Netoge No Yome Ga Ninki Aidorudatta Extra V1

Ndrii
0

 Extra

POV Mizuki Rinka (Melihat Dengan Hati-Hati)




Seperti biasa, aku pergi ke sekolah, duduk di tempatku, dan mulai membaca buku tanpa berbicara dengan siapa pun.

 

Aku, Mizuki Rinka, mungkin terkenal sebagai idol cool di mata publik, tapi kenyataannya, aku adalah orang yang terasing di sekolah. Aku tidak ingat kapan terakhir kali aku merasa kesepian karena itu.

 

Menghabiskan waktu sendirian sudah menjadi kebiasaanku. Sesekali, aku menghabiskan waktu istirahat dengan sahabatku, Nana.

 

Setelah jam sekolah, aku fokus pada kegiatan idola, dan di waktu luang di akhir pekan, aku masuk ke Black Plain.

 

Itulah keseharianku...

 

Aku mencoba untuk fokus pada buku di depanku untuk mengabaikan suara-suara riuh di kelas.

 

Tepat sebelum aku benar-benar tenggelam dalam bacaan, pendengaranku yang lebih tajam dari orang biasa menangkap percakapan di belakangku.

 

"Hei, Ayanokouji, main game lagi? Ada lingkaran hitam di bawah matamu."

 

"Mau gimana lagi.Black Plainseru banget... ugh, ngantuk..."

 

Suara itu milik... Ayanokouji-kun dan Tachibana-kun.

 

Sepertinya Ayanokouji-kun juga tergila-gila denganBlack Plain.

 

Bermain sampai kurang tidur... meskipun aku merasa itu tidak bertanggung jawab, aku bisa memahaminya.

 

"Ini benar-benar game yang luar biasa. Kamu bisa melakukan apa saja, dan grafiknya sangat realistis... tentu saja, pembuatan karakternya juga sangat detail, dan kalo kamu ingin benar-benar serius, kamu bisa menghabiskan tiga hari penuh untuk membuatnya. Dan gameplaynya juga sangat berkualitas tinggi. Ada pertempuran, crafting, dan banyak lagi! Penambangan khususnya sangat adiktif, aku bisa lupa waktu saat melakukannya. Daya tarik penambangan lainnya adalah..."

 

"Tolong! Panggil ambulans! Ayanokouji kejang!"

 

"Diamlah dan dengarkan, Tachibana. Masih banyak yang ingin aku ceritakan tentangBlack Plain..."

 

"Hiiii!"

 

"Menurut perhitunganku, kemungkinan untuk menghentikan Ayanokouji saat ini adalah 0%. ...Baiklah, Tachibana, mari dengarkan ceritaku dengan tenang."

 

Mereka memang selalu riuh.

 

Entah kenapa, entah kenapa saja, mereka mengingatkanku pada StarMains.

 

Dan aku bisa merasakan ketulusan Ayanokouji-kun dalam perkataannya tentangBlack Plain.

 

Jelaslah kalo dia menikmati game ini dengan sepenuh hati.

 

...Jika.

 

Jika aku bisa bermain bersama Ayanokouji-kun...

 

"Apa yang aku pikirkan...! "

 

Aku punya suami tercinta, Kaz!

 

Ini bukan selingkuh... bukan selingkuh.

 

Aku hanya berpikir akan menyenangkan bermain bersama sebagai teman.

 

"Tapi... mereka mirip,"

 

Aku menyadari bahwa Kaz dan Ayanokouji-kun memiliki beberapa kesamaan.

 

Antusiasme mereka terhadapBlack Plain, keanehan mereka terhadap penambangan, dan nama mereka yang sedikit mirip.

 

Itulah alasan mengapa aku ingin bermain bersama mereka.

 

 

Minggu malam. Aku berjanji untuk bermain dengan Kazu, jadi aku menyalakan komputer dan masuk keBlack Plain. Tapi, Kaz tidak muncul bahkan setelah waktu yang dijanjikan.

 

"Dia terlambat lagi,"

 

Kaz terkadang terlambat. Benar-benar, membuat istri tercintanya menunggu...

 

Aku cemberut dan membuka aplikasi chat game, memutuskan untuk mengirim pesan ke Kazu.

 

[Rin]: Aku udah online loh~

 

Segera setelah itu, dia membalas, "Maaf. Aku akan segera online."

 

Sesuai dengan kata-katanya, pesan "Kaz telah login" muncul di kolom chat Black Plain sekitar satu menit kemudian. ...Hehe, tidak bisa dipungkiri. Hatiku berdebar kencang.

 

Hanya dengan melihat satu kata "Kaz", aku merasa sangat bahagia.

 

[Rin]: Aku udah nunggu loh~. Lama ya?

 

[Kaz]: Lama apanya? Kita kan main bareng Minggu lalu?

 

[Rin]: Ya, tapi kan udah seminggu! Aku udah nunggu-nunggu hari ini lho!

 

[Kaz]: Oh ya. Aku juga nunggu-nunggu kok.

 

[Rin]: Benarkah? Tapi, aku yakin aku lebih nunggu lho! Ini beneran!

 

[Kaz]: Ngapain sih ngadu-ngadu...

 

[Rin]: Hmm. Kalau boleh dibilang, ini adu cinta antara suami istri!

 

[Kaz]: Apaan dah.

 

Aku bisa membayangkan wajah Kaz yang jengkel. ...Meskipun aku tidak tahu seperti apa wajahnya sebenarnya.

 

Tapi, aku tahu. Kaz pasti juga menantikan hari ini untuk bertemu denganku.

 

Lagipula, kami adalah pasangan suami istri yang terikat oleh perasaan murni, tanpa bergantung pada informasi di dunia nyata.

 

[Rin]: Hari ini mau ngapain? Aku sih pengen mancing nih~.

 

[Kaz]: Aku mau ke tambang buat nge-mining.

 

[Rin]: Hari ini mau ngapain? Aku sih pengen mancing nih~.

 

[Kaz]: Kamu bot ya!? Kok gak mau nurutin aku sih!

 

[Rin]: Ya udah, ayo mancing.

 

[Kaz]: Ini mah maksa namanya!

 

Kaz pasti akan menertawakan kekanakananku.

 

Hanya karena kami memiliki ikatan yang kuat, aku berani bersikap manja seperti ini. Lalu, sambil bertukar chat ringan dengan Kaz, aku naik perahuku dan melaut.

 

Kami berdua duduk bersebelahan dan mulai memancing.

 

“Oh ya... aku belum dengar alasan dia terlambat tadi.”

Biasanya aku tidak peduli, tapi kali ini aku ingin memancing obrolan dan menanyakan alasannya terlambat.

 

[Rin]: Ngomong-ngomong, Kaz. Kamu belum minta maaf lho atas keterlambatanmu tadi.

 

[Kaz]: Maaf.

 

[Rin]: Kenapa kamu terlambat?

 

[Kaz]: Aku nonton video musik idol.

 

[Rin]: Hmm. Kamu suka idol ya?

 

[Kaz]: Ya, begitulah.

 

...Dulu dia bilang tidak tertarik.

 

Tapi, manusia memang bisa berubah seiring waktu. Kaz juga tidak terkecuali.

 

Aku didorong oleh rasa ingin tahu yang murni untuk bertanya.

 

[Rin]: Nama idolnya apa?

 

[Kaz]: Bukannya kita tidak boleh membahas tentang dunia nyata?

 

[Rin]: Kali ini beda. Bilang aja.

 

Kalo dia menyebutkan namaku...

 

[Kaz]: Namanya grup StarMains. Kamu tahu?

 

[Rin]: Ya.

 

[Kaz]: Aku penggemar Mizuki Rinka lho.

 

---!

 

Napasku tercekat.

 

Aku membaca ulang kolom chat beberapa kali dalam sekejap, dan berusaha untuk tetap tenang saat mengetik balasan.

 

[Rin]: Oh ya.

 

[Kaz]: Dia juga sekelasku. Keren kan?

 

[Rin]: Eh!

 

Suara aneh tanpa sadar keluar dari mulutku.

 

Kaz ada di kelasku...?

 

“Huff... tenanglah, Mizuki Rinka. Kamu kan idol cool?”

 

Aku mencoba menenangkan diri dengan berbicara pada diri sendiri, tapi tetap saja aku tidak bisa kembali tenang.

 

Ujung jariku sedikit gemetar, dan detak jantungku bergema di seluruh tubuhku.

 

 ...Apa yang harus aku lakukan?

 

Haruskah aku memberitahukan identitasku? Sejujurnya, aku takut hubungan kami akan hancur.

Tentu saja Kaz akan menerimaku apa adanya.

 

Aku yakin akan hal itu, tapi kelemahan hatiku menimbulkan rasa takut 'akan dibenci'.

 

Lagipula, Kaz pernah bilang dia tidak tertarik dengan idol. Dulu dia bahkan mengatakan lebih baik menambang daripada menonton konser.

 

Sepertinya dia juga pernah mengatakan bahwa menghabiskan waktu untuk idol adalah hal yang sia-sia.

 

Mungkinkah Kaz membenci idol...?

 

Itulah yang kupikirkan.

 

Oleh karena itu, aku menyembunyikan fakta kalo aku seorang idol dan berusaha untuk menjaga hubungan murni tanpa membahas tentang dunia nyata.

 

Tapi, jika dia adalah penggemar Mizuki Rinka...

 

Jika di dunia nyata pun, aku bisa terhubung dengan orang yang aku cintai...!

 

Aku memutuskan untuk mengungkapkan identitasku. Mungkin saja dia akan membenciku.

 

Aku yakin Kaz akan menerimaku, tapi itu mungkin hanya khayalanku.

 

Meskipun berbagai pikiran negatif muncul, aku memutuskan untuk mengambil risiko dan mengungkapkan identitasku.

 

Lagipula, aku ingin lebih mengenalnya, dan aku ingin dia mengenalku juga...

 

Dengan gemetar karena rasa tegang yang melebihi saat konser pertamaku, aku perlahan mengetik dan mengirim pesan.

 

[Rin]: Aku Mizuki Rinka.

 

Dan, berapa lama waktu yang berlalu ya?

 

Satu menit? Tidak, mungkin sepuluh, tiga puluh menit...

 

Ketika aku memeriksa waktu di ponselku, ternyata baru lima menit berlalu.

 

Akhirnya, Kaz membalas pesan.

 

[Kaz]: Haha. Tiba-tiba ngomong apa sih. Jelas-jelas itu bohong.

 

[Rin]: Kelas 2-3. Guru wali kelasnya Pak Sato. Aku duduk di baris kedua dari jendela, paling depan.

 

Aku memasukkan informasi tentang diriku sambil berpikir bahwa wajar jika dia curiga. Dengan semangat yang sama, aku memutuskan untuk melangkah lebih jauh.

 

[Rin]: Siapa Kaz?

 

Namun, tidak ada balasan yang segera datang.

 

Didorong oleh sedikit kegelisahan, aku tanpa sadar mengirim pesan yang mungkin tidak perlu kepada Kazu.

 

[Rin]: Kau tidak percaya padaku?

 

...Ini adalah pertanyaan yang memanfaatkan kebaikan hati Kaz. Aku merasa sangat rendah diri.

 

[Kaz]: Aku duduk di baris paling belakang dekat jendela.

 

Seketika, wajah anak laki-laki itu muncul di benakku.

 

[Rin]: Ayanokouji Kazuto-kun, ya?

 

[Kaz]:...Benar.

 

[Rin]: Maaf, aku harus offline.

 

[Kaz]: Baiklah.

 

Aku logout secara terpaksa.

 

Kaz adalah... Ayakouji Kazuto-kun... Keajaiban seperti ini benar-benar ada.

 

Aku menatap tangan kananku yang gemetar, menyadari kalo ini adalah kenyataan. Meskipun kesadaranku kabur karena ketegangan yang hebat, aku tahu bahwa aku sedikit tersenyum.

 

"Ah, tidak boleh. Aku harus mengirim foto bukti untuk berjaga-jaga...!"

 

Kaz masih ragu apakah aku Mizuki Rinka. Aku ingin dia benar-benar percaya padaku.

 

Aku mengirim pesan, "Maukah kamu pergi ke kantin bersamaku besok saat istirahat siang?", dan kemudian menyertakan foto selfie. Dengan ini, dia pasti akan percaya.

 

Setelah itu, aku melompat ke tempat tidur dan membenamkan wajahku di bantal.

 

"Dia Ayanokouji Kazuto-kun... Suamiku tercinta, begitu dekat denganku..."

 

Aku tidak bisa menahan senyumku. Degup jantungku tak kunjung reda.

 

"Kyaaah!"

 

Aku tidak tahan lagi, dan berteriak sambil menekan wajahku ke bantal.

 

Aku tidak tahu apakah aku merasa bahagia atau malu. Wajahku sangat panas dan aku ingin sekali bergerak.

 

"Kaz... Ayanokouji Kazuto-kun... Kazuto-kun...!"

 

Aku memeluk bantal erat-erat dan terus berguling-guling di atas tempat tidur.

 

Ke kanan, ke kiri, ke kanan, ke kiri... Aku terus berguling-guling tanpa henti... dan akhirnya tubuhku terlempar dari tempat tidur. Bruk! Aku merasakan benturan keras di punggungku.

 

"Adaww!"

 

Suara yang sangat menyedihkan keluar dari mulutku. Sangat sakit...

 

Keesokan harinya. Aku pergi ke sekolah seperti biasa, duduk di tempatku seperti biasa, dan mulai membaca buku seperti biasa. Kehidupan sekolah yang tidak berubah akan dimulai hari ini... yah, tidak mungkin. Aku sudah gelisah sejak pagi.

 

Aku memikirkan Kazuto-kun yang mungkin ada di belakangku. ...Aku tidak bisa fokus pada buku.

 

Aku tidak tahan dan menoleh sekilas.

 

"Ah---"

 

Pandanganku bertemu dengan Kazuto-kun.

 

Sepertinya Kazuto-kun juga tidak menyangka aku akan menoleh. Wajahnya terlihat sangat terkejut.

 

Aku juga tidak tahu harus berbuat apa, dan spontan melambaikan tangan. Dan yang menyenangkan, Kazuto-kun juga melambaikan tangannya kembali.

 

Aku hampir berseru karena bahagia, dan segera memalingkan wajahku dan menegakkan tubuh.

 

"........"

 

Entah sudah berapa kali aku mengatakan ini, tapi jantungku tidak mau berhenti berdebar. Tapi tidak apa-apa.

 

Akhirnya, aku dan suamiku bertukar lambaian di dunia nyata!

 

"Huff... tenanglah. Kamu adalah idol cool, Mizuki Rinka! Lebih tenanglah... ya, mari kembali membaca."

 

Membaca buku untuk menenangkan diri... aneh, ini bukan huruf yang pernah aku lihat sebelumnya.

 

Aku sama sekali tidak mengerti--!

 

...

 

Tentu saja aku tidak mengerti. Karena bukunya terbalik...!

TLN : Gblk anying.

 

 

Saat jam istirahat tiba, aku melihat Kazuto-kun berbicara dengan teman-temannya. Aku memiringkan kepalaku, bertanya-tanya apakah dia lupa janjinya...? ...Tidak, suamiku bukan pria seperti itu.

 

Dia mungkin terlambat, tapi dia tidak akan pernah melupakan janjinya.

 

Tapi untuk berjaga-jaga, aku akan menyapa dia. Aku berjalan ke arah Kazuto-kun dan menepuk bahunya.

 

"Bolehkah aku bicara sebentar?"

 

"Eh---"

 

Saat Kazuto-kun berbalik, aku bertanya dengan sedikit tegas.

 

"Kazuto-kun. Kau tidak lupa janjimu denganku, kan?"

 

"T-tentu tidak. Aku baru saja akan pergi."

 

"Baguslah. Kalau begitu, mari kita ke kantin lebih cepat. Bisa jadi ramai jika kita terlambat."

 

S-suaraku sedikit serak sesaat...!

 

Untungnya Kazuto-kun tampaknya tidak menyadarinya.

 

Meskipun begitu, aku berpura-pura mengalihkan perhatian dan dengan cepat berjalan keluar kelas dengan langkah cepat.

 

 

Setelah sampai di kantin, aku dan Kazuto-kun memesan dan duduk di kursi kosong.

 

Aku melirik Kazuto-kun yang duduk di seberangku, dan jantungku berdebar kencang. ...Dia sangat tampan. Kalau dipikir-pikir, aku merasa sudah tertarik pada Kazuto-kun sejak lama. Aku selalu berusaha untuk tidak memikirkannya karena takut akan jatuh cinta, tapi...

 

Sekarang aku tidak perlu lagi menahan diri.

 

"...?"

 

Tiba-tiba, aku mendengar bisikan di tengah keramaian kantin.

 

"Hei, lihat itu, Mizuki Rinka makan bersama seorang pria."

 

"Apa maksudnya? Pacarnya? Pria itu... siapa dia? Aku belum pernah melihatnya sebelumnya."

Beberapa siswa laki-laki memperhatikan kami. Kali ini, aku mendengar suara siswi perempuan.

 

"Apakah Ayanokouji-kun berteman baik dengan Mizuki-san?"

 

"Lihat kan kubilang. Kalau kita lambat, dia akan diambil orang lain!"

 

...Ternyata Kazuto-kun memang populer.

 

Itu wajar saja, laki-laki yang begitu menarik pastilah populer.

 

...Meskipun, dia sudah menikah.

 

Akulah istri Kazuto-kun. Apapun yang terjadi, fakta itu tidak akan pernah berubah.

 

Saat aku dan Kazuto-kun terus mengobrol, sahabatku Nana datang. Menghabiskan waktu makan siang bersama sahabat dan suamiku... Aku tidak pernah menyangka bisa merasakan kebahagiaan seperti ini di sekolah.

 

Tapi ada satu hal yang membuatku penasaran. Sesekali, mereka berdua membuat wajah aneh. Seolah-olah mereka tidak mengerti apa yang aku katakan, dan tampak bingung...

 

Apakah aku mengatakan sesuatu yang aneh?

 

...Hmm, aku tidak tahu. Aku hanya ingat mengatakan hal-hal yang biasa.

 

 

Malam itu. Saat aku login keBlack Plain, aku menerima chat dari Kaz, "Capek~. Aku sedang memancing nih." Jarang sekali Kaz memancing sendiri.

 

Aku membalas chatnya sambil berpikir begitu, dan menuju pantai tempat Kaz berada. Aku segera tiba.

 

[Rin]: Jarang sekali kamu mengajakku di hari Senin.

 

[Kaz]: Karena kejadian hari ini. Aku ingin menghabiskan waktu bersamamu, meskipun hanya sebentar.

 

[Rin]: Begitu ya.

 

Semangatku tidak surut sejak tadi malam. Saat ini, aku bisa merasakan tubuh dan jiwaku bergetar, menyadari bahwa aku benar-benar hidup. Aku tidak pernah membayangkan bahwa bertemu orang yang aku cintai di dunia nyata bisa sebahagia ini.

 

[Rin]: Sebenarnya, aku sangat gugup selama di sekolah~.

 

[Kaz]: Gugup? Kenapa?

 

[Rin]: Ya wajarlah, aku akan gugup jika bertemu dengan orang di balik karakter Kaz~.

 

[Kaz]: Aku tidak melihatnya sama sekali. Tadi pagi kamu kan membaca buku.

 

[Rin]: Aku hanya berpura-pura tidak gugup. Aku bahkan tidak ingat isi bukunya.

 

Apalagi, aku membacanya terbalik... Tapi aku malu untuk mengatakannya.

 

Aku terus mengobrol dengan Kazuto-kun dengan penuh semangat. Waktu yang bahagia selalu terasa cepat berlalu, dan sebelum aku menyadarinya, sudah lebih dari jam 10 malam.

 

Sebagai seorang idol, aku harus menjaga diri. Aku harus segera logout... Tapi di sisi lain, ada bagian diriku yang menolak untuk logout.

 

[Kaz]: Kamu mau logout ya?

 

Pertanyaan Kaz membuatku bimbang. Sejujurnya, aku ingin terus mengobrol.

 

Setelah menimbang-nimbang, aku mencoba sedikit memberontak dengan membahas tentang headphone dengan mikrofon, tapi waktuku bersama Kazuto-kun pun berakhir dengan cepat.

 

Meskipun aku merasa sedih, ada kehangatan yang tertinggal di hatiku.

 

Aku menghela nafas dan menjatuhkan diri ke tempat tidur. Aku mendengar suara deritnya.

 

"Apakah aku membuat wajah aneh hari ini? Apakah aku mengatakan sesuatu yang aneh...?"

 

Aku sangat penasaran dengan apa yang Kazuto-kun pikirkan tentangku.

 

Meskipun kami telah menikah selama beberapa tahun, ini adalah pertama kalinya kami bertemu di dunia nyata.

 

Mungkin ini akan menjadi awal dari perubahan dalam hubungan kami.

 

...Tidak, perubahan itu sudah terjadi.

 

Aku meletakkan tanganku di dada, merasakan ketegangan yang menyenangkan, dan menatap langit-langit.

 

"Suamiku tercinta... Ayanokouji Kazuto. Aku pun akan menjadi Ayanokouji... hehe."

 

Ah, apa yang harus aku lakukan? Jantungku masih berdebar kencang.

 

Aku tidak bisa memikirkan apa pun selain Kazuto-kun...!

 

"Kazu... Kazuto-kun... Ayanokouji, Kazuto-kun. Kazuto-kun... Kazuto-kun, Kazuto-kun... Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto -kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun. , Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto Kun Kazuto-kun Kazuto-kun Kazuto-kun Kazuto-kun Kazuto-kun Kazuto-kun Kazuto-kun Kazuto-kun Kazuto-kun Kazuto-kun Kazuto-kun Kazuto-kun Kazuto-kun Kazuto-kun Wa Tou-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto- kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto -kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto Kun Kazuto-kun Kazuto- kun Kazuto-kun Kazuto-kun Kazuto-kun Kazuto-kun Kazuto-kun Kazuto-kun Kazuto-kun Kazuto-kun Kazuto-kun Kazuto-kun Kazuto-kun Kazuto-kun Kazuto-kun Wa Tou-kun, Kazuto-kun, Kazuto -kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun , Kazuto-kun, Kazuto-kun Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto- kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto Kun Kazuto-kun Kazuto-kun Kazuto-kun Kazuto-kun Kazuto-kun Kazuto-kun Kazuto-kun Kazuto-kun Kazuto-kun Kazuto-kun Kazuto-kun Kazuto-kun Kazuto-kun Kazuto-kun Kazuto-kun Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun , Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto Kun Kazuto-kun Kazuto-kun Kazuto-kun Kazuto-kun Kazuto-kun Kazuto-kun Kazuto-kun Kazuto- kun Kazuto-kun Kazuto-kun Kazuto-kun Kazuto-kun Kazuto-kun Kazuto-kun Kazuto-kun Wa Tou-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun , Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto- kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto Kun Kazuto-kun Kazuto-kun Kazuto-kun Kazuto-kun Kazuto-kun Kazuto-kun Kazuto-kun Kazuto-kun Kazuto-kun Kazuto-kun Kazuto-kun Kazuto-kun Kazuto-kun Kazuto-kun Kazuto-kun Wa Tou- kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun , Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun, Kazuto-kun --- Kazuto-kun ……”

TLN: Ya, emang dari sananya kayak gitu. Emang cegil nih cewek.

 

Saat aku berbaring di tempat tidur, mau tidak mau aku memikirkan Kazuto-kun sampai aku tertidur.


Post a Comment

0 Comments

Tidak boleh adanya spoiler, hormati user lainya. Gunakan komentar dengan bijak sebagai tempat berdiskusi.

Post a Comment (0)
Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !