Netoge No Yome Ga Ninki Aidorudatta Chap 1 V2

Ndrii
0

 Bab 1

Idola Populer Menginap di Rumah Pacarnya



"Aaaahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh――――……aah?"

 

Saat aku membuka mata, yang pertama kali kulihat adalah――layar komputer. Video live grup idola populer "StarMains" diputar berulang kali tanpa henti. Tampaknya aku, yang berada di kamarku, sedang duduk di depan komputer menonton video live tersebut.

 

"Mimpi ya..."

 

Aku segera sadar. Kehidupan sehari-hari tiga belas tahun ke depan yang aku lihat barusan adalah mimpi.

 

Aku melihat ke sudut layar komputer untuk memeriksa waktu.

 

Tertera tulisan Minggu 19:58. ... Tampaknya aku tertidur saat menonton video live.

 

"Keringat dinginnya banyak banget."

 

Aku melihat kedua tanganku yang basah kuyup oleh keringat dan bergumam. Mimpi mengerikan apa yang baru saja aku alami?

 

Rinka tidak mungkin menyakitiku.

 

Itu tidak mungkin, tapi tubuhku masih gemetar karena bayangan mimpi itu terasa begitu nyata.

 

"T-tidak mungkin! Rinka-san bukan Yandere... . Benar, tidak mungkin!"

 

Baiklah, sebagai pengalih perhatian, aku akan menonton video live Rinka!

 

"... Rinka-san memang imut sekali."

 

Yang terlihat di layar komputer adalah video live grup idola populer "StarMains". Lima gadis SMA yang sedang naik daun. Dipimpin oleh center Kurumizaka Nana, para gadis imut ini menampilkan tarian mereka.

 

Namun, yang paling menarik perhatianku adalah idola cool Mizuki Rinka. Dia memiliki rambut panjang yang indah dan wajah yang imut namun tegas yang diakui semua orang.

 

Namun, yang paling istimewa adalah auranya.

 

Matanya yang besar menunjukkan keyakinan yang kuat, dan dia memancarkan tekad untuk tidak tunduk pada siapa pun. Ekspresinya tidak menunjukkan senyuman sama sekali.

 

Dia tidak menjilat siapa pun dan selalu berperilaku dengan anggun, benar-benar pantas disebut idola cool.

 

Idola bernama Mizuki Rinka ini mendapatkan popularitas luar biasa dari pria maupun wanita.

 

"Gadis yang luar biasa seperti ini adalah pacarku."

 

Benar kata pepatah, hidup ini penuh kejutan.

 

Siapa yang bisa percaya bahwa teman yang menikah denganku di game online adalah idola populer di sekolahku...?

 

"Rinka-san benar-benar luar biasa..."

 

Yah, yang paling luar biasa adalah dia menganggapku sebagai suaminya.

 

Menurut Rinka, "Game online di mana penampilan, status, dan pekerjaan di dunia nyata tidak relevan adalah dunia yang indah di mana orang dapat menjalin hubungan dengan hati yang murni. Jika kita menikah di dunia itu, kita kan seharusnya menjadi suami istri di dunia nyata juga?"

 

Pemikirannya agak aneh.

 

Tapi sekarang, pemikirannya itu terasa imut.

 

Saat aku melamun sambil menonton video live Rinka, terdengar suara notifikasi “piron♪" dari smartphone yang diletakkan di samping keyboard. Pesan chat.

 

Aku mengambil smartphone dan membuka aplikasi chat game.

 

Pengirimnya adalah Rin. Isinya――――.

 

[Rin]: Kaz! Kamu terlambat lagi!? Cepat temui aku!

 

"Ah, gawat! Ini sudah waktunya janjian!"

 

Ponsel menunjukkan pukul 21:05.

Janjianku dengan Rin jam 21:00, jadi ... aku telat. Lagi-lagi.

 

Aku segera membukaBlack Plaindan login.

 

Karakter laki-laki berpenampilan prajurit bernama Kaz muncul di desa nelayan yang ramai. Melihat minimap di kanan bawah layar, ada titik hijau yang menunjukkan teman, Kaz, di dekatnya. Itu pasti Rin. Tepat seperti dugaanku, seorang elf berambut pirang dengan kostum tradisional hijau muncul di bidang pandang dengan gerakan cepat menggunakan skill.

 

Info saja, Black Plainadalah game online dengan grafis realistis dan tingkat kebebasan yang tinggi. Game ini juga merupakan tempat di mana aku dan Rinka bertemu.

 

Aku sudah memainkannya sejak SMP, dan aku bahkan rela mengurangi uang jajan untuk topup.

 

[Rin]: Kaz! Ini sudah berapa kali kamu telat?! Kalau begini terus, aku marah lho!

 

Sebuah pesan chat muncul dari Rin, teman dan pasangan pernikahanku di game. Aku memang salah kali ini. Aku pun memilih untuk minta maaf dengan tulus.

 

[Kaz]: Maaf! Aku jadi lupa waktu karena menonton video live Rinka-san!

 

[Rin]: Bilang saja kamu memang sengaja! Kamu pikir aku gampang maafin?!

 

[Kaz]: Maaf banget. Rinka-san benar-benar cantik dan imut...

 

[Rin]: Sebegitu imutnya?

 

[Kaz]: Ya. Aku sudah bilang kan, aku bisa lupa waktu kalau melihat Rinka-san.

 

[Rin]: Baiklah... kali ini aku maafin!

 

Gampang sekali. Tapi, memang itu yang sebenarnya terjadi.

 

[Rin]: Tapi ini hanya kali ini saja lho!

 

Elf berambut pirang bernama Rin di layar menunjukkan ekspresi marah yang menggemaskan.

 

Entah kenapa... tingkah laku dan cara bicaranya sama sekali tidak seperti idola cool. Anehnya, Rinka memiliki perbedaan karakter yang sangat besar antara di dunia nyata dan di game.

 

Namun, aku merasa tidak sopan untuk membahasnya.

 

[Rin]: Kita sudah dua minggu tidak bertemu ya...?

 

[Kaz]: Ya begitulah...

 

[Rin]: Sejak kamu menyatakan cinta, kita jadi jarang bertemu. Aku jadi kesepian tauu...

 

Rin di layar mulai menangis tersedu-sedu.

 

Sejak kami resmi menjadi pasangan, kami hampir tidak punya waktu untuk berbicara.

 

Itu karena Rinka, seorang idola populer, sangat sibuk. Belakangan ini dia bahkan semakin sibuk. Dia juga jarang pergi ke sekolah. Wajar saja dia tidak punya waktu untuk kehidupan pribadi.

 

Sudah lama sekali kami tidak bermain bersama seperti ini, jadi wajar jika Rin marah.

 

Bahkan hanya karena terlambat lima menit.

 

[Rin]: Akhirnya kamu menunjukkan tekadmu sebagai seorang suami...!

 

[Kaz]: Aku belum berniat menjadi suami. Lagipula aku masih 17 tahun, jadi tidak mungkin menikah.

 

[Rin]: Meskipun kita terikat cinta yang mendalam... ini terlalu menyakitkan...

 

[Kaz]: Kita masih berpacaran weh. Jangan terlalu terburu-buru.

 

[Rin]: Aku ingin segera bertemu... dengan suamiku tercinta, Kazuto-kun!

 

[Kaz]: Hei, kamu mute ya? Dari tadi kamu hanya berbicara sendiri...!

 

Meskipun kami resmi menjadi pasangan, di mata Rin - Rinka, kami sudah seperti suami istri.

 

Tentu saja aku tidak berniat menjadikannya istri. Setidaknya untuk saat ini.

 

[Rin]: Baiklah, bagaimana kalau kita memancing?

 

[Kaz]: Cepat banget kamu ngubah topik ya.

Rin berjalan ke laut dengan wajah ceria dan mengeluarkan pancingannya untuk mulai memancing.

 

Aku pun mulai memancing mengikuti Rin.

 

Waktu diBlack Plainmenunjukkan siang hari. Cahaya indah yang memancar dari matahari menembus hingga ke dasar laut, menciptakan pemandangan yang luar biasa indah. Mungkin karena pengaturan grafis yang maksimal, menurutku pemandangan ini bahkan lebih indah daripada dunia nyata.

 

[Rin]: Hei Kaz. Kalau kamu telat lagi, aku akan memblokirmu! ... Ah, tidak! Aku tidak mau! Aku tidak mau kehilangan Kaz!

 

[Kaz]: Ngomong apa sih...

 

Aku hanya bisa tercengang melihat kelakuan Rin yang tidak terduga.

 

[Rin]: Aku ingin berkencan dengan Kaz setiap hari sepulang sekolah. Lalu, kita main game online bersama di malam hari!"

 

[Kaz]: Itu rencana yang bagus.

 

[Rin]: Tapi itu tidak mungkin...

 

Wajah sedih Rinka muncul di benakku.

 

Memang benar itu tidak mungkin. Seorang idola populer yang berjalan bersama seorang laki-laki di jalanan sama saja dengan bunuh diri. Kencan pertama kami tempo hari pun cukup menegangkan.

 

Kami terus memancing sambil bercakap-cakap tentang hal-hal biasa.

 

Perubahan terjadi sekitar pukul 22.00.

 

Rin tiba-tiba terdiam, dan kolom chat menjadi sunyi.

 

[Kaz]: Ada apa? Ada sesuatu?

 

[Rin]: ... Aku ingin bertemu...

 

[Kaz]: Hah?

 

[Rin]: Aku ingin bertemu Kaz! Aku sudah tidak tahan lagi!

 

Kata-kata Rin seperti letusan gunung berapi. Ada apa dengannya tiba-tiba?

 

[Kaz]: Kita kan sudah bertemu sekarang.

 

[Rin]: Bukan itu! Aku ingin bertemu di dunia nyata! Aku ingin mendengar suara Kazuto-kun!"

 

[Kaz]: Bagaimana kalau kita pakai voice chat?

 

[Rin]: Aku ingin mendengarnya secara langsung! Kau tahu kan apa yang aku maksud?!"

 

Aku bingung dengan permintaannya yang tiba-tiba. Sudah malam, dan besok ada sekolah. Bertemu di dunia nyata sekarang akan menimbulkan banyak masalah.

 

[Rin]: Kamu tidak ingin bertemu denganku?

 

[Kaz]: Tentu saja aku ingin. Aku bahkan menonton video live Rinka-san setiap ada waktu luang.

Aku bahkan bermimpi tentang kehidupan pernikahan dengan Rinka. Aku bahkan memiliki seorang putri. Meskipun akhirnya...

 

[Rin]: Benarkah? Aku juga selalu memikirkan Kazuto-kun.

 

[Kaz]: Ya...

 

[Rin]: Saat aku bangun pagi, aku melihat poster Kazuto-kun dan mengucapkan selamat pagi. Aku berdoa agar hari ini berjalan dengan baik. Aku bersyukur atas keberadaan Kazuto-kun. Lalu, aku berdoa sebelum tidur!"

 

[Kaz]: Itu sudah termasuk agama! Itu sudah menjadi agama! Kau pengikut yang taat!

 

[Rin]: Aku bukan pengikut! Aku calon istrimu! Calon istri yang paling mencintaimu di dunia!

 

[Kaz]: Cintamu sudah berubah menjadi keyakinan...

 

Membayangkan seorang idola populer berdoa di depan posterku membuatku meringis.

 

[Rin]: Bisa gak aku datang ke rumahmu sekarang?

 

[Kaz]: Sekarang sudah malam dan besok ada sekolah.

 

[Rin]: Aku tahu. Tapi, aku hanya ingin... berada di dekat Kazuto-kun sebentar saja."

 

[Kaz]:  Rinka-san...

 

"..."

Mendengarnya berkata seperti itu, aku tidak mungkin bisa menolak. Lagipula, aku juga ingin bertemu dengan Rinka. Meskipun kami sudah berpacaran, kami belum pernah melakukan hal-hal yang biasa dilakukan pasangan.

 

Memang, mengingat situasi Rinka, aku bisa menahan rasa kesepian. Tapi Rinka berbeda.

 

[Kaz]: ... Hanya aku yang ada di rumah sekarang, jadi seharusnya tidak apa-apa... Tapi, bagaimana dengan Rinka-san? Berkeliaran di malam hari bisa berbahaya.

 

Jika terjadi sesuatu pada Rinka, aku akan menyesalinya seumur hidup.

 

[Rin]: Aku akan naik taksi, jadi tidak apa-apa! Bagaimana kalau aku menginap?"

 

[Kaz]: Tiba-tiba menginap?

 

[Rin]: Ini satu-satunya kesempatan untuk bertemu dengan Kazuto-kun... Aku ingin menginap...

 

Aku merenung sejenak. Sejujurnya, aku lebih condong ke arah menolak. Aku benar-benar khawatir. Namun, Rinka memohon seperti ini, dan tidak mudah untuk menolaknya begitu saja.

 

Dia bilang dia akan naik taksi untuk menjaga keamanan, jadi mungkin tidak apa-apa...?

 

[Kaz]: ... Yaudah dah. Datang ke rumah sini.

 

[Rin]: Yeay! Aku OTW!

 

Kolom chat menunjukkan "Rin telah logout". Dia bertindak cepat.

 

"... Yang benar aja ini..."

 

Dalam sekejap mata, sebuah acara menginap telah terjadi. Siapa sangka seorang idola populer akan menginap di rumahku?

 

Hal seperti itu tidak pernah terpikirkan dalam hidupku sebelumnya.

 

"Haruskah aku... mempersiapkan sesuatu...?"

 

Aku duduk di kursi, berbalik dan melihat sekeliling kamarku.

 

Komik, light novel, sampah makanan ringan, dan botol plastik kosong berserakan di mana-mana. Aku tidak mungkin mengundangnya ke tempat seperti ini.

 

"Aku tahu apa yang harus dilakukan. Pertama, bersihkan kamar."

 

 

"Jadi, ini hasil dari usahamu membersihkan kamar?"

 

"Ya..."

 

Rinka melihat sekeliling kamarku yang semakin kotor dan menghela nafas panjang dengan ekspresi "haah" yang menunjukkan rasa kecewa yang mendalam. Kenapa begitu? Aku sudah membereskannya, tapi kenapa malah semakin berantakan...?

 

Aku ingat ingin menyimpan set lengkap light novel sepuluh volume yang dipinjam dari Saito di kotak penyimpanan, jadi aku mengeluarkan set lengkap dua puluh lima volume manga yang ada di kotak penyimpanan terlebih dahulu. Saat itulah aku berpikir, "Hmm? Sepertinya ini semakin parah?".

 

Dari sana, aku mulai membereskannya dengan penuh semangat... Tapi, light novel dan manga yang hanya kubaca sekali beberapa tahun lalu muncul entah dari mana dan berserakan di lantai. Tidak ada lagi yang bisa dilakukan.

 

Untuk saat ini, aku hanya ingin membuat ruang untuk berpijak.

 

Di bawah tatapan Rinka yang penuh kekaguman, aku mulai mendorong buku-buku yang berserakan di lantai ke sudut ruangan.

 

"Aku sudah lama berpikir, tapi Kazuto-kun memiliki masalah dengan kemampuan hidupmu."

 

"Itu... tidak benar. Aku bisa merebus telur."

 

"Kamu pikir aku akan memujimu setelah mendengar itu?"

 

"Tidak, maaf..."

 

Tatapan tajam Rinka menusukku dengan rasa dingin. Situasi ini jauh dari skenario romantis yang kubayangkan.

 

Setelah mengantar Rinka yang datang dengan taksi ke dalam rumah, kami melangkah ke kamarku dengan rasa gugup yang tak tertahankan — dan disinilah kami sekarang, di tengah kekacauan ini.

 

Suasana manis yang diharapkan langsung menguap.

 

"Sepertinya aku perlu datang secara rutin. Melihat keadaan ini, aku yakin kamu juga asal-asalan dalam makan."

"Makan malamku hari ini nasi telur. Aku makan dengan benar."

 

"Hanya itu? Kemarin?"

 

"Nasi telur."

 

"..."

 

Dia tidak berkata apa-apa lagi. Kenapa? Nasi telur itu enak!

 

Suasana canggung menyelimuti kami sejenak, hingga Rinka memulai percakapan baru.

 

"Sekarang sudah jelas. Kamu membutuhkanku, Kazuto-kun. Benar-benar... Memiliki suami yang tidak peduli diri sendiri itu merepotkan. Serius, kamu tidak bisa hidup tanpaku."

 

"Apakah aku salah merasakan kegembiraan dalam suaramu?"

 

"Aku hanya menyadari lagi kalau akulah satu-satunya yang bisa mengurus Kazuto-kun."

 

"Mengurus?"

 

"Aku tidak akan membiarkan orang lain mengurusmu."

 

Kata-kata Rinka menunjukkan sedikit sifat posesif. Aku yakin dia juga murni mengkhawatirkanku.

 

Lagipula, aku hanya perlu menjadi lebih bertanggung jawab.

 

Meskipun begitu, aku yang dijuluki "pecandu game online" oleh teman-temanku tidak mungkin bisa langsung menjalani hidup normal.

Aku tidak bisa menyangkal perkataan Rinka tentang "tidak peduli diri sendiri".

 

"Jadi, kamu mau membersihkan kamar sekarang?"

 

"Sudah malam, kita bersihkan lain kali saja. Sekarang... aku ingin menghabiskan waktu bersama Kazuto-kun."

 

Rinka mengatakan itu dan duduk di tempat tidurku. Aku pun duduk di sampingnya. Sepertinya sesi omelan Rinka sudah berakhir, dan keheningan mulai menyelimuti kami.

 

Tidak ada suara apa pun di ruangan ini, kecuali suara samar-samar mobil yang lewat dari luar.

 

"Hanya berdua..."

 

"Ya..."

 

Aku tiba-tiba menjadi pendiam. Biasanya kami akan terus berbicara tanpa henti.

 

Kami berdua sadar diri.

 

Jelas kalau kami memiliki hubungan yang istimewa sekarang.

 

Meskipun Rinka bersikeras menyebut kami sebagai suami istri, perasaannya pasti berubah setelah aku menyatakan cinta.

 

Entah itu bisa dijadikan bukti atau tidak, Rinka terus menyentuh rambutnya dan melirikku dari samping dengan gugup.

 

 

Aku pun merasa gugup melihat Rinka dengan pakaian santai.

 

Dia mengenakan gaun sederhana dengan kardigan, namun terlihat lebih dewasa daripada biasanya.

 

Karena aku selalu melihatnya dengan seragam sekolah atau kostum idol, mungkin perbedaan ini yang membuatku semakin gugup.



"......Ngomong napa, Kazuto-kun......"

 

Untuk menyembunyikan kegugupannya, Rinka berkata seperti itu.

 

Aku hanya berpikir sejenak, lalu menyadari aroma bunga yang menyenangkan yang datang dari rambut panjang yang indah milik Rinka. Mungkin dari shampoonya.

 

"Err... Rinka-san wanginya enak ya?"

 

"......Mesum."

 

"Maaf!"

 

Aku langsung meminta maaf setelah mendapat tatapan tajam dari Rinka. Itu memang terdengar mesum dari sisiku. Tapi, aku tidak akan menyerah begitu saja. Aku mencoba memulai pembicaraan dengan berbicara tentang shamponya.

 

"Kamu dah mandi?"

 

"Iya. Kenapa emangnya?"

 

"Tidak, cuman nanya doang............"

 

"Ohh............"

 

Tidak bisa! Aku tidak tahu harus bicara apa!

 

Sampai di sini, aku bahkan mulai lupa tentang apa biasanya kami berbicara.

 

Ternyata, aku yang hanya bermain game online tidak memiliki kemampuan untuk menghidupkan suasana!

 

Saat aku hampir putus asa, Rinka mulai berbicara dengan suara yang bergetar.

 

"Kayaknya...... Kazuto-kun ingin mandi bersama denganku?"

 

"Eh, eh?"

 

"Itu, kita kan suami istri...... tidak ada yang aneh dengan itu......"

 

Rinka merona dan mengalihkan wajahnya dari aku, menunduk ke lantai. Eh, apakah dia salah paham?

 

"Kazuto-kun juga seorang anak laki-laki, tentu saja kamu tertarik pada tubuh Wanita."

 

"Tunggu! Bukan itu maksudku. Aku hanya mencoba membuat topik pembicaraan......"

 

"Tidak apa-apa, kamu tidak perlu memaksakan diri. Aku juga mengerti tentang anak laki-laki."

 

"T-tapi...."

 

"Tapi, aku rasa kita masih belum sampai ke tahap itu. Terlalu cepat untuk menunjukkan kulit satu sama lain."

 

"Eh, padahal kamu sering bilang kita suami istri?"

 

"Jangan ngeles, Kazuto-kun. Menggunakan status suami istri hanya di saat seperti ini...... Mesum sekali. Mesum Kazuto-kun."

 

"Itu pertanyaan yang wajar......!"

 

 

Rupanya, meskipun Rinka merasa kita seperti suami istri, menunjukkan kulit satu sama lain itu tidak boleh. Aku tidak terlalu mengerti, tapi jika itu masalahnya, aku tidak akan berkata apa-apa lagi.

 

"............"

 

"............"

 

Kembali keheningan. Setelah satu percakapan berakhir, kami saling menyadari dalam diam. Sudah dua minggu sejak kami berpacaran. Selama dua minggu itu, kami tidak benar-benar berbicara.

 

Hanya karena sesuatu yang sepele, bisa membuat suasana menjadi sangat canggung.

 

......Saat kami bermain game online, semuanya terasa biasa saja.

 

"Maaf ya!"

 

"Itu maaf buat apa?"

 

"Kamu sudah datang jauh-jauh, tapi aku tidak bisa melakukan apa-apa......"

 

Belum lagi kamarku yang berantakan. Sambil merasa bersalah, Rinka akhirnya mengungkapkan perasaan sebenarnya.

 

"Tidak perlu khawatir. Aku sudah puas karena merasakan keberadaan Kazuto-kun di dekatku."

 

"Rinka-san......"

 

"Seandainya bisa, aku ingin selalu bersamamu. Pagi, siang, malam, aku ingin merasakan kehangatan Kazuto-kun di sisiku. Sejak Kazuto-kun menyatakan perasaannya padaku, perasaan ini terus membesar tanpa batas."

 

"Begitu ya..."

 

Bagi kebanyakan orang, Rinka mungkin terasa berat, tapi bagiku saat ini, aku merasa senang dan lega karena itu sangat khas Rinka.

 

Aku menyatakan menerima segala hal tentang Rinka tidak hanya karena dorongan semata, tapi juga merupakan kejujuran dari lubuk hatiku.

 

"Kita sebaiknya tidur sekarang. Besok juga harus bangun pagi."

 

"Kamu akan pergi ke sekolah dari rumahku?"

 

"Tidak, aku berencana untuk kembali ke rumahku dulu sebelum pergi ke sekolah. Jadinya, aku harus bangun lebih pagi."

 

Tidak mungkin untuk berangkat ke sekolah bersama, dan sepertinya kembali ke rumah adalah pilihan yang aman.

 

Aku pikir itu pasti sulit, tapi Rinka ingin bertemu aku seniat itu. Memikirkan hal itu membuat aku merasa senang, dan Rinka terasa seperti gadis yang sangat tulus dan kuat.

 

"Maaf, tapi bisa tidak kamu keluar dari kamar sebentar?"

 

"Mengapa?"

 

"............ Aku mau ganti pakaian."

 

"Maaf, suaramu tidak terdengar, aku tidak bisa mendengarnya."

 

"............ karena aku mau ganti pakaian."

Dia tampak sangat malu, suaranya hampir tidak terdengar seperti suara nyamuk. Pandangan Rinka tertuju pada tas besar yang diletakkan di sudut ruangan.

 

Apakah pakaian ganti itu ada di dalam tas itu?

 

......Untuk sekedar pakaian ganti, tas itu terlihat terlalu buncit.

 

"Kazuto-kun?"

 

"Ah, ya... Aku akan keluar."

 

Dorong oleh Rinka, aku segera keluar dari kamar. Setelah menutup pintu, aku miringkan kepala aku.

 

Tunggu, kami... berpacaran, kan?

 

Bahkan, Rin-ka menganggap kami seperti pasangan suami istri...

 

Dalam hal itu, tidak perlu untuk segan-segan, kan? Itulah yang aku pikirkan.

 

"Tapi, Rinka-san anehnya polos di tempat-tempat seperti itu..."

 

Seorang gadis yang memerah dan membeku hanya dengan berpegangan tangan. Jadi, wajar saja jika dia merasa malu dilihat saat berganti pakaian.

 

Tapi bagaimana dengan saat tidur?

 

Dari alur pembicaraan ini, sepertinya tidak ada indikasi kami akan tidur di kamar terpisah...

 

Sampai di sana, aku sampai pada kesimpulan yang mungkin akan dicapai oleh siapa saja.

..........Kami akan tidur bersama di tempat tidurku.

 

"――――!"

 

Hanya dengan membayangkannya, wajahku menjadi sangat panas.

 

"Serius... Gawat ini."

 

Tidak perlu dikasih tahu, kami adalah remaja yang sedang berada di puncak masa pubertas. Aku pikir wajar kalau aku menjadi sangat sadar akan berbagai hal.

 

Tapi bagaimana dengan Rinka? Dia bilang masih terlalu dini untuk saling melihat kulit kami...?

 

Apakah kami hanya akan tidur bersama seperti biasa, atau mungkin.........

 

"Tidak bisa. Karena ini Rinka-san, tidak ada yang aneh kalau sesuatu terjadi."

 

Setiap hari, pacar yang keren itu selalu bertingkah di luar dugaan.

 

Ini adalah sesuatu yang bahkan aku, yang sudah berpacaran dengannya selama beberapa tahun, sulit untuk memprediksi.

 

 

Setelah mendengar kata-kata "Baiklah" dari Rinka, aku memasuki kamarnya.

 

Aku merasakan pipiku menjadi panas saat melihat Rinka dalam piyama untuk pertama kalinya. Dia sangat menggemaskan. Sebuah kemeja lengan pendek berwarna navy dengan kancing, dan celana pendek putih. Dia juga memakai kardigan tipis.

Tidak ada desain yang terlalu berlebihan atau poin yang menekankan kegemasannya. Tidak, Rinka tidak membutuhkan hal seperti itu.

 

Justru kesederhanaannya yang menonjolkan pesona Rinka.

 

Gaya berpakaiannya yang tidak memandang penting gelar atau status, sesuatu yang sangat Rinka (mungkin agak berlebihan).

 

"Bagaimana...? Ini piyama yang biasa aku pakai saat tidur, tapi tidak aneh kan?"

 

"Sama sekali tidak aneh, sangat menggemaskan."

 

"Ge...gemas...! Te...terima kasih..."

 

Rinka yang jujur merasa malu. Sepertinya dia mencoba menenangkan dirinya dengan menyentuh rambutnya.

 

Gestur femininnya pun sempurna. Aku pasti satu-satunya pria yang telah melihat idola keren seimut ini.

 

Hanya mengetahui hal itu membuatku semakin bersemangat.

 

"Kamu benar-benar menggemaskan, Rinka-san."

 

"Kamu terlalu memuji... Aku jadi kesulitan kalau kamu terus berkata seperti itu."

 

"Mengapa?"

 

"Karena pujian dari Kazuto-kun... terlalu berarti bagiku..."

 

"Jadi, aku ingin memujimu lebih lagi."

 

"...Itu tidak adil. Hanya di saat-saat seperti ini Kazuto-kun menjadi berani."

 

Rinka merajuk dengan bibirnya yang imut menguncup. Gestur tak terduga seperti itu juga sangat menarik.

 

"Bukan berarti aku menjadi berani. Karena Rinka-san jujur dengan perasaannya, aku juga menjadi jujur..."

 

"Be...begitu..."

 

"Ya..."

 

Kata-kata itu membuatku sedikit malu.

 

Seperti Rinka, pipiku mungkin juga sedikit memerah. Kami berdua merasa malu. Situasi berbeda dari sebelum kami berpacaran.

 

"Kazuto-kun, aku punya satu permintaan... Bolehkah?"

 

Rinka berkata dengan ragu-ragu.

 

Sepertinya itu permintaan yang sangat penting, dia menatapku dengan tatapan yang cemas.

 

"Boleh, jangan ragu buat mengatakan apapun padaku."

 

Di dalam hatiku, aku menambahkan... karena kami adalah pasangan.

 

Aku tidak mengatakannya dengan lantang karena aku tahu dia akan membantah dengan "Kita adalah suami istri".

 

Pokoknya, aku ingin mendengarkan permintaan Rinka.

 

"Benarkah? Kalau begitu..."

Rinka mengarahkan pandangannya ke tas yang dibawanya, lalu dari dalamnya... dia mengeluarkan boneka Kazuto!

 

Dan bukan hanya satu, tapi dia mengeluarkan yang kedua, ketiga, keempat... sampai yang kelima, dan bisa kau bayangkan, dia mulai menyusunnya di tempat tidurku! Apa yang telah kau lakukan, Rinka!?

 

Lagi pula, boneka Kazuto yang kelima mengenakan piyama dan sedang tidur. ...Sangat menggemaskan sampai aku bingung bagaimana harus bereaksi.

 

"Eh, tunggu, eh, Rinka-san?"

 

"Aku selalu ingin melakukan sesuatu di kamar Kazuto-kun."

 

"Menyusun boneka Kazuto di tempat tidur?"

 

"Itu hanya langkah awal... Permintaanku adalah, di kamar Kazuto-kun, dikelilingi oleh boneka Kazuto-kun, aku ingin Kazuto-kun yang asli menemaniku tidur."

 

"Maaf, aku tidak tahu bagaimana harus bereaksi."

 

Aku membayangkan situasi yang akan berwarna pink. Secara normal aku bingung. Rinka terlalu polos, atau lebih tepatnya, terlalu bersih hatinya.

 

"...Tidak boleh?"

 

"Boleh."

 

Itu jawaban yang langsung keluar.

 

Bagaimana mungkin aku bisa menolak? Dengan mata yang memancarkan kecemasan, aku hanya bisa langsung setuju.

Rinka naik ke tempat tidur dan menyusun tiga boneka Kazuto di samping bantal, dan dua lainnya disandarkan ke dinding. Aku hanya bisa menatapnya dengan bodoh. Menyadari kehadiranku, Rinka meraih lengan bajuku dan memiringkan kepalanya.

 

"Kazuto-kun... ayo kita tidur?"

 

"---!"

TLN : Hehehe.

 

Itu adalah pukulan kritis. HP-ku terbang dalam satu pukulan. Ini adalah kecurangan. Ini bukan hanya tentang kegemasan atau kecutean biasa.

 

Seperti jiwa yang direnggut dari tubuhku, sebuah kegemasan yang begitu tidak masuk akal dan sangat kejam...

 

Karena dia adalah tipe yang cool, daya hancurnya luar biasa.

 

Ah, ini adalah apa yang dinamakan kekasih...!

 

Rinka berbaring di tempat tidurku, hanya menunjukkan wajahnya sambil menutupi dirinya dengan selimut.

 

Saat aku akan masuk ke tempat tidur, entah kenapa Rinka memberhentikanku.

 

"Tunggu, Kazuto-kun."

 

"Apa...?"

 

"Matikan lampunya..."

 

"Eh?"

 

"Ah, kalau terang... aku malu..."

 

"..."

 

Dengan cepat menyembunyikan hingga hidung dengan selimut, hanya matanya yang terlihat, Rinka berkata dengan malu-malu.

 

Jujur, dia benar-benar menembus hatiku... dengan peluru yang disebut kegemasan. Meskipun biasanya dia sangat agresif, menjadi pemalu di saat-saat seperti ini itu bagaimana ya...

 

Rinka terlalu menggemaskan hingga membuatku agak kesal. Mungkin karena kami tidak bisa berbicara dengan baik selama dua minggu, aku merasa lebih akung padanya.

 

Aku mengoperasikan remote kontrol untuk mematikan lampu kamar.

 

Seketika itu juga, kegelapan datang dan siluet Rinka yang tidur di tempat tidur menjadi samar-samar terlihat.

 

"Uh, maaf ya, aku akan tidur di samping."

 

"Eh, ya... Kita adalah suami istri yang sudah saling mempercayai satu sama lain, jadi tidak perlu malu."

 

"Jadi, aku akan menyalakan lampu—"

 

"Jangan."

 

"Baik..."

 

Penolakan itu datang dengan sangat cepat. Sambil merasa sedikit lucu tentang itu, aku membuka selimbaran dan berbaring di sebelah Rinka.

 

Saat itu, bahu kami saling bertabrakan dengan ringan, dan kami berdua mengeluarkan suara pendek, "Hmm."

 

Mungkin karena ruangan itu gelap gulita dan tak ada yang bisa dilihat, sensasiku menjadi lebih tajam.

 

Aku bisa merasakan kehangatan Rinka yang berada tepat di sebelahku, bahkan sampai ke nafasnya.

 

Aroma bunga yang lembut dan menyenangkan mencapai bagian dalam hidungku.

 

"............"

 

"............"

 

Waktu berlalu tanpa ada suara yang terucap. Pandangan yang terbungkus kegelapan, ruang yang sunyi...

 

Satu-satunya suara yang bisa didengar adalah detak jantung. Jantungku berdetak keras, membuatku merasa tidak bisa tidur.

 

Aku terus memandang langit-langit meskipun tidak bisa melihatnya, tapi aku bisa merasakan tatapan Rinka di pipiku.

 

Segera, aku merasa dia akan mengatakan sesuatu...

 

Dan benar saja, intuisiku terbukti benar.

 

"Kazuto-kun"

 

"Hm?"

 

"Aku punya satu lagi permintaan."

 

"Apa itu?" Aku memiringkan badanku dan menatap Rinka.

 

Meskipun tidak bisa melihatnya dengan jelas dalam kegelapan, aku bisa merasakan wajah Rinka ada di dekat sana.

 

"Kepalaku... mau tidak kamu mengelusnya?"

 

"Kepalamu?"

 

"Ya. Aku ingin kamu mengelusnya dengan lembut..."

 

Suara manis yang penuh perasaan itu, suara yang belum pernah aku dengar sebelumnya, sangat khas seorang gadis seperti Rinka, membuat otakku terasa seperti terbakar.

 

"Rinka-san, kamu sering manja?"

 

"Karena itu kamu, Kazuto-kun..."

 

Setelah mendengar suara manis itu, aku merasakan sentuhan lembut di dadaku. Itu wajah Rinka. Rinka telah menempelkan wajahnya dengan ringan ke dadaku.

 

Ini pasti akan menjadi sangat memalukan jika terang.

 

Karena gelap dan wajah kami tidak terlihat satu sama lain, kami bisa manja tanpa rasa sungkan.

 

Aku menarik napas dalam-dalam dan mulai mengelus kepala Rinka.

 

Rambut Rinka yang lembut di tangan kananku terasa nyaman, rambutnya meluncur tanpa hambatan di antara jari-jariku.

 

"Ini rambut seorang gadis..." Aku merasakan sensasi yang nyaman dengan pikiran yang tenang.

"......Mm, ah... Mmm... Ah..."

 

Setiap kali aku mengelus kepalanya, Rinka mengeluarkan suara yang terdengar nyaman.

 

Aku terus mengelus kepalanya dengan tulus, bertanya-tanya berapa lama waktu ini akan berlangsung.

 

"Aku sangat bahagia... Mmm... Kazuto-kun..."

 

"............"

 

"Aku cinta padamu... Sungguh aku mencintaimu... cinta padamu..."

 

"……"

 

"……lebih dekat lagi…………"

 

Bisikan yang terus menerus diulang.

 

Rinka, yang berbisik seperti orang gila, akhirnya menggenggam erat bagian dada kemeja yang aku kenakan dengan kedua tangannya, menunjukkan keinginannya untuk tidak melepaskan.

 

"Kazuto-kun…… selalu di sampingku……. Di sampingku……"

 

"Iya……"

 

"Kalau Kazuto-kun ada di sini…… aku akan…………"

 

Suara Rinka perlahan menjadi lebih kecil, dan akhirnya terdengar napas yang stabil. Dia telah tertidur. Meskipun tertidur, tangan Rinka yang menggenggam kemejaku tidak kehilangan kekuatannya.

 

Aku ingin melihat wajah Rinka yang sedang tidur, tapi karena wajahnya tertekan di dadaku, aku tidak bisa memastikannya.

 

"Su……su……su……Kazuto-kun……"

 

Bahkan dalam mimpi, sepertinya dia berpikir tentang aku.

 

Melihat Rinka yang begitu mempercayai seperti ini, sulit untuk percaya bahwa dia adalah idol dengan image cool yang dikenal tidak menyukai pria.

 

"……"

 

Napas tidur Rinka menjadi seperti lagu pengantar tidur.

 

Napas aku dan Rinka secara alami menyatu, dan kelopak mataku perlahan menjadi berat.

 

Ini adalah perasaan yang aneh……meskipun aku merasakan debaran karena gadis yang aku suka ada di sisiku, aku juga merasa tenang dan bisa bersikap alami. Mungkin ini yang disebut dengan merasa puas.

 

Malam ini, aku dan Rinka hanya berbicara sebentar dan tidur bersama. Namun……bagi kami yang tidak bisa bertemu bebas, ini tetaplah waktu yang berharga.

 

"……Kalau saja tidak ada boneka Kazuto …………"

 

Dalam kegelapan, bayangan lima boneka Kazuto perlahan muncul. Aku merasakan pandangan tidak hidup dari mata bulat mereka, dan itu membuatku merasa sedikit tidak nyaman.



Post a Comment

0 Comments

Tidak boleh adanya spoiler, hormati user lainya. Gunakan komentar dengan bijak sebagai tempat berdiskusi.

Post a Comment (0)
Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !