Bab 7
Boleh Jadi Pengganti
Pov Rento Seko
Selama
liburan musim panas ini, aku menghabiskan hampir setiap hari bersama Yosaki-san
dan Hinata-san. Pada hari lain, aku bersantai di rumah, atau pergi bermain
dengan Oda-san, dan juga Maniwa-san yang sekarang bersekolah di SMA yang
berbeda.
Maniwa-san,
yang berubah dari kacamata menjadi lensa kontak saat memasuki SMA tampaknya
menjadi semakin matang, dan kemarin di pertemuan itu dia mengumumkan bahwa dia
telah mendapatkan pacar.
Kami,
yang tidak pernah menunjukkan minat dalam percintaan, terkejut dengan
laporannya dan kemudian membuat keributan di ruang karaoke, seolah itu hari
perayaan.
Setelah
itu, waktunya dihabiskan untuk mendapatkan informasi yang lebih detail tentang
pacar Maniwa-san. Yaa, kami telah mendapat informasi sesekali darinya sebelum
dia di interogasi lebih lanjut oleh kami. Sepertinya, dia memang ingin
membicarakan tentang pacarnya.
Gadis
itu adalah teman sekolahnya di kelas yang sama, dan bahkan mereka adalah rekan
kerja di komite kelas.
Dengan
bekerja sama di komite kelas, mereka menghabiskan lebih banyak waktu bersama di
sekolah dan selama liburan, dan pada musim panas ini, setelah membuka hati
tentang perasaan mereka yang menyala-nyala, mereka akhirnya menjadi sepasang
kekasih.
“Ternyata
monster musim panas itu benar-benar ada,” kata Maniwa-san, seolah mengungkapkan
rasa herannya pada keberanian dirinya dalam melakukan pengakuan cinta.
Mendengar
kata-kata itu, aku teringat tentang festival kembang api beberapa waktu lalu.
Mungkin
bagiku, yang telah melakukan pengakuan cinta pada gadis yang aku sukai hampir
setiap hari, seperti ada monster yang selalu mengikuti, namun ada sesuatu yang
berbeda pada hari itu.
Aku
tertarik dengan cara Yosaki-san yang melihatku dengan mata yang seperti
memohon, dan hampir melanggar janji yang aku tetapkan dalam diriku sendiri,
hampir untuk kedua kalinya di hari itu, aku bersiap untuk mengungkapkan
perasaanku.
Tetapi
ketika Hinata-san kembali, momen itu pun terganggu dan suasana yang telah
mengitari kami seolah terhembus pergi, dan kata-kata yang akan aku ucapkan
tidak jadi keluar dari mulutku.
Padahal
aku sudah mengalami lebih dari seratus kegagalan. Aku masih bertanya-tanya, apa
yang akan terjadi jika aku telah terus melanjutkan pengakuan cinta itu? Itu
perasaan yang begitu aneh sehingga aku masih memikirkannya.
Mungkin
saja, pada hari tersebut, di tempat itu, monster itu benar-benar ada. Aku
tertawa kecil di dalam hati.
“Jadi,
Maniwa-san. Apakah pacarmu itu mirip dengan Tatsumaki?”
Yang
mengejutkan, Oda-san yang bertanya dengan penekanan, menyebut nama karakter
kesukaan Maniwa-san dari buku komik Torupani yang kami baca bersama.
Sambil
menahan degup jantung ku yang mulai berdebar, aku melihat ke arah Maniwa-san,
yang tersenyum seperti mencoba menyembunyikan sesuatu.
“Dia
adalah gadis biasa. Dia menggunakan ‘aku' sebagai kata ganti orang pertama dan
tidak menambahkan ‘-ssu’ di akhir kalimatnya... Memang benar bahwa
Tatsumaki-chan adalah waifuku, tetapi gadis yang paling aku dukung di dunia ini
adalah dia,” kata Maniwa dengan rona malu-malu.
Maniwa
yang memuji pacarnya itu tampak sangat bersinar di mataku.
Tiba-tiba
aku merasakan adanya tatapan, dan ketika aku menoleh, mataku bertemu dengan
mata Oda-san.
Pakar
asmara kami, sepertinya ada sesuatu yang dipikirkannya, dia terus memandangi
wajahku.
Seolah
ingin menyingkirkan pandangan itu, aku mengambil mic dan menyanyikan lagu yang
buruk untuk merayakan pintu baru yang dibuka oleh Maniwa-san.
Setelah
itu, Oda-san tidak lagi melemparkan pandangan yang penuh curiga kepadaku.
Dan
itu adalah cerita kemarin.
Sekarang,
musim panas hampir berakhir, dan hari ini aku berencana untuk pergi bermain
dengan Yosaki-san dan Hinata-san. Tujuan kami bukanlah tempat yang musiman
seperti kolam renang atau festival kembang api, tetapi kota tempat kami selalu
pergi untuk bersenang-senang.
Hari
ini adalah pertemuan pertama sejak hari festival kembang api. Aku berharap kaki
Hinata-san tidak semakin buruk karena cedera sebelumnya.
Setelah
bersiap-siap dan hendak keluar rumah, aku memeriksa ponsel dan melihat banyak
pesan yang telah dikumpulkan dalam grup obrolan kami bertiga.
Tampaknya
Hinata-san demam, dan dia mengirim pesan untuk membatalkan rencana hari ini.
Sebagai tanggapan, Yosaki-san khawatir tentang kesehatan Hinata-san dan setuju,
lalu menyarankan untuk mengunjunginya, tetapi dia menolak dengan alasan tidak
ingin menulari kami.
Aku
membaca balasan pesan dari mereka berdua, lalu aku kirim pesan, “Baiklah. Jaga
dirimu baik-baik,” meskipun aku merasa itu agak singkat.
Namun,
aku pikir mengirim pesan panjang mungkin akan menyulitkannya saat ini, jadi aku
membiarkannya begitu saja.
Nah,
rencanaku hari ini tiba-tiba batal. Karena Hinata-san tidak bisa, jadi aku juga
tidak bisa pergi bermain hanya berdua dengan Yosaki-san. Mungkin ini
kesempatanku untuk menyelesaikan tugas-tugas musim panas.
Begitu
aku memikirkannya dan hendak menuju meja belajarku, pesan baru muncul di
ponselku. Dari Hinata-san. Yang aneh adalah pesan itu dikirim langsung
kepadaku, bukan ke grup.
Sementara
aku berpikir itu adalah hal yang langka, aku memeriksa pesannya.
“Aku
ingin kamu datang menjenguk. Tidak perlu membawa apa-apa.”
Hinata-san
memintaku untuk menjenguk? Padahal dia telah menolak tawaran dari Yosaki-san.
Setelah
membaca pesan tersebut, serangkaian pertanyaan muncul di kepalaku.
...Ah,
aku mengerti. Dia berpikir tidak apa-apa jika dia menularkan pilek kepadaku.
Dasar setan. Akan aku bawa makanan yang mudah dimakan dan minuman suplemen dan
bergegas ke sana.
Setelah
keraguan di kepalaku hilang, aku segera keluar rumah dan naik kereta menuju
kota sebelah. Sambil berjalan, aku mengingat kembali kunjunganku ke rumah Hinata-san
sebelum ujian akhir semester.
Ketika
itu, aku memberi hadiah ulang tahun secara rahasia tanpa Yosaki-san tahu,
langsung dari aku untuk Hinata-san. Ekspresi Hinata-san waktu itu sungguh
menarik hingga aku masih ingat sampai sekarang. Saat itu, aku malah harus
memalingkan wajahku.
Lalu
saat itu juga aku menyadari bahwa rak bukunya penuh dengan komik Torupani. Aku
tidak menyangka Hinata-san membaca Torupani, tapi aku berpikir akan
menyenangkan jika bisa membicarakannya, jadi aku pun mengajaknya membicarakan
topik itu.
Namun,
itu malah menjadi kesalahan, karena aku ditanya siapa karakter favoritku di
Torupani.
Karakter
favoritku di Torupani adalah Fuu-chan.
Fuu-chan
merupakan gadis yang penuh energi dengan potongan rambut pendek yang menarik.
Tapi sebenarnya, dia juga perhatian dan kadang memiliki kecemasan tersendiri.
Dan
dia sangat mirip dengan gadis di depanku ini.
Itulah
mengapa aku tidak bisa menjawab pertanyaan itu. Tidak ada kemungkinan aku bisa
menjawabnya.
✧
₊ ✦ ₊ ✧
"Sudah
pasti di sini," gumamku saat tiba di sebuah rumah sambil terus mengingat
kembali.
Memeriksa
plakat nama di depan rumah... ya, memang tertulis "Hinata."
Akupun
mengambil napas dalam-dalam untuk mengurangi ketegangan dan menekan bel di
depanku. Tak lama kemudian, suara yang sudah tidak asing lagi terdengar.
"Ah,
permisi. Saya Seko, teman sekelas Hina...Haru-san. Saya datang untuk menjenguknya."
"...Ah,
masuk saja. Pintunya tidak terkunci, langsung masuk saja ke dalam."
Meskipu
sedikit bimbang jika terdengar seperti memanggil keluarga Hinata, tapi ternyata
itu memang dia sendiri dan aku hanya merasa malu.
Meski
dia sudah bilang 'masuk saja,' rasanya aneh membuka pintu rumah orang lain
tanpa izin. Namun, dengan perlahan aku membuka pintu, dan seperti yang
dikatakan, pintunya tidak terkunci dan terbuka dengan mudah.
"Permisi,"
ucapku sambil sedikit mengintip ke dalam. Namun, suasana di dalam sangat sepi
dan tidak ada jawaban apapun yang kembali.
Dalam
situasi ini, apa yang harus kulakukan, kataku pada diri sendiri sambil tertegun
di depan pintu. Tepat saat itu, ponselku bergetar di saku celana. Pesan dari Hinata-san.
Dia ingin aku langsung naik ke kamar di lantai dua.
Dengan
perasaan yang campur aduk, aku tidak bisa memutuskan untuk langsung pulang,
jadi aku memilih untuk mengikuti pesan tersebut. Aku melepas sepatu dan naik ke
lantai dua.
Sampai
di depan kamar Hinata-san, aku kembali mengambil napas dalam-dalam, lalu
mengetuk pintu.
"Hinata-san.
Ini aku."
"Masuk
saja."
Mengikuti
instruksi suara Hinata-san dari dalam, aku membuka pintu dan masuk.
Saat
masuk, aroma yang harum itu menggelitik indra penciumanku.
"Kamu
datang, ya."
Di
samping jendela, ada tempat tidur dimana Hinata-san duduk terbungkus dalam
selimut.
"Tentu
saja aku datang. Ini, aku bawakan ini untuk kamu. Aku belanja sembarangan, jadi
maaf jika ada yang tidak kamu suka."
"...Padahal
aku sudah bilang tidak usah."
"Tidak
mungkin aku datang untuk menjenguk tanpa membawa apa-apa."
"...Padahal
itu hanya sakit pura-pura. Jadi sebenarnya ini bukan kunjungan simpati."
"...Apa?"
Hei,
kalau begitu kenapa kau memanggilku?
Saat
aku hendak memprotes, Hinata-san berdiri dan menjatuhkan selimut yang
melilitinya ke atas tempat tidur.
Kulitnya
yang indah muncul di depan mataku.
"Eh──"
"Seko,
saat kita pergi ke kolam renang di musim panas, kamu melihat dadaku, kan? Aku
pikir mungkin kamu menyukainya."
Dia
mengenakan baju renang yang sama seperti waktu itu.
Pikiranku
mulai kacau. Tidak bisa mengikuti situasi, tubuhku menjadi kaku. Di tengah
kebingungan itu, Hinata-san mendekatiku dan meraih tanganku─ dia menempelkannya
ke dadanya. Kemudian, dia menumpangkan tangannya di atas punggung tanganku dan
membuat gerakan meremas.
Sensasi
hangat dan lembut menyerbu telapak tanganku.
"Nh..."
"Hi,
Hinata-san!? Apa maksudmu dengan ini──"
"Seko,
kamu cukup nakal, kan?"
"...Hah?"
"Pertama,
kamu mengumpulkan komik yang berbau dewasa."
"Be,
bukan itu maksudku dengan membaca Torupani..."
"Saat
kunjungan sekolah, kamu terlihat terangsang melihat Misa setelah mandi."
"...Itu
karena."
"Bahkan
saat kita pergi ke kolam renang kemarin. Kamu juga terlihat bernafsu saat
menyentuh tubuh Misa."
"Te,
tentu saja. Jika seorang pria berada dalam situasi seperti itu dengan gadis
yang dia suka, siapapun akan..."
"Tapi,
kamu juga melihat dada ku berkali-kali. Banyak sekali."
"...Maaf."
"Tidak
apa-apa."
"...Eh?"
"Kamu
bisa berbuat apa saja pada tubuh ku sesukamu. Jika kamu ingin meremas dada ku,
silakan. Jika kamu ingin menyentuh pantat ku, juga bisa. Boleh saja menyentuh
bagian manapun. ...dan juga lebih dari itu juga boleh."
“Tu-tunggu,”
kataku, buru-buru melepaskan tangan Hinata-san.
Hinata
menatap tangan sendiri yang baru saja kehilangan genggaman tangan ku,
menunjukkan ekspresi sedih.
“Jadi,
aku tidak cukup bagus?”
“Tidak,
bukan seperti itu...”
Aku
harus menahan dorongan untuk sekadar memegang tangannya lagi, dan dengan suara
kasar aku bertanya padanya.
“Mengapa
Hinata-san melakukan ini? Aku tidak mengerti.”
“Alasannya?
Alasannya mudah. Untuk melindungi Misa dari ledakan nafsu Seko. Jadi, aku akan
menjadi pasangan Seko dan memberimu kepuasan.”
“…Apa?
Jadi, kau ingin bilang kalau aku tidak bisa mengendalikan nafsu dan aku akan
menyerang Yosaki-san?”
“Bisakah
kau berjanji? Bisakah Seko benar-benar berjanji kalau dia tidak akan kalah oleh
dorongan-dorongannya?”
“Tentu
saja... ah!”
Aku
hampir saja memprotes saat tiba-tiba aku teringat kejadian yang terjadi di
festival musim panas. Aku telah melanggar aturan yang aku tetapkan sendiri,
mencoba untuk mengungkapkan perasaan kepada Yosaki-san.
Bisakah
aku, yang hampir saja melakukannya, benar-benar menjamin tidak akan dikuasai
oleh dorongan seperti itu?
Karena
kehilangan keyakinan, kata-kataku terhenti.
Hinata
tersenyum tipis dan berkata,
“Lihat?
Kamu tidak bisa menahan diri... Di dalam dirimu, perasaan menginginkan itu
terus tumbuh dalam dirimu. Meski kamu pikir itu tidak baik, atau kamu pikir
tidak mungkin, hatimu tidak akan mendengarkanmu, mengabaikan apa yang kamu
pikirkan. Itu ingin meledak dengan keinginannya... kamu tidak bisa melawannya.”
Kata-katanya
yang terasa sangat nyata itu menghanyutkanku, dan aku tidak bisa melihat
kata-kata untuk menyangkalnya.
“Seko,”
kata Hinata, mendekati dan mengambil tanganku sekali lagi.
Namun
kali ini berbeda.
Setelah
menyentuh telapak tangan satu sama lain secara langsung, satu per satu,
jari-jari Hinata-san dan jari-jariku saling bertautan.
Meski
hanya menyentuh tangan saja yang berbeda dari sebelumnya. Detak jantungku
terasa begitu cepat hingga aku bisa mendengarnya.
Tangan
lembut Hinata-san terasa menyenangkan... dan ketika Hinata-san mengangkat
tangan yang terkait itu ke dada, aliran darahku semakin cepat.
Aku
memalingkan pandangan dengan tergesa-gesa, tapi dihadapanku terdapat mata
lembap Hinata.
Aku
menyadari bahwa suasana aneh itu sekali lagi mengapung di antara kami.
“Kamu
boleh melakukannya,” kata Hinata, menambah kekuatan pada genggaman tangannya.
“Padaku.
Lakukan apa yang ingin kau lakukan pada Misa.”
Perhatianku
tertuju pada setiap gerakan Hinata-san.
“Sesuatu
yang ingin dilakukan seorang kekasih.”
Kepalaku
menjadi penuh dengan pikiran tentang Hinata-san.
“Lakukan
saja.”
Dalam
sekejap, sambil masih bergenggaman tangan, aku menarik tubuhnya ke arahku.
Kemudian,
aku memeluk tubuh kecilnya dari belakang dengan lengan kananku, memeluknya erat
hingga jari-jariku tenggelam dalam kulitnya yang lembut.
“Ah...”
Hinata-san mengeluarkan desahan kecil yang menunjukkan kebingungan.
Namun,
setelah beberapa saat, Hinata-san juga mengitari sisi lainnya dengan lengannya
dan memelukku dengan erat.
Karena
pakaian Hinata-san, aku bisa merasakan sentuhan lembut khas wanita, dan hampir
tenggelam dalam sensasi itu.
Aku
ingin tetap seperti ini selamanya. Itu yang sudah ku pikirkan.
Meskipun
berada dalam ruangan yang dingin karena AC, tubuhku terasa sehangat ketika terkena
sinar matahari musim panas langsung.
Ketika
Hinata-san memperkuat pelukannya, tubuhku secara tidak sadar bergerak dan
merapat lebih dekat ke tubuhnya.
Lalu
wangi lembut dari rambutnya melayang, dan aku tahu bahwa itu adalah harum yang
ku sukai.
“…Seko,”
Hinata-san berbisik memanggil namaku di telingaku.
“Dari
sekarang, lakukan denganku. Hal-hal yang Seko ingin lakukan, yang ingin kamu
lakukan kepada Misa,”
suara
rendah Hinata-san yang penuh dengan daya tarik itu masuk ke telingaku, berbeda
dari cara bicaranya yang biasa yang tegas.
“Jika
kamu akhirnya berpacaran dengan Misa, kita akan mengakhiri hubungan ini,” kata Hinata-san,
suaranya masuk ke telingaku sampai ke otak, membuatku merasa pusing.
“Hingga
saat itu. Mari kita lakukan banyak hal.”
“Rahasiakan
dari Misa.”
Tidak boleh adanya spoiler, hormati user lainya. Gunakan komentar dengan bijak sebagai tempat berdiskusi.