhan tidak masalah selama itu ada tujuannya?”


“Benar. Demi kemenangan, pengorbanan terkadang diperlukan. Misalnya, jika menyandera seseorang efektif untuk menangkap penyihir, maka kami akan melakukannya. Itu masuk akal. Anak-anak sekalipun, jika itu berhasil, akan kami gunakan sebanyak yang diperlukan.”


Orlock tak goyah.


Namun—


“Kalau begitu, itu berarti kamulah pelakunya,” tegas Catherine.


“Karena jika rencana keluarga Riggton berhasil, seluruh penyihir Divisi keenam akan berada di bawah kendali mereka.”


“Lebih tepatnya,” Rogue menambahkan.


“Mereka ingin menempatkan orang yang dikendalikan keluarga Riggton di kursi Kepala Divisi keenam. Yang dimiliki keluarga Drakenia tapi tidak dimiliki Riggton adalah ‘penyihir’. Meski keluarga Riggton memiliki unit eksekutor sepertimu, selama keluarga Drakenia memiliki ‘penyihir’ dengan Collar, mereka tidak akan menang. Maka, mereka berusaha menyingkirkanku, dengan bom atau skorsing, untuk memastikan aku tidak menghalangi.”


Rogue melangkah maju.


Satu langkah.


Dan satu langkah lagi.


“Menjebak Chronos sebagai tersangka dalam kasus ini adalah satu-satunya cara agar Divisi keenam ikut bergerak. Kalau ini hanya kejahatan biasa dengan sihir, para penyihir tak akan dikerahkan.”


“Bagaimana dengan pesan itu?” tanya Orlock sambil berpura-pura bingung.


“Aku tidak paham apa maksudnya.”


“Itu untuk mempertegas keberadaan Chronos. Tapi pesan terakhir, ‘Aku menemukannya,’ adalah hal yang berbeda. Itu ditujukan kepada keluarga Drakenia. Pesan itu mengklaim bahwa Chronos telah menemukan cara menyatu sepenuhnya dengan sihir. Itu adalah jebakan untuk menjerat keluarga mereka. Karena dia berasal dari keluarga Drakenia, hal itu menjadi alasan untuk menyelidiki mereka. Jadi, kalian menyerang Divisi keenam sekaligus menjadikan keluarga Drakenia sebagai target.”


Namun, meskipun begitu, wanita dari unit eksekutor itu berkata,


“Sudah cukup. Imajinasi kalian tampaknya sangat berkembang, tetapi waktu penerbanganku sudah semakin dekat. Bisakah kalian minggir?”


“Itu tidak mungkin. Kami datang ke sini untuk menangkapmu,” jawab Rogue tegas.


Wanita dari unit eksekutor menggeleng pelan dan berkata,


“Kalau begitu, setidaknya bawalah satu bukti ke sini. Kalau tidak, ini hanya akan menjadi tuduhan tak berdasar.”


Ini dia, pikir Rogue, lalu berkata,


“Kau benar. Sampai sekarang, itu mungkin hanya sekadar tuduhan. Tapi, ada satu hal yang pasti.”


Mata Rogue tertuju pada “Ksatria Berzirah.”


“Kemampuan ‘pedang sihir’-mu.”


“Apa?”


Alis Orlock berkerut untuk pertama kalinya.


“Apa maksudmu dengan asistenku──”


Orlock hendak melanjutkan, tetapi Rogue mengangkat tangannya untuk menghentikan, lalu menunjukkan layar perangkat di tangannya.


Di layar itu terlihat sebuah botol berisi butiran-butiran kecil yang padat.


“Apa menurutmu ini?”


Orlock sedikit membuka kelopak matanya, lalu berkata,


“Botol. Dengan isi berupa pasir, tampaknya.”


“Isi botol ini berasal dari Museum. Asistenmu yang ‘menghancurkannya’.”


Rogue lalu menunjukkan gambar patung “Elang” di layar perangkatnya.


“Kami mendapat laporan dari kepala museum. Saat mereka memeriksa puing-puing lantai yang dihancurkan oleh asistenmu, mereka menemukan sesuatu seperti ‘pasir’ di dekatnya. Butiran ini terlalu halus untuk jadi bagian dari reruntuhan biasa. Jadi mereka memasukkannya ke dalam botol ini untuk diamankan. Dan benda itu sudah dikirim ke Divisi keenam.”


Rogue menyimpan perangkat itu, lalu menatap Orlock.


“Kerusakan ini mengingatkanmu pada sesuatu, kan? ──── Sama persis dengan kerusakan yang terjadi pada ‘lengan kanan’ Chronos.”


“...”


Untuk pertama kalinya, Orlock terdiam.


Rogue menekan lebih jauh,


“’Pedang sihir’ asistenmu menyerap kekuatan kehidupan dari apa pun yang disentuhnya, bukan? Hanya dengan menyentuh sedikit saja, semuanya menjadi rapuh seperti pasir──”


“Kenapa kami harus menggunakan metode yang meninggalkan jejak seperti itu?” potong Orlock, suaranya tetap tenang.


“Itu adalah efek samping dari ‘manipulasi waktu’ yang dilakukan Chronos di masa lalu. Jika asistenku memang memiliki kemampuan semacam itu, ini tetap merupakan tuduhan tak berdasar. Lagipula, kenapa kami harus meninggalkan jejak di tempat kejadian dan pergi begitu saja? Argumenmu tidak masuk akal.”


“Itu karena penggabungan dengan sihir sudah terlepas.”


Warna wajah Orlock berubah. Melihat itu, Rogue melanjutkan.


“Sebenarnya, kau ingin ‘meledakkanku’ di sana, kan? Kalau itu terjadi, semua bukti akan hilang. Tapi beberapa jam sebelum kami tiba di lokasi makam, sesuatu terjadi. Atau lebih tepatnya, sesuatu menyebabkan masalah besar. Saat kami tiba, sudah tidak mungkin untuk mengubah Chronos menjadi ‘bom’ lagi. Jadi kau mengubah targetmu, bukan untuk membunuhku, tetapi untuk membuatku diskors, sambil menyamarkan kematian Chronos sebagai akibat dari ‘manipulasi waktu’.”


Hening.


Orlock menunduk tanpa berkata apa-apa.


Kata-kata Rogue bergema hingga ke sudut-sudut lobi.


“Sisa-sisa dari lokasi makam itu sudah kami amankan. Jika kami membandingkannya dengan patung dari museum, hasil analisisnya akan jelas.”


Saat itu, terdengar suara langkah sepatu beradu dengan lantai marmer.


Orlock berjalan maju dengan langkah mantap.


“Sungguh. Seharusnya aku tetap tinggal di hotel saja.”


“Kau mengakuinya?”


“...”


“Sebentar lagi kau akan dibawa ke Divisi keenam. Kali ini, kau akan menceritakan semuanya dengan jujur.”


Orlock mendongak, senyum tipis menghiasi wajahnya.


“Sayangnya, itu tidak mungkin.”


Dia menunjukkan giginya, lalu tertawa.


“PENYIDIK!”


Teriakan Catherine terdengar bersamaan dengan suara benda yang melenting di lantai depan Orlock. Itu adalah koper yang menganga, kuncinya terbuka. Koper itu melayang di udara, berubah bentuk, dan mulai bersinar.


“Tentu saja aku sudah mempersiapkan cara untuk kabur,” kata Orlock, menyentuh portal teleportasi yang ada di dalam koper. Tubuhnya langsung menghilang.


Dia lolos.


Rogue melihat ke arah koper ksatria berzirah, tetapi koper itu sudah tidak ada. Rupanya ksatria itu melemparkannya tepat waktu.


(Aku harus mengejarnya.) 


Rogue hendak menjulurkan tangan ke portal teleportasi, namun tiba-tiba merasakan sesuatu yang ganjil. Seluruh tubuhnya merinding, dan ia mendongak dengan mata terbuka lebar.


Sebuah bayangan dengan pedang besar terangkat tinggi terlihat di lantai.


Jarinya nyaris menyentuh portal saat dia membayangkan kepalanya akan terpenggal, namun bayangan itu menghilang secepat kilat sebelum menyentuh Rogue.


“Pergilah duluan!”


Teriakan Catherine menggema.


Rogue menoleh. Catherine sedang bertarung melawan ksatria berzirah di udara. Ksatria itu mencengkeram lengan kanan Catherine.


“Saya akan menyusul! Cepat pergi!”


Catherine berteriak, lalu menepis cengkeraman ksatria itu dan tubuhnya terpental, menghancurkan salah satu pilar sebelum jatuh ke lantai.


“────── Kau harus menyusul!”


Rogue berteriak balik. Catherine mengangguk. Saat ksatria itu berdiri lagi, Rogue sudah terlebih dahulu menyentuh portal teleportasi.


※※※


Rogue merasakan dunia berputar. Tubuhnya seakan ditarik, melayang di ruang tanpa arah. Ketika ia membuka mata, ia sudah berada di tempat yang terang benderang.


(Di mana ini?) 


Sekelilingnya adalah dinding-dinding besi. Lantai dan langit-langit juga terbuat dari besi. Tempat itu mengingatkannya pada kapal selam. Namun, pencahayaan yang menyilaukan membuat matanya perih.


Ruangannya tidak terlalu luas. Kursi-kursi berjajar rapi seperti di ruang tunggu, dan di ujung barisan itu terdapat bilik dengan pelindung akrilik.


Ketika mencoba memahami lokasi itu, langkah sepatu terdengar mendekat.


“Selamat datang, Penyidik Rogue.”


Orlock muncul dari balik bilik, menampakkan tubuhnya.


“Ini adalah tempat di mana Chronos sebelumnya ditahan. Saat membantunya melarikan diri, aku sekaligus memasang portal teleportasi di sini.”


Dari bilik itu, separuh tubuh Orlock terlihat, begitu pula gagang pedang tipisnya yang khas. Tidak perlu bertanya, niatnya untuk membunuh sudah sangat jelas.


Namun, Rogue menyadari satu hal. Ini adalah penjara, seharusnya ada petugas yang berjaga di sini, terutama yang dilatih khusus untuk menghadapi kriminal sihir. Tapi, seperti halnya situasi di hotel tadi, Rogue tidak merasakan kehadiran orang lain di tempat ini.


“Di mana penjaga-penjaga di sini?”


“Mereka ada di sini.”


Orlock menendang ke bawah, membuat beberapa pria berbaju seragam penjaga terguling keluar dari dalam bilik. Mata mereka kosong, tubuh mereka terkulai dengan punggung yang bengkok.


“Pedang sihirku memiliki kemampuan synchronization. Ini sangat berguna, tetapi membutuhkan waktu untuk mengintervensi pikiran seseorang. Karena aku tidak punya banyak waktu sebelum kau tiba, aku harus menyelesaikannya dengan cara ini.”


“…Apa yang kau pikirkan?”


Tidak ada alasan untuk membunuh para petugas itu. Bahkan jika tujuannya adalah menghilangkan saksi mata, membunuh mereka secara langsung dengan senjata sangatlah tidak logis. Terlebih, senjata pembunuhnya sangat jelas. Apa dia sudah putus asa?


Namun, dengan ekspresi tenang, Orlock menjawab,


“Demi menyelesaikan misi, tentu saja. Tidak ada alasan lain.”


“Kau membunuh orang tak bersalah hanya demi ‘misi’?”


“Mereka mencoba menghalangiku dengan memicu keributan. Aku tidak bisa membiarkan itu terjadi sebelum kau tiba. Tenang saja, aku sudah memutus sumsum tulang belakang mereka, jadi mereka tidak merasakan sakit.”


Rahang Rogue mengatup erat.


─ Bajingan keji.


Sementara dia memaki dalam hati, Orlock keluar dari bilik dan berdiri tegak menghadap Rogue.


“Aku akui, aku telah meremehkanmu. Aku tidak menyangka kau bisa membongkar rencanaku dengan begitu mudah. Sebagai bentuk penghormatan, izinkan aku memperbaiki kesalahan kecil dalam analisismu sebelum kita saling membunuh.”


“Kesalahan?”


“Hanya kesalahan kecil, tetapi aku ingin meluruskannya sebelum kita melanjutkan. Aku sebelumnya mengatakan bahwa keluarga Riggton menciptakan insiden ini untuk merebut kendali atas para penyihir dari keluarga Drakenia. Itu benar, tetapi hanya tujuan dari ‘atasan’ ku. Sementara tujuan akhirku adalah…”


“Membunuh semua penyihir.”


Orlock melangkah maju dengan cepat. Ujung pedangnya menusuk tepat ke arah dahi Rogue. Begitu cepat sehingga Rogue hanya bisa menarik kepalanya ke belakang pada detik terakhir. Angin dari tusukan itu melewati telinganya, seiring beberapa helai rambutnya terbang di udara. Dia dan Orlock bertatapan sejenak, dan Orlock tersenyum licik.


(─ Bajingan ini!)


“Aku sangat senang ketika mendapat misi ini. Akhirnya aku bisa membantai penyihir.”


Tusukan demi tusukan datang tanpa henti. Semua diarahkan ke titik-titik vital. Kadang, pedangnya menyapu kaki, memaksa Rogue melompat mundur. Meski sudah terbiasa menghadapi berbagai musuh dalam banyak pertempuran, Rogue tidak bisa mengikuti kecepatan serangan Orlock.


“Penyihir-penyihir itu jahat. Mereka semua pantas mati. Bukankah kau setuju, Penyidik Rogue?”


Di tengah serangan ganas, Orlock tetap berbicara dengan wajah tenang. Rogue tidak punya waktu untuk bernapas. Situasinya semakin berbahaya.


Bukannya mundur, Rogue justru mendekat ke arah Orlock. Dengan timing yang tepat, ujung pedang Orlock mengarah ke mata kanannya. Rogue menghindar hanya beberapa milimeter sebelum menahan tangan kanan Orlock dengan tangan kirinya.


Pedang itu berhenti, ujungnya hanya beberapa milimeter dari pelipis Rogue.


“──────────KAU BERANI BICARA SEPERTI ITU!!!”


Dengan teriakan, Rogue menghantam kepala Orlock dengan keras. Namun, meski darah mengalir dari hidungnya, Orlock hanya tertawa kecil.


“Tentu saja aku berani. Nenek moyangku dibantai habis oleh para penyihir. Mereka telah membunuh keluargaku selama berabad-abad. Lalu, kenapa mereka dibiarkan hidup? Ini adalah balas dendam yang adil.”


“Balas dendam pada penyihir?”


Ujung pedang itu menyentuh pelipis Rogue, menambah tekanan pada tubuhnya.


“Tenagamu mulai melemah, hei penyidik. Apakah karena kau sedang memikirkan sesuatu? Atau mungkin kau pernah ‘mengalami’ hal yang sama?”


Rasa sakit tajam terasa di pelipis Rogue, dan darah hangat mulai mengalir di sepanjang wajahnya.


“…Bagaimana kau tahu?”


“Aku sudah menyelidikinya. Sepuluh tahun yang lalu, sebuah desa kecil di kaki hutan besar musnah dalam satu malam. Hanya seorang bocah lelaki berusia delapan tahun yang selamat. Menurut laporan otoritas saat itu, pelakunya adalah… penyihir liar. Haha. Bukankah kita ini senasib, penyidik Rogue?”


“────!”


Rogue memelototi Orlock, tetapi senyumnya tetap tidak berubah.


“Penyihir itu kejam. Kau pasti tahu itu. Membunuh mereka adalah satu-satunya jalan menuju keselamatan.”


Dengan mata penuh keyakinan, Orlock melanjutkan ceritanya tanpa ragu.


“Coba pikirkan, apa sebenarnya pengaruh dari collar yang mereka kenakan? Itu hanya aksesoris belaka. Jika sesuatu terjadi, semua sudah terlambat.”


Tekanan di lengan Rogue semakin kuat. Dia menggunakan tangan kirinya untuk menahan bilah pedang yang mulai mendorongnya ke bawah.


Senyum Orlock berubah, menjadi sesuatu yang lebih gelap, dipenuhi kebencian.


“Apakah kau tidak bisa mengeluarkan kekuatan karena khawatir pada penyihir di sisi lain? Tidak perlu khawatir. Dia mungkin sudah mati sekarang.”


※※※


Bagi sang Saint, jarak bukanlah masalah. Entah dekat atau jauh, dengan kemampuan yang telah menyatu dengan lebih dari sepuluh ribu sihir, ia memiliki banyak cara untuk menghadapi lawannya. Masalahnya terletak pada Demon Sword yang dimiliki oleh Ksatria Berzirah itu.


“──────!”


Pedang iblis itu menyayat leher Catherine. Peluh besar mengucur di dahinya saat ia melompat mundur ke arah langit-langit. Rambut dan kerudungnya tetap tergantung di udara berkat kemampuan Levitation, tetapi sebagian kecil rambutnya berubah menjadi debu dan rontok seolah menjadi pasir.


Demon Sword dengan kemampuan pelapukan.


Pedang ini dirancang untuk menembus segala sihir pertahanan dan menghancurkan tubuh para penyihir. 


Ksatria itu mengayunkannya dengan kecepatan seolah hanya memegang pedang kayu. Kilatan pedangnya memotong lantai marmer, lalu dengan satu tangan ia mengangkat potongan lantai tersebut dan melemparkannya ke arah Catherine yang melayang. Ksatria itu pun melompat menyusul.


Tiba-tiba, sebuah dinding muncul di depan Catherine. Hanya sesaat, keraguan terlihat di wajahnya. Apakah ia harus ke kanan, ke kiri, atau tetap bersembunyi di balik dinding itu?


Perkiraannya salah.


Dari belakangnya, Ksatria itu mulai mendekat. Ia mengayunkan Demon Sword-nya di udara.


Berbagai lapisan sihir pertahanan dipasang dalam sekejap, tetapi pedang itu menembus semuanya—atau hampir semuanya. Dari 30 lapisan dinding pelindung, 25 nya berhasil dihancurkan. Namun, 5 lapisan terakhir mampu menghentikan pedang tersebut. Situasi ini sangat mirip dengan apa yang terjadi di balik portal teleportasi sebelumnya.


Tapi Ksatria itu menendang Catherine bersama dengan dinding pelindungnya.


Suara gemuruh terdengar. Sebuah lubang besar muncul di lantai. Di tengah lubang itu, Catherine memuntahkan darah. Ketika mencoba bangkit, ia meringis kesakitan karena punggungnya terasa sangat nyeri.


Kekuatan Ksatria itu masih belum terlihat batasnya.


Suara benda berat jatuh terdengar, mendekati Catherine untuk memberikan serangan terakhir.


Dalam penglihatannya yang kabur, Catherine, the Saint, mengayunkan lengannya. Bilah angin ditembakkan, menargetkan kepala Ksatria itu.


Namun, Ksatria itu hanya memiringkan kepalanya untuk menghindar.


Serangan itu berlalu begitu saja, melewati lobi dan menembus pintu masuk, tanpa melukai lawannya.


Ksatria itu menatap Catherine dengan dingin.


Beberapa detik lagi, Demon Sword itu pasti akan menembus tubuhnya. Namun saat itu, helm yang menutupi kepala Ksatria tersebut retak. Serangan Catherine sebelumnya sempat mengenai helmnya.


Dengan suara logam yang retak, dari bagian bawah pelindung wajah hingga ke puncak kepala, garis retakan muncul. Helm dan pelindung wajahnya pun terbelah, jatuh ke lantai.


“Ti-tidak mungkin… kenapa…”


Catherine menahan napas.


Di hadapannya, berdiri seorang gadis yang mengenakan collar.



“Asistenku adalah seorang penyihir.”


Orlock mengucapkan hal itu. Di tengah pertarungan sengit, ia mengatakannya dengan santai.


“…Pe-penyihir, katamu?”


Reaksinya lebih pada kebingungan daripada keterkejutan. Penyihir? Benarkah perempuan ini mengatakan bahwa asistennya adalah penyihir?


“Senang rasanya melihat reaksi seperti itu. Tentu saja, penyihir tidak hanya dimiliki oleh Drakenia saja.”


Omong kosong. Bagaimana mungkin unit eksekutor bisa memerintah seorang penyihir? Apakah mereka menangkap penyihir dari luar cabang mereka?


“Namun, yang paling malang adalah si Saint itu. Pedang iblis itu benar-benar pemakan energi sihir, tapi kekuatan mematikannya tiada tandingannya. Dan karena penggunanya adalah seorang penyihir, kehabisan energi sihir tidak akan menjadi masalah. Jadi, ya, aku berharap dia akan berusaha sekuat tenaga.”


Dalam sekejap saat perhatian Rogue teralihkan, kekuatan Orlock bertambah besar.


──Kepalanya akan dihancurkan.


Rogue menekuk lututnya hingga batas maksimal dan memutar tubuhnya dengan bahu kiri sebagai poros. Serangan pedang tipisnya hanya meninggalkan goresan kecil di belakang kepala Orlock dan melintas tipis di atas tanah dengan bunyi nyaring.


“Sayang sekali, kau hampir bisa tenang sekarang,” ucap Orlock.


Rogue segera memperbaiki posisinya. Dengan tangan di tanah, dia bangkit dengan loncatan cepat. Namun, Orlock tidak mengejarnya. Apakah dia meremehkannya?


Dengan napas terengah-engah, Rogue berkata,


“…Kau, yang membenci penyihir, malah menggunakan penyihir?”


“Benar sekali. Jika ada alat yang bisa digunakan, kenapa tidak digunakan? Bagaimanapun, penyihir yang berhasil kami tangkap harus dimanfaatkan dengan baik. Sejujurnya, akulah yang mengusulkan agar Giselle dikeluarkan dari penjara. Karena kebetulan kami memiliki pedang iblis Synchronization yang dapat memengaruhi pikiran, aku ingin melakukan eksperimen kecil.”


Sambil mengayunkan pedang tipisnya untuk membersihkan darah, Orlock berkata,


“Aku mengisi pikirannya dengan ide seperti ‘Aku bukan penyihir'. Aku manusia. Aku tidak bersalah. Aku adalah kebenaran. Dengan kata lain, mencuci otaknya. Lebih telaten dibandingkan dengan bom-bom hidup yang kami gunakan. Butuh waktu lama, tapi hasilnya memuaskan. Bahkan jika eksperimen itu gagal, aku tidak akan keberatan. Toh, hanya satu penyihir yang mati. Tapi tanpa diduga, itu berhasil. Penyihir pembunuh penyihir kini akan membantuku membunuh lebih banyak penyihir lagi.”


“…Kau benar-benar bajingan.”


“Tanpa menjadi bajingan, kita tidak akan bisa melawan penyihir, Rogue. Atau mungkin, kau berpikir bisa melewati semua ini tanpa mengotori tanganmu?”


Orlock menurunkan berat badannya dan mengangkat pedang tipisnya hingga sejajar wajahnya.


“Gunakan apa pun, siapa pun, untuk mencapai tujuanmu. Mengapa tidak? Orang-orang yang tidak kau kenal namanya hanyalah debu. Akan jauh lebih berguna jika mereka dijadikan bom hidup. Aku benar-benar tidak mengerti cara berpikirmu.”


Udara terasa berat.


──Serangan akan datang.


Pedang tipis Orlock menghilang dari pandangan.


※※※


Debu beterbangan.


Di tempat di mana pedang besar itu menghantam, Catherine sudah tidak ada. Dari balik debu, sebuah bayangan hitam melesat keluar.


Catherine, sang Saint.


Dengan pakaian biarawati yang kotor, ia berhenti mendadak.


“Berhentilah! Kita ini sama-sama penyihir! Tidak perlu saling bertarung──”


Tidak ada jawaban. Serangan berikutnya dari Ksatria Berzirah mencoba membelah tubuhnya. Catherine tahu sihir pertahanan tidak akan bisa menghentikan pedang itu. Ia melompat ke belakang, dibantu sihir melayang yang membawanya mundur sejauh sepuluh meter.


Namun, Ksatria itu hanya berdiri di tengah lubang, tidak bergerak meski targetnya menjauh. Wajah Catherine mulai mengkerut.


Ia tidak bisa membaca pikirannya. Ekspresi Ksatria itu benar-benar datar. Tetapi ketika Catherine melangkah lebih jauh, hal itu terjadi.


Ksatria itu memegang pedang besarnya dengan posisi terbalik.


Ia merentangkan kakinya selebar bahu, mengangkat pedangnya hingga sejajar telinga──


──lalu melemparkannya.


“Apa──?”


Pedang besar itu meluncur dengan kecepatan melebihi kemampuan sihir melayang Catherine. Matanya terbelalak. Ia mengulurkan kedua tangannya. Sihir pelindung berlapis muncul, tetapi terlalu tipis. Lapisan pertama pecah saat pedang menyentuhnya, dan akhirnya, bilah itu mencapai sarung tangan putih Catherine. Panas membakar menghantamnya.


“Aaaahhh!”


Tubuhnya terlempar seperti boneka, menghantam dinding di ujung lobi.


Sarung tangan putihnya robek, meninggalkan luka dalam di telapak tangannya.


Sambil menahan sakit, Catherine mengangkat tangan kanannya ke depan. Serangkaian proyektil sihir—bola cahaya, bola api, dan bilah angin—meluncur menuju Ksatria itu. Tapi tidak satu pun yang mengenainya. Ksatria itu melompat, melengkungkan tubuhnya dengan mulus, dan mendarat tepat di depan Catherine.


Wajah Ksatria itu tetap tanpa ekspresi.


──Bunuh penyihir.


──Tegakkan keadilan.


──Hancurkan kejahatan.


Pemikiran-pemikiran itu mengalir dengan mulus di dalam diri Ksatria itu.


Phantom Knight Giselle.


Terlahir dari keluarga ksatria, tetapi menjadi penyihir—dia hanya ingin menjadi sosok yang adil, menegakkan keadilan, dan menyelamatkan mereka yang menderita. Namun, dia terlalu murni untuk mewujudkan itu.


Ia dimanfaatkan oleh kaum bangsawan yang dilayani keluarganya.


Para bangsawan itu menyembunyikan fakta bahwa Giselle adalah seorang penyihir. Mereka membuatnya bertingkah seolah ia adalah ksatria sejati, bahkan memberinya jabatan yang layak. Namun, misi yang ia terima hampir selalu berujung pada pembunuhan.


Ketika akhirnya ia menyadari siapa sebenarnya para bangsawan yang dilayaninya, Giselle sudah hancur.


Setelah menyerang kediaman bangsawan itu, ia melarikan diri dari semua dosa yang telah ia lakukan. Hingga bertahun-tahun kemudian, bayang-bayang korban yang ia bunuh terus menghantuinya.


Namun, di tengah pelariannya, seseorang berkata kepadanya... 


“Kau tidak bersalah.”


Wanita yang muncul berkata demikian.


“Yang bersalah adalah orang-orang yang telah memerintahkanmu. Jadi, angkat wajahmu dan lihat ke arahku.”


Wanita itu mengenakan pakaian serba hitam. Dengan senyuman tipis di wajahnya, dia mengulurkan tangan ke arah gadis itu.


Dalam kegelapan penjara, gadis itu merangkak mendekat, menggapai tangan tersebut. 


Dia hanya ingin diselamatkan. 


Bagi gadis itu, wanita ini tampak seperti cahaya—cahaya yang akan menyelamatkannya.


Wanita itu mengajarinya cara agar tidak lagi merasakan penderitaan.


“Caranya adalah dengan tidak memikirkan apa pun. Jika dirimu yang berpikir hilang, semuanya akan lebih baik.”


Gadis itu menurutinya.


Dan memang benar. Dalam sekejap, semua penderitaannya lenyap. Namun, ada masalah lain, dia tak mampu bergerak sendiri lagi. Maka, dengan sedikit berpikir, dia bertanya pada wanita itu, “Apa yang harus kulakukan sekarang?”


“Aku akan berpikir untukmu, kamu tak perlu khawatir. Serahkan semuanya padaku.” kata wanita itu.


Wanita yang telah menyelamatkannya pasti tak mungkin salah.


Ketika wanita itu mengarahkan pedang, berbagai “pemikiran” mulai mengalir masuk ke dalam gadis itu. Dalam pemikiran-pemikiran itu, dia bukanlah seorang penyihir. Dia adalah seorang ksatria sejati, bukan penyihir yang terkutuk.


Itu adalah pemandangan yang dia inginkan selama ini.


Namun, apakah ini kenyataan? Perasaan aneh seperti noda kecil mulai muncul di hatinya, tapi dia menelannya kembali dan menerima pengaruh synchronization (penyelarasan).


Dia yakin, ini adalah keputusan yang benar.


※※※


“Bunuh.”


“Bunuh.”


“Bunuh dia sekarang.”


Jika dia mengikuti suara itu, dia tidak perlu memikirkan apa pun.


Dia tidak perlu takut akan dosanya lagi.


Gadis itu mengayunkan pedangnya, membunuh makhluk yang baru saja menjadi penyihir. Meskipun penyihir yang baru lahir memiliki kekuatan sihir yang tak terbatas, mereka bukan tandingannya. Karena gadis itu tidak lagi ragu. Bahkan jika yang menjadi targetnya adalah seorang anak kecil, dia tetap akan mengarahkan pedangnya.


Dia menatap Sang Saint.


Orang itu juga seorang penyihir.


Dengan satu tinjuan, dia akan menghancurkan kepalanya tanpa bersisa.


Agar dia tidak perlu berpikir lagi—


“Maaf.”


“Aku menyukai orang-orang sepertimu yang terlihat sangat malang.”


Saat dia menerima pukulan tinju ksatria itu dengan satu tangan, Sang Saint perlahan berdiri. Meskipun tubuhnya lebih kecil dari ksatria itu, dia tampak jauh lebih besar sekarang.


“Karena itu, aku sengaja mengulur waktu demi momen ini.”


Ksatria berusaha melepaskan diri. Namun, dia tidak bisa bergerak. Itulah bukti nyata perbedaan tingkatan mereka sebagai penyihir. Ksatria itu terus berusaha, hanya mengikuti pikirannya yang sudah terkunci—


“Tapi, sekarang aku tidak punya waktu untuk meladenimu.”


“Jadi, maafkan aku.”


Suara keras terdengar.


Ksatria itu terkena serangan udara yang sangat padat. Sang Saint melancarkan sihir dari “tangan kirinya” yang ditempelkan ke dada ksatria itu. Mengendalikan udara dan angin adalah kemampuan yang paling dia kuasai setelah api.


Ksatria itu tidak sempat berteriak. Tubuhnya terjatuh menimpa Sang Saint sebelum akhirnya kehilangan kesadaran. Itulah akhir dari ksatria yang dikenal sebagai penyihir pembunuh penyihir.


※※※


Pedang tipis yang hampir menusuk matanya ditepis dengan punggung tangan. Rasa sakit yang menusuk merambat, tetapi dia tidak punya waktu untuk memikirkannya. Serangan demi serangan datang bertubi-tubi, dan Rogue terus bertahan.


Tenggorokannya kering.


Keringat membasahi dahinya.


Di tengah badai tusukan yang tampaknya tak berujung, Orlock berkata,


“Kelihatannya kau sangat menderita. Mungkin kau sebaiknya menyerah saja?”


Bahunya tergores, dan dia bisa merasakan wajahnya meringis kesakitan. Ketika dia melayangkan pukulan, Orlock melengkungkan punggungnya untuk menghindar. Meskipun berbicara dengan santai, dia tidak pernah lengah.


“Tenang saja. Setelah kau mati, aku akan membakar Sang Saint yang baik hati itu bersama-sama denganmu.”


--Hah.


Saat itu, dia melupakan semua rasa sakit dan kelelahan, dan tertawa kecil.


(“Baik hati?”)


Itu terlalu lucu. Penyihir pemburu yang mengaku bijak ini tidak tahu apa-apa tentang kebenaran Sang Saint. Sama seperti dia dulu, dia hanya melihat dari sisi luarnya. Jika seperti ini, maka wanita ini tidak sehebat yang dia kira.


Wajah Orlock menunjukkan ekspresi keheranan, mungkin untuk pertama kalinya.


“Apa yang kau tertawakan?”


Dia maju ke depan.


Pedang tipis Orlock meluncur ke wajahnya, tapi Rogue tidak peduli.


Dia melayangkan tinjunya.


Sebagai seorang wanita, Orlock mungkin cukup kuat, tapi Rogue juga bukan orang yang lemah. Pukulannya mematahkan pedang sihir itu menjadi dua. Bilah yang patah melambung ke udara. Dengan keyakinan penuh, dia melayangkan pukulan kedua. Tubuh Orlock melayang ke belakang,


“──Gah!”


Dan terlempar jauh.


Ketika tubuh Orlock menyentuh tanah, bilah pedang yang patah jatuh dengan suara dentingan keras, menusuk lantai.


“Sayang sekali kalau hanya sampai di situ,” gumam Rogue.


Dia mengarahkan pandangannya ke arah Orlock. Wanita itu, dengan rambut yang menutupi wajahnya dan bibir yang gemetar, balas menatapnya dengan penuh amarah.


“…Kau berani juga,” katanya sambil berdiri. Pedang sihir yang patah masih ada di tangannya.


“Oh, aku bukan hanya berani,” balas Rogue tanpa ragu.


“…Aku akan mengubah cara membunuhmu. Akan kuubah kau menjadi ‘boneka’ lalu memberimu ke anjing-anjing untuk disantap.”


“Berhenti menggunakan bahasa formal, dasar brengsek.”


“Beraninya kau, rakyat jelata!” Orlock meludah.


“Tunggu saja sampai Giselle kembali. Kematianmu sudah dipastikan. Kau akan menyesali hari ini di tengah siksaan neraka.”


Portal transfer bersinar merah kehitaman. Wajah Orlock sempat menunjukkan senyuman penuh kemenangan, namun segera membeku.


“Penyidik!”


Catherine melompat keluar dari portal transfer.


“──────────────”


“Datang dari sisi ini, ya. Jadi, apa yang akan kau lakukan sekarang?”


Saat Rogue berbicara, Orlock terdiam. Masih memegang pedang sihir yang sudah patah, dia menutup wajahnya dengan kedua tangan. Setelah beberapa saat, dia menunjukkan wajahnya lagi.


Wajahnya dihiasi senyuman palsu yang sama seperti saat mereka pertama kali bertemu.


“Astaga, tampaknya saya benar-benar tidak punya peluang lagi, ya.”


“Apa yang sedang kau rencanakan sekarang?”


Rogue bertanya, curiga.


“Oh, tidak ada sama sekali. Rencana kami sudah berantakan. Setelah kehilangan Giselle, membunuh sisa penyihir menjadi terasa mustahil. Tak ada yang bisa dilakukan selain menyerah. Meskipun menyakitkan, saya akan menerima ini sebagai takdir saya.”


“Kalau begitu, menyerahlah dengan baik-baik──”


“Tapi,”

Kata Orlock memotong ucapan Rogue.


“Saya masih bisa membuat kalian menderita.”


Duk!


Suara bergema dari lorong tempat sel-sel penjara berada.


Itu adalah suara yang familiar, suara yang sering terdengar saat menghadapi kriminal.


Dengan senyum di wajahnya, Orlock berkata,


“Saya telah membebaskan semua manusia yang sudah saya pasang Synchronize. Itu sebenarnya hanya persiapan dalam rencana ini. Tetapi, karena kalian telah mendesak saya sejauh ini, saya tak punya pilihan selain menggunakannya.”


Suara itu menyebar, penuh kebencian yang merayap dan menempel, sampai Rogue bisa merasakannya langsung.


“Tentu saja, bukan hanya para tahanan. Penduduk kota juga telah diubah menjadi manusia bom. Hmm, mereka pasti sudah aktif sekarang. Berapa banyak yang akan mati, ya? Sungguh menyedihkan, sebenarnya saya tidak berniat melangkah sejauh ini, tetapi... tak ada pilihan lain.”


Sambil berbicara, Orlock berjalan menuju lorong dan membuka pintu. Manusia-manusia berpakaian seragam tahanan meluap keluar, memadati ruangan. Tubuh mereka terlihat aneh, dengan sumbu menyembul dari berbagai bagian tubuh mereka. Jika benar semua tahanan di gedung ini telah diubah menjadi bom berjalan, jumlah mereka pasti ratusan.


Di antara mereka, Orlock memadukan dirinya.


“ORLOCK!!!”


Suara Rogue tenggelam oleh kerumunan para tahanan. Mereka bergerak dengan wajah kosong, seolah tak menyadari apa yang mereka lakukan. Tubuh mereka penuh luka, dengan anggota tubuh yang patah atau melengkung ke arah yang tidak wajar. Ada pula yang kepalanya sudah penyok. 


Melihat itu, Rogue tahu bagaimana mereka berhasil keluar dari sel. Mereka menghancurkan tubuh mereka sendiri untuk memaksa keluar.


(BRENGSEK.) 


Portal transfer kini telah dipenuhi tahanan. Jalan untuk mereka keluar hanya tersisa di gerbang utama. Saat tahanan pertama mulai berlari ke arah mereka, Rogue dan Catherine ikut berlari. Ledakan terdengar di belakang mereka, panasnya membakar leher dan rambut mereka.


“Di mana posisinya sekarang?”


“Dia merusak dinding dan keluar ke taman dalam. Tapi, ini aneh. Dia tidak bergerak sama sekali dari sana,” jawab Catherine sambil menggunakan sihir pelacakan.


“Katanya dia tidak memikirkan apa-apa, tapi sebenarnya hanya pasang jebakan─ Sial!”


Rogue mengambil perangkat komunikasi di tangannya dan menghubungi seseorang.


“Fumafu! Ada serangan mendadak! Bisa kau mengurusnya!?”


Dari seberang perangkat, suara gadis terdengar.


“Berisik! Santai aja, aku udah bergerak dari tadi.”


Nada santainya membuat Rogue sedikit tenang.


“Pastikan kau bisa menangani ini, ya?” tanya Fumafu balik.


“Sekarang aku sedang memburunya!” jawab Rogue.


Fumafu membalas dengan nada tajam,


“Pastikan kau habisi bajingan itu. Kalau tidak, kau yang akan kuhabisi.”


“Aku tahu!” Rogue mematikan perangkatnya.


Sementara itu, Catherine menggerakkan jari telunjuknya, membuka pintu-pintu logam satu per satu. Akhirnya, mereka melewati pintu terakhir dan disambut oleh langit biru. Matahari putih pucat menggantung di atas, angin bertiup lembut. Jika ini bukan penjara, tempat ini akan cocok untuk piknik.


Ledakan masih terdengar di belakang mereka. Rogue sempat menoleh dan melihat jumlah tahanan telah berkurang drastis. Sumbu di tubuh mereka cepat habis. Dalam beberapa detik, dia menyaksikan satu demi satu tahanan meledak.


“Penyidik,” panggil Catherine.


“Apa?”


“Terima kasih karena telah mempercayai saya.”


Kata-kata itu terdengar aneh di tengah situasi seperti ini, membuat Rogue merasa canggung.


“……Karena aku sudah berjanji,” jawabnya singkat.


“Meski begitu, saya tetap merasa senang. Anda mau percaya dan menunggu saya.”


Rogue tak tahu harus menjawab apa. Dia hanya menatap tangan kanan Catherine yang penuh luka bekas pertempuran.


“……Setelah ini selesai, kau harus ke rumah sakit,” katanya akhirnya.


“Penyidik juga,” balas Catherine dengan senyum kecil.


“Ah.”


“Fufu, ayo kita pergi bersama nanti.”


Catherine tersenyum, wajahnya dewasa seperti layaknya penyihir.


Sial, pikir Rogue.


Semua orang di ambang hidup dan mati selalu menunjukkan ekspresi seperti itu, seolah-olah mereka telah mendapatkan pencerahan setelah menghadapi kematian berkali-kali.


(Fokus pada dia dulu.) 


Rogue mengikuti sihir pelacakan Catherine. Mereka melewati banyak gedung penjara, hingga akhirnya tiba di ruang terbuka. Tempat itu sangat berbeda dengan penjara. Halamannya dipenuhi rumput hijau, dengan air mancur dari bata putih di tengahnya. Tidak ada pagar kawat atau penghalang lain.


Hanya Orlock yang berada di sana.


Sisa dari unit eksekutor itu bersandar pada air mancur, terengah-engah, dengan bahu yang naik turun.


“Bom-bom itu tampaknya memberiku cukup waktu,” kata Orlock sambil menatap Rogue dan Catherine.


Si bedebah sialan ini──


“Masih mau kabur, hah?” teriak Rogue.


“Ah, tentu tidak... Inilah akhirnya,” jawab Orlock sambil memutar tubuhnya.


Saat itulah Rogue menyadari sesuatu.


Tangan kiri Orlock tertusuk pedang sihir.


Dengan kekuatan stamina yang luar biasa, Orlock tidak seharusnya terlihat kelelahan seperti ini. Tapi ini──


“Apa yang kau lakukan!?”


“Sepertinya kalian lebih tahu daripada diriku,” jawab Orlock sambil tersenyum licik.


Dengan keringat deras yang menetes dari dagunya, Orlock berbicara.


Catherine terkejut dan menahan napas, lalu berkata,


“Tidak mungkin, kau…!”


Orlock mengangguk dengan tenang.


“Benar. Aku akan menjadi seperti dirimu—seorang penyihir.”


Sesaat, Rogue berpikir itu hanya kebohongan belaka karena putus asa. Tapi, Orlock terlihat serius. Meski wajahnya pucat, matanya bersinar dengan kegilaan.


Rogue tidak tahu bagaimana sihir bisa menyatu dengan tubuh manusia. Apakah itu memerlukan prosedur tertentu atau hanya kebetulan? Namun, ia tahu bahwa pedang sihir yang dimiliki Orlock telah menyatu dengan sihir secara semu. Jika sihir yang sudah menyatu dengan senjata bisa dipindahkan ke tubuh seseorang, mungkin saja itu benar-benar bisa dilakukan.


Tidak ada waktu untuk berpikir.


“Berhenti! Kau akan mati!”


Sambil berlari, Rogue berteriak. Namun, Orlock menunjukkan giginya yang putih dan tertawa kecil sebelum jatuh tersungkur di atas rumput.


Dan setelah itu, ia mulai berteriak, “AAAAAAAAAHHHHHHHHHHH!” dengan suara yang menggema. Tubuhnya menggeliat kesakitan, mencakar-cakar rumput dengan kedua tangannya, dan menghentakkan kakinya dengan liar. Mulutnya mengeluarkan busa putih, dan matanya terbuka lebar seperti hampir keluar dari rongganya.


“—Sial!”


“Penyidik! Jauhkan diri Anda darinya!”


Catherine menarik tangan Rogue.


“—Apa dia benar-benar tidak bisa dihentikan!?”


“Tidak bisa. Semuanya sudah terlambat. Tapi… ini…”


Catherine menundukkan pandangannya.


Saat Rogue hendak bertanya, suara Orlock tiba-tiba berhenti. Ia menarik pedang sihir yang menancap di tangan kirinya, lalu berdiri perlahan dengan kedua lututnya.


“Ah… Jadi, inilah dunia kalian,” gumamnya.


Terlambat.


Seorang penyihir telah terlahir.


Dan lebih buruk lagi, seorang manusia yang sangat berbahaya telah menjadi penyihir.


“Luar biasa… Perasaan seperti ini belum pernah kurasakan sebelumnya. Sekarang, tidak ada yang perlu aku tinggalkan. Aku bisa melakukan apa saja… Ah, inilah alasan aku menjalani hidup selama ini… Hahaha, luar biasa… luar biasa sekali…”


Pedang sihir yang tergeletak di atas rumput terlihat kosong, seperti sudah kehilangan kekuatannya. Setengah bilah pedang itu patah. Namun, Orlock tidak memperhatikan sama sekali.


“Hahaha… Apa yang harus kulakukan sekarang? Oh ya, aku akan membunuh semua orang yang membuatku kesal. Itu ide yang bagus, ya, itu yang akan kulakukan.”


Mata Orlock yang tipis beralih ke arah Rogue dan Catherine.


Tapi saat itu juga, terdengar suara yang tidak dikenal... 


“■■■■■.”


“Apa itu tadi?” tanya Orlock sambil melihat ke sekeliling dengan bingung.


“Siapa itu? Siapa yang mengatakan hal aneh tadi? Jangan bersembunyi, keluarlah sekarang juga.”


Dia tampaknya melupakan keberadaan Rogue dan Catherine, dan malah sibuk mencari seseorang yang ‘tidak ada’.


“—Ini…”


Catherine membuka mulutnya.


“Dia berhasil menyatu dengan sihir. Tapi… hanya sebatas itu.”


Dia tidak berhasil menjadi penyihir.


Kata-kata Catherine tidak akan sampai ke telinga Orlock. Dia hanya berputar-putar di tempat. Tidak lama kemudian, asap hitam mulai mengelilingi tubuh ‘yang gagal berubah’ itu. Fenomena yang sama seperti yang terjadi pada Chronos Drakenia.


“Siapa itu? Hentikan omong kosong ini!” teriak Orlock dengan suara keras.


“Aku seorang penyihir! Dengarkan perintahku! Aku… aku… aku… aku… aku…”


Asap hitam berkumpul di sekitar kepala Orlock, kemudian tiba-tiba membesar berkali-kali lipat. Angin mulai berputar, menggoyangkan rumput di sekitarnya.


“■■■■■.”


Dari dalam asap hitam itu muncul sesuatu yang besar dan aneh, seperti kumpulan anggur. Kepala-kepala manusia bertumpuk dari bahu Orlock ke atas, masing-masing memutar-mutar seperti anak kecil yang kebingungan. Dari mulut mereka keluar suara campuran antara bahasa manusia dan bahasa yang tidak dapat dimengerti.


“Aku? Aku? Aku? Aku? Aku?”


Mereka terus mengulang kata itu dengan nada polos.


“...Kau adalah manusia yang menyedihkan,” gumam Catherine sambil merapatkan kedua tangannya seperti berdoa.


“■■■■■.”


Lalu, tubuh Orlock yang terdistorsi mencoba mengulurkan tangannya ke arah Catherine dan Rogue—


Namun dalam sekejap, ia terbakar habis.


Catherine menurunkan tangannya dan memandang partikel-partikel hitam yang terbang di udara. Tubuh wanita yang telah mengorbankan ratusan orang sebagai bom hidup itu kini tidak ada lagi.


“...Akhirnya selesai,” ujar Rogue.


※※※


Dalam perjalanan kembali ke gerbang teleportasi, Rogue mengirim pesan ke Velladonna, melaporkan situasi penjara, kerusakan yang terjadi, dan kematian Orlock. Ia juga membawa pedang sihir yang tertinggal, membungkus bilahnya dengan saputangan. Itu akan menjadi bukti tak terbantahkan. Apa yang akan dilakukan para bangsawan dengan itu, Rogue tidak sudah peduli.


“...Kau membuat keributan besar,” ujar Rogue begitu mereka tiba di lobi hotel.


“Eh? Aku tidak melakukan banyak hal…” jawab Catherine dengan gugup, matanya melirik ke sekeliling.


“Tidak ada yang akan menyalahkanmu, kok. …Mungkin.”


“Kata Mungkin itu tidak cukup meyakinkan!” protes Catherine.


Lobi yang seharusnya tenang kini dipenuhi kerusakan. Lantai marmer berlubang, dinding dan langit-langit retak, dan ada kawah besar yang tampaknya berasal dari ledakan. Rogue bahkan tidak ingin membayangkan bagaimana itu bisa terjadi.


Di ujung ruangan, seorang wanita berzirah tergeletak. Salah satu penyintas dari unit eksekutor. Meski wajahnya terlihat kesakitan, napasnya masih terdengar, menandakan ia masih hidup.


Masalahnya adalah…


“Apa yang akan kita lakukan dengannya?” tanya Rogue.


Wanita itu mungkin memiliki alasan atas tindakannya, tapi tetap saja ia adalah sosok yang sangat berbahaya. Tidak ada yang tahu bagaimana reaksinya begitu ia sadar.


Catherine tampak memutuskan sesuatu. Dia mengangguk dan berkata,


“Penyidik, Saya punya permintaan.”


Rogue langsung merasa tidak nyaman.


“Apa itu?”


Catherine menarik napas dalam-dalam, lalu berkata,


“Bisakah kita menyelamatkan gadis ini?”


“…Menyelamatkan? Maksudmu apa?” tanya Rogue.


“Gadis ini secara resmi milik keluarga Riggton. Kau tahu sendiri betapa berbahayanya terlibat dengan para bangsawan. Kau juga pasti paham, Catherine.”


“Jadi, kita hanya akan membiarkannya kembali menjadi ‘boneka’?”


“…”


“Penyidik, anda yang telah menyelamatkan saya, bukan? Jadi, bisakah Anda melakukan hal yang sama untuk gadis ini?” Catherine menatap Rogue dengan tegas.


Rogue tahu apa yang Catherine maksud.


“…Kau tidak mungkin berpikir untuk membawanya ke Kantor Divisi Keenam, kan?”


“Benar,” Catherine mengangguk.


“────Keluarga Riggton adalah musuh bebuyutan keluarga Drakenia. Itu tidak mungkin!”


“Masalah itu… biarkan saja Direktur Velladonna yang menangani.”


“Sehebat apa pun direktur itu──ah, entahlah. Tapi, tetap saja ini mustahil!” Rogue menggelengkan kepala, menolak keras.


(Aku tahu ini…)


Setelah tahu kebenarannya, bagaimana mungkin dia bisa dengan mudah membiarkan gadis itu begitu saja? Mengetahui bahwa jika dia menolak, gadis itu akan kembali ke neraka yang sama, bisakah dia menjalani hidup dengan tenang? 


Tentu tidak.


(Sial.)


“Penyidik,” Catherine kembali menatapnya, wajahnya penuh harap.


Rogue membuka mulutnya, lalu menutupnya lagi. Melirik gadis berzirah itu, dan dia akhirnya menyerah.


“…Pastikan dia tidak mengkhianati kita.”


Mendengar itu, Catherine langsung tersenyum cerah.


“Terima kasih banyak, Penyidik!”


“…Aku serius, Catherine. Pastikan itu.”


“Ya, saya janji!”


(Dasar, kau terlalu baik hati.)


Rogue mendesah, mengutuk dirinya sendiri. Membawa masalah sebesar ini ke pihak mereka, apa yang bisa dia lakukan nanti? Jika gadis itu berubah menjadi ancaman, dia tidak akan bisa mengatasinya. Pada akhirnya, satu-satunya yang bisa dia lakukan hanyalah percaya. Padahal dia tahu betapa sulitnya hal itu.


“…Ugh,” gadis itu mengerang pelan, membuat Rogue menghela napas berat. Untuk saat ini, dia hanya bisa meyakinkan dirinya bahwa mereka baru saja menyelamatkan seorang gadis biasa.


※※※


Catherine bertugas memindahkan gadis itu, tetapi satu hal lain─‘pedang sihir’ sebesar tubuh manusia─menjadi masalah besar. Catherine mencoba mengangkatnya, tetapi hanya mampu menggerakkan pedang itu setinggi kuku kecil sebelum terjatuh kembali dengan bunyi yang berat.


“Rasanya sedikit memalukan,” gumam Catherine.


Melihat itu, Rogue tertawa kecil.


“Serahkan saja pada orang lain.”


“Tidak, biarkan saya mencoba lagi!”


“…Tidak mungkin kau bisa, Catherine.”


Dengan bercanda seperti itu, mereka meninggalkan lobi hotel. Mereka bergerak cepat menuju tempat parkir bawah tanah. Para tamu dan staff hotel sudah ditangani oleh Velladonna, tetapi mereka harus segera membawa gadis berzirah itu keluar dari hotel sebelum ada yang menemukannya. Itu akan sangat berbahaya.


Setelah tiba di tempat parkir, mereka menemukan mobil yang diparkir di dekat tiang. Rogue membuka pintu belakang dan memindahkan gadis berzirah itu ke dalam, merebahkannya di kursi belakang. Kakinya dilipat agar tidak menyentuh dinding mobil.


(Seperti penculik saja rasanya.)


Dengan perasaan tidak nyaman, Rogue menutup pintu mobil, lalu bersandar pada tiang dan menarik napas lega.


(Ini benar-benar berakhir.)


Meski masih ada masalah yang harus diselesaikan, kasus ini telah selesai─atau begitulah yang Rogue pikirkan saat akan masuk ke dalam mobil.


Saat itulah, dia melihat sang Saint sedang meregangkan tubuhnya. Catherine membelakangi Rogue, tampak sepenuhnya tidak sadar dan tanpa perlindungan.


(Tunggu dulu.)


Rogue terpikirkan sesuatu.


Manusia tidak bisa mengalahkan penyihir. Bahkan, unit eksekutor membuktikan hal itu. Namun, mungkin ada cara lain. Tidak ada aturan yang mengatakan bahwa dia harus melawan mereka secara langsung. Menyerang saat mereka tertidur atau lengah, misalnya. Penyihir memang abadi, tapi bukan berarti mereka tidak bisa mati.


Pedang sihir di pinggangnya terasa lebih nyata daripada sebelumnya.


(Hanya aku yang bisa melakukan ini.)


Pikiran itu menguatkan tekadnya. Bagaimanapun, tidak akan ada orang lain yang mampu melakukannya.


※※※


Di tengah lautan bunga lili putih, Rogue melihat sosok ayahnya.


“Papa!” teriak Rogue.


Ayahnya, seorang sheriff yang dihormati dan kuat, kini berdiri di tengah perubahan yang mengerikan. Bunga lili putih keluar dari kerah bajunya, sementara kedua lengannya sudah sepenuhnya berubah menjadi bunga. Sisa tubuhnya terkubur di dalam lautan bunga. Meski kesakitan, ayahnya masih sempat tersenyum lembut kepada Rogue.


“Lari, Rogue.”


Lapangan itu penuh dengan bunga, dan semuanya berasal dari tubuh manusia. Dari ribuan penduduk, hanya Rogue dan ayahnya yang masih tersisa.


Namun, seolah kata-kata itu menjadi pemicu, ayahnya tiba-tiba menghilang. Pakaian, rambut, bahkan jejak keberadaannya lenyap tanpa bekas. Yang tersisa hanyalah bunga-bunga.


Rogue yang berusia delapan tahun hanya bisa berdiri terpaku. Dia tidak mengerti apa yang terjadi. Dia tidak tahu mengapa ayahnya harus mengalami hal itu, juga apakah pemandangan ini adalah mimpi atau kenyataan.


“Jika kau berbuat nakal, penyihir akan datang.”


Apakah itu benar? Apakah mereka telah melakukan sesuatu yang buruk?


Tentu saja tidak. Tidak ada alasan bagi ayahnya untuk dibunuh. Tapi tetap saja, dia dibunuh.


Rogue menggenggam gagang pedang sihir di sabuknya. Perlahan, dia menarik pedang itu keluar dan memandang punggung sang penyihir. Seberapa lama seorang penyihir bisa bertahan setelah lehernya ditebas? Reaper dulu bisa tetap berbicara meskipun tenggorokannya berlubang, bahkan bisa bertahan hidup setelah menerima pengobatan. Penyihir memiliki daya tahan hidup yang jauh berbeda dari manusia.


Tapi itu tidak penting.


Jika dia tidak mati sekali, dia akan melakukannya berkali-kali. Rogue tidak akan menyerah. Akhirnya, dia memiliki kesempatan untuk mengakhiri hidup penyihir ini. Bahkan jika dia sendiri harus mati, dia akan membawa penyihir itu bersamanya.


Dia menarik napas pendek, lalu menahannya. Dia tidak boleh ketahuan. Langkah-langkahnya sunyi, tanpa suara. Dengan pedang yang digenggam terbalik, dia mengangkatnya sejajar dengan kepalanya.


Sedikit lagi. Sedikit lagi, dan dia akan berhasil membunuhnya.


Panas yang membara memenuhi tubuhnya, tetapi pikirannya menjadi semakin dingin. Setelah menyingkirkan sang Saint, dia mungkin akan memiliki sedikit waktu untuk bertindak. Tidak banyak, karena pengepungan akan segera dilakukan. Sebelum itu, dia akan kembali ke Divisi Keenam dan membunuh penyihir lainnya sebanyak mungkin. Bahkan jika dia gagal membunuh satu pun, itu tidak masalah. Yang terpenting adalah bertindak.


Selangkah lagi, dan dia akan menjangkau leher The Saint. Tidak ada belas kasihan. Jika dia membiarkan penyihir itu menyerang balik, Rogue, yang hanyalah seorang manusia, akan langsung mati. Dia tidak boleh mati tanpa membawa penyihir itu bersamanya.


Dia sudah memutuskan.


Dia menarik napas pendek, menahan nafasnya, lalu─


“Penyidik!”


Tangannya dihentikan. Sang Saint telah menangkap pergelangan tangannya tepat sebelum pedangnya mencapai lehernya. Rogue terkejut. Bagaimana bisa dia ketahuan? Dia memastikan tidak ada suara──dan saat itulah dia melihat bayangannya di jendela mobil. Tentu saja, bodoh sekali.


“De-Penyidik! Hentikan! Tolong hentikan──!”


Ketika sang Saint berteriak, Rogue menyapu kakinya. Dia mendorong tubuhnya ke tanah dan membawa pedang lebih dekat ke lehernya. Sedikit lagi. Sedikit lagi, dan dia akan berhasil memenggalnya.


Pedang itu menyentuh kulitnya, meninggalkan garis merah tipis.


“Berhenti…!” suara sang Saint terdengar pelan dan tertahan.


Tapi Rogue tidak peduli. Dia harus membunuh penyihir ini.


Untuk apa?


Dia merasakan kehadiran seseorang di belakangnya.


“Penyidik…!”


Tetesan darah menetes dari leher sang Saint.


Dia terkejut. Bagaimana mungkin dia sekarang sedang mencoba membunuh Catherine? Tapi tubuhnya tidak mau bergerak. Bukan hanya tidak bisa melepaskan pedangnya, dia malah semakin menguatkan genggamannya.


Manipulasi mental. Tapi bukankah Orlock sudah mati? Itu tidak masuk akal. Tidak ada tubuh yang tersisa darinya.


“Bunuh penyihir itu. Jangan ragu. Kau tahu berapa banyak orang yang telah dibunuhnya, bukan?”


Suara itu berbisik di telinganya, diiringi hembusan napas hangat.


Dia ada di sini.


“Catherine...”


Lengan Catherine mulai gemetar. Tampaknya dia tidak mendengar suara itu. Dia hanya menatap Rogue dengan ekspresi penuh rasa sakit.


“Penyihir itu membunuh orang-orang tak berdosa hanya untuk kesenangannya sendiri. Kau akan membiarkan itu terjadi?” suara itu melanjutkan.


“Dia akan melakukannya lagi. Dan saat itu terjadi, korbannya tidak hanya dirimu. Lebih banyak orang akan terbunuh.”


Sesuatu menyentuh punggungnya.


Sebelum dia menyadari itu adalah tangan, benda itu sudah meresap ke dalam tubuhnya. Masuk semakin dalam tanpa rasa sakit, hanya meninggalkan rasa nyaman─seolah itu adalah bagian dari dirinya sejak awal.


“Kita adalah sekutu. Mari kita bunuh penyihir itu bersama-sama.”


Dia menyadari suara itu berasal dari dalam dirinya. Itu adalah Orlock.


Mengapa dia tidak mengambil alih lebih awal? Apakah ini rencana dadakan?


Tidak ada waktu untuk memikirkan itu. Saat ini, Rogue hanya ingin membunuh penyihir itu.


Dia menggertakkan giginya, mencoba melawan pikiran itu, tetapi dia tidak bisa. Semuanya memudar. Yang tersisa hanyalah kebencian dan dorongan untuk membunuh.


Dan saat pedang hampir menembus Catherine─


Seseorang berkata,


“Jangan kalah, kawan.”


Kekuatan itu kembali. Pikiran yang sebelumnya kacau seperti berada dalam kabut mulai kembali mengalir dengan normal.


──Aku ini bodoh atau apa!?


Rogue memaki dirinya sendiri.


Tertipu oleh trik yang begitu sederhana hingga hampir membunuh rekannya sendiri—itu hanya akan dilakukan oleh orang idiot. Bukankah ini justru sesuai dengan rencana musuh?


Kepalanya mendidih oleh amarah. Amarah kepada musuhnya, tetapi juga kepada dirinya sendiri.


“Lampiaskan dendammu. Itu adalah jalan terbaik bagimu.”


(Apakah aku akan...)


Suara Orlock bergema di dalam dirinya. Meskipun kata-katanya berbeda, intinya tetap sama. Itu hanya pengulangan tanpa makna, tanpa adanya kehendak. Dia tidak merasakan adanya dendam dari suara itu. Artinya, Orlock sebenarnya sudah mati. Kalau begitu, tidak ada yang perlu ditakuti.


Rogue mencengkeram gagang pedang sihir itu dengan segenap kekuatannya. Otot-ototnya terasa sakit, dan ujung pedangnya sedikit bergoyang. Catherine membuka matanya lebar-lebar.


Ujung pedang itu hanya menyentuh leher Catherine sebelum menghantam tanah dengan keras. Pedang sihir yang sudah setengah patah itu kini sepenuhnya pecah, serpihannya berhamburan seperti kaca.


Detik berikutnya, sebuah sensasi yang mengerikan menyelimuti Rogue.


Itu terasa seperti dirinya sendiri yang dihancurkan.


Tapi dia tidak peduli.


Dengan kasar, Rogue melepaskan jari-jari Catherine yang mencengkeram pergelangan tangannya. Dia bangkit berdiri dan sekali lagi menghantamkan gagang pedang itu ke tanah. Pisau yang tersisa terlepas dari gagangnya. Tapi Rogue tidak berhenti. Dia terus memukul, menghantam gagang pedang yang kini bengkok secara aneh. Lagi dan lagi, dia terus melakukannya.


“Bunuh penyihir itu... bunuh...”


Suara Orlock semakin terputus-putus.


“Bunuh penyihir itu...”


Akhirnya, suara itu menjadi sekecil dengungan nyamuk sebelum menghilang sepenuhnya.


Dengan napas terengah-engah, Rogue melempar gagang pedang itu ke tanah.


“Pe-Penyidik...?”


Catherine memanggilnya.


“Itu benar-benar Anda, kan...?”


Dia mendekat dengan hati-hati. Rogue mengangguk.


“Syukurlah... Anda sudah kembali menjadi diri Anda yang biasanya.”


Rogue ingin menjawab, tetapi lidahnya terasa kaku. Bukan hanya itu, pandangannya mulai kabur. Mungkin menghancurkan pedang sihir itu mempengaruhinya lebih dari yang dia duga.


Tubuhnya mulai ambruk, dan dia merasakannya seperti orang luar yang menyaksikan tubuhnya sendiri roboh.


※※※


Rogue mendapati dirinya sedang memegang setir.


Dia duduk di kursi pengemudi, menginjak pedal gas. Tiba-tiba ada guncangan kecil, mungkin karena melewati jalan yang tidak rata, membuat tubuhnya sedikit terpental, dan pandangannya bergoyang.


Entah bagaimana, dia sedang mengemudi di jalanan yang asing.


Deretan rumah beratap putih berdiri berjajar di sepanjang jalan panjang yang terasa tanpa ujung. Tidak ada tanda-tanda kehidupan, bahkan suara burung pun tak terdengar.


Mungkinkah aku mengemudi langsung dari tempat parkir bawah tanah hotel? Pikirnya. 


Tapi dia segera menepis pikiran itu. Dia hampir saja diambil alih oleh Orlock sebelumnya. Meski dia berhasil menghancurkan pedang sihir, tampaknya usahanya gagal. Kalau begitu, apakah ini mimpi menjelang kematian?


Dia menepi ke pinggir jalan dan memarkir mobilnya. Rogue memeriksa bagian dalam mobil.


Mobil dinas yang diberikan kepada para penyidik──itu cocok dengan ingatannya. Tidak ada yang tampak aneh.


Terpikir olehnya untuk memeriksa kursi belakang. Dia mencondongkan tubuh ke belakang untuk melihat apakah ada seseorang yang bersembunyi di lantai belakang. Namun, dia tidak menemukan apa pun.


Dengan menghela napas, dia kembali ke posisi semula. Dan saat itu──


(──────Ada apa ini?)


Di sebelah kirinya ada seorang gadis berpakaian putih.


“Halo, Rogue-kun.”


Rogue terpaku dengan mulut terbuka.


“Ada apa? Kau terlihat seperti baru saja melihat hantu.”


Dengan mata biru yang berkilauan, gadis berpakaian putih itu tersenyum.


“...Apa yang sebenarnya terjadi di sini?” tanya Rogue.


“Ini adalah tempat di mana orang mati berakhir──ah, bercanda. Tentu saja bukan. Kau masih hidup seperti biasa,” jawab gadis itu sambil mengangkat bahunya.


Gadis berpakaian putih──Miselia──menatap wajah Rogue dan berkata,


“Kalau begitu, di mana ini? Dalam satu kata, ini adalah ‘dirimu’.”


Apa maksudnya? Rogue mencoba membuat wajah yang seolah mengatakan itu, tapi Miselia malah mulai menggambar manusia kecil dengan jari di kaca jendela. Gambarnya amat buruk, hanya ada dua helai rambut di kepala manusia kecil itu. Namun, dia tampaknya puas dengan hasilnya dan melanjutkan ucapannya.


“Ini adalah dunia mental yang terbentuk dari campuran antara ingatan dan emosimu. Apa pun yang kamu lakukan di sini tidak akan memengaruhi dunia nyata, begitu pula sebaliknya. Bisa dibilang, ini adalah ruang privasi paling sempurna.”


“Tunggu sebentar,” potong Rogue.


“Apa?” Miselia sedikit memiringkan kepalanya.


“Kalau ini dunia mentalku, bagaimana caramu masuk? Apa kau benar-benar ada di dekatku?”


“Tidak,” jawab Miselia dengan tenang.


“Lalu, kenapa kau bisa──”


“Haaah, sepertinya aku diremehkan, ya.”


Miselia mengangkat jari telunjuknya dan melambaikannya di depan wajahnya.


“Kau tidak tahu betapa hebatnya kekuatanku yang tertahan karena ‘kalung’ itu. Benang-benangku jauh lebih panjang dari yang kau bayangkan. Kalau kau butuh alasan, anggap saja aku sudah mempersiapkan ini sejak terakhir kali kita bertemu.”


“Kau hanya membual,” gumam Rogue.


“Yah, itu tidak penting. Sekarang...”


Miselia mengulurkan tangan ke arah konsol tengah. Setelah mencari-cari sebentar, dia menarik tangannya kembali sambil memegang sebuah bola hitam seukuran bola mata manusia.


“Inilah penyebab masalahmu,” kata Miselia.


Rogue menatap bola hitam itu. Bagian yang tampak hitam ternyata terdiri dari bayangan-bayangan manusia kecil yang bergerak-gerak seolah sedang menari di dalamnya.


“...Apa ini?” tanyanya.


“Sisa-sisa unit eksekutor,” jawab Miselia.


“Sisa-sisa?”


“Bukan hal yang penting. Ini bahkan bukan dendam para arwah. <Synchronize> hanya mengumpulkan niat membunuh dari semua pengguna ‘pedang sihir’ sebelumnya. Sesuatu yang rapuh dan akan menghilang dengan sendirinya jika dibiarkan.”


“Jadi benda ini yang mencoba mengambil alih diriku?”


“Tepat sekali. Kalau dibiarkan, seluruh kepribadianmu mungkin akan tersinkronisasi dengannya. Tapi ya sudah, mari kita hancurkan saja.”


Miselia mengepalkan bola hitam itu di tangannya. Bunyi retakan terdengar, dan ketika dia membuka tangannya, bola hitam itu telah menghilang seperti larut ke udara.


“Masalah selesai,” katanya sambil menepuk tangan.


Suasana menjadi lebih ringan. Jika apa yang dikatakan penyihir ini benar, dan Rogue memang tidak sedang sekarat, maka tubuhnya di dunia nyata kemungkinan besar sudah dibawa ke rumah sakit. Ketika tiba di sana, para penyidik pasti sudah mulai bekerja di hotel dan penjara. Tidak perlu khawatir tentang penanganan selanjutnya.


Namun, ada satu hal yang belum terselesaikan di dalam diri Rogue.


“...Hei,” katanya.


“Apa?”


Rogue mengalihkan pandangannya ke arah jendela, tidak sanggup menatap wajah gadis itu.


“...Maaf karena sempat meragukanmu. Kau ada di tempat itu karena telah menghapus sihir yang dilemparkan pada Chronos, kan?”


Bahkan Sang Saint pernah mengatakan bahwa hanya Miselia yang mampu menghapus sihir yang telah menyatu dengan tubuh manusia. Mengingat Chronos yang ternyata dijadikan ‘bom’, kesimpulan itu sebenarnya bisa dicapai sejak awal.


Sekarang, saat Rogue mengingat kembali kegelisahannya beberapa hari lalu, dia merasa malu. Itu bukan sekadar rasa malu biasa; keringat dingin mulai mengalir di dahinya.


“...Aku terus berhutang padamu, ya.”


“Aku tidak tahu apa maksudmu,” jawab gadis itu dengan wajah seolah tidak tahu apa-apa.


“Yah, kalau kau ingin berterima kasih, aku tidak akan menghentikanmu. Oh, kalau bisa tambahkan donat juga, itu akan lebih bagus,” tambahnya sambil tersenyum nakal.


Rogue hanya bisa merasa lemas. Setiap kali dia mencoba berbicara serius, gadis itu selalu bercanda. Sepertinya apa pun yang dia katakan hanya akan dianggap enteng.


Tapi tetap saja...


“Terima kasih.”


Rogue menggumamkan kata itu di dalam mulutnya.


──Karena sudah membawaku kembali.


“Ngomong-ngomong... bagaimana caranya aku keluar dari sini?”


Penyihir itu menyeringai.


“Menurutmu, bagaimana caranya?”
















Post a Comment

0 Comments

Tidak boleh adanya spoiler, hormati user lainya. Gunakan komentar dengan bijak sebagai tempat berdiskusi.

Post a Comment (0)
Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !