Bab 1
"Aaaahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh――――……aah?"
Saat aku membuka mata,
yang pertama kali kulihat adalah――layar komputer. Video live grup idola populer
"Star☆Mains" diputar
berulang kali tanpa henti. Tampaknya aku, yang berada di kamarku, sedang duduk
di depan komputer menonton video live tersebut.
"Mimpi ya..."
Aku segera sadar.
Kehidupan sehari-hari tiga belas tahun ke depan yang aku lihat barusan adalah
mimpi.
Aku melihat ke sudut
layar komputer untuk memeriksa waktu.
Tertera tulisan Minggu
19:58. ... Tampaknya aku tertidur saat menonton video live.
"Keringat dinginnya
banyak banget."
Aku melihat kedua
tanganku yang basah kuyup oleh keringat dan bergumam. Mimpi mengerikan apa yang
baru saja aku alami?
Rinka tidak mungkin
menyakitiku.
Itu tidak mungkin, tapi
tubuhku masih gemetar karena bayangan mimpi itu terasa begitu nyata.
"T-tidak mungkin!
Rinka-san bukan Yandere... . Benar, tidak mungkin!"
Baiklah, sebagai
pengalih perhatian, aku akan menonton video live Rinka!
"... Rinka-san
memang imut sekali."
Yang terlihat di layar
komputer adalah video live grup idola populer "Star☆Mains". Lima gadis SMA yang sedang naik daun. Dipimpin oleh center
Kurumizaka Nana, para gadis imut ini menampilkan tarian mereka.
Namun, yang paling
menarik perhatianku adalah idola cool Mizuki Rinka. Dia memiliki rambut panjang
yang indah dan wajah yang imut namun tegas yang diakui semua orang.
Namun, yang paling
istimewa adalah auranya.
Matanya yang besar
menunjukkan keyakinan yang kuat, dan dia memancarkan tekad untuk tidak tunduk
pada siapa pun. Ekspresinya tidak menunjukkan senyuman sama sekali.
Dia tidak menjilat siapa
pun dan selalu berperilaku dengan anggun, benar-benar pantas disebut idola
cool.
Idola bernama Mizuki
Rinka ini mendapatkan popularitas luar biasa dari pria maupun wanita.
"Gadis yang luar
biasa seperti ini adalah pacarku."
Benar kata pepatah,
hidup ini penuh kejutan.
Siapa yang bisa percaya
bahwa teman yang menikah denganku di game online adalah idola populer di
sekolahku...?
"Rinka-san
benar-benar luar biasa..."
Yah, yang paling luar
biasa adalah dia menganggapku sebagai suaminya.
Menurut Rinka,
"Game online di mana penampilan, status, dan pekerjaan di dunia nyata
tidak relevan adalah dunia yang indah di mana orang dapat menjalin hubungan
dengan hati yang murni. Jika kita menikah di dunia itu, kita kan seharusnya
menjadi suami istri di dunia nyata juga?"
Pemikirannya agak aneh.
Tapi sekarang,
pemikirannya itu terasa imut.
Saat aku melamun sambil
menonton video live Rinka, terdengar suara notifikasi “piron♪" dari
smartphone yang diletakkan di samping keyboard. Pesan chat.
Aku mengambil smartphone
dan membuka aplikasi chat game.
Pengirimnya adalah Rin.
Isinya――――.
[Rin]: Kaz! Kamu
terlambat lagi!? Cepat temui aku!
"Ah, gawat! Ini
sudah waktunya janjian!"
Ponsel menunjukkan pukul
21:05.
Janjianku dengan Rin jam
21:00, jadi ... aku telat. Lagi-lagi.
Aku segera membuka【Black Plain】dan login.
Karakter laki-laki
berpenampilan prajurit bernama Kaz muncul di desa nelayan yang ramai. Melihat
minimap di kanan bawah layar, ada titik hijau yang menunjukkan teman, Kaz, di
dekatnya. Itu pasti Rin. Tepat seperti dugaanku, seorang elf berambut pirang
dengan kostum tradisional hijau muncul di bidang pandang dengan gerakan cepat
menggunakan skill.
Info saja, 【Black Plain】adalah game online
dengan grafis realistis dan tingkat kebebasan yang tinggi. Game ini juga
merupakan tempat di mana aku dan Rinka bertemu.
Aku sudah memainkannya
sejak SMP, dan aku bahkan rela mengurangi uang jajan untuk topup.
[Rin]: Kaz! Ini sudah
berapa kali kamu telat?! Kalau begini terus, aku marah lho!
Sebuah pesan chat muncul
dari Rin, teman dan pasangan pernikahanku di game. Aku memang salah kali ini.
Aku pun memilih untuk minta maaf dengan tulus.
[Kaz]: Maaf! Aku jadi
lupa waktu karena menonton video live Rinka-san!
[Rin]: Bilang saja kamu
memang sengaja! Kamu pikir aku gampang maafin?!
[Kaz]: Maaf banget.
Rinka-san benar-benar cantik dan imut...
[Rin]: Sebegitu imutnya?
[Kaz]: Ya. Aku sudah
bilang kan, aku bisa lupa waktu kalau melihat Rinka-san.
[Rin]: Baiklah... kali
ini aku maafin!
Gampang sekali. Tapi,
memang itu yang sebenarnya terjadi.
[Rin]: Tapi ini hanya
kali ini saja lho!
Elf berambut pirang
bernama Rin di layar menunjukkan ekspresi marah yang menggemaskan.
Entah kenapa... tingkah
laku dan cara bicaranya sama sekali tidak seperti idola cool. Anehnya, Rinka
memiliki perbedaan karakter yang sangat besar antara di dunia nyata dan di
game.
Namun, aku merasa tidak
sopan untuk membahasnya.
[Rin]: Kita sudah dua
minggu tidak bertemu ya...?
[Kaz]: Ya begitulah...
[Rin]: Sejak kamu
menyatakan cinta, kita jadi jarang bertemu. Aku jadi kesepian tauu...
Rin di layar mulai
menangis tersedu-sedu.
Sejak kami resmi menjadi
pasangan, kami hampir tidak punya waktu untuk berbicara.
Itu karena Rinka,
seorang idola populer, sangat sibuk. Belakangan ini dia bahkan semakin sibuk. Dia
juga jarang pergi ke sekolah. Wajar saja dia tidak punya waktu untuk kehidupan
pribadi.
Sudah lama sekali kami
tidak bermain bersama seperti ini, jadi wajar jika Rin marah.
Bahkan hanya karena
terlambat lima menit.
[Rin]: Akhirnya kamu
menunjukkan tekadmu sebagai seorang suami...!
[Kaz]: Aku belum berniat
menjadi suami. Lagipula aku masih 17 tahun, jadi tidak mungkin menikah.
[Rin]: Meskipun kita
terikat cinta yang mendalam... ini terlalu menyakitkan...
[Kaz]: Kita masih
berpacaran weh. Jangan terlalu terburu-buru.
[Rin]: Aku ingin segera
bertemu... dengan suamiku tercinta, Kazuto-kun!
[Kaz]: Hei, kamu mute
ya? Dari tadi kamu hanya berbicara sendiri...!
Meskipun kami resmi
menjadi pasangan, di mata Rin - Rinka, kami sudah seperti suami istri.
Tentu saja aku tidak
berniat menjadikannya istri. Setidaknya untuk saat ini.
[Rin]: Baiklah,
bagaimana kalau kita memancing?
[Kaz]: Cepat banget kamu
ngubah topik ya.
Rin berjalan ke laut
dengan wajah ceria dan mengeluarkan pancingannya untuk mulai memancing.
Aku pun mulai memancing
mengikuti Rin.
Waktu di【Black Plain】menunjukkan siang hari.
Cahaya indah yang memancar dari matahari menembus hingga ke dasar laut,
menciptakan pemandangan yang luar biasa indah. Mungkin karena pengaturan grafis
yang maksimal, menurutku pemandangan ini bahkan lebih indah daripada dunia
nyata.
[Rin]: Hei Kaz. Kalau
kamu telat lagi, aku akan memblokirmu! ... Ah, tidak! Aku tidak mau! Aku tidak
mau kehilangan Kaz!
[Kaz]: Ngomong apa
sih...
Aku hanya bisa
tercengang melihat kelakuan Rin yang tidak terduga.
[Rin]: Aku ingin
berkencan dengan Kaz setiap hari sepulang sekolah. Lalu, kita main game online
bersama di malam hari!"
[Kaz]: Itu rencana yang
bagus.
[Rin]: Tapi itu tidak
mungkin...
Wajah sedih Rinka muncul
di benakku.
Memang benar itu tidak
mungkin. Seorang idola populer yang berjalan bersama seorang laki-laki di
jalanan sama saja dengan bunuh diri. Kencan pertama kami tempo hari pun cukup
menegangkan.
Kami terus memancing
sambil bercakap-cakap tentang hal-hal biasa.
Perubahan terjadi
sekitar pukul 22.00.
Rin tiba-tiba terdiam,
dan kolom chat menjadi sunyi.
[Kaz]: Ada apa? Ada
sesuatu?
[Rin]: ... Aku ingin
bertemu...
[Kaz]: Hah?
[Rin]: Aku ingin bertemu
Kaz! Aku sudah tidak tahan lagi!
Kata-kata Rin seperti
letusan gunung berapi. Ada apa dengannya tiba-tiba?
[Kaz]: Kita kan sudah
bertemu sekarang.
[Rin]: Bukan itu! Aku
ingin bertemu di dunia nyata! Aku ingin mendengar suara Kazuto-kun!"
[Kaz]: Bagaimana kalau
kita pakai voice chat?
[Rin]: Aku ingin
mendengarnya secara langsung! Kau tahu kan apa yang aku maksud?!"
Aku bingung dengan
permintaannya yang tiba-tiba. Sudah malam, dan besok ada sekolah. Bertemu di
dunia nyata sekarang akan menimbulkan banyak masalah.
[Rin]: Kamu tidak ingin
bertemu denganku?
[Kaz]: Tentu saja aku
ingin. Aku bahkan menonton video live Rinka-san setiap ada waktu luang.
Aku bahkan bermimpi
tentang kehidupan pernikahan dengan Rinka. Aku bahkan memiliki seorang putri.
Meskipun akhirnya...
[Rin]: Benarkah? Aku
juga selalu memikirkan Kazuto-kun.
[Kaz]: Ya...
[Rin]: Saat aku bangun
pagi, aku melihat poster Kazuto-kun dan mengucapkan selamat pagi. Aku berdoa
agar hari ini berjalan dengan baik. Aku bersyukur atas keberadaan Kazuto-kun.
Lalu, aku berdoa sebelum tidur!"
[Kaz]: Itu sudah
termasuk agama! Itu sudah menjadi agama! Kau pengikut yang taat!
[Rin]: Aku bukan
pengikut! Aku calon istrimu! Calon istri yang paling mencintaimu di dunia!
[Kaz]: Cintamu sudah
berubah menjadi keyakinan...
Membayangkan seorang
idola populer berdoa di depan posterku membuatku meringis.
[Rin]: Bisa gak aku
datang ke rumahmu sekarang?
[Kaz]: Sekarang sudah
malam dan besok ada sekolah.
[Rin]: Aku tahu. Tapi,
aku hanya ingin... berada di dekat Kazuto-kun sebentar saja."
[Kaz]: Rinka-san...
"..."
Mendengarnya berkata
seperti itu, aku tidak mungkin bisa menolak. Lagipula, aku juga ingin bertemu
dengan Rinka. Meskipun kami sudah berpacaran, kami belum pernah melakukan
hal-hal yang biasa dilakukan pasangan.
Memang, mengingat
situasi Rinka, aku bisa menahan rasa kesepian. Tapi Rinka berbeda.
[Kaz]: ... Hanya aku
yang ada di rumah sekarang, jadi seharusnya tidak apa-apa... Tapi, bagaimana
dengan Rinka-san? Berkeliaran di malam hari bisa berbahaya.
Jika terjadi sesuatu
pada Rinka, aku akan menyesalinya seumur hidup.
[Rin]: Aku akan naik
taksi, jadi tidak apa-apa! Bagaimana kalau aku menginap?"
[Kaz]: Tiba-tiba
menginap?
[Rin]: Ini satu-satunya
kesempatan untuk bertemu dengan Kazuto-kun... Aku ingin menginap...
Aku merenung sejenak.
Sejujurnya, aku lebih condong ke arah menolak. Aku benar-benar khawatir. Namun,
Rinka memohon seperti ini, dan tidak mudah untuk menolaknya begitu saja.
Dia bilang dia akan naik
taksi untuk menjaga keamanan, jadi mungkin tidak apa-apa...?
[Kaz]: ... Yaudah dah. Datang
ke rumah sini.
[Rin]: Yeay! Aku OTW!
Kolom chat menunjukkan
"Rin telah logout". Dia bertindak cepat.
"... Yang benar aja
ini..."
Dalam sekejap mata,
sebuah acara menginap telah terjadi. Siapa sangka seorang idola populer akan
menginap di rumahku?
Hal seperti itu tidak
pernah terpikirkan dalam hidupku sebelumnya.
"Haruskah aku...
mempersiapkan sesuatu...?"
Aku duduk di kursi,
berbalik dan melihat sekeliling kamarku.
Komik, light novel,
sampah makanan ringan, dan botol plastik kosong berserakan di mana-mana. Aku
tidak mungkin mengundangnya ke tempat seperti ini.
"Aku tahu apa yang
harus dilakukan. Pertama, bersihkan kamar."
☆
"Jadi, ini hasil
dari usahamu membersihkan kamar?"
"Ya..."
Rinka melihat sekeliling
kamarku yang semakin kotor dan menghela nafas panjang dengan ekspresi
"haah" yang menunjukkan rasa kecewa yang mendalam. Kenapa begitu? Aku
sudah membereskannya, tapi kenapa malah semakin berantakan...?
Aku ingat ingin
menyimpan set lengkap light novel sepuluh volume yang dipinjam dari Saito di
kotak penyimpanan, jadi aku mengeluarkan set lengkap dua puluh lima volume
manga yang ada di kotak penyimpanan terlebih dahulu. Saat itulah aku berpikir,
"Hmm? Sepertinya ini semakin parah?".
Dari sana, aku mulai
membereskannya dengan penuh semangat... Tapi, light novel dan manga yang hanya
kubaca sekali beberapa tahun lalu muncul entah dari mana dan berserakan di
lantai. Tidak ada lagi yang bisa dilakukan.
Untuk saat ini, aku
hanya ingin membuat ruang untuk berpijak.
Di bawah tatapan Rinka
yang penuh kekaguman, aku mulai mendorong buku-buku yang berserakan di lantai
ke sudut ruangan.
"Aku sudah lama
berpikir, tapi Kazuto-kun memiliki masalah dengan kemampuan hidupmu."
"Itu... tidak
benar. Aku bisa merebus telur."
"Kamu pikir aku
akan memujimu setelah mendengar itu?"
"Tidak, maaf..."
Tatapan tajam Rinka
menusukku dengan rasa dingin. Situasi ini jauh dari skenario romantis yang
kubayangkan.
Setelah mengantar Rinka
yang datang dengan taksi ke dalam rumah, kami melangkah ke kamarku dengan rasa
gugup yang tak tertahankan — dan disinilah kami sekarang, di tengah kekacauan
ini.
Suasana manis yang
diharapkan langsung menguap.
"Sepertinya aku
perlu datang secara rutin. Melihat keadaan ini, aku yakin kamu juga asal-asalan
dalam makan."
"Makan malamku hari
ini nasi telur. Aku makan dengan benar."
"Hanya itu?
Kemarin?"
"Nasi telur."
"..."
Dia tidak berkata
apa-apa lagi. Kenapa? Nasi telur itu enak!
Suasana canggung
menyelimuti kami sejenak, hingga Rinka memulai percakapan baru.
"Sekarang sudah
jelas. Kamu membutuhkanku, Kazuto-kun. Benar-benar... Memiliki suami yang tidak
peduli diri sendiri itu merepotkan. Serius, kamu tidak bisa hidup tanpaku."
"Apakah aku salah
merasakan kegembiraan dalam suaramu?"
"Aku hanya
menyadari lagi kalau akulah satu-satunya yang bisa mengurus Kazuto-kun."
"Mengurus?"
"Aku tidak akan
membiarkan orang lain mengurusmu."
Kata-kata Rinka
menunjukkan sedikit sifat posesif. Aku yakin dia juga murni mengkhawatirkanku.
Lagipula, aku hanya
perlu menjadi lebih bertanggung jawab.
Meskipun begitu, aku
yang dijuluki "pecandu game online" oleh teman-temanku tidak mungkin
bisa langsung menjalani hidup normal.
Aku tidak bisa
menyangkal perkataan Rinka tentang "tidak peduli diri sendiri".
"Jadi, kamu mau
membersihkan kamar sekarang?"
"Sudah malam, kita
bersihkan lain kali saja. Sekarang... aku ingin menghabiskan waktu bersama
Kazuto-kun."
Rinka mengatakan itu dan
duduk di tempat tidurku. Aku pun duduk di sampingnya. Sepertinya sesi omelan
Rinka sudah berakhir, dan keheningan mulai menyelimuti kami.
Tidak ada suara apa pun
di ruangan ini, kecuali suara samar-samar mobil yang lewat dari luar.
"Hanya
berdua..."
"Ya..."
Aku tiba-tiba menjadi
pendiam. Biasanya kami akan terus berbicara tanpa henti.
Kami berdua sadar diri.
Jelas kalau kami
memiliki hubungan yang istimewa sekarang.
Meskipun Rinka
bersikeras menyebut kami sebagai suami istri, perasaannya pasti berubah setelah
aku menyatakan cinta.
Entah itu bisa dijadikan
bukti atau tidak, Rinka terus menyentuh rambutnya dan melirikku dari samping
dengan gugup.
Aku pun merasa gugup
melihat Rinka dengan pakaian santai.
Dia mengenakan gaun
sederhana dengan kardigan, namun terlihat lebih dewasa daripada biasanya.
Karena aku selalu
melihatnya dengan seragam sekolah atau kostum idol, mungkin perbedaan ini yang
membuatku semakin gugup.
"......Ngomong
napa, Kazuto-kun......"
Untuk menyembunyikan
kegugupannya, Rinka berkata seperti itu.
Aku hanya berpikir
sejenak, lalu menyadari aroma bunga yang menyenangkan yang datang dari rambut
panjang yang indah milik Rinka. Mungkin dari shampoonya.
"Err... Rinka-san wanginya enak ya?"
"......Mesum."
"Maaf!"
Aku langsung meminta maaf
setelah mendapat tatapan tajam dari Rinka. Itu memang terdengar mesum dari sisiku. Tapi, aku tidak akan
menyerah begitu saja. Aku mencoba memulai pembicaraan dengan berbicara tentang
shamponya.
"Kamu dah mandi?"
"Iya. Kenapa emangnya?"
"Tidak, cuman nanya doang............"
"Ohh............"
Tidak bisa! Aku tidak tahu
harus bicara apa!
Sampai di sini, aku bahkan
mulai lupa tentang apa biasanya kami berbicara.
Ternyata, aku yang hanya
bermain game online tidak memiliki kemampuan untuk menghidupkan suasana!
Saat aku hampir putus asa,
Rinka mulai berbicara dengan suara yang bergetar.
"Kayaknya...... Kazuto-kun ingin mandi bersama
denganku?"
"Eh, eh?"
"Itu, kita kan suami
istri...... tidak ada yang aneh dengan itu......"
Rinka merona dan
mengalihkan wajahnya dari aku, menunduk ke lantai. Eh, apakah dia salah paham?
"Kazuto-kun juga
seorang anak laki-laki, tentu saja kamu tertarik pada tubuh Wanita."
"Tunggu! Bukan itu
maksudku. Aku hanya mencoba membuat topik pembicaraan......"
"Tidak apa-apa, kamu
tidak perlu memaksakan diri. Aku juga mengerti tentang anak laki-laki."
"T-tapi...."
"Tapi, aku rasa kita
masih belum sampai ke tahap itu. Terlalu cepat untuk menunjukkan kulit satu
sama lain."
"Eh, padahal kamu sering bilang kita suami
istri?"
"Jangan ngeles, Kazuto-kun. Menggunakan
status suami istri hanya di saat seperti ini...... Mesum
sekali. Mesum Kazuto-kun."
"Itu pertanyaan yang
wajar......!"
Rupanya, meskipun Rinka
merasa kita seperti suami istri, menunjukkan kulit satu sama lain itu tidak
boleh. Aku tidak terlalu
mengerti, tapi jika itu masalahnya, aku tidak akan berkata apa-apa lagi.
"............"
"............"
Kembali keheningan.
Setelah satu percakapan berakhir, kami saling menyadari dalam diam. Sudah dua minggu sejak
kami berpacaran. Selama dua minggu itu, kami tidak benar-benar berbicara.
Hanya karena sesuatu yang
sepele, bisa membuat suasana menjadi sangat canggung.
......Saat kami bermain
game online, semuanya terasa biasa saja.
"Maaf ya!"
"Itu maaf buat apa?"
"Kamu sudah datang
jauh-jauh, tapi aku tidak bisa melakukan apa-apa......"
Belum lagi kamarku yang
berantakan. Sambil merasa bersalah, Rinka akhirnya mengungkapkan perasaan
sebenarnya.
"Tidak perlu
khawatir. Aku sudah puas karena merasakan keberadaan Kazuto-kun di dekatku."
"Rinka-san......"
"Seandainya bisa, aku
ingin selalu bersamamu. Pagi, siang, malam, aku ingin merasakan kehangatan
Kazuto-kun di sisiku. Sejak Kazuto-kun menyatakan perasaannya padaku, perasaan
ini terus membesar tanpa batas."
"Begitu ya..."
Bagi kebanyakan orang, Rinka mungkin terasa berat,
tapi bagiku saat ini, aku merasa senang dan lega karena itu sangat khas Rinka.
Aku menyatakan menerima
segala hal tentang Rinka tidak hanya karena dorongan semata, tapi juga
merupakan kejujuran dari lubuk hatiku.
"Kita sebaiknya tidur
sekarang. Besok juga harus bangun pagi."
"Kamu akan pergi ke
sekolah dari rumahku?"
"Tidak, aku berencana
untuk kembali ke rumahku dulu sebelum pergi ke sekolah. Jadinya, aku harus bangun lebih
pagi."
Tidak mungkin untuk
berangkat ke sekolah bersama, dan sepertinya kembali ke rumah adalah pilihan
yang aman.
Aku pikir itu pasti sulit,
tapi Rinka ingin bertemu aku seniat itu. Memikirkan hal itu membuat
aku merasa senang, dan Rinka terasa seperti gadis yang sangat tulus dan kuat.
"Maaf, tapi bisa
tidak kamu keluar dari kamar
sebentar?"
"Mengapa?"
"............ Aku mau ganti pakaian."
"Maaf, suaramu tidak
terdengar, aku tidak
bisa mendengarnya."
"............ karena
aku mau ganti pakaian."
Dia tampak sangat malu,
suaranya hampir tidak terdengar seperti suara nyamuk. Pandangan Rinka tertuju
pada tas besar yang diletakkan di sudut ruangan.
Apakah pakaian ganti itu
ada di dalam tas itu?
......Untuk sekedar
pakaian ganti, tas itu terlihat terlalu buncit.
"Kazuto-kun?"
"Ah, ya... Aku akan
keluar."
Dorong oleh Rinka, aku
segera keluar dari kamar. Setelah menutup pintu, aku miringkan kepala aku.
Tunggu, kami...
berpacaran, kan?
Bahkan, Rin-ka menganggap
kami seperti pasangan suami istri...
Dalam hal itu, tidak perlu
untuk segan-segan, kan? Itulah yang aku pikirkan.
"Tapi, Rinka-san anehnya polos di
tempat-tempat seperti itu..."
Seorang gadis yang memerah
dan membeku hanya dengan berpegangan tangan. Jadi, wajar saja jika dia merasa malu dilihat saat berganti pakaian.
Tapi bagaimana dengan saat
tidur?
Dari alur pembicaraan ini,
sepertinya tidak ada indikasi kami akan tidur di kamar terpisah...
Sampai di sana, aku sampai
pada kesimpulan yang mungkin akan dicapai oleh siapa saja.
..........Kami akan tidur
bersama di tempat tidurku.
"――――!"
Hanya dengan
membayangkannya, wajahku menjadi sangat panas.
"Serius... Gawat
ini."
Tidak perlu dikasih
tahu, kami adalah remaja yang
sedang berada di puncak masa pubertas. Aku pikir wajar kalau aku menjadi sangat sadar
akan berbagai hal.
Tapi bagaimana dengan
Rinka? Dia bilang masih terlalu dini untuk saling melihat kulit kami...?
Apakah kami hanya akan
tidur bersama seperti biasa, atau mungkin.........
"Tidak bisa. Karena
ini Rinka-san, tidak ada yang aneh kalau sesuatu terjadi."
Setiap hari, pacar yang keren itu
selalu bertingkah di luar dugaan.
Ini adalah sesuatu yang
bahkan aku, yang sudah berpacaran dengannya selama beberapa tahun, sulit untuk
memprediksi.
☆
Setelah mendengar
kata-kata "Baiklah" dari Rinka, aku memasuki kamarnya.
Aku merasakan pipiku
menjadi panas saat melihat Rinka dalam piyama untuk pertama kalinya. Dia sangat
menggemaskan. Sebuah kemeja lengan pendek berwarna navy dengan kancing, dan
celana pendek putih. Dia juga memakai kardigan tipis.
Tidak ada desain yang
terlalu berlebihan atau poin yang menekankan kegemasannya. Tidak, Rinka tidak
membutuhkan hal seperti itu.
Justru kesederhanaannya
yang menonjolkan pesona Rinka.
Gaya berpakaiannya yang
tidak memandang penting gelar atau status, sesuatu yang sangat Rinka (mungkin
agak berlebihan).
"Bagaimana...? Ini
piyama yang biasa aku pakai saat tidur, tapi tidak aneh kan?"
"Sama sekali tidak
aneh, sangat menggemaskan."
"Ge...gemas...!
Te...terima kasih..."
Rinka yang jujur merasa
malu. Sepertinya dia mencoba menenangkan dirinya dengan menyentuh rambutnya.
Gestur femininnya pun
sempurna. Aku pasti satu-satunya
pria yang telah melihat idola keren seimut ini.
Hanya mengetahui hal itu
membuatku semakin bersemangat.
"Kamu benar-benar
menggemaskan, Rinka-san."
"Kamu terlalu
memuji... Aku jadi kesulitan kalau kamu terus berkata seperti itu."
"Mengapa?"
"Karena pujian dari
Kazuto-kun... terlalu berarti
bagiku..."
"Jadi, aku ingin memujimu lebih
lagi."
"...Itu tidak adil.
Hanya di saat-saat seperti ini Kazuto-kun menjadi berani."
Rinka merajuk dengan
bibirnya yang imut menguncup. Gestur tak terduga seperti itu juga sangat menarik.
"Bukan berarti aku
menjadi berani. Karena Rinka-san jujur dengan perasaannya, aku juga menjadi jujur..."
"Be...begitu..."
"Ya..."
Kata-kata itu membuatku
sedikit malu.
Seperti Rinka, pipiku
mungkin juga sedikit memerah. Kami berdua merasa malu. Situasi berbeda dari
sebelum kami berpacaran.
"Kazuto-kun, aku
punya satu permintaan... Bolehkah?"
Rinka berkata dengan
ragu-ragu.
Sepertinya itu permintaan
yang sangat penting, dia menatapku dengan tatapan yang cemas.
"Boleh, jangan ragu buat mengatakan apapun
padaku."
Di dalam hatiku, aku
menambahkan... karena kami adalah pasangan.
Aku tidak mengatakannya
dengan lantang karena aku tahu dia akan membantah dengan "Kita adalah
suami istri".
Pokoknya, aku ingin
mendengarkan permintaan Rinka.
"Benarkah? Kalau
begitu..."
Rinka mengarahkan
pandangannya ke tas yang dibawanya, lalu dari dalamnya... dia mengeluarkan
boneka Kazuto!
Dan bukan hanya satu, tapi
dia mengeluarkan yang kedua, ketiga, keempat... sampai yang kelima, dan bisa
kau bayangkan, dia mulai menyusunnya di tempat tidurku! Apa yang telah kau
lakukan, Rinka!?
Lagi pula, boneka Kazuto
yang kelima mengenakan piyama dan sedang tidur. ...Sangat menggemaskan sampai aku bingung bagaimana
harus bereaksi.
"Eh, tunggu, eh,
Rinka-san?"
"Aku selalu ingin
melakukan sesuatu di kamar Kazuto-kun."
"Menyusun boneka
Kazuto di tempat tidur?"
"Itu hanya langkah
awal... Permintaanku adalah, di kamar Kazuto-kun, dikelilingi oleh boneka
Kazuto-kun, aku ingin Kazuto-kun yang asli menemaniku
tidur."
"Maaf, aku tidak tahu
bagaimana harus bereaksi."
Aku membayangkan situasi
yang akan berwarna pink. Secara normal aku bingung. Rinka terlalu polos, atau lebih tepatnya,
terlalu bersih hatinya.
"...Tidak
boleh?"
"Boleh."
Itu jawaban yang langsung
keluar.
Bagaimana mungkin aku bisa
menolak? Dengan mata yang memancarkan kecemasan, aku hanya bisa langsung
setuju.
Rinka naik ke tempat tidur
dan menyusun tiga boneka Kazuto di samping bantal, dan dua lainnya disandarkan
ke dinding. Aku hanya bisa menatapnya dengan bodoh. Menyadari kehadiranku,
Rinka meraih lengan bajuku dan memiringkan kepalanya.
"Kazuto-kun... ayo kita tidur?"
"---!"
TLN : Hehehe.
Itu adalah pukulan kritis.
HP-ku terbang dalam satu pukulan. Ini adalah kecurangan. Ini bukan hanya tentang
kegemasan atau kecutean biasa.
Seperti jiwa yang
direnggut dari tubuhku, sebuah kegemasan yang begitu tidak masuk akal dan sangat kejam...
Karena dia adalah tipe
yang cool, daya hancurnya luar biasa.
Ah, ini adalah apa yang
dinamakan kekasih...!
Rinka berbaring di tempat
tidurku, hanya menunjukkan wajahnya sambil menutupi dirinya dengan selimut.
Saat aku akan masuk ke
tempat tidur, entah kenapa Rinka memberhentikanku.
"Tunggu, Kazuto-kun."
"Apa...?"
"Matikan
lampunya..."
"Eh?"
"Ah, kalau terang...
aku malu..."
"..."
Dengan cepat
menyembunyikan hingga hidung dengan selimut, hanya matanya yang terlihat, Rinka
berkata dengan malu-malu.
Jujur, dia benar-benar
menembus hatiku... dengan peluru yang disebut kegemasan. Meskipun biasanya dia
sangat agresif, menjadi pemalu di saat-saat seperti ini itu bagaimana ya...
Rinka terlalu menggemaskan
hingga membuatku agak kesal. Mungkin karena kami tidak bisa berbicara dengan baik selama dua minggu,
aku merasa lebih akung padanya.
Aku mengoperasikan remote
kontrol untuk mematikan lampu kamar.
Seketika itu juga,
kegelapan datang dan siluet Rinka yang tidur di tempat tidur menjadi
samar-samar terlihat.
"Uh, maaf ya, aku
akan tidur di samping."
"Eh, ya... Kita
adalah suami istri yang sudah saling mempercayai satu sama lain, jadi tidak perlu malu."
"Jadi, aku akan menyalakan
lampu—"
"Jangan."
"Baik..."
Penolakan itu datang
dengan sangat cepat. Sambil merasa sedikit lucu tentang itu, aku membuka selimbaran dan
berbaring di sebelah Rinka.
Saat itu, bahu kami saling
bertabrakan dengan ringan, dan kami berdua mengeluarkan suara pendek,
"Hmm."
Mungkin karena ruangan itu
gelap gulita dan tak ada yang bisa dilihat, sensasiku menjadi lebih tajam.
Aku bisa merasakan
kehangatan Rinka yang berada tepat di sebelahku, bahkan sampai ke nafasnya.
Aroma bunga yang lembut
dan menyenangkan mencapai bagian dalam hidungku.
"............"
"............"
Waktu berlalu tanpa ada
suara yang terucap. Pandangan yang terbungkus kegelapan, ruang yang sunyi...
Satu-satunya suara yang
bisa didengar adalah detak jantung. Jantungku berdetak keras, membuatku merasa
tidak bisa tidur.
Aku terus memandang
langit-langit meskipun tidak bisa melihatnya, tapi aku bisa merasakan tatapan
Rinka di pipiku.
Segera, aku merasa dia
akan mengatakan sesuatu...
Dan benar saja, intuisiku terbukti
benar.
"Kazuto-kun"
"Hm?"
"Aku punya satu lagi
permintaan."
"Apa itu?" Aku
memiringkan badanku dan menatap Rinka.
Meskipun tidak bisa
melihatnya dengan jelas dalam kegelapan, aku bisa merasakan wajah Rinka ada di
dekat sana.
"Kepalaku... mau
tidak kamu mengelusnya?"
"Kepalamu?"
"Ya. Aku ingin kamu
mengelusnya dengan lembut..."
Suara manis yang penuh
perasaan itu, suara yang belum pernah aku dengar sebelumnya, sangat khas
seorang gadis seperti Rinka, membuat otakku terasa seperti terbakar.
"Rinka-san, kamu sering manja?"
"Karena itu kamu,
Kazuto-kun..."
Setelah mendengar suara
manis itu, aku merasakan sentuhan lembut di dadaku. Itu wajah Rinka. Rinka
telah menempelkan wajahnya dengan ringan ke dadaku.
Ini pasti akan menjadi
sangat memalukan jika terang.
Karena gelap dan wajah
kami tidak terlihat satu sama lain, kami bisa manja tanpa rasa sungkan.
Aku menarik napas
dalam-dalam dan mulai mengelus kepala Rinka.
Rambut Rinka yang lembut
di tangan kananku terasa nyaman, rambutnya meluncur tanpa hambatan di antara
jari-jariku.
"Ini rambut seorang
gadis..." Aku merasakan sensasi yang nyaman dengan pikiran yang tenang.
"......Mm, ah...
Mmm... Ah..."
Setiap kali aku mengelus
kepalanya, Rinka mengeluarkan suara yang terdengar nyaman.
Aku terus mengelus
kepalanya dengan tulus, bertanya-tanya berapa lama waktu ini akan berlangsung.
"Aku sangat
bahagia... Mmm... Kazuto-kun..."
"............"
"Aku cinta padamu...
Sungguh aku mencintaimu... cinta padamu..."
"……"
"……lebih dekat
lagi…………"
Bisikan yang terus menerus
diulang.
Rinka, yang berbisik
seperti orang gila, akhirnya menggenggam erat bagian dada kemeja yang aku
kenakan dengan kedua tangannya, menunjukkan keinginannya untuk tidak
melepaskan.
"Kazuto-kun…… selalu di
sampingku……. Di sampingku……"
"Iya……"
"Kalau
Kazuto-kun ada di sini…… aku
akan…………"
Suara Rinka perlahan
menjadi lebih kecil, dan akhirnya terdengar napas yang stabil. Dia telah
tertidur. Meskipun tertidur, tangan
Rinka yang menggenggam kemejaku tidak kehilangan kekuatannya.
Aku ingin melihat wajah
Rinka yang sedang tidur, tapi karena wajahnya tertekan di dadaku, aku tidak
bisa memastikannya.
"Su……su……su……Kazuto-kun……"
Bahkan dalam mimpi,
sepertinya dia berpikir tentang aku.
Melihat Rinka yang begitu
mempercayai seperti ini, sulit untuk percaya bahwa dia adalah idol dengan image
cool yang dikenal tidak menyukai pria.
"……"
Napas tidur Rinka menjadi
seperti lagu pengantar tidur.
Napas aku dan Rinka secara
alami menyatu, dan kelopak mataku perlahan menjadi berat.
Ini adalah perasaan yang
aneh……meskipun aku merasakan debaran karena gadis yang aku suka ada di sisiku,
aku juga merasa tenang dan bisa bersikap alami. Mungkin ini yang disebut dengan
merasa puas.
Malam ini, aku dan Rinka
hanya berbicara sebentar dan tidur bersama. Namun……bagi kami yang tidak bisa bertemu bebas, ini tetaplah waktu yang
berharga.
"……Kalau saja tidak
ada boneka Kazuto …………"
Dalam kegelapan, bayangan
lima boneka Kazuto perlahan muncul. Aku merasakan pandangan tidak hidup dari mata bulat
mereka, dan itu membuatku merasa sedikit tidak nyaman.
Tidak boleh adanya spoiler, hormati user lainya. Gunakan komentar dengan bijak sebagai tempat berdiskusi.