Bab 7
Hari Minggu pagi. Aku melangkahkan kaki ke alun-alun di
depan stasiun untuk berkencan dengan Rinka-san.
Jantungku berdebar kencang karena rasa gugup yang luar
biasa. Sekilas, aku melihat sekelompok anak muda dan keluarga yang
bersenang-senang memasuki stasiun. Aku berjalan menuju pepohonan di tengah
alun-alun dan duduk di bangku yang ada di dekatnya.
Suara dedaunan yang bergesekan karena angin mencoba
menenangkan perasaanku. Aku menarik napas dalam-dalam.
"...Tetap saja tidak tenang..."
Aku tidak bisa kembali ke keadaan normal. Tapi, ini bukan
ketegangan yang membuat pikiranku blank.
Ada rasa senang, malu, dan berbagai perasaan lainnya yang
bercampur aduk, dan akhirnya membuatku semakin memikirkan Rinka-san.
Meskipun aku mencoba berpakaian tidak terlalu mencolok
dan tidak terlalu sederhana berdasarkan referensi dari internet, aku tetap
penasaran dengan pakaian yang akan dikenakan Rinka-san.
"...Ah..."
Aku melihat Rinka-san datang dari arah pintu masuk
alun-alun, berbaur dengan orang-orang.
Karena jaraknya masih jauh, aku tidak bisa melihatnya
dengan jelas. Rinka-san memakai topi baret biru tua dan kacamata besar, mungkin
untuk menutupi wajahnya. Dia mengenakan kaos oblong dan rok panjang.
Penampilannya sangat berbeda dari biasanya. Dia terlihat
lebih imut daripada biasanya, dan sama sekali tidak menunjukkan aura idol
cool-nya. Sekilas, tidak ada yang akan mengira dia adalah Mizuki Rinka. Itu
terbukti dari tidak ada orang yang memperhatikannya.
"Maaf menunggu, Kazuto-kun."
Rinka-san berdiri di depanku dengan sedikit senyuman di
wajahnya.
Hal kecil seperti itu saja membuatku berberdenyut.
"Kau datang lebih awal di dunia nyata. Biasanya kamu
selalu terlambat di game online."
"Seperti yang sudah aku katakan, aku bisa datang
lebih awal kalo mau. Lagipula, kamulah penyebab aku terlambat."
"Aku? Kenapa?"
"Aku lupa waktu saat menonton videomu. Itulah yang
membuatku terlambat."
"Be-begitu ya... Aku tidak tahu harus marah atau
senang mendengarnya."
Rinka-san mengalihkan pandangannya ke samping sejenak dan
pipinya sedikit memerah. Dia terlihat malu.
Yah, aku memang melebih-lebihkan.
"Baiklah... Ayo pergi ke bioskop."
"Baiklah."
Aku berdiri dari bangku dan berdiri di samping Rinka-san.
Aku melihat sekeliling, tapi tidak ada yang memperhatikan kami.
Ini... mirip dengan apa yang terjadi di kantin.
Seorang idol populer ada di dekatku, tapi tidak ada yang
peduli.
Seperti yang dikatakan Kurumi-san, dengan mengubah
pakaian dan aura, idol bisa menyembunyikan identitas mereka. ... Mungkin, citra
itu hanya sepenting itu.
"Kazuto-kun, kenapa?"
"Ah, tidak apa-apa..."
Aku sudah merencanakan beberapa hal untuk kencan ini. Aku
ingin melakukan salah satunya sekarang, tapi aku tidak bisa memulai.
"Kau sakit? Wajahmu memerah..."
"T-tidak. Bukan seperti itu."
Aku ingin menggenggam tangannya. Lebih dari sebuah
rencana, itu adalah keinginanku.
Namun, mengatakannya dengan kata-kata adalah rintangan
pertama bagiku.
Lagipula, Rinka-san tidak terlihat gugup sama sekali.
Mungkin karena dia menganggap kami sebagai suami istri, dan tidak menganggap
ini sebagai kencan.
...Apakah aku saja yang terlalu memikirkannya? Aku merasa
sedikit sedih memikirkannya.
"Kazuto-kun?"
"Ah, Rinka-san, itu..."
"Ada apa? Jangan ragu untuk mengatakannya."
"T-tangan..."
"Tangan?"
Rinka-san memiringkan kepalanya dengan ekspresi bingung,
dan menatapku dengan mata polos.
"...Aku ingin menggenggam tanganmu."
Akhirnya aku mengatakannya.
Ini pertama kalinya aku mengatakan hal seperti ini kepada
seorang gadis.
Tapi, yah, Rinka-san menganggap kami sebagai suami istri,
jadi dia mungkin akan berkata, "Baiklah. Kita suami istri, jadi wajar kalo
kita berpegangan tangan."
Itulah yang kupikirkan, tapi entah kenapa, dia tidak
menjawab.
Rinka-san menatap wajahku, matanya terbuka lebar, dan dia
membeku seperti patung.
"Ah, Rinka-san?"
"A-ah, ya... B-baiklah. Kita suami istri, jadi tidak
ada yang aneh dengan berpegangan tangan. Lagipula, kau tidak perlu meminta izin
untuk itu."
...
Dia berbicara dengan sangat cepat. Sepertinya dia
berbicara cepat untuk menyembunyikan perasaannya.
Dia kemudian memalingkan wajahnya dariku.
"Baiklah... Mari kita berpegangan tangan."
"B-baiklah..."
Aku dengan berani menggenggam tangan kanan Rinka-san yang
dia ulurkan. Tangan gadis yang pertama kali kugenggam ini jauh lebih lembut
dari yang kubayangkan. Tangan Mizuki Rinka menjadi sesuatu yang misterius
bagiku. Aku bahkan merasa tersentuh bisa berpegangan tangan dengannya.
"..."
"..."
Alun-alun di depan stasiun. Di tengah keramaian orang
yang berlalu-lalang, kami berdua berdiri diam dengan tangan terjalin. Kami
tidak berbicara sepatah katapun.
Yah, aku mengerti mengapa aku tidak bisa bergerak.
Perasaan gugup, tersentuh, dan kehangatan tangan gadis
yang kusuka untuk pertama kalinya ini membuatku kehilangan rasa realitas.
Lalu, bagaimana dengan Rinka-san?
Kenapa dia juga tidak bergerak? Kenapa dia tidak
mengatakan apa-apa?
Setelah beberapa detik, pikiranku mulai jernih dan aku
mulai bertanya-tanya. Aku melirik ke arah Rinka-san.
...Dia memalingkan wajahnya. Dia melihat ke arah yang
berlawanan denganku. Kenapa...?
"Ah, Rinka-san?"
Penasaran dengan ekspresinya, aku berusaha melihat wajah Rinka-san.
Dia malah memalingkan wajahnya lebih jauh. Sepertinya dia benar-benar tidak
ingin aku melihat wajahnya.
"Rinka-san. Ada apa sih?"
"...Jangan..."
"Hah?"
"Sekarang... Jangan lihat wajahku..."
Suaranya yang bergetar karena malu membuatku membayangkan
wajah Rinka-san yang memerah.
Apa ini...?
"Apa kamu malu?"
"Tch!"
"Meskipun kita sudah menganggap diri kita sebagai
suami istri?"
"Bukan menganggap diri sebagai suami istri, tapi
kita memang suami istri."
"Meskipun kita suami istri, kamu masih malu
berpegangan tangan...?"
"Tentu saja, ini kan pertama kalinya... Berinteraksi
secara langsung dengan orang yang kusuka..."
Suara Rinka-san semakin kecil. Dia berbisik, "Ini
tangan Kazuto-kun..." dengan suara nyaris tak terdengar. Sejujurnya, Rinka-san
saat ini sangatlah imut.
Jika aku adalah pria yang agresif, aku pasti sudah
memeluk Rinka-san saat ini.
"Ayo... pergi..."
"Baiklah... Ayo pergi..."
Kami mulai berjalan dengan kaku seperti robot berkarat.
Kami merasakan tatapan aneh dari orang-orang di sekitar,
tapi itu bukan karena Rinka-san adalah seorang idol populer.
☆
Kami datang ke bioskop dan duduk di kursi. Di tengah,
agak ke belakang. Rinka-san duduk di sebelah kiriku. Lampu masih menyala karena
film belum dimulai. Ada beberapa orang lain di sana, dan suara mereka berbicara
terdengar dari sana-sini.
"..."
Masih dalam suasana tegang, kami sesekali melirik satu
sama lain tapi tidak berbicara. Tapi suasananya tidak canggung. Sulit untuk
dijelaskan, tapi ini adalah ketegangan yang menyenangkan.
Saat aku sedang berpikir untuk memulai percakapan, Rinka-san
berbicara terlebih dahulu.
"Meskipun ini setelah kita menikah, hari ini adalah
kencan pertama kita, ya?"
"Ya. Aneh sekali menikah terlebih dahulu."
"Oh, kamu tidak menyangkalnya seperti
biasanya?"
"Yah, hmm..."
Aku tidak akan berkencan kalo aku ingin menyangkalnya.
"Akhirnya kau mulai sadar kalo kamu adalah seorang
suami...!"
"..."
"Kau tahu, Kazuto-kun. Diabaikan adalah hal yang
paling menyakitkan bagi manusia."
Itu mungkin suara paling serius yang dia keluarkan hari
ini.
Meskipun aku mencoba berekasi dengan cara yang berbeda
dari biasanya, bukan dengan menyangkal, ternyata diabaikan tetaplah hal yang
buruk.
Untuk segera mengubah suasana, aku mencoba memulai
percakapan dengan topik yang ringan.
"Apakah kamu sering menonton film romantis?"
Film yang akan diputar adalah film komedi romantis. Aku
yakin itu tidak jauh dari selera Rinka-san, tapi aku memulai percakapan untuk
memulai pembicaraan.
"Jarang."
Aku kecewa.
Wah, sesuai dengan citranya yang cool, dia sepertinya
tidak terlalu tertarik dengan film romantis.
"Kalo aku punya waktu untuk menonton film, aku lebih
suka masuk ke 【Black Plain】."
"Seperti yang diharapkan... Kamu benar-benar seorang
idol gamer."
"...Itu karena kamu, Kazuto-kun."
Aku? Ketika aku bertanya, Rinka-san mengangguk pelan.
"【Black Plain】hanyalah
alat komunikasi bagiku. Tentu saja, 【Black Plain】itu menyenangkan. Tapi bagiku, 【Black Plain】adalah dunia di mana aku
bisa bertemu Kaz."
"Be-benarkah begitu..."
"Kalo aku tidak bertemu Kaz, aku mungkin sudah
pensiun dari 【Black Plain】dua minggu
setelahnya."
"Itu tidak boleh! Masih banyak elemen yang bisa
dinikmati, dan kedalaman penambangannya tidak bisa dipahami bahkan seumur
hidup!"
"Kazuto-kun, terkadang kau memiliki tombol aneh yang
menyala..."
Kenapa ya? Aku merasa Rinka-san sedikit menjauh.
Padahal, aku hanya ingin dia lebih memahami pesona 【Black Plain】.
"Kamu terlalu fokus pada memancing. Cobalah fokus
pada elemen lain juga. Atau, izinkan aku melakukan hal lain selain
memancing."
"Apa yang kamu bicarakan? Tahukah kamu apa elemen
yang paling banyak dimainkan di 【Black Plain】? ...Memancing. Hampir semua pemain memancing."
"Itu hanya AFK! Mereka hanya memancing untuk
menghasilkan uang."
"Memancing bisa dinikmati bahkan saat AFK. Itu
menunjukkan betapa hebatnya memancing."
"Itu bukan menikmati, Itu AFK!"
Sebelum aku menyadarinya, 'aku dan Rinka-san’ telah
berbicara tanpa henti dengan gaya 'Kaz dan Rin'.
Kami lupa tentang ketegangan sebelumnya dan terus berbicara
sampai lampu di ruangan dipadamkan.
Dan film akan segera dimulai, ruangan menjadi sunyi.
Aku dan Rinka-san juga secara alami menutup mulut kami.
...Apa yang harus aku lakukan?
Kalo kami tidak berbicara, aku akan kembali sadar.
Terutama, situasi di mana dia duduk di sampingku di
ruangan yang remang-remang ini benar-benar menggoda.
"Ah, Kazuto-kun."
"Hm?"
Mungkin karena dia memperhatikan orang-orang di sekitar, Rinka-san
mendekatkan wajahnya ke telinga kiriku dan berbisik. Nafas hangatnya yang
lembut terasa geli di telingaku.
"Seperti tadi... bolehkah kita berpegangan tangan?
Bahkan saat film diputar..."
"Kita kan suami istri? Terserah kamu..."
"Hm..."
Setelah jawaban singkat dari Rinka-san, tangan kanannya
perlahan-lahan menumpuk di atas tangan kiriku yang diletakkan di sandaran
tangan. Aku tidak bisa fokus pada film lagi. Aku menjadi gugup.
Entah kenapa, aku bisa merasakan pipiku memerah, bahkan
tanpa melihat ke cermin.
Saat film diputar, aku melirik ke arah Rinka-san. Pada
saat yang sama, Rinka-san juga melirikku, dan mata kami bertemu.
Entah kenapa aku merasa malu, dan aku segera mengalihkan
pandanganku ke layar.
...Rinka-san juga sedikit memerah.
Meskipun Rinka-san selalu bersikap seperti istriku,
ternyata dia adalah gadis pemalu yang memerah hanya dengan berpegangan tangan.
Dan setelah film selesai, kami mencoba berbicara tentang
film tersebut, tetapi tidak berhasil.
Sejujurnya, aku tidak terlalu ingat isi filmnya.
Meskipun aku bisa mengingat samar-samar, kehangatan yang
tersisa di tangan kiriku adalah segalanya.
Tapi, mungkin Rinka-san juga merasakan hal yang sama.
Dia tidak benar-benar berbicara ketika aku membahas
filmnya, dan hanya mengelus tangan kanannya dengan malu.
☆
Kami berjalan tanpa suara, menjaga jarak yang lumayan sehingga
bahu kami tidak bersentuhan.
Sejak kami berpegangan tangan, Rinka-san menjadi pendiam
seperti hewan kecil. Mungkin ada perbedaan besar antara berpura-pura menjadi
istri dan benar-benar mengalaminya.
"Kazuto-kun..."
"Apa?"
"Itu... bukan apa-apa. Aku hanya ingin memanggil
namamu."
"Be-benarkah...?"
Rinka-san yang biasanya bertingkah berani sekarang
menjadi malu hanya dengan berpegangan tangan. Aku tidak bisa membayangkan apa
yang akan terjadi jika kami melangkah lebih jauh.
Tapi, aku ingin melihat lebih banyak sisi Rinka-san. Sisi
Rinka-san yang tidak bisa aku lihat di game online...
"Ah...!"
Rinka-san bersembunyi di belakangku dengan ketakutan. Ada
apa?
Aku penasaran, tetapi aku segera mengerti. Tiga pria
biasa yang nongkrong di pinggir jalan sedang menatap kami, atau lebih tepatnya,
mereka menatap Rinka-san dengan saksama sambil berbisik-bisik.
Aku langsung mengerti. Ini agak berbahaya.
Aku melindungi Rinka-san di belakangku dan mempercepat
langkahku, mencoba keluar dari pandangan mereka.
Setelah melewati jalan itu, kami mencari tempat yang sepi
dan bersembunyi di gang yang gelap.
"Apakah tadi... ketahuan?"
"Tidak, kurasa mereka tidak yakin. Mungkin mereka
hanya berpikir kita agak mirip...?"
Meskipun Rinka-san mengatakan itu, dia tidak bisa
menyembunyikan kecemasannya.
Dia menundukkan kepalanya dan membungkuk sedikit.
"Aku pikir tidak apa-apa karena tidak ada
tanda-tanda mereka akan mengetahuinya..."
"Ya... Kebanyakan orang akan menahan diri kalo
mereka tahu..."
Ketika seorang idol berkencan, orang-orang tidak akan
menahan diri. Hampir semua penggemarnya mungkin akan marah. Kalo itu terjadi,
karir idol Rinka-san akan berakhir.
Meskipun tidak ada aturan resmi yang melarang percintaan
di Star☆Mains, tapi tabu bagi
idol untuk memiliki kekasih adalah rahasia umum. Bahkan aku yang tidak terlalu
mengikuti perkembangan idol pun memahaminya, ini adalah masalah yang cukup
sensitif.
Aku menantikan kencan dengan Rinka-san dan bahkan
begadang untuk merencanakannya. Tapi...
"Tetap saja tidak bisa ya."
"...Eh?"
"Menurutku ini sudah cukup berbahaya... Kita
bubarkan saja di sini."
Aku mengatakan itu demi masa depan Rinka-san. Aku tidak
ingin karir idolnya hancur karena aku. Lagipula, meskipun dunia nyata tidak
memungkinkan, kita masih memiliki dunia game online.
...
Aku mencoba meyakinkan diriku sendiri dengan alasan itu.
"Meskipun waktunya singkat, aku senang. Terima
kasih, Rinka-san."
Aku berusaha tersenyum lebar dan mengucapkan terima kasih
kepada Rinka-san. Rinka-san pasti juga mengerti kalo ini sudah cukup berisiko.
Seberapapun dia menyukaiku, Rinka-san yang selalu
berpikir jernih pasti akan menerimanya...
"Jangan..."
Rinka-san mencengkeram lenganku dengan erat.
Kalo aku menariknya sedikit lebih kuat, dia pasti akan
mudah terlepas. Cengkeramannya begitu lemah.
Rinka-san menunduk dan menatap tanah, menyembunyikan
wajahnya dariku. Dia berbisik dengan suara kecil, mengungkapkan keinginannya
yang tulus.
"...Aku ingin bersamamu sedikit lebih lama."
"Tapi..."
"Ini kan kencan yang kamu rencanakan..."
"Rinka-san..."
"Ini kan kencan pertama kita..."
Suaranya yang sedikit bergetar bercampur dengan air mata.
Melihat Rinka-san sedih seperti ini, aku jadi menyesal mengajaknya kencan. Aku
tahu dari awal bahwa berkencan di dunia nyata akan berisiko tinggi.
Namun, keinginan untuk bersama orang yang kusuka -
perasaan yang murni - mendorong kami untuk berpikir naif. Kami pikir dengan
menyamar, identitas idolnya tidak akan terungkap.
"Tempat yang tidak akan dilihat siapapun... Rumah...
Ya, rumahku. Maukah kamu datang ke rumahku, Kazuto-kun?"
Rinka-san mengangkat kepalanya dan berkata dengan penuh
semangat, seolah-olah dia menemukan solusi yang sempurna.
"Rumah, ya?"
"Hari ini tidak ada orang di rumah sampai malam.
Bagaimana kalau kita... berkencan di rumahku?"
Dia menawarkannya dengan suara lemah, penuh kecemasan
akan penolakan.
Tentu saja aku tidak punya alasan untuk menolaknya. Rencana
kencan yang aku susun dengan susah payah harus dibatalkan, tapi itu bukan
masalah besar.
Saat aku mengangguk untuk menunjukkan persetujuan, Rinka-san
tersenyum lega.
☆
Saat kami tiba di rumah Rinka-san, hari sudah siang.
Tegang terus menerus membuatku lupa lapar, tapi Rinka-san
dengan baik hati menawarkan untuk membuatkan makan siang untukku.
Rinka-san segera mengikat rambutnya menjadi ponytail dan
memakai celemek. Melihat sisi rumah tangga dari idol cool yang jarang terlihat
di TV membuatku terpesona.
Meskipun sudah pernah melihatnya sebelumnya, perasaanku
tetap hangat.
"Kazuto-kun, santai saja."
Rinka-san mengantarku ke ruang tamu dan menyuruhku duduk
di sofa.
Aku mendengar suaranya dari dapur, "Bolehkah aku
menyalakan TV?". Aku mengambil remote di atas meja dan menyalakan TV.
Acara TV variety show siang hari menampilkan idola unggulan. Saat itu, mereka sedang
membahas tentang Star☆Mains.
Mereka memuji energi luar biasa Kurumizaka Nana sebagai pusat, dan bagaimana
grup idol ini berkembang pesat.
Suara Mizuki Rinka juga dipuji sebagai sesuatu yang luar
biasa.
"Hebat sekali ya."
Siapa yang sangka? Aku, seorang pria biasa, bermain game
online dengan para idol terkenal ini. Dan sekarang, aku bahkan berada di rumah
Rinka-san. Aku sendiri pun takjub dengan kehidupanku yang luar biasa ini.
Beberapa saat kemudian, Rinka-san memanggilku untuk makan
siang.
Aku bangun dari sofa dan duduk di kursi meja makan.
Di atas meja, terlihat nasi goreng yang tampak sangat
lezat. Aromanya yang harum dan menggoda membuat perutku berbunyi.
Nasi goreng itu dicampur dengan daun bawang dan daging
babi yang dipotong kecil-kecil, dan warnanya pun terlihat sempurna. Dari segi
penampilan, nasi goreng ini tidak kalah dengan yang disajikan di restoran.
"Hebat sekali, Rinka-san. Ini pasti sangat
enak."
"Ya. Aku suka memasak sejak kecil, dan aku cukup
yakin dengan kemampuanku."
Rinka-san berkata tanpa keraguan.
Sikapnya yang penuh percaya diri ini memang khas idol
cool. Rinka-san duduk di sampingku dengan membawa piring nasi gorengnya.
"Ayo makan, Kazuto-kun."
"Baiklah. Selamat makan."
Aku mengambil sendok yang disediakan dan menyendok nasi
goreng yang berbentuk kubah. Aku memasukkannya ke dalam mulut dan mengunyahnya.
"Enak sekali...!"
Aku bukan kritikus kuliner, jadi aku tidak bisa
menjelaskan secara detail apa yang membuatnya begitu lezat.
Yang jelas, nasi goreng ini sangatlah enak. Itu saja yang
bisa aku katakan.
"Syukurlah. Aku senang Kazuto-kun menyukainya."
"Ini benar-benar enak. Ini nasi goreng terenak yang
pernah kumakan."
Aku tidak berbohong. Memang benar nasi goreng ini sangat
lezat. Mungkin ada pengaruh dari masakan Rinka-san, tapi rasanya pun tidak
perlu diragukan lagi.
Aku terus melahap nasi goreng itu. Enak sekali.
"Hehe, sebenarnya aku mencampurkan sesuatu yang
spesial di nasi goreng itu."
"Sesuatu yang spesial?"
Aku tanpa sadar menghentikan suapanku dan menatap wajah Rinka-san.
Entah kenapa, dia menunjukkan senyum menggoda, dan matanya berkilau dengan cara
yang aneh.
"Ya, sesuatu yang spesial. Hehe."
"..."
...Apakah nasi goreng ini aman untuk dimakan?
Mungkin ini hanya masalah psikologis, tapi tiba-tiba aku
merasa perutku tidak enak.
T-tidak mungkin.
Pasti tidak ada bahan aneh di dalamnya.
Dia pasti hanya ingin mengatakan sesuatu yang imut
seperti, "Aku membuat nasi goreng ini dengan penuh cinta untuk Kazuto-kun.
Makanlah dengan lahap!"
Pasti begitu!
Ya, tolonglah!
"Kenapa, Kazuto-kun? Kamu tidak mau makan
lagi?"
"Ah, ya..."
"Kalo kamu mau, kau boleh makan bagianku juga."
"Itu tidak mungkin. Kamu juga harus makan dengan
baik, Rinka-san."
"Aku tidak apa-apa. Aku sudah puas hanya dengan
melihatmu makan dengan lahap..."
Rinka-san menatapku dengan penuh kasih sayang dan
tersenyum bahagia.
Aku tidak punya pilihan lain selain makan.
Aku menyingkirkan firasat burukku dan terus melahap nasi
goreng spesial buatan Rinka-san.
Note dari sananya:
Nasi goreng ini tidak mengandung bahan berbahaya. Jadi nikmati saja dengan
tenang.
Setelah makan siang, kami pergi ke kamar Rinka-san.
Kamarnya masih rapi dan tenang seperti biasa. Omong-omong, perutku baik-baik
saja.
Kami menghabiskan waktu berdua dengan mengobrol santai.
Topik utama kami tentu saja tentang【Black Plain】. Kami berbicara tentang bagaimana Rinka-san bersikap
dingin saat pertama kali bertemu, dan bagaimana aku terobsesi dengan
penambangan.
Percakapan kami terus berlanjut tanpa basa-basi, dan
tanpa terasa, cahaya oranye mulai terlihat di langit yang terlihat dari
jendela. ...Waktu ternyata berlalu lebih cepat dari yang aku kira. Seingatku,
keluarga Rinka-san akan pulang malam ini.
"..."
"..."
Percakapan kami terhenti, dan keheningan menyelimuti
ruangan.
Suasana sore yang hangat dan nyaman memenuhi ruangan, dan
aku baru menyadari kalo hanya ada kami berdua di sini.
Aku melirik ke samping, melihat Rinka-san yang duduk di
sampingku dengan bahu kami hampir bersentuhan.
Sepertinya Rinka-san juga menyadarinya.
Pandangan kami bertemu, dan kami saling menatap mata.
Entah kenapa...
Entah kenapa, aku merasa ini adalah saat yang tepat. Aku
hanya perlu menyampaikan perasaanku yang sebenarnya. Meskipun itu hanya hal
yang sederhana, telapak tanganku mulai berkeringat.
" Rinka-san... ada sesuatu yang ingin aku
bicarakan."
"Ada apa? Kenapa begitu formal?"
Rinka-san bersiap-siap mendengar perkataanku yang serius.
Karena jarak kami yang dekat, aku bisa melihat wajahnya
dengan jelas. ...Sial, jantungku berdetak kencang.
Tidak, ayo... Katakan saja...!
"Rinka-san, kau menyukaiku, kan?"
"Ya. Kita kan suami istri."
"...Aku tidak mengerti perasaanku sendiri, dan aku
tidak bisa memberikan jawaban yang tepat kepada Rinka-san."
"..."
"Tapi, akhirnya aku mengerti. Aku..."
"Tunggu."
"…………eh?"
Tepat sebelum aku menyelesaikan kalimatku, Rinka-san menghentikanku.
Aku terdiam dengan mulut terbuka karena terkejut.
"Itu... aku mengerti perasaan seriusmu,
Kazuto-kun."
"A-apa... ?"
"Tapi, itu... yah..."
Eh, kenapa dia terbata-bata? Aku mulai merasakan firasat
buruk yang luar biasa.
Apakah ini akan menjadi kejutan terburuk?
Mungkinkah dia sebenarnya menyukai orang lain, atau
hubungan kami hanya prank?
"Aku ingin merahasiakannya selamanya, tapi... ini
tidak benar."
"Apa yang kamu bicarakan?"
"Maaf, Kazuto-kun. Sebenarnya, aku punya
rahasia."
"R-rahasia seperti apa?"
Tergantung rahasianya, aku mungkin akan melakukan bungee
jumping tanpa tali sekarang.
"...Ini mungkin rahasia yang akan membuatmu
membenciku..."
"Serius?"
Di depan Rinka-san yang menunduk dan berbicara pelan, aku
merasa seperti kehilangan kesadaran. Rahasia yang akan membuatku membenci Rinka-san...
Pasti itu adalah rahasia besar.
"Aku sangat senang melihatmu berjuang dan berpikir
keras, dan kemudian hari ini, kamu mengajakku berkencan dan ingin mengungkapkan
perasaanmu... Aku sangat senang. Tapi, karena itu, aku merasa bersalah
menyimpan rahasia ini..."
"Rahasia itu... apa?"
Aku menelan ludah dan bertanya dengan berani.
"Lebih baik kamu melihatnya langsung."
Rinka-san berdiri perlahan dan berjalan menuju lemari. Dia
meletakkan tangannya di gagang lemari, menatapku sekali, dan membukanya dengan
ragu.
"..."
Di dalam lemari terdapat berbagai pakaian, dari pakaian kasual
hingga kostum idol yang glamor.
Tidak ada yang aneh di sana...
Tunggu sebentar.
Ada empat boneka kain di bawahnya. Ukurannya cukup besar
untuk dipeluk. Boneka kain itu tampak familiar.
Bukan familiar, tapi...
Wajah yang selalu aku lihat di cermin...
Ya, itu aku.
Empat boneka kain Kazuto-kun chibi yang dibuat dengan
imut duduk dengan gagah di lemari Rinka-san...!
"I-ini... ?"
"Boneka Kazuto-kun."
"..."
Aku hanya bisa terdiam dan menatap boneka Kazuto-kun yang
dibuat dengan imut itu.
Apakah Rinka-san yang membuatnya?
Meskipun itu adalah diriku, boneka itu dibuat dengan
sangat bagus.
"Itu... yah. Aku selalu memeluk boneka Kazuto-kun
saat tidur..."
"...E-eh?"
"Seiring berjalannya waktu, aku ingin dipeluk lebih
banyak boneka Kazuto-kun... dan sekarang ada empat boneka."
"Bukan empat orang, tapi empat boneka..."
Aku menegur diriku sendiri dalam hati karena fokus pada
hal yang tidak penting.
"Bahkan Kazuto-kun pasti merasa jijik, kan?"
Mata Rinka-san berkaca-kaca saat dia bertanya, dan dia
dengan gelisah memelintir jarinya.
Jadi begitu.
Sekarang aku mengerti mengapa dia mendorongku ke tempat
tidur dan bukan lemari saat bersembunyi dari Nonoa sebelumnya. Dia ingin
menyembunyikan boneka Kazuto-kun ini.
"Kazuto-kun pasti merasa aneh... Membuat boneka
Kazuto-kun dan memeluknya setiap malam saat tidur..."
"T-tidak seperti itu sama sekali."
"Benarkah?"
Saat aku mengangguk, Rinka-san yang hampir menangis
menghela nafas lega.
...Yah, aku memang terkejut.
Satu boneka mungkin terlihat lucu, tapi empat boneka
cukup menakutkan. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membuat satu boneka
kain?
Baru sebulan dan beberapa minggu sejak aku dan Rinka-san
bertemu.
Itu kecepatan yang cukup tinggi.
"Sebenarnya, masih ada lagi."
"A-ada boneka Kazuto-kun lagi?"
"Bukan. Ini adalah merchandise Kazuto-kun edisi
kedua."
Entah kenapa dengan sedikit rasa bangga, Rinka-san
membuka poster Star☆Mains
yang tertempel di dinding. Dari balik poster itu muncul sebuah mini poster yang
menunjukkan adegan aku makan di kelas...!
"Bagaimana? Menurutmu tidak imut?"
"Tidak sama sekali. Apa ini foto curian? Aku tidak
melihat ke kamera, dan aku bahkan tidak ingat difoto."
"Ini bukan foto curian. Tidak ada salahnya seorang
istri memotret suaminya, kan?"
Wah, ini tingkat yang tinggi.
"Setiap malam sebelum tidur, aku memeluk boneka
Kazuto-kun dan melihat Kazuto-kun di poster... hehe."
"Rinka-san, kamu seharusnya yang dilihat orang,
bukan melihat orang lain."
Seorang idol terkenal membuat boneka diriku, dan
diam-diam memotretku untuk dijadikan poster.
"Maaf, Kazuto-kun. Aku tahu apa yang aku lakukan ini
aneh."
"A-apa hanya aneh?"
"Tapi aku tidak bisa menahan perasaanku... Kalo aku
bisa tinggal bersama Kazuto-kun di bawah satu atap, mungkin keinginanku akan
sedikit terpenuhi."
"B-begitu ya..."
Aku kehilangan kata-kata. Aku tidak menyangka Rinka-san
akan melakukan hal sejauh ini.
...Tunggu, sebentar.
"Tadi kamu bilang merchandise Kazuto-kun edisi
kedua, kan? Apa itu artinya ada edisi ketiga?"
"Tentu saja."
Rinka-san membuka tempat pensil di atas mejanya dan
mengeluarkan sebuah penghapus.
"Aku menempelkan foto wajah Kazuto-kun di sampul
penghapus ini."
"---"
"Dengan begitu, aku bisa merasakan kehadiran
Kazuto-kun di dekatku bahkan saat belajar. Bukankah itu ide yang luar
biasa?"
"...Ya, begitulah..."
Aku sudah tidak tahu ekspresi seperti apa yang harus aku
buat. Haruskah aku tertawa, terkejut, atau jijik...?
Apa reaksi yang tepat?
Untuk saat ini, aku memutuskan untuk berpura-pura senang.
Diperlakukan seperti idol oleh idol super populer seperti
dia adalah hal yang luar biasa, bukan?
"Yah, yah... sebagai seorang pria, aku sangat senang
disukai sebanyak ini."
"Benarkah? Meskipun Kazuto-kun baik hati, aku khawatir
kamu akan merasa jijik."
"Tidak, tidak, idol kan sudah lama menjual
merchandise mereka. Ini tidak jauh berbeda."
"Ya. Terima kasih, Kazuto-kun. Karena sudah menerima
diriku yang seperti ini."
...Meskipun ada perbedaan apakah mereka mendapatkan izin
dari orangnya atau tidak.
"Aku ingin memastikan, tapi tidak ada merchandise
lain tentangku, kan?"
"Bukan merchandise, tapi..."
Rinka-san membuka laci mejanya dan mengeluarkan selembar
kertas.
"Itu apa?"
"Ini adalah surat nikah kita. Aku sudah mengisi nama
kita berdua."
"Ini sudah keterlaluan! Ini gawat! Dan bahkan ada
stempel Ayanokouji di atasnya!"
Ini jelas-jelas sebuah kejahatan.
"Jangan khawatir. Surat nikah ini aku buat sendiri,
dan kolom yang diperlukan seperti alamat keluarga dihapuskan, jadi tidak akan
diterima kalo diajukan."
"B-begitu ya."
"Tenanglah. Aku tidak segila itu."
"A-aku tidak yakin... apakah kamu benar-benar
mengerti..."
Aku merasa bingung.
"Melihat surat nikah ini membuat hatiku merasa
tenang. Ah, aku dan Kazuto-kun adalah pasangan suami istri."
"O-oh..."
Rinka-san memeluk surat nikah itu dan tersenyum puas. Di
sisi lain, aku hanya bisa tersenyum kecut.
"Realitas memang merepotkan. Ada batasan usia untuk
menikah... Tapi jangan khawatir. Meskipun kita tidak diakui sebagai pasangan
suami istri di dunia nyata, hati kita yang terikat di dunia game adalah
nyata."
"...Ya, ya."
A-apa yang terjadi ini?
Satu demi satu fakta mengejutkan terungkap.
"Apa kamu merasa jijik?"
"Eh?"
Rinka-san bertanya dengan suara kecil, tampak cemas.
"Sebenarnya sih, tingkah laku ku sudah keterlaluan.
Boneka, penghapus, poster, dan bahkan surat nikah, semua itu aneh."
"..."
Ya, semua itu memang aneh.
"Meskipun Kazuto-kun, kamu pasti tidak suka dengan
gadis yang melakukan hal-hal aneh seperti ini..."
"Bukan begitu."
Meskipun aku langsung menjawabnya, Rinka-san tetap
menunduk dan terus bergumam.
"Tidak apa-apa, kau tidak perlu berpura-pura. Kalo
kamu merasa aku menjijikkan..."
"Apa yang kamu katakan?"
"Aku benar-benar menyukai Kazuto-kun dari hatiku. makanya,
kebahagiaan Kazuto-kun adalah yang terpenting bagiku."
"Rinka-san..."
"Kalo aku menjadi beban Kazuto-kun..."
"Berhentilah, Rinka-san."
Aku memotongnya dan memanggil namanya. Rinka-san
mengangkat wajahnya yang berlinang air mata dan menatapku.
"Aku akan menerimamu apa adanya."
"Tapi, kau pasti tidak menyangka akan seperti
ini?"
"Ya."
"...Lihat, kau benar-benar..."
Rinka-san terisak.
Kalo aku memarahinya, dia mungkin akan benar-benar
menangis.
"Kalo kamu memang begitu, kenapa kamu memberitahuku
tentang merchandise itu?"
"...Aku menghargai hubungan yang tulus. Jadi aku
memutuskan untuk mengatakannya sebelum kamu mengungkapkan perasaanmu yang
serius. Aku ingin kamu mengetahui diriku yang sebenarnya, meskipun aku sudah
menyembunyikannya selama ini..."
Kalo aku tidak memutuskan untuk mengungkapkan pengakuan,
apakah dia akan menyembunyikannya selamanya?
Tidak, bukan itu.
Rinka-san yang menjunjung tinggi hati yang murni, sangat
takut rahasianya terbongkar.
"Jujurlah padaku. Kalo kamu tidak tahan lagi
denganku... jangan ragu untuk mengatakannya. Aku tidak ingin menjadi
bebanmu..."
Dia mengalihkan pandangannya dariku dan berbicara dengan
suara gemetar. Setiap orang memiliki rahasia yang tidak ingin mereka ungkapkan.
Itu berlaku bahkan untuk idol terkenal.
Tapi Rinka-san memberitahuku dengan bersiap untuk dibenci.
Dia memikirkan keyakinannya, dan juga kebahagiaanku...
Apa yang bisa aku lakukan untuknya?
...Hanya satu hal.
Aku harus mengatakan yang sebenarnya juga.
Karena kami... telah menjalin hubungan hati ke hati di dunia
game selama beberapa tahun.
"Rinka-san."
"...Kazuto-kun...?"
Rinka-san menungguku menjawab dengan berlinang air mata. Aku
menjawabnya dengan penuh keyakinan.
"Aku akan menerimamu apa adanya."
"...Benarkah?"
"Ya. Karena aku... benar-benar jatuh cinta pada
Mizuki Rinka."
"---"
Rinka-san ternganga dan menahan napasnya. Aku perlahan
melanjutkan kata-kataku.
"Bahkan jika Rinka-san bukan seorang idol, aku tetap
akan jatuh cinta padamu. Terus terang, bahkan jika Rinka-san sangat jelek,
perasaanku tidak akan berubah."
"...Kazuto-kun..."
"Yah, sebagai laki-laki, aku mungkin akan meninjumu
sekali. Haha."
Aku mencoba bercanda untuk mencairkan suasana.
Namun, Rinka-san yang pipinya memerah hanya menutup
mulutnya dengan kedua tangan. Dia menatapku dengan matanya yang berkaca-kaca,
seolah-olah air mata akan segera mengalir.
Aku dan Rinka-san memilih satu dunia【Black Plains】dari banyak dunia (game online) dan menjalin hubungan.
Mungkin ini klise, tapi ini mungkin bisa disebut keajaiban.
"Aku pikir... aku bisa menikmati apa pun bersama Rinka-san.
Tidak, aku ingin terus bersamamu. Ini adalah 'perasaan murni'ku."
"...ah"
"Aku suka Rinka-san."
Aku mengatakannya dengan jelas.
Aku mengatakan apa yang tidak bisa aku katakan
sebelumnya. Aku tidak membutuhkan keberanian untuk itu.
Aku hanya mengatakan hal yang wajar dengan cara yang
wajar.
Acara TV variety show siang hari menampilkan idola unggulan. Saat itu, mereka sedang
membahas tentang Star☆Mains.
Mereka memuji energi luar biasa Kurumizaka Nana sebagai pusat, dan bagaimana
grup idol ini berkembang pesat.
Suara Mizuki Rinka juga dipuji sebagai sesuatu yang luar
biasa.
"Hebat sekali ya."
Siapa yang sangka? Aku, seorang pria biasa, bermain game
online dengan para idol terkenal ini. Dan sekarang, aku bahkan berada di rumah
Rinka-san. Aku sendiri pun takjub dengan kehidupanku yang luar biasa ini.
Beberapa saat kemudian, Rinka-san memanggilku untuk makan
siang.
Aku bangun dari sofa dan duduk di kursi meja makan.
Di atas meja, terlihat nasi goreng yang tampak sangat
lezat. Aromanya yang harum dan menggoda membuat perutku berbunyi.
Nasi goreng itu dicampur dengan daun bawang dan daging
babi yang dipotong kecil-kecil, dan warnanya pun terlihat sempurna. Dari segi
penampilan, nasi goreng ini tidak kalah dengan yang disajikan di restoran.
"Hebat sekali, Rinka-san. Ini pasti sangat
enak."
"Ya. Aku suka memasak sejak kecil, dan aku cukup
yakin dengan kemampuanku."
Rinka-san berkata tanpa keraguan.
Sikapnya yang penuh percaya diri ini memang khas idol
cool. Rinka-san duduk di sampingku dengan membawa piring nasi gorengnya.
"Ayo makan, Kazuto-kun."
"Baiklah. Selamat makan."
Aku mengambil sendok yang disediakan dan menyendok nasi
goreng yang berbentuk kubah. Aku memasukkannya ke dalam mulut dan mengunyahnya.
"Enak sekali...!"
Aku bukan kritikus kuliner, jadi aku tidak bisa
menjelaskan secara detail apa yang membuatnya begitu lezat.
Yang jelas, nasi goreng ini sangatlah enak. Itu saja yang
bisa aku katakan.
"Syukurlah. Aku senang Kazuto-kun menyukainya."
"Ini benar-benar enak. Ini nasi goreng terenak yang
pernah kumakan."
Aku tidak berbohong. Memang benar nasi goreng ini sangat
lezat. Mungkin ada pengaruh dari masakan Rinka-san, tapi rasanya pun tidak
perlu diragukan lagi.
Aku terus melahap nasi goreng itu. Enak sekali.
"Hehe, sebenarnya aku mencampurkan sesuatu yang
spesial di nasi goreng itu."
"Sesuatu yang spesial?"
Aku tanpa sadar menghentikan suapanku dan menatap wajah Rinka-san.
Entah kenapa, dia menunjukkan senyum menggoda, dan matanya berkilau dengan cara
yang aneh.
"Ya, sesuatu yang spesial. Hehe."
"..."
...Apakah nasi goreng ini aman untuk dimakan?
Mungkin ini hanya masalah psikologis, tapi tiba-tiba aku
merasa perutku tidak enak.
T-tidak mungkin.
Pasti tidak ada bahan aneh di dalamnya.
Dia pasti hanya ingin mengatakan sesuatu yang imut
seperti, "Aku membuat nasi goreng ini dengan penuh cinta untuk Kazuto-kun.
Makanlah dengan lahap!"
Pasti begitu!
Ya, tolonglah!
"Kenapa, Kazuto-kun? Kamu tidak mau makan
lagi?"
"Ah, ya..."
"Kalo kamu mau, kau boleh makan bagianku juga."
"Itu tidak mungkin. Kamu juga harus makan dengan
baik, Rinka-san."
"Aku tidak apa-apa. Aku sudah puas hanya dengan
melihatmu makan dengan lahap..."
Rinka-san menatapku dengan penuh kasih sayang dan
tersenyum bahagia.
Aku tidak punya pilihan lain selain makan.
Aku menyingkirkan firasat burukku dan terus melahap nasi
goreng spesial buatan Rinka-san.
Note dari sananya:
Nasi goreng ini tidak mengandung bahan berbahaya. Jadi nikmati saja dengan
tenang.
Setelah makan siang, kami pergi ke kamar Rinka-san.
Kamarnya masih rapi dan tenang seperti biasa. Omong-omong, perutku baik-baik
saja.
Kami menghabiskan waktu berdua dengan mengobrol santai.
Topik utama kami tentu saja tentang【Black Plain】. Kami berbicara tentang bagaimana Rinka-san bersikap
dingin saat pertama kali bertemu, dan bagaimana aku terobsesi dengan
penambangan.
Percakapan kami terus berlanjut tanpa basa-basi, dan
tanpa terasa, cahaya oranye mulai terlihat di langit yang terlihat dari
jendela. ...Waktu ternyata berlalu lebih cepat dari yang aku kira. Seingatku,
keluarga Rinka-san akan pulang malam ini.
"..."
"..."
Percakapan kami terhenti, dan keheningan menyelimuti
ruangan.
Suasana sore yang hangat dan nyaman memenuhi ruangan, dan
aku baru menyadari kalo hanya ada kami berdua di sini.
Aku melirik ke samping, melihat Rinka-san yang duduk di
sampingku dengan bahu kami hampir bersentuhan.
Sepertinya Rinka-san juga menyadarinya.
Pandangan kami bertemu, dan kami saling menatap mata.
Entah kenapa...
Entah kenapa, aku merasa ini adalah saat yang tepat. Aku
hanya perlu menyampaikan perasaanku yang sebenarnya. Meskipun itu hanya hal
yang sederhana, telapak tanganku mulai berkeringat.
" Rinka-san... ada sesuatu yang ingin aku
bicarakan."
"Ada apa? Kenapa begitu formal?"
Rinka-san bersiap-siap mendengar perkataanku yang serius.
Karena jarak kami yang dekat, aku bisa melihat wajahnya
dengan jelas. ...Sial, jantungku berdetak kencang.
Tidak, ayo... Katakan saja...!
"Rinka-san, kau menyukaiku, kan?"
"Ya. Kita kan suami istri."
"...Aku tidak mengerti perasaanku sendiri, dan aku
tidak bisa memberikan jawaban yang tepat kepada Rinka-san."
"..."
"Tapi, akhirnya aku mengerti. Aku..."
"Tunggu."
"…………eh?"
Tepat sebelum aku menyelesaikan kalimatku, Rinka-san menghentikanku.
Aku terdiam dengan mulut terbuka karena terkejut.
"Itu... aku mengerti perasaan seriusmu,
Kazuto-kun."
"A-apa... ?"
"Tapi, itu... yah..."
Eh, kenapa dia terbata-bata? Aku mulai merasakan firasat
buruk yang luar biasa.
Apakah ini akan menjadi kejutan terburuk?
Mungkinkah dia sebenarnya menyukai orang lain, atau
hubungan kami hanya prank?
"Aku ingin merahasiakannya selamanya, tapi... ini
tidak benar."
"Apa yang kamu bicarakan?"
"Maaf, Kazuto-kun. Sebenarnya, aku punya
rahasia."
"R-rahasia seperti apa?"
Tergantung rahasianya, aku mungkin akan melakukan bungee
jumping tanpa tali sekarang.
"...Ini mungkin rahasia yang akan membuatmu
membenciku..."
"Serius?"
Di depan Rinka-san yang menunduk dan berbicara pelan, aku
merasa seperti kehilangan kesadaran. Rahasia yang akan membuatku membenci Rinka-san...
Pasti itu adalah rahasia besar.
"Aku sangat senang melihatmu berjuang dan berpikir
keras, dan kemudian hari ini, kamu mengajakku berkencan dan ingin mengungkapkan
perasaanmu... Aku sangat senang. Tapi, karena itu, aku merasa bersalah
menyimpan rahasia ini..."
"Rahasia itu... apa?"
Aku menelan ludah dan bertanya dengan berani.
"Lebih baik kamu melihatnya langsung."
Rinka-san berdiri perlahan dan berjalan menuju lemari. Dia
meletakkan tangannya di gagang lemari, menatapku sekali, dan membukanya dengan
ragu.
"..."
Di dalam lemari terdapat berbagai pakaian, dari pakaian kasual
hingga kostum idol yang glamor.
Tidak ada yang aneh di sana...
Tunggu sebentar.
Ada empat boneka kain di bawahnya. Ukurannya cukup besar
untuk dipeluk. Boneka kain itu tampak familiar.
Bukan familiar, tapi...
Wajah yang selalu aku lihat di cermin...
Ya, itu aku.
Empat boneka kain Kazuto-kun chibi yang dibuat dengan
imut duduk dengan gagah di lemari Rinka-san...!
"I-ini... ?"
"Boneka Kazuto-kun."
"..."
Aku hanya bisa terdiam dan menatap boneka Kazuto-kun yang
dibuat dengan imut itu.
Apakah Rinka-san yang membuatnya?
Meskipun itu adalah diriku, boneka itu dibuat dengan
sangat bagus.
"Itu... yah. Aku selalu memeluk boneka Kazuto-kun
saat tidur..."
"...E-eh?"
"Seiring berjalannya waktu, aku ingin dipeluk lebih
banyak boneka Kazuto-kun... dan sekarang ada empat boneka."
"Bukan empat orang, tapi empat boneka..."
Aku menegur diriku sendiri dalam hati karena fokus pada
hal yang tidak penting.
"Bahkan Kazuto-kun pasti merasa jijik, kan?"
Mata Rinka-san berkaca-kaca saat dia bertanya, dan dia
dengan gelisah memelintir jarinya.
Jadi begitu.
Sekarang aku mengerti mengapa dia mendorongku ke tempat
tidur dan bukan lemari saat bersembunyi dari Nonoa sebelumnya. Dia ingin
menyembunyikan boneka Kazuto-kun ini.
"Kazuto-kun pasti merasa aneh... Membuat boneka
Kazuto-kun dan memeluknya setiap malam saat tidur..."
"T-tidak seperti itu sama sekali."
"Benarkah?"
Saat aku mengangguk, Rinka-san yang hampir menangis
menghela nafas lega.
...Yah, aku memang terkejut.
Satu boneka mungkin terlihat lucu, tapi empat boneka
cukup menakutkan. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membuat satu boneka
kain?
Baru sebulan dan beberapa minggu sejak aku dan Rinka-san
bertemu.
Itu kecepatan yang cukup tinggi.
"Sebenarnya, masih ada lagi."
"A-ada boneka Kazuto-kun lagi?"
"Bukan. Ini adalah merchandise Kazuto-kun edisi
kedua."
Entah kenapa dengan sedikit rasa bangga, Rinka-san
membuka poster Star☆Mains
yang tertempel di dinding. Dari balik poster itu muncul sebuah mini poster yang
menunjukkan adegan aku makan di kelas...!
"Bagaimana? Menurutmu tidak imut?"
"Tidak sama sekali. Apa ini foto curian? Aku tidak
melihat ke kamera, dan aku bahkan tidak ingat difoto."
"Ini bukan foto curian. Tidak ada salahnya seorang
istri memotret suaminya, kan?"
Wah, ini tingkat yang tinggi.
"Setiap malam sebelum tidur, aku memeluk boneka
Kazuto-kun dan melihat Kazuto-kun di poster... hehe."
"Rinka-san, kamu seharusnya yang dilihat orang,
bukan melihat orang lain."
Seorang idol terkenal membuat boneka diriku, dan
diam-diam memotretku untuk dijadikan poster.
"Maaf, Kazuto-kun. Aku tahu apa yang aku lakukan ini
aneh."
"A-apa hanya aneh?"
"Tapi aku tidak bisa menahan perasaanku... Kalo aku
bisa tinggal bersama Kazuto-kun di bawah satu atap, mungkin keinginanku akan
sedikit terpenuhi."
"B-begitu ya..."
Aku kehilangan kata-kata. Aku tidak menyangka Rinka-san
akan melakukan hal sejauh ini.
...Tunggu, sebentar.
"Tadi kamu bilang merchandise Kazuto-kun edisi
kedua, kan? Apa itu artinya ada edisi ketiga?"
"Tentu saja."
Rinka-san membuka tempat pensil di atas mejanya dan
mengeluarkan sebuah penghapus.
"Aku menempelkan foto wajah Kazuto-kun di sampul
penghapus ini."
"---"
"Dengan begitu, aku bisa merasakan kehadiran
Kazuto-kun di dekatku bahkan saat belajar. Bukankah itu ide yang luar
biasa?"
"...Ya, begitulah..."
Aku sudah tidak tahu ekspresi seperti apa yang harus aku
buat. Haruskah aku tertawa, terkejut, atau jijik...?
Apa reaksi yang tepat?
Untuk saat ini, aku memutuskan untuk berpura-pura senang.
Diperlakukan seperti idol oleh idol super populer seperti
dia adalah hal yang luar biasa, bukan?
"Yah, yah... sebagai seorang pria, aku sangat senang
disukai sebanyak ini."
"Benarkah? Meskipun Kazuto-kun baik hati, aku khawatir
kamu akan merasa jijik."
"Tidak, tidak, idol kan sudah lama menjual
merchandise mereka. Ini tidak jauh berbeda."
"Ya. Terima kasih, Kazuto-kun. Karena sudah menerima
diriku yang seperti ini."
...Meskipun ada perbedaan apakah mereka mendapatkan izin
dari orangnya atau tidak.
"Aku ingin memastikan, tapi tidak ada merchandise
lain tentangku, kan?"
"Bukan merchandise, tapi..."
Rinka-san membuka laci mejanya dan mengeluarkan selembar
kertas.
"Itu apa?"
"Ini adalah surat nikah kita. Aku sudah mengisi nama
kita berdua."
"Ini sudah keterlaluan! Ini gawat! Dan bahkan ada
stempel Ayanokouji di atasnya!"
Ini jelas-jelas sebuah kejahatan.
"Jangan khawatir. Surat nikah ini aku buat sendiri,
dan kolom yang diperlukan seperti alamat keluarga dihapuskan, jadi tidak akan
diterima kalo diajukan."
"B-begitu ya."
"Tenanglah. Aku tidak segila itu."
"A-aku tidak yakin... apakah kamu benar-benar
mengerti..."
Aku merasa bingung.
"Melihat surat nikah ini membuat hatiku merasa
tenang. Ah, aku dan Kazuto-kun adalah pasangan suami istri."
"O-oh..."
Rinka-san memeluk surat nikah itu dan tersenyum puas. Di
sisi lain, aku hanya bisa tersenyum kecut.
"Realitas memang merepotkan. Ada batasan usia untuk
menikah... Tapi jangan khawatir. Meskipun kita tidak diakui sebagai pasangan
suami istri di dunia nyata, hati kita yang terikat di dunia game adalah
nyata."
"...Ya, ya."
A-apa yang terjadi ini?
Satu demi satu fakta mengejutkan terungkap.
"Apa kamu merasa jijik?"
"Eh?"
Rinka-san bertanya dengan suara kecil, tampak cemas.
"Sebenarnya sih, tingkah laku ku sudah keterlaluan.
Boneka, penghapus, poster, dan bahkan surat nikah, semua itu aneh."
"..."
Ya, semua itu memang aneh.
"Meskipun Kazuto-kun, kamu pasti tidak suka dengan
gadis yang melakukan hal-hal aneh seperti ini..."
"Bukan begitu."
Meskipun aku langsung menjawabnya, Rinka-san tetap
menunduk dan terus bergumam.
"Tidak apa-apa, kau tidak perlu berpura-pura. Kalo
kamu merasa aku menjijikkan..."
"Apa yang kamu katakan?"
"Aku benar-benar menyukai Kazuto-kun dari hatiku. makanya,
kebahagiaan Kazuto-kun adalah yang terpenting bagiku."
"Rinka-san..."
"Kalo aku menjadi beban Kazuto-kun..."
"Berhentilah, Rinka-san."
Aku memotongnya dan memanggil namanya. Rinka-san
mengangkat wajahnya yang berlinang air mata dan menatapku.
"Aku akan menerimamu apa adanya."
"Tapi, kau pasti tidak menyangka akan seperti
ini?"
"Ya."
"...Lihat, kau benar-benar..."
Rinka-san terisak.
Kalo aku memarahinya, dia mungkin akan benar-benar
menangis.
"Kalo kamu memang begitu, kenapa kamu memberitahuku
tentang merchandise itu?"
"...Aku menghargai hubungan yang tulus. Jadi aku
memutuskan untuk mengatakannya sebelum kamu mengungkapkan perasaanmu yang
serius. Aku ingin kamu mengetahui diriku yang sebenarnya, meskipun aku sudah
menyembunyikannya selama ini..."
Kalo aku tidak memutuskan untuk mengungkapkan pengakuan,
apakah dia akan menyembunyikannya selamanya?
Tidak, bukan itu.
Rinka-san yang menjunjung tinggi hati yang murni, sangat
takut rahasianya terbongkar.
"Jujurlah padaku. Kalo kamu tidak tahan lagi
denganku... jangan ragu untuk mengatakannya. Aku tidak ingin menjadi
bebanmu..."
Dia mengalihkan pandangannya dariku dan berbicara dengan
suara gemetar. Setiap orang memiliki rahasia yang tidak ingin mereka ungkapkan.
Itu berlaku bahkan untuk idol terkenal.
Tapi Rinka-san memberitahuku dengan bersiap untuk dibenci.
Dia memikirkan keyakinannya, dan juga kebahagiaanku...
Apa yang bisa aku lakukan untuknya?
...Hanya satu hal.
Aku harus mengatakan yang sebenarnya juga.
Karena kami... telah menjalin hubungan hati ke hati di dunia
game selama beberapa tahun.
"Rinka-san."
"...Kazuto-kun...?"
Rinka-san menungguku menjawab dengan berlinang air mata. Aku
menjawabnya dengan penuh keyakinan.
"Aku akan menerimamu apa adanya."
"...Benarkah?"
"Ya. Karena aku... benar-benar jatuh cinta pada
Mizuki Rinka."
"---"
Rinka-san ternganga dan menahan napasnya. Aku perlahan
melanjutkan kata-kataku.
"Bahkan jika Rinka-san bukan seorang idol, aku tetap
akan jatuh cinta padamu. Terus terang, bahkan jika Rinka-san sangat jelek,
perasaanku tidak akan berubah."
"...Kazuto-kun..."
"Yah, sebagai laki-laki, aku mungkin akan meninjumu
sekali. Haha."
Aku mencoba bercanda untuk mencairkan suasana.
Namun, Rinka-san yang pipinya memerah hanya menutup
mulutnya dengan kedua tangan. Dia menatapku dengan matanya yang berkaca-kaca,
seolah-olah air mata akan segera mengalir.
Aku dan Rinka-san memilih satu dunia【Black Plains】dari banyak dunia (game online) dan menjalin hubungan.
Mungkin ini klise, tapi ini mungkin bisa disebut keajaiban.
"Aku pikir... aku bisa menikmati apa pun bersama Rinka-san.
Tidak, aku ingin terus bersamamu. Ini adalah 'perasaan murni'ku."
"...ah"
"Aku suka Rinka-san."
Aku mengatakannya dengan jelas.
Aku mengatakan apa yang tidak bisa aku katakan
sebelumnya. Aku tidak membutuhkan keberanian untuk itu.
Aku hanya mengatakan hal yang wajar dengan cara yang
wajar.
Acara TV variety show siang hari menampilkan idola unggulan. Saat itu, mereka sedang
membahas tentang Star☆Mains.
Mereka memuji energi luar biasa Kurumizaka Nana sebagai pusat, dan bagaimana
grup idol ini berkembang pesat.
Suara Mizuki Rinka juga dipuji sebagai sesuatu yang luar
biasa.
"Hebat sekali ya."
Siapa yang sangka? Aku, seorang pria biasa, bermain game
online dengan para idol terkenal ini. Dan sekarang, aku bahkan berada di rumah
Rinka-san. Aku sendiri pun takjub dengan kehidupanku yang luar biasa ini.
Beberapa saat kemudian, Rinka-san memanggilku untuk makan
siang.
Aku bangun dari sofa dan duduk di kursi meja makan.
Di atas meja, terlihat nasi goreng yang tampak sangat
lezat. Aromanya yang harum dan menggoda membuat perutku berbunyi.
Nasi goreng itu dicampur dengan daun bawang dan daging
babi yang dipotong kecil-kecil, dan warnanya pun terlihat sempurna. Dari segi
penampilan, nasi goreng ini tidak kalah dengan yang disajikan di restoran.
"Hebat sekali, Rinka-san. Ini pasti sangat
enak."
"Ya. Aku suka memasak sejak kecil, dan aku cukup
yakin dengan kemampuanku."
Rinka-san berkata tanpa keraguan.
Sikapnya yang penuh percaya diri ini memang khas idol
cool. Rinka-san duduk di sampingku dengan membawa piring nasi gorengnya.
"Ayo makan, Kazuto-kun."
"Baiklah. Selamat makan."
Aku mengambil sendok yang disediakan dan menyendok nasi
goreng yang berbentuk kubah. Aku memasukkannya ke dalam mulut dan mengunyahnya.
"Enak sekali...!"
Aku bukan kritikus kuliner, jadi aku tidak bisa
menjelaskan secara detail apa yang membuatnya begitu lezat.
Yang jelas, nasi goreng ini sangatlah enak. Itu saja yang
bisa aku katakan.
"Syukurlah. Aku senang Kazuto-kun menyukainya."
"Ini benar-benar enak. Ini nasi goreng terenak yang
pernah kumakan."
Aku tidak berbohong. Memang benar nasi goreng ini sangat
lezat. Mungkin ada pengaruh dari masakan Rinka-san, tapi rasanya pun tidak
perlu diragukan lagi.
Aku terus melahap nasi goreng itu. Enak sekali.
"Hehe, sebenarnya aku mencampurkan sesuatu yang
spesial di nasi goreng itu."
"Sesuatu yang spesial?"
Aku tanpa sadar menghentikan suapanku dan menatap wajah Rinka-san.
Entah kenapa, dia menunjukkan senyum menggoda, dan matanya berkilau dengan cara
yang aneh.
"Ya, sesuatu yang spesial. Hehe."
"..."
...Apakah nasi goreng ini aman untuk dimakan?
Mungkin ini hanya masalah psikologis, tapi tiba-tiba aku
merasa perutku tidak enak.
T-tidak mungkin.
Pasti tidak ada bahan aneh di dalamnya.
Dia pasti hanya ingin mengatakan sesuatu yang imut
seperti, "Aku membuat nasi goreng ini dengan penuh cinta untuk Kazuto-kun.
Makanlah dengan lahap!"
Pasti begitu!
Ya, tolonglah!
"Kenapa, Kazuto-kun? Kamu tidak mau makan
lagi?"
"Ah, ya..."
"Kalo kamu mau, kau boleh makan bagianku juga."
"Itu tidak mungkin. Kamu juga harus makan dengan
baik, Rinka-san."
"Aku tidak apa-apa. Aku sudah puas hanya dengan
melihatmu makan dengan lahap..."
Rinka-san menatapku dengan penuh kasih sayang dan
tersenyum bahagia.
Aku tidak punya pilihan lain selain makan.
Aku menyingkirkan firasat burukku dan terus melahap nasi
goreng spesial buatan Rinka-san.
Note dari sananya:
Nasi goreng ini tidak mengandung bahan berbahaya. Jadi nikmati saja dengan
tenang.
Setelah makan siang, kami pergi ke kamar Rinka-san.
Kamarnya masih rapi dan tenang seperti biasa. Omong-omong, perutku baik-baik
saja.
Kami menghabiskan waktu berdua dengan mengobrol santai.
Topik utama kami tentu saja tentang【Black Plain】. Kami berbicara tentang bagaimana Rinka-san bersikap
dingin saat pertama kali bertemu, dan bagaimana aku terobsesi dengan
penambangan.
Percakapan kami terus berlanjut tanpa basa-basi, dan
tanpa terasa, cahaya oranye mulai terlihat di langit yang terlihat dari
jendela. ...Waktu ternyata berlalu lebih cepat dari yang aku kira. Seingatku,
keluarga Rinka-san akan pulang malam ini.
"..."
"..."
Percakapan kami terhenti, dan keheningan menyelimuti
ruangan.
Suasana sore yang hangat dan nyaman memenuhi ruangan, dan
aku baru menyadari kalo hanya ada kami berdua di sini.
Aku melirik ke samping, melihat Rinka-san yang duduk di
sampingku dengan bahu kami hampir bersentuhan.
Sepertinya Rinka-san juga menyadarinya.
Pandangan kami bertemu, dan kami saling menatap mata.
Entah kenapa...
Entah kenapa, aku merasa ini adalah saat yang tepat. Aku
hanya perlu menyampaikan perasaanku yang sebenarnya. Meskipun itu hanya hal
yang sederhana, telapak tanganku mulai berkeringat.
" Rinka-san... ada sesuatu yang ingin aku
bicarakan."
"Ada apa? Kenapa begitu formal?"
Rinka-san bersiap-siap mendengar perkataanku yang serius.
Karena jarak kami yang dekat, aku bisa melihat wajahnya
dengan jelas. ...Sial, jantungku berdetak kencang.
Tidak, ayo... Katakan saja...!
"Rinka-san, kau menyukaiku, kan?"
"Ya. Kita kan suami istri."
"...Aku tidak mengerti perasaanku sendiri, dan aku
tidak bisa memberikan jawaban yang tepat kepada Rinka-san."
"..."
"Tapi, akhirnya aku mengerti. Aku..."
"Tunggu."
"…………eh?"
Tepat sebelum aku menyelesaikan kalimatku, Rinka-san menghentikanku.
Aku terdiam dengan mulut terbuka karena terkejut.
"Itu... aku mengerti perasaan seriusmu,
Kazuto-kun."
"A-apa... ?"
"Tapi, itu... yah..."
Eh, kenapa dia terbata-bata? Aku mulai merasakan firasat
buruk yang luar biasa.
Apakah ini akan menjadi kejutan terburuk?
Mungkinkah dia sebenarnya menyukai orang lain, atau
hubungan kami hanya prank?
"Aku ingin merahasiakannya selamanya, tapi... ini
tidak benar."
"Apa yang kamu bicarakan?"
"Maaf, Kazuto-kun. Sebenarnya, aku punya
rahasia."
"R-rahasia seperti apa?"
Tergantung rahasianya, aku mungkin akan melakukan bungee
jumping tanpa tali sekarang.
"...Ini mungkin rahasia yang akan membuatmu
membenciku..."
"Serius?"
Di depan Rinka-san yang menunduk dan berbicara pelan, aku
merasa seperti kehilangan kesadaran. Rahasia yang akan membuatku membenci Rinka-san...
Pasti itu adalah rahasia besar.
"Aku sangat senang melihatmu berjuang dan berpikir
keras, dan kemudian hari ini, kamu mengajakku berkencan dan ingin mengungkapkan
perasaanmu... Aku sangat senang. Tapi, karena itu, aku merasa bersalah
menyimpan rahasia ini..."
"Rahasia itu... apa?"
Aku menelan ludah dan bertanya dengan berani.
"Lebih baik kamu melihatnya langsung."
Rinka-san berdiri perlahan dan berjalan menuju lemari. Dia
meletakkan tangannya di gagang lemari, menatapku sekali, dan membukanya dengan
ragu.
"..."
Di dalam lemari terdapat berbagai pakaian, dari pakaian kasual
hingga kostum idol yang glamor.
Tidak ada yang aneh di sana...
Tunggu sebentar.
Ada empat boneka kain di bawahnya. Ukurannya cukup besar
untuk dipeluk. Boneka kain itu tampak familiar.
Bukan familiar, tapi...
Wajah yang selalu aku lihat di cermin...
Ya, itu aku.
Empat boneka kain Kazuto-kun chibi yang dibuat dengan
imut duduk dengan gagah di lemari Rinka-san...!
"I-ini... ?"
"Boneka Kazuto-kun."
"..."
Aku hanya bisa terdiam dan menatap boneka Kazuto-kun yang
dibuat dengan imut itu.
Apakah Rinka-san yang membuatnya?
Meskipun itu adalah diriku, boneka itu dibuat dengan
sangat bagus.
"Itu... yah. Aku selalu memeluk boneka Kazuto-kun
saat tidur..."
"...E-eh?"
"Seiring berjalannya waktu, aku ingin dipeluk lebih
banyak boneka Kazuto-kun... dan sekarang ada empat boneka."
"Bukan empat orang, tapi empat boneka..."
Aku menegur diriku sendiri dalam hati karena fokus pada
hal yang tidak penting.
"Bahkan Kazuto-kun pasti merasa jijik, kan?"
Mata Rinka-san berkaca-kaca saat dia bertanya, dan dia
dengan gelisah memelintir jarinya.
Jadi begitu.
Sekarang aku mengerti mengapa dia mendorongku ke tempat
tidur dan bukan lemari saat bersembunyi dari Nonoa sebelumnya. Dia ingin
menyembunyikan boneka Kazuto-kun ini.
"Kazuto-kun pasti merasa aneh... Membuat boneka
Kazuto-kun dan memeluknya setiap malam saat tidur..."
"T-tidak seperti itu sama sekali."
"Benarkah?"
Saat aku mengangguk, Rinka-san yang hampir menangis
menghela nafas lega.
...Yah, aku memang terkejut.
Satu boneka mungkin terlihat lucu, tapi empat boneka
cukup menakutkan. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membuat satu boneka
kain?
Baru sebulan dan beberapa minggu sejak aku dan Rinka-san
bertemu.
Itu kecepatan yang cukup tinggi.
"Sebenarnya, masih ada lagi."
"A-ada boneka Kazuto-kun lagi?"
"Bukan. Ini adalah merchandise Kazuto-kun edisi
kedua."
Entah kenapa dengan sedikit rasa bangga, Rinka-san
membuka poster Star☆Mains
yang tertempel di dinding. Dari balik poster itu muncul sebuah mini poster yang
menunjukkan adegan aku makan di kelas...!
"Bagaimana? Menurutmu tidak imut?"
"Tidak sama sekali. Apa ini foto curian? Aku tidak
melihat ke kamera, dan aku bahkan tidak ingat difoto."
"Ini bukan foto curian. Tidak ada salahnya seorang
istri memotret suaminya, kan?"
Wah, ini tingkat yang tinggi.
"Setiap malam sebelum tidur, aku memeluk boneka
Kazuto-kun dan melihat Kazuto-kun di poster... hehe."
"Rinka-san, kamu seharusnya yang dilihat orang,
bukan melihat orang lain."
Seorang idol terkenal membuat boneka diriku, dan
diam-diam memotretku untuk dijadikan poster.
"Maaf, Kazuto-kun. Aku tahu apa yang aku lakukan ini
aneh."
"A-apa hanya aneh?"
"Tapi aku tidak bisa menahan perasaanku... Kalo aku
bisa tinggal bersama Kazuto-kun di bawah satu atap, mungkin keinginanku akan
sedikit terpenuhi."
"B-begitu ya..."
Aku kehilangan kata-kata. Aku tidak menyangka Rinka-san
akan melakukan hal sejauh ini.
...Tunggu, sebentar.
"Tadi kamu bilang merchandise Kazuto-kun edisi
kedua, kan? Apa itu artinya ada edisi ketiga?"
"Tentu saja."
Rinka-san membuka tempat pensil di atas mejanya dan
mengeluarkan sebuah penghapus.
"Aku menempelkan foto wajah Kazuto-kun di sampul
penghapus ini."
"---"
"Dengan begitu, aku bisa merasakan kehadiran
Kazuto-kun di dekatku bahkan saat belajar. Bukankah itu ide yang luar
biasa?"
"...Ya, begitulah..."
Aku sudah tidak tahu ekspresi seperti apa yang harus aku
buat. Haruskah aku tertawa, terkejut, atau jijik...?
Apa reaksi yang tepat?
Untuk saat ini, aku memutuskan untuk berpura-pura senang.
Diperlakukan seperti idol oleh idol super populer seperti
dia adalah hal yang luar biasa, bukan?
"Yah, yah... sebagai seorang pria, aku sangat senang
disukai sebanyak ini."
"Benarkah? Meskipun Kazuto-kun baik hati, aku khawatir
kamu akan merasa jijik."
"Tidak, tidak, idol kan sudah lama menjual
merchandise mereka. Ini tidak jauh berbeda."
"Ya. Terima kasih, Kazuto-kun. Karena sudah menerima
diriku yang seperti ini."
...Meskipun ada perbedaan apakah mereka mendapatkan izin
dari orangnya atau tidak.
"Aku ingin memastikan, tapi tidak ada merchandise
lain tentangku, kan?"
"Bukan merchandise, tapi..."
Rinka-san membuka laci mejanya dan mengeluarkan selembar
kertas.
"Itu apa?"
"Ini adalah surat nikah kita. Aku sudah mengisi nama
kita berdua."
"Ini sudah keterlaluan! Ini gawat! Dan bahkan ada
stempel Ayanokouji di atasnya!"
Ini jelas-jelas sebuah kejahatan.
"Jangan khawatir. Surat nikah ini aku buat sendiri,
dan kolom yang diperlukan seperti alamat keluarga dihapuskan, jadi tidak akan
diterima kalo diajukan."
"B-begitu ya."
"Tenanglah. Aku tidak segila itu."
"A-aku tidak yakin... apakah kamu benar-benar
mengerti..."
Aku merasa bingung.
"Melihat surat nikah ini membuat hatiku merasa
tenang. Ah, aku dan Kazuto-kun adalah pasangan suami istri."
"O-oh..."
Rinka-san memeluk surat nikah itu dan tersenyum puas. Di
sisi lain, aku hanya bisa tersenyum kecut.
"Realitas memang merepotkan. Ada batasan usia untuk
menikah... Tapi jangan khawatir. Meskipun kita tidak diakui sebagai pasangan
suami istri di dunia nyata, hati kita yang terikat di dunia game adalah
nyata."
"...Ya, ya."
A-apa yang terjadi ini?
Satu demi satu fakta mengejutkan terungkap.
"Apa kamu merasa jijik?"
"Eh?"
Rinka-san bertanya dengan suara kecil, tampak cemas.
"Sebenarnya sih, tingkah laku ku sudah keterlaluan.
Boneka, penghapus, poster, dan bahkan surat nikah, semua itu aneh."
"..."
Ya, semua itu memang aneh.
"Meskipun Kazuto-kun, kamu pasti tidak suka dengan
gadis yang melakukan hal-hal aneh seperti ini..."
"Bukan begitu."
Meskipun aku langsung menjawabnya, Rinka-san tetap
menunduk dan terus bergumam.
"Tidak apa-apa, kau tidak perlu berpura-pura. Kalo
kamu merasa aku menjijikkan..."
"Apa yang kamu katakan?"
"Aku benar-benar menyukai Kazuto-kun dari hatiku. makanya,
kebahagiaan Kazuto-kun adalah yang terpenting bagiku."
"Rinka-san..."
"Kalo aku menjadi beban Kazuto-kun..."
"Berhentilah, Rinka-san."
Aku memotongnya dan memanggil namanya. Rinka-san
mengangkat wajahnya yang berlinang air mata dan menatapku.
"Aku akan menerimamu apa adanya."
"Tapi, kau pasti tidak menyangka akan seperti
ini?"
"Ya."
"...Lihat, kau benar-benar..."
Rinka-san terisak.
Kalo aku memarahinya, dia mungkin akan benar-benar
menangis.
"Kalo kamu memang begitu, kenapa kamu memberitahuku
tentang merchandise itu?"
"...Aku menghargai hubungan yang tulus. Jadi aku
memutuskan untuk mengatakannya sebelum kamu mengungkapkan perasaanmu yang
serius. Aku ingin kamu mengetahui diriku yang sebenarnya, meskipun aku sudah
menyembunyikannya selama ini..."
Kalo aku tidak memutuskan untuk mengungkapkan pengakuan,
apakah dia akan menyembunyikannya selamanya?
Tidak, bukan itu.
Rinka-san yang menjunjung tinggi hati yang murni, sangat
takut rahasianya terbongkar.
"Jujurlah padaku. Kalo kamu tidak tahan lagi
denganku... jangan ragu untuk mengatakannya. Aku tidak ingin menjadi
bebanmu..."
Dia mengalihkan pandangannya dariku dan berbicara dengan
suara gemetar. Setiap orang memiliki rahasia yang tidak ingin mereka ungkapkan.
Itu berlaku bahkan untuk idol terkenal.
Tapi Rinka-san memberitahuku dengan bersiap untuk dibenci.
Dia memikirkan keyakinannya, dan juga kebahagiaanku...
Apa yang bisa aku lakukan untuknya?
...Hanya satu hal.
Aku harus mengatakan yang sebenarnya juga.
Karena kami... telah menjalin hubungan hati ke hati di dunia
game selama beberapa tahun.
"Rinka-san."
"...Kazuto-kun...?"
Rinka-san menungguku menjawab dengan berlinang air mata. Aku
menjawabnya dengan penuh keyakinan.
"Aku akan menerimamu apa adanya."
"...Benarkah?"
"Ya. Karena aku... benar-benar jatuh cinta pada
Mizuki Rinka."
"---"
Rinka-san ternganga dan menahan napasnya. Aku perlahan
melanjutkan kata-kataku.
"Bahkan jika Rinka-san bukan seorang idol, aku tetap
akan jatuh cinta padamu. Terus terang, bahkan jika Rinka-san sangat jelek,
perasaanku tidak akan berubah."
"...Kazuto-kun..."
"Yah, sebagai laki-laki, aku mungkin akan meninjumu
sekali. Haha."
Aku mencoba bercanda untuk mencairkan suasana.
Namun, Rinka-san yang pipinya memerah hanya menutup
mulutnya dengan kedua tangan. Dia menatapku dengan matanya yang berkaca-kaca,
seolah-olah air mata akan segera mengalir.
Aku dan Rinka-san memilih satu dunia【Black Plains】dari banyak dunia (game online) dan menjalin hubungan.
Mungkin ini klise, tapi ini mungkin bisa disebut keajaiban.
"Aku pikir... aku bisa menikmati apa pun bersama Rinka-san.
Tidak, aku ingin terus bersamamu. Ini adalah 'perasaan murni'ku."
"...ah"
"Aku suka Rinka-san."
Aku mengatakannya dengan jelas.
Aku mengatakan apa yang tidak bisa aku katakan
sebelumnya. Aku tidak membutuhkan keberanian untuk itu.
Aku hanya mengatakan hal yang wajar dengan cara yang
wajar.
Hanya itu yang perlu dikatakan.
"Kazuto-kun... apa kamu baik-baik saja dengan diriku
yang seperti ini?"
"Aku tidak bisa hidup tanpamu, Rinka-san. Apapun
itu, aku akan menerimanya dengan senyuman, bahkan foto-foto diam-diam dan
boneka-boneka itu. Aku mungkin akan berkomentar tentang itu, tapi itu tidak
akan membuatku membencimu."
"...Kazuto-kun..."
"Kurasa, menyukai seseorang berarti menerima semua
tentang orang itu. Itu bukan tentang memiliki ekspektasi atau memaksakan
idealmu pada mereka."
Jika aku membenci Rinka-san setelah mengetahui
rahasianya, maka aku tidak benar-benar menyukainya. Aku hanya menyukai Rinka-san
yang berlabel sebagai idol cool.
Dan itu adalah sesuatu yang telah dikatakan Rinka-san berkali-kali.
Di dunia game, kamu bisa melepaskan label dan ekspektasi
yang ditempelkan padamu.
Itulah mengapa kamu bisa berinteraksi dengan hati yang murni
di dunia game.
"Maaf aku terlambat mengatakannya. Aku sudah
menyukaimu, Rin, sejak lama."
"... ..."
"Perasaanku tidak berubah bahkan setelah mengetahui
identitasmu. Terlepas dari statusmu sebagai idol atau penampilanmu yang cantik,
aku menyukai Mizuki Rinka. Di dunia nyata juga... maukah kamu berkencan
denganku dengan tujuan menikah?"
Aku mengatakannya. Aku mengatakan semuanya.
Rinka-san akhirnya meneteskan air mata dan berjongkok
sambil menutup mulutnya dengan tangan.
"... A-apa kamu yakin? Aku yakin aku akan terus...
merepotkanmu, Kazuto-kun..."
"Ya, teruslah merepotkanku. Aku juga tidak akan
kalah darimu."
Aku duduk di samping Rinka-san dan dengan lembut membelai
kepalanya.
"Kazuto-kun..."
"Rinka-san..."
Kami saling menatap dari jarak dekat.
Tatapan kami bertemu, dan fokus kami tertuju pada
satu-satunya keberadaan yang berharga di depan kami.
"..."
"..."
Kami tidak membutuhkan aba-aba.
Saat aku menyentuh pipi Rinka-san, dia menutup matanya
dengan tenang dan mengangkat dagunya sedikit. Jelas apa yang akan kami lakukan
selanjutnya.
Perlahan, aku mendekatkan bibirku ke bibirnya yang segar.
Akhirnya, bibir kami bertemu...
"Aku pulang! ... Oh, sepatu Kazuto-oniichan? Ah,
jangan-jangan dia datang untuk bermain!? Wah!"
... ...
"Bukannya keluargamu tidak akan pulang sampai malam
ini?"
Aku bertanya pada Rinka-san dengan setengah hati. Apa
yang terjadi di sini?
"Seharusnya begitu... tapi, anak-anak memang
berubah-ubah ya."
"Yah, mau bagaimana lagi. Tapi, ini mungkin
kesempatan bagus."
"Kesempatan bagus? Maksudmu apa?"
Rinka-san memiringkan kepalanya saat dia menatapku.
"Kita bisa memberitahunya kepada keluarga Rinka-san.
Kita resmi berpacaran sekarang."
"Kazuto-kun...!"
Rinka-san menatapku dengan mata berbinar, penuh dengan
kebahagiaan. Dia benar-benar menggemaskan.
"Baiklah, kalau begitu mari kita urus surat nikahnya
secara resmi..."
"Itu terlalu cepat. Aku masih 17 tahun. Kita tidak
bisa menikah sampai aku berusia 18 tahun."
"Itu berarti tahun depan kita bisa menikah?"
"Tentu saja tidak semudah itu. Kalo skandal ini
terungkap, hidupku bisa hancur."
"Jangan khawatir. Cinta sejati suami istri tidak
mengenal kata mustahil."
"Haah... Kita bahkan belum resmi menikah..."
Rinaka benar-benar tidak berubah. Dia mungkin akan terus
bersikap seperti istriku mulai sekarang.
Meskipun kami sudah menjadi sepasang kekasih, kehidupanku
tampaknya masih jauh dari kata tenang.
Ah, benar-benar... apa yang akan terjadi selanjutnya?
Aku hanya bisa tersenyum pahit melihat Rinka-san yang
tersenyum bahagia.
Tidak boleh adanya spoiler, hormati user lainya. Gunakan komentar dengan bijak sebagai tempat berdiskusi.