Interlude 4
Keinginan Alisa
Pada malam Minggu, Kogure-kun memberitahu bahwa Hirasawa Leo akan menyatakan perasaannya pada Shizuku. Meskipun rasanya agak terlalu cepat untuk menyatakan perasaan, kurasa ini bukan waktu yang buruk. Pernyataan cinta ya... Selama ini aku sering mendapat pernyataan cinta dari banyak laki-laki, tapi apakah mereka semua jatuh cinta seperti itu? Akhir-akhir ini, meskipun ada yang menyatakan cinta, hatiku sama sekali tidak bergetar, dan aku mulai merasa tidak suka mendapat perhatian. Tapi sepertinya itu mulai berubah sedikit.
"Hei Alisa. Alisa, kamu mendengarkan?"
"Ah maaf Shizuku. Tadi apa?"
Hari Minggu, karena Shizuku bekerja paruh waktu sebagai asisten rumah tangga, dia merawatku di rumah. Makan malam hari ini juga enak.
"Akhir-akhir ini Alisa terasa dingin. Padahal sebelum kita bertengkar, kamu selalu menempel padaku."
"Eh, aku sangat menyukai Shizuku! Aku sama sekali tidak marah padamu!"
"Aku tidak khawatir soal itu. Mungkin karena Alisa jadi punya orang lain yang dekat selain aku... Bahkan sampai tidur di pangkuannya."
Aku teringat sore hari di taman hiburan bersama semuanya. Saat aku menyandarkan kepala di bahu Kogure-kun, aku malah ketiduran pulas melewati batas deg-degan. Aku gagal karena tertidur padahal sudah bersandar dengan pakaian yang memperlihatkan kulit, tanpa peduli apakah dia akan senang atau tidak. Pada akhirnya dia tidak melakukan apa-apa, bahkan menutupi tubuhku dengan jaket, dan senyum lembutnya saat aku bangun membuat jantungku berdebar tak karuan. Tapi karena dia tidak menggodaku sedikit pun, aku sadar betapa aku tidak dianggap sebagai perempuan olehnya. Padahal semua orang bilang tidak ada laki-laki yang bisa menolak Alisa, kenapa dia sama sekali tidak menyadariku?
"Alisa masih belum sadar?"
"Sa-sadar apa. Sudah kubilang berkali-kali, aku sama sekali tidak suka Kogure-kun!"
"Aku tidak peduli dengan sikap tsundere klise kayak gitu."
Shizuku memotong kata-kataku dengan tajam. Padahal itu benar, tapi dia tidak percaya.
"Ya-yah, kalau dia menyatakan perasaannya duluan, mungkin aku bakal mempertimbangkannya. Memang benar dia laki-laki yang paling dekat denganku."
"Oh gitu. Tapi kalau kamu tidak membencinya, kenapa tidak Alisa aja yang menyatakan perasaan? Kamu menyukai Kogure-kun sebagai teman kan?"
Mungkin aku bisa mengakui itu. Dia teman laki-laki pertamaku. Aku bahkan ingin mendengar suaranya dan menghubunginya setiap hari, jadi mungkin aku harus mengakuinya. Tapi...
"Tidak mau. Kalau aku menyatakan perasaan dan ditolak, aku mungkin bakal memilih mati."
"Alisa memang lemah secara mental dalam hal cinta dan persahabatan ya. Aku tidak menyangka kamu bakalan jadi selemah itu saat bertengkar."
"Aku sendiri juga terkejut. Karena itu aku pengen menghindari menyatakan perasaan duluan."
"Kurasa Alisa cukup menunggu ajq, tapi Kogure-kun... Kayaknya kurang peka ya. Dia bisa berada di dekat Alisa dalam waktu lama tanpa melakukan apa-apa... Sampai-sampai aku berpikir mungkin dia menyukai Hirasawa-kun."
"Akhir-akhir ini aku juga mulai berpikir gitu."
Mereka berdua terlalu akrab. Sepertinya mereka selalu menghabiskan malam bersama, aku jadi bertanya-tanya apa yang mereka lakukan berdua. Karena itulah Hirasawa-kun harus mendapatkan Shizuku.
"Jadi, tentang aku... Itu, apa menurutmu Hirasawa-kun memang menyukaiku?"
"Shizuku yang malu-malu imut banget."
Sangat jarang melihat Shizuku kebingungan dalam hal cinta. Wajah Shizuku yang seperti ini benar-benar imut.
"Kalau dipikir-pikir lagi, kayaknya tidak mungkin ya. Tidak mungkin orang sekeren itu menyukai aku yang tidak manis dan tidak punya bentuk tubuh bagus."
"Apa yang kamu katakan. Shizuku adalah yang paling imut di dunia."
"Itu karena dari sudut pandang Alisa. Alisa lebih cantik dan punya tubuh bagus. Semua laki-laki yang kutemui cuman melihat Alisa, kan? Cuman Shizuru-san yang berbeda."
"Tapi Hirasawa-kun benar-benar tidak peduli padaku. Pas berkumpul di stasiun pun, dia cuman melihat Shizuku."
"Aku terkejut diperhatikan kayak gitu. Dia bahkan tidak melirik Alisa yang berpakaian seksi dan memperlihatkan bahu untuk menggodanya."
"Tolong hentikan cara bicaramu itu."
"Fufu, itu untuk mendekati Kogure-kun kan?"
"Sudah kubilang bukan gitu!"
Memang aku ingin dipuji cantik, dan sebenarnya aku sangat senang saat dipuji.
"Minggu depan ada pertandingan klub, dan dia memintaku untuk datang menonton. Lalu, dia bilang pengen meminta waktu setelahnya."
"Sembilan puluh persen kemungkinan dia bakalan menyatakan perasaannya."
Yah, aku sudah mendengarnya dari Kogure-kun sih.
"A-ano! Alisa, gimana caramu menolak pernyataan cinta dari laki-laki?"
"Kamu bakalan menolaknya!?"
"Aku tidak tahu. Memang benar Hirasawa-kun adalah orang yang luar biasa, bahkan tanpa memperhitungkan popularitas atau penampilannya, dan aku tahu dia orang yang suka merawat orang lain kayak Alisa."
"Suka merawat ya..."
Itu adalah perasaan yang tidak bisa kupahami, tapi kurasa itu adalah hal yang paling penting bagi Shizuku.
"Shizuru-san masih ada di hatiku, tapi aku juga tidak pengen mengabaikan perasaannya. Seandainya aja aku sudah menyukainya..."
“Kurasa wajar aja karena kalian baru dekat. Sebenarnya kamu bisa memikirkannya setelah menerima pernyataan cintanya. Kurasa tidak apa-apa memberi jawaban belakangan.”
“Benar juga. Sebaliknya, kalau menerimanya, gimana aku harus menjawab ya? Hei Alisa, kalau Kogure-kun menyatakan cinta padamu, gimana kamu akan menjawabnya?”
Aku belum memikirkan sejauh itu. Tapi, jika Kogure-kun berbeda dari biasanya, dengan malu-malu tapi tegas...
“Asahina-san, aku menyukaimu. Maukah kamu menjadi pacarku?”
Membayangkan sosoknya yang keren mengulurkan tangan, wajahku memerah.
“Kyu~”
Jika dia mengatakan itu, jawabanku hanya satu.
“To-tolong, ya...”
“Ternyata kamu memang suka!”
“Bukan gitu! Ini cuman karena aku kalah oleh imajinasiku, tapi sebenarnya aku bakal menolaknya!”
“Benarkah? Tapi aku tidak yakin bisa menjawab semanis itu. Ini jadi pelajaran bagiku.”
“Waa! Lu-lupakan aja, tadi itu salah!”
Sambil berlatih menjawab pernyataan cinta seperti ini, hari yang ditunggu pun tiba. Aku dan Shizuku datang ke gedung olahraga kota tempat tim basket bertanding sesuai pemberitahuan. Shizuku tampaknya terus kebingungan sampai hari ini. Kupikir dia bisa santai saja karena dia yang akan menerima pernyataan cinta, tapi sepertinya bukan masalah sesederhana itu. Kalau dari laki-laki yang tidak disukai atau tidak menarik, langsung ditolak saja, tapi jika ada perasaan positif, jadi bimbang. Sulit jika menolak pernyataan cinta dan tidak bisa kembali ke hubungan seperti sebelumnya. Shizuku baik hati, jadi mungkin dia tidak ingin menolak dengan tegas.
Tim basket sekolah kami dulunya lemah, tapi sejak Hirasawa Leo bergabung, katanya langsung menjadi tim kuat. Mereka bahkan bisa melewati turnamen prefektur dan mungkin bisa mengincar Inter-high. Jumlah anggota tim tidak banyak, jadi semua mendapat seragam. Artinya, aku bisa melihat Kogure-kun mengenakan seragam. Kogure-kun bukan pemain reguler, jadi kemungkinannya 50-50 dia bisa bermain, tapi kalau dia main aku ingin mendukungnya.
Pertandingannya sendiri adalah turnamen empat sekolah, dan karena berat kalau harus datang pagi-pagi, kami sampai di tempat ini setelah makan siang. Aku membawa Shizuku ke tribun lantai dua. Di papan skor elektronik terdekat tertulis nama sekolah kami dan sekolah lawan. Sepertinya final akan segera dimulai.
“Penontonnya banyak banget ya.”
“Berbeda dengan renang ya.”
Ini pertama kalinya aku menonton pertandingan basket. Aku sering menonton pertandingan renang kakakku Shizuru dan teman masa kecilku Kokoro, tapi memang olahraga tim berbeda ya. Banyak pendukung dari sekolah kami juga. Deretan siswa berseragam. Eh, hampir semuanya perempuan? Saat kuperhatikan baik-baik, spanduk yang dibawa para siswi itu bertuliskan “LOVE LEO”. Jangan-jangan ini...
“Lho? Alisa dan Shizuku!”
Aku menoleh ke arah suara yang kukenal. Salah satu dari gadis-gadis pendukung itu adalah Eri, teman sekelasku.
Penampilannya agak gyaru tapi dia menyenangkan untuk diajak bicara, jadi kami berteman baik. Dia berbeda tipe dengan aku dan Shizuku. Nah, saatnya berakting sebagai Asahina Alisa yang cool saat bersama orang lain selain Shizuku dan Kogure-kun.
“Apa yang kamu lakukan di sini?”
“Apa lagi kalau bukan mendukung? Tentu saja mendukung Leo.”
“Oh, kamu sedang mendekati Hirasawa-kun ya. Jangan-jangan kelompok pendukung ini...”
“Benar, kami semua anggota fan club yang mengagumi Leo. Kami bertekad selalu datang ke pertandingan Leo.”
Sepertinya ada sekitar 20 orang. Mereka semua membawa handuk dan kipas aneka warna. Bahkan ada yang membuat boneka buatan sendiri. Aku tidak menyangka mereka akan mendukung teman sekelas biasa sampai sejauh ini.
“Ternyata ada fan club ya. Aku tidak tahu Hirasawa-kun sepopuler itu.”
“Kamu bisa bilang begitu, Alisa?”
Eri menatapku dengan wajah tak percaya. Shizuku juga.
“Kamu juga punya fan club kan? Kudengar ada lebih dari 100 anggota dari berbagai angkatan termasuk guru. Kudengar Suzuki dan yang lain dari kelas kita juga bergabung.”
“Eh, ada yang kayak gitu? Baru dengar.”
“Alisa memang tidak tertarik hal-hal kayak gitu sih. Tapi sebaiknya Alisa sadar kalau kamu adalah murid paling populer di sekolah.”
Shizuku juga menasihati atau mengkritikku. Tapi bagaimanapun juga, perhatian dari laki-laki yang tidak kusukai sama sekali tidak berarti.
“Kalian berdua datang untuk apa? Jangan-jangan mendukung Leo?”
Aku melihat Shizuku sedikit tersentak.
“Mana mungkin. Aku tidak tertarik pada Hirasawa-kun. Kami kebetulan bermain setelah kegiatan klub Shizuku selesai, terus melihat nama sekolah kami, jadi kami mampir.”
“Oh gitu. Soalnya kalau Alisa mendukung Leo, pasti bakal jadi heboh. Tapi kalau dilihat dari penampilan doang, kalian cocok sih.”
Itu sering dikatakan orang. Mereka terus bilang hanya Hirasawa-kun yang pantas untukku. Tapi aku juga punya hak memilih, dan sebagus apapun wajah atau tinggi badannya, aku tidak akan bersikap manis pada laki-laki yang bukan tipeku. Kalau harus memilih... Seseorang yang enak diajak bicara, baik hati, dan membuatku merasa nyaman saat bersamanya...
“Bukan gitu!”
“Apanya?”
Kedua orang itu melemparkan pertanyaan padaku.
“Umm... Eri-san,” Shizuku bersuara dengan ragu-ragu.
“Kalau misalnya Hirasawa-kun punya pacar, gimana dengan fan clubnya? Apa... Mereka bakal menyalahkan pacarnya?”
Terlepas dari ada tidaknya fan club, Shizuku disukai oleh Hirasawa Leo. Mungkin dia takut bagaimana tanggapan puluhan anggota fan club jika mereka mulai berpacaran. Aku yakin bisa menghadapi siapapun yang mengatakan apapun, tapi Shizuku tidak terlalu kuat menghadapi niat jahat seperti itu.
“Hmm! Sebenarnya aku tidak tahu, tapi Leo bukan idol sih. Dia pernah bilang tidak butuh pacar, tapi kurasa suatu saat dia bakal punya. Mungkin banyak cewek yang tidak suka, tapi menurutku siapapun yang Leo pilih itu tidak masalah. Aku bakal terus mendukung Leo sambil mencari orang baru!”
“Kamu kuat ya.”
“Ah tidak juga. Aku cuman tidak terlalu memikirkannya~”
Ngomong-ngomong, anak ini dulu sering ganti pacar sebelum naksir Hirasawa-kun ya. Mungkin dia berkencan santai sambil mencari yang serius. Aku tidak bisa meniru itu. Aku mungkin akan terobsesi dengan satu laki-laki sampai mati.
“Alisa, wajahmu pucat, ada apa?”
“Tidak ada apa-apa.”
“Setelah selesai, kami semua anggota fan club akan merayakan. Kalau gitu aku pergi dulu! Sampai jumpa lagi kalian berdua.”
Eri melambaikan tangan dan kembali ke kelompok fan club. Aku bisa melihat wajah teman sekelas lain selain Eri di fan club itu. Hirasawa-kun rupanya punya daya tarik yang bisa memikat begitu banyak gadis ya.
“...Aku merasa kehilangan kepercayaan diri. Mungkin lebih baik aku tidak berada di sisi Hirasawa-kun.”
“Shizuku punya aku, dan Hirasawa-kun pasti bakal melindungimu. Kalau dia laki-laki yang tidak bisa melindungimu, aku bakalan memukulnya duluan.”
“Fufu, aku benar-benar senang Alisa ada di sisiku.”
“Aku tidak bisa apa-apa tanpa Shizuku, jadi kita impas. Nah, ayo kita duduk.”
Aku dan Shizuku duduk agak jauh dari anggota fan club. Pertandingan ini tidak akan penuh, jadi di baris paling depan lantai dua sudah cukup untuk melihat pertandingan. Apa belum dimulai ya?
“Kalian berdua, terima kasih sudah datang.”
“Hyaa!”
Saat kami santai menunggu pertandingan, tiba-tiba ada suara dari belakang. Suara yang kutunggu-tunggu. Jantungku berdebar kencang. Dia datang karena aku mengirim pesan sebelum masuk arena. Ugh, aku ingin menyapanya tapi entah kenapa tidak bisa menoleh. Aku mendengar suara Shizuku.
“Selamat siang, Kogure-kun. Semoga berhasil di pertandingan.”
“Yah, karena aku bukan pemain reguler, mungkin aku tidak akan main.”
“Umm, ginana dengan Hirasawa-kun?”
“Leo tentu saja pemain reguler dan ace, jadi dia sedang berbicara dengan tim utama. Dia sangat bersemangat, kurasa dia bakal bermain bagus. Mungkin dia pengen dilihat seseorang.”
“Uhh, tolong sampaikan aku mendukungnya. Te-tentu saja kalau dukunganku tidak diperlukan, itu juga tidak apa-apa. Eh... Alisa, sampai kapan kamu akan menyembunyikan wajahmu?”
“Asahina-san, ada apa?”
Gawat. Ini pertemuan pertama hari ini jadi wajahku pasti sangat merah. Habis, aku sempat lihat sekilas dia memakai seragam lengan pendek dan celana pendek. Terlalu seksi, berbahaya. Aku bisa mimisan. Terlalu indah, aku bisa pingsan.
“Ofuu...”
“Asahina-san, kamu baik-baik aja?”
“Kurasa pikiran Alisa sedang kacau karena perasaan yang baru pertama kali dia alami.”
“Begitu ya.”
“...Eh!?”
Saat aku sadar, Kogure-kun sudah ada di depan mataku. Lalu dia mengangkat tangan dan menempelkan telapak tangannya ke dahiku. Tangannya yang hangat melalui dahiku membuat suhu tubuhku naik. Mataku bertemu dengan matanya yang jernih dan jantungku mulai berdebar kencang sampai-sampai aku bisa mendengar debarannya.
“Kayaknya ada demam tapi tidak juga. Kalau tidak enak badan, istirahatlah ya.”
“Ko-Kogure-kun, apa yang kamu lakukan?”
“Maaf mendahului Otsuki-san. Tapi melihat Asahina-san, aku jadi pengen merawatnya! Kayak melihat Hiyori.”
“...Memperlakukannya kayak anak 5 tahun. Aku mengerti perasaanmu sih.”
Shizuku menarik tubuhku ke arahnya. Aku tidak bisa lagi merasakan kehangatan telapak tangan Kogure-kun... dan aku merasa kehilangan.
“Serahkan Alisa padaku. Pertandingan akan dimulai, sebaiknya Kogure-kun pergi.”
“Benar juga. Kalau gitu, nikmati pertandingannya ya kalian berdua.”
Kogure-kun berlari menaiki tangga tribun.
“Kyuu...”
“Alisa, kamu masih mau bilang tidak suka?”
Apa Kogure-kun selalu sekeren itu? Aku sama sekali tidak bisa melihat wajahnya!
Akhirnya pertandingan final akan dimulai, para pemain mulai berkumpul di lapangan. Aku tidak terlalu sering menonton pertandingan basket, tapi kalau tidak salah sistemnya empat quarter ya. Shizuku mungkin akan melihat aksi Hirasawa-kun, tapi aku tidak peduli siapa yang main. Kogure-kun juga bukan pemain reguler, jadi mungkin tidak akan main full.
“Kayaknya semua anggota tim basket menyadari keberadaan Alisa.”
Semua anggota klub basket sedang melihat ke arah sini dan ribut-ribut. Karena jaraknya cukup jauh, aku tidak bisa mendengar apa yang mereka katakan, tapi sepertinya bukan sesuatu yang baik untukku.
"Mungkin mereka pengen menunjukkan yang terbaik karena Alisa sedang melihat. Semuanya terlihat bersemangat ya."
"Mana Kogure-kun? ... Ah, itu dia."
"Alisa cuman memperhatikan satu orang aja ya."
Kogure-kun dan Hirasawa-kun sedang mengobrol. Mereka akrab ya, bisa mengobrol bahkan sebelum pertandingan. Aku jadi sedikit cemburu. Tapi karena Hirasawa-kun yang menghampiri duluan, mungkin Kogure-kun bagiku seperti Shizuku bagi Hirasawa-kun. Kogure-kun melihat ke arah sini, dan Hirasawa-kun pun ikut memandang ke arah Shizuku.
"Shizuku."
"A-aku tahu."
Shizuku mengangkat tangannya sedikit. Lalu Hirasawa-kun mulai melambaikan tangannya dengan bersemangat.
"Uuh..."
Shizuku menundukkan kepalanya, mungkin karena malu. Wajah Shizuku yang memerah benar-benar manis.
"Dia benar-benar memperhatikanku ya."
"Sudah saatnya kamu mengungkapkan perasaanmu. Bahwa Hirasawa Leo menyukai Otsuki Shizuku."
"Jangan katakan itu. Aku belum siap menerimanya."
Akhirnya pertandingan akan dimulai. Sepuluh pemain starting lineup berkumpul di lapangan untuk jump ball. Nah... Aku berbaring dan meletakkan kepalaku di paha Shizuku yang lembut.
"Hei, Alisa!"
"Bangunkan aku kalau Kogure-kun masuk ya."
"Mou!"
Paha Shizuku memang nyaman sekali untuk tidur. Rasanya aku bisa tidur selamanya... Tapi waktu di taman hiburan, pangkuan Kogure-kun juga enak. Ototnya yang kuat memberikan rasa aman yang berbeda. Aku ingin dia memangkuku lagi. Atau mungkin seharusnya aku yang memangku kepalanya dan mengelus rambutnya? Sambil memikirkan hal itu, aku memejamkan mata dan tanpa sadar tertidur.
"Alisa, Alisa! Ini saat yang tepat lho!"
"Hmm... Tidak bisa, biarkan aku tidur sebentar lagi."
"Kamu mau digelitiki?"
"Hii! Aku bangun, aku bangun!"
Shizuku menggerakkan kedua tangannya, bersiap menggelitiki pinggang dan perutku. Sejak dulu aku lemah terhadap gelitikan, dan Shizuku sering melakukannya untuk membangunkanku. Aku tidak tahan disentuh di mana pun, jadi kelemahan ini tidak boleh diketahui selain oleh teman masa kecilku. Aku benar-benar tidak bisa tahan bahkan satu detik pun... Eh, Kogure-kun sudah masuk!? Aku langsung bangun dan melihat ke lapangan. Gerakanku masih lambat karena belum sepenuhnya sadar.
"Ginana situasinya sekarang?"
"Quarter keempat, sisa satu menit. Kita tertinggal empat poin."
"Bukannya tu berarti sudah hampir berakhir!?"
"Kamu tidur terlalu lama! Padahal aku sudah mencoba membangunkanmu beberapa kali."
Suasana di sekitar kami sudah sangat riuh. Menurut Shizuku, pertandingannya berlangsung sengit. Terutama penampilan Hirasawa-kun yang luar biasa, katanya saat dia berhasil melewati empat defender dan mencetak skor itu sangat menakjubkan. Aku memang tertidur pulas, tapi Shizuku berhasil membangunkanku saat Kogure-kun akhirnya masuk.
"Sisa satu menit, bola di lawan, dan tertinggal empat poin. Satu gol maksimal tiga poin, jadi kita harus memasukkan bola dua kali. Secara normal, itu mustahil ya."
"Tapi... Kalau Hirasawa-kun... Kalau Hirasawa-kun pasti bisa melakukan sesuatu."
Sepertinya Shizuku sudah menaruh harapannya pada Hirasawa-kun. Pertandingan hari ini pasti benar-benar hebat. Melihat sekeliling, semua siswa dari sekolah kami sedang mendukung dengan sepenuh hati. Anggota fan club Hirasawa-kun juga bersorak dengan keras. Dan permainan dimulai lagi dengan sisa 50 detik. Lawan melakukan passing untuk mengulur waktu. Itu wajar sih. Hirasawa-kun dan yang lain berusaha keras merebut bola tapi tidak berhasil. Saat semua orang fokus pada bola, tiba-tiba Hirasawa-kun berlari ke arah berlawanan. Semua orang tertarik oleh gerakannya. Tapi aku... Karena hanya memperhatikan Kogure-kun, aku tahu alasannya. Dia memanfaatkan celah dalam passing lawan, dan berhasil merebut bola dengan menyambarnya dari bawah. Kogure-kun langsung melakukan long pass ke Hirasawa-kun. Hirasawa-kun menerima bola di luar garis three point. Tembakan yang dia lepaskan dari sana masuk ke dalam ring. Sekarang selisihnya tinggal satu poin.
"Dia bisa mencetak skor di situasi kayak gituu!?"
"Hebat sekali, Hirasawa!"
"Kyaaaa, Leo keren banget!"
"Hirasawa-kun hebat ya! Iya kan, Alisa!"
"Eh, iya."
Memang hebat bisa mencetak three point shoot di saat-saat seperti itu. Tapi apakah tidak ada yang melihat aksi Kogure-kun yang merebut bola dan langsung melakukan long pass ke Hirasawa-kun? Aku melihat papan skor lagi. Sisa 30 detik dan selisih satu poin. Dalam situasi seperti ini, apa pun bisa terjadi. Serangan terakhir dimulai dari bola lawan.
"Berjuanglah, berjuanglah."
Shizuku juga berdoa sambil mengatupkan kedua tangannya. Apapun yang terjadi, tinggal 20 detik lagi. Aku harap kita bisa menang. Semua berusaha keras melakukan defense untuk merebut bola.
"Ah!"
Hirasawa-kun berhasil merebut bola dan langsung menyerang ke daerah lawan dengan dribble.
Sisa 15 detik, jika ini masuk kita akan menang. Dia menggunakan kombinasi pass dan dribble, lawanpun berusaha keras menghentikannya. Satu, tidak, dua orang mendekatinya.
"Hirasawa-kun terkepung..."
Tatapanku secara alami mengikuti gumaman Shizuku. Dua orang defender sedang menjaga Hirasawa-kun. Mereka memberikan tekanan pada ace yang memiliki kemampuan mencetak skor tinggi. Tim lawan juga berjuang keras. Saat waktu tersisa sedikit, Hirasawa-kun mengoper ke Kogure-kun. Kukira Kogure-kun akan menangkapnya, tapi begitu menerima bola, dia langsung melepaskan tembakan melengkung ke arah ring. Aku tidak yakin apakah itu benar-benar tembakan atau hanya sebuah operan. Hirasawa-kun berlari mengejar bola yang melambung tinggi itu, bergerak cepat ke bawah ring, dan melompat dengan ketinggian luar biasa. Tangannya yang meraih ring menyentuh bola dan langsung menghantamkannya ke ring. Dunk shoot dengan dua detik tersisa menjadi poin penentu, dan pertandingan pun berakhir.
“Hebat... Hebat banget!”
“Ya... Sungguh kemenangan yang dramatis.”
Shizuku di sampingku berlinang air mata, sementara anggota fan club Hirasawa-kun bersorak-sorai kegirangan. Yah, siapa pun pasti akan terpesona melihat tembakan spektakuler di akhir pertandingan seperti itu. Semua orang berkerumun di sekitar Hirasawa-kun yang mencetak skor terakhir. Hanya satu orang yang berdiri agak jauh, mengamati situasi. Melihat wajahnya, hatiku berdebar. Ya, Kogure-kun terlihat sangat senang atas keberhasilan sahabatnya. Pertandingan berakhir, kedua tim saling memberi hormat, dan para pemain meninggalkan lapangan satu per satu. Meski hanya melihat satu menit terakhir, rasanya pertandingan tadi cukup intens. ... Aku jadi menyesal tidak menyaksikannya dari awal.
“Alisa, aku mau ke toilet sebentar ya.”
“Oke.”
Setelah melihat Shizuku naik tangga sambil membawa barang-barangnya, aku terus memandangi lapangan dari kursi lantai dua ini. Sejak tadi terdengar suara-suara yang memuji Hirasawa-kun tanpa henti. Memang Hirasawa-kun hebat. Three point shoot dan dunk shoot itu. Tidak diragukan lagi, penampilannya layak disebut sebagai aksi seorang ace. Tapi entah kenapa aku merasa ada yang mengganjal. Bukankah seharusnya aksi dia yang membantu ace terhebat juga patut dibicarakan sedikit? Bukankah keberhasilan Hirasawa-kun juga berkat gerakan Kogure-kun?
“Asahina-san.”
“Hyaa! Ko-Kogure-kun.”
Baru saja aku memikirkan Kogure-kun, dia sudah muncul di hadapanku. Mungkin karena baru selesai bertanding, seragamnya basah oleh keringat dan rambutnya berantakan. Penampilannya yang berbeda dari biasanya dan terlihat lebih garang ini membuatku terpesona.
“Apa kamu melihat Leo? Setelah pertandingan selesai, dia tiba-tiba menghilang. Aku penasaran ke mana dia pergi.”
“Dia tidak datang ke sini.”
“Aku dengar ada yang melihatnya masuk ke ruang ganti, jadi aku ke sana, tapi dia sudah tidak ada. Oh iya, ke mana Otsuki-san pergi?”
“Dia ke toilet, tapi... Lama banget ya.”
Lalu aku membayangkan suatu kemungkinan. Sepertinya Kogure-kun juga memikirkan hal yang sama. Aku dan Kogure-kun segera meninggalkan tempat pertandingan. Kalau mau menyatakan perasaan, pasti bukan di dalam. Berarti di luar gedung olahraga. Kami berjalan mengitari bagian luar gedung, dan saat tiba di tempat terbuka, kami melihat Shizuku dan Hirasawa-kun di sana.
... Mungkin saat penentuan telah tiba.
Tidak boleh adanya spoiler, hormati user lainya. Gunakan komentar dengan bijak sebagai tempat berdiskusi.