Prolog
“Selamat Datang Di Rumah"
Sudah tiga belas tahun sejak aku dan Rinka mulai
berkencan.
Benar-benar waktu yang cepat.
Dulu aku disebut pecandu game online, tapi sekarang aku
sudah menjadi karyawan yang mapan.
Di perusahaan, aku dikenal sebagai pria yang cukup bisa
diandalkan.
Dan Rinka, dia pensiun dari dunia idol enam tahun lalu
dan sekarang menjadi ibu rumah tangga.
"Pulang larut malam ya..."
Karena ada masalah tak terduga di pekerjaan, aku pulang
lebih lambat dari biasanya.
Setibanya di rumah, aku membuka pintu dan melangkah ke
dalam. Saat itu juga. Dari ujung lorong, terdengar suara langkah kaki
terburu-buru yang semakin dekat...
"Papa! Selamat datang!"
Seorang gadis kecil dengan senyum yang bahkan bisa
membuat malaikat malu, melompat ke kakiku dengan penuh semangat.
Dia memiliki wajah yang mirip dengan Nonoa-chan, dan
rambutnya diikat dua di kedua sisi kepalanya, membuatnya semakin menggemaskan.
Dia adalah putriku dan Rinka-san, namanya Hinata.
"Papa, lelah ya kerja?"
Hinata menatapku dan tersenyum tanpa dosa. Menggemaskan.
Terlalu menggemaskan sampai aku ingin mati sekarang.
"Peluk, peluk!"
"Baiklah, baiklah."
Aku memeluk putriku dengan penuh kasih akung.
"Papa, kenapa pulang telat? Selingkuh?"
"Haha, itu bukan kata yang pantas diucapkan oleh
anak berusia empat tahun. Apa kamu belajar dari Mama?"
"Hmm, guruku bilang setiap hari. Suaminya suka
selingkuh dan tidak bisa berubah."
"Wah, bagaimana ini. Apa aku harus protes sebagai
orang tua?"
Itu bukan cerita yang pantas untuk didengarkan anak-anak.
Aku tidak ingin putriku belajar kata-kata aneh.
"Hinata, Papa lelah. Kemarilah."
Yang berbicara dengan lembut adalah mantan idol terkenal
yang pernah menggemparkan dunia - Mizuki Rinka. Dia sekarang adalah Ayanokouji Rinka.
Dibandingkan saat SMA, ekspresinya jauh lebih lembut, dan dia benar-benar
terlihat seperti seorang ibu. Rambutnya yang indah diikat di belakang
kepalanya, dan dia mengenakan celemek biru muda di atas pakaian kasualnya,
menunjukkan bahwa dia baru saja berada di dapur.
"Kemarilah, Hinata."
"Un."
Hinata yang tadinya dipelukku, sekarang berpindah ke
pelukan Rinka. Entah kenapa, aku merasa senang melihatnya. Melihat putriku
dipeluk oleh ibunya membuatku merasa bahagia.
"Kazuto-kun, selamat datang kembali. Makan malam
sudah siap."
"Terima kasih. Aku akan melepas sepatu dulu."
"...Ngomong-ngomong, tadi kamu berbicara apa dengan
Hinata? Aku mendengar kata selingkuh."
"Guru TK-nya sedang pusing karena pacarnya suka
selingkuh."
"Begitu ya... kasihan sekali."
Seperti yang diharapkan dari Rinka. Dia selalu sensitif
terhadap isu perselingkuhan.
Yah, bagiku, itu hanya percakapan sehari-hari yang biasa.
Tidak ada yang aneh.
Namun, kehidupan yang biasa-biasa saja terkadang bisa
runtuh hanya karena hal-hal kecil.
Rinka, yang tampaknya merasakan sesuatu yang aneh,
mendekatkan wajahnya ke dadaku dan mengendusnya.
"Hmm... Kazuto-kun."
"Hmm?"
"Tubuh Kazuto-kun ... bau wanita asing. Apa
ini?"
"Ah, di tempat kerja, aku berpapasan dengan seorang
wanita dan ..."
"Hmm."
Ekspresi ibu yang ramah berubah seketika.
Ekspresi Rinka berubah menjadi tatapan dingin yang mengingatkan
pada mantan idol cool!
"Tidak, tidak ada apa-apa! Serius!"
"Kenapa kamu panik? Aku tidak akan menuduhmu
selingkuh."
"Be... benarkah?"
"Tentu saja. Kazuto-kun adalah pria paling jujur di
dunia dan mencintaiku sepenuh hati. Kamu tidak mungkin selingkuh."
Rinka mengatakannya dengan tenang. Kata-katanya yang
tegas membuatku percaya padanya.
Aku merasa lega dan menghela nafas.
"Kamu benar, Rinka-san. Aku tidak mungkin
selingkuh."
"Ya. Tapi ... aku tidak bisa menerima bau selain aku
dan Hinata."
Setelah mengatakan itu, Rinka menurunkan Hinata dan,
memutar tangan kanannya di belakang punggungnya, mengeluarkan sebuah ...
'pisau'! Ha!?
"Ti-tidak ... eh! Pi-pisau?!"
"Jangan bergerak, Kazuto-kun. Aku akan memotong
bagian yang bau wanita."
"Hiiiihhhh!"
Rinka, dengan mata hitamnya yang seperti lubang tanpa
dasar, berjalan mendekatiku sambil mengayunkan tubuhnya. Pisau di tangan
kanannya diasah dengan sempurna, berkilauan seperti matahari.
"Ri-Rinka-san ... hentikan!"
"Usahamu sia-sia. Begitu sampai di sini, keputusanku
sudah bulat. Terima saja."
"Tunggu sebentar! Kalau aku melepas pakaianku, bukannya
itu akan hilang?"
"Bau wanita itu meresap ke dalam kulit Kazuto-kun
melalui pakaian. Kalau aku tidak segera memotongnya ... aku harus mengeluarkan
isi perutmu."
"A-ahh ...!"
Karena ketakutan yang luar biasa, aku terduduk lemas dan
menggigil seperti binatang kecil.
"Kazuto-kun ... aku akan memastikannya tidak sakit
..."
"Ri-Rinka-san――――!"
Rinka menggenggam pisau dengan kedua tangan dan
mengangkatnya di atas kepalanya untuk mengayunkannya ke arahku yang terduduk
...
"Selamat tinggal ... Kazuto-kun."
"U-uwaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!"
TLN : Bruhh mati
konyol
Tidak boleh adanya spoiler, hormati user lainya. Gunakan komentar dengan bijak sebagai tempat berdiskusi.