Chapter 1
Makan siang yang menyenangkan
Keesokan harinya setelah aku dan Charl menjadi satu... TN: Yakali pake bahasa bersetubuh, ogah gw mah
Saat aku membuka mata, wajahnya yang imut terlihat tepat di depanku.
Dia tidur dengan kepalaku sebagai bantalnya, dan entah kenapa dia tampak bahagia.
"Ini bukan mimpi, kan..."
Baik aku maupun Charl, tidak mengenakan sehelaipun pakaian saat tidur.
Fakta itu memberitahuku bahwa kejadian semalam bukanlah mimpi.
"Rasanya seperti kebohongan, betapa bahagianya kita sekarang..."
Sambil menatap wajah Charl, aku dengan lembut menyentuh pipinya.
Jujur saja, ada perbedaan bagaikan langit dan bumi antara sebelum dan sesudah aku bertemu dengannya.
Sebelumnya, aku tidak menemukan arti hidup, dan terkadang merasa hidup itu menyakitkan.
Tapi sekarang, berkat dia yang selalu ada di sisiku, hatiku terasa hangat.
Aku bisa dengan yakin mengatakan bahwa hidupku telah berubah drastis sejak bertemu Charl.
Meskipun kita baru bertemu sekitar empat bulan, sungguh luar biasa bisa memiliki hubungan seperti ini.
"Dia tidur nyenyak sekali, ya."
Biasanya, ketika aku bangun sebelum alarm berbunyi, Charl akan langsung terbangun seolah merasakan kehadiranku.
Tapi, sekarang dia sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda akan bangun.
Mungkin wajar saja, mengingat kita melakukannya sampai terdengar suara kicauan burung.
--Ngomong-ngomong, badanku juga terasa berat dan sakit di beberapa tempat.
Saking sakitnya, sampai rasanya susah untuk bangun.
Aku juga sih yang menemaninya sampai larut malam... tapi tetap saja, hasratnya sangat kuat.
Meskipun dia sudah meminta tanpa henti dan menguras tenagaku, setelah aku memberikan cincin pertunangan, dia malah semakin bersemangat seolah-olah baru saja dimulai.
Seingatku, dia bukan tipe yang punya banyak stamina....
Yah, tapi dia imut, dan aku juga bahagia dan senang, jadi tidak apa-apa.
Jika rasa sakit ini adalah bayarannya, aku akan menerimanya dengan senang hati.
Sambil memikirkan hal-hal seperti itu, aku dengan lembut membelai pipi Charl.
Lalu--.
"Hmm...?"
Mata Charl perlahan terbuka.
"A-kun...?"
Dengan mata yang masih mengantuk, dia memanggil namaku saat melihatku.
"Maaf, aku membangunkanmu..."
Aku tanpa sadar membelainya sambil mengingat kejadian kemarin, tapi seharusnya aku membiarkannya tidur lebih lama karena dia pasti lelah.
"........."
Sepertinya dia masih mengantuk.
Dia menatap wajahku tanpa suara, sambil berkedip perlahan.
Mungkinkah dia akan tertidur lagi jika aku tetap diam?
Sambil berpikir begitu, aku pun diam dan balas menatapnya--.
'Ehehe...'
--Dia tersenyum seperti anak kecil dan menyandarkan wajahnya di dadaku.
"Anu, Charl...?"
Aku senang dia menempel padaku, tapi karena kita berdua telanjang, posisi ini di mana seluruh tubuh kita bersentuhan sangatlah... berbahaya.
Tidak mungkin seorang pria tidak bereaksi saat merasakan sesuatu yang lembut dan nyaman disentuh, atau kulit kekasihnya yang dia cintai--ah, gawat.
Merasa ini sudah keterlaluan, aku segera menjauh sedikit darinya sambil tetap berbaring di tempat tidur.
'.........'
Mungkin dia sedih karena aku menjauh.
Charl yang masih mengantuk menatapku dengan sedih.
Dan, dia perlahan mendekatkan tubuhnya seolah ingin menutup jarak di antara kita.
"Tu, tunggu--!"
Karena tidak ada gunanya menjauh jika dia menempel lagi, aku buru-buru mengulurkan tangan untuk menghentikan Charl.
"--Nn...!"
Tiba-tiba, suara manis keluar dari mulut Charl.
Tangan kananku yang tadinya ingin menyentuh bahunya, malah tanpa sengaja menyentuh dadanya.
Mungkin itu terlalu merangsang baginya yang sangat sensitif.
Alhasil, matanya yang tadinya kosong kini bersinar kembali.
"Ah, anu..."
Dia menatapku dari jarak dekat sambil mengedipkan matanya, membuatku canggung dan mengalihkan pandanganku.
Meskipun dia mengantuk, dia pasti ingat kejadian tadi.
Tapi, aku merasa tidak enak untuk membahasnya.
Karena itu, aku memilih diam--.
"~~~~~~!"
Dia mulai mengerang dengan suara yang tak bisa dimengerti, seolah-olah mengingat banyak hal.
Tentu saja, wajahnya juga memerah.
"Untuk saat ini... selamat pagi."
Bingung harus berbuat apa, aku mencoba menyapa untuk mengalihkan perhatian.
"Uuh... selamat pagii..."
Dia membalas sapaanku dengan terbata-bata, mungkin karena malu.
Sepertinya kepalanya berasap, saking gelisahnya dia.
"Kamu baik-baik saja?"
"A-aku baik-baik sajaa... Hanya saja, aku teringat kejadian tadi dan kejadian semalam..."
Ya, jelas sekali dia tidak baik-baik saja.
Dia bahkan berbicara terbata-bata.
"Wajar saja kalau kamu mengantuk. Lagipula, aku suka Charl yang manja dan imut."
Aku mencoba menghiburnya agar dia tidak terlalu memikirkannya.
"Ah... terima kasihh..."
Tapi, dia malah semakin malu.
Sepertinya dia jadi lebih malu lagi.
Karena dia sangat imut, aku mengelus kepalanya.
"Ah..."
Dia yang suka dielus langsung menunjukkan ekspresi senang dan memejamkan mata dengan nyaman.
Aku yang suka mengelus dan dia yang suka dielus, mungkin kita memang cocok dalam hal ini.
"--Sudah tenang?"
Setelah mengelus selama beberapa menit, aku melihat rona merah di wajahnya sudah memudar, lalu bertanya.
"Ya..."
Charl menjawab dan langsung mendekatkan tubuhnya untuk menempel padaku.
Kulit kami pun bersentuhan, dan aku bisa merasakan suhu tubuh Charl secara langsung.
Tidak seperti saat dia mengantuk, aku tidak bisa menolaknya yang menempel padaku secara sadar, jadi aku hanya bisa berusaha keras untuk tetap tenang.
Entah kenapa, aku merasa bahagia sekaligus tersiksa....
"Saat seperti ini... dadaku terasa hangat... dan bahagia..."
Sepertinya Charl juga merasakan kebahagiaan yang sama denganku, dia menyandarkan pipinya di dadaku sambil memegang tanganku.
Aku merasa tenang melihatnya memejamkan mata dengan ekspresi puas, tapi di saat yang sama, jantungku berdebar kencang.
Wajar saja, kekasihku yang sangat imut sedang telanjang dan tidak berdaya di depanku.
Ngomong-ngomong, apa dia bisa mendengar detak jantungku yang berdebar kencang ini?
"Tapi..."
Saat aku berusaha keras menahan gairahku, Charl menatapku dari jarak dekat seolah-olah teringat sesuatu.
"A-kun itu, kuat banget..."
Lalu, dia mengatakan sesuatu yang mengejutkan.
"Hah!?"
"Soalnya... A-kun membuatku panik, dan bersenang-senang sambil membuatku mendesah..."
Setelah mengatakan itu dengan suara bersemangat, Charl menyembunyikan wajahnya di dadaku.
Terlihat pipi dan telinganya memerah.
Mungkin dia teringat kejadian semalam dan kembali bergairah.
"Tidak, aku tidak bermaksud membuatmu panik..."
Mana mungkin aku yang masih pemula punya teknik dan pengetahuan seperti itu.
Saat itu aku benar-benar kewalahan.
"A-kun tidak menyangkal kalau bersenang-senang sambil membuatku mendesah...?"
Charl bertanya sambil menyembunyikan wajahnya, tapi dia dengan jelas mendengar kata-kataku.
"Itu..."
Aku tidak bisa menyangkalnya.
Soalnya, Charl yang menyerahkan diri pada kenikmatan sambil mendesah manis itu terlalu imut sampai aku tidak bisa menahan diri.
Meskipun begitu, tentu saja aku tidak melakukannya terus-menerus meskipun dia sudah mencapai klimaks, dan aku juga tidak menyentuh titik sensitifnya yang lain seperti telinga secara bersamaan.
Jadi, kurasa aku masih bisa menahan diri.
"Maaf, aku tidak tahan karena Charl terlalu imut..."
Karena Charl tidak salah, aku memutuskan untuk meminta maaf.
"...Aku tidak membencinya... Jadi, tolong manjakan aku lagi..."
Sebagai tanggapan atas permintaan maafku, Charl menggosok-gosokkan wajahnya di dadaku.
Kurasa kata-kata barusan secara tersirat berarti dia ingin melakukannya lagi, dan dia melakukannya untuk menyembunyikan rasa malunya.
Tapi, jika dia melakukan hal semanis ini dalam keadaan telanjang--.
"Ah... membesar..."
--Tentu saja, tubuhku akan bereaksi.
"........."
Charl menatapku dengan mata polos.
--Tidak, matanya tampak lembap seperti menyimpan gairah.
"Padahal kita sudah melakukannya berkali-kali, dan baru beberapa jam berlalu... A-kun hebat, ya..."
Charl mengatakan itu sambil menghela napas panas, tapi aku tahu apa yang dia maksud dengan 'hebat'.
Tapi, menurutku Charl lah yang memiliki hasrat jauh lebih besar.
Kita melakukannya berkali-kali karena dia terus memintanya.
Yah, mungkin aku juga yang salah karena menemaninya....
"Maaf, ayo kita pakai baju."
"Ah..."
Saat aku sedikit menjauh dari Charl, dia mendesah sedih.
Dia bahkan mendekatkan tubuhnya seperti saat dia mengantuk tadi.
Ternyata, baik saat dia sadar maupun tidak, tindakannya tidak jauh berbeda.
"Apa A-kun akan kesakitan kalau dibiarkan begitu saja...?" [TN: Anu-nya]
"Akan baik-baik saja kalau dibiarkan."
"........."
Saat aku mengatakan yang sebenarnya, Charl menundukkan kepalanya dengan kecewa.
Jangan-jangan, dia mengharapkannya.
Tapi--kalau kita memulainya sekarang, kita pasti tidak akan sempat menghadiri pesta ulang tahun Charl, jadi aku tidak boleh terbawa suasana.
Aku sudah cukup mengerti kalau dia tidak akan puas hanya dengan sekali.
Ngomong-ngomong, jam berapa sekarang, ya?
--Saat itulah.
Suara notifikasi terdengar dari ponselku.
"Jangan-jangan..."
Aku punya firasat buruk, jadi aku segera mengambil ponsel yang ada di samping bantal.
Dan ternyata benar saja--.
Ada pesan dari Kanon-san:
《Kalian tidak perlu menjemputku. Silakan pulang ke rumah saat pesta ulang tahun akan dimulai. Pastikan Charlotte-san masuk ke rumah lebih dulu. Aku akan menjelaskan kepada yang lain bahwa Akihito sedang mengajak Charlotte-san keluar untuk mempersiapkan pesta ulang tahun.》
Dua jam sebelumnya, ada juga pesan darinya: 《Selamat pagi》.
Aduh, ketahuan deh.
Dia pasti tahu kita masih tidur karena pesannya belum kubaca.
Mungkin dia sudah bisa menebaknya saat aku dan Charl masih tidur sampai siang.
"Dari siapa?"
Saat aku sedang melihat ponsel, Charl yang juga masih di tempat tidur bertanya siapa pengirim pesan itu.
"Dari Kanon-san. Dia bilang kita harus pulang saat pesta ulang tahun akan dimulai."
Sambil membalas pesannya dengan "Baiklah", aku menjawab pertanyaan Charl.
"Kalau begitu... kita masih bisa bersantai, ya?"
Begitu tahu kita punya waktu luang, Charl kembali menempel padaku dan menatapku dengan penuh harap.
"Tapi, ini sudah hampir siang, jadi mungkin kita harus pergi membeli sesuatu."
Karena rencananya kami akan pulang ke rumah Kanon-san pagi ini, kami belum membeli makan siang.
Pesta ulang tahunnya memang baru dimulai jam 3 sore, tapi kita pasti akan lapar kalau tidak makan siang.
"Ayo kita pergi ke supermarket untuk membeli lauk nanti. Kurasa sekarang masih agak terlalu pagi."
Charl yang mengatakan itu, ternyata cukup tenang.
Dia tidak seperti semalam yang lepas kendali, tapi lebih seperti biasanya yang suka bermanja-manja.
Mungkin Charl hanya ingin bermesraan di tempat tidur seperti ini.
"Kalau begitu, ayo kita bersantai."
"...♪"
Saat aku memeluknya dengan lembut, Charl menyandarkan wajahnya di dadaku dengan gembira.
Sepertinya dia memang hanya ingin bermanja-manja.
Mungkin dia sudah melupakan soal seks saat aku menolaknya tadi.
"Kamu tidak malu telanjang seperti ini?"
"Tidak apa-apa, kan tertutup selimut."
Karena kita berdua tertutup selimut, yang bisa kulihat hanya dadanya saja.
Itu pun bagian bawahnya tidak terlihat karena menempel di tubuhku, jadi Charl sepertinya tidak masalah.
Bagiku, berbagai bagian tubuhnya yang menempel langsung padaku membuatku sedikit bergairah, tapi....
"Hebat ya, aku saja malu kalau cuma berpelukan seperti ini."
"Tentu saja aku juga malu... Tapi, aku lebih bahagia bisa berpelukan seperti ini."
Oh, jadi maksudnya 'tidak apa-apa' tadi adalah dia masih bisa menahannya, ya.
Aku juga merasa bahagia merasakan kehangatan Charl, jadi sepertinya dia lebih memilih kebahagiaan daripada rasa malu.
Mungkin itu juga alasannya dia terus menempel padaku.
Kami pun berpelukan dan menikmati waktu bahagia ini.
◆
"--Kalau begitu, ayo kita pergi berbelanja."
Charl yang sudah berpakaian rapi untuk keluar, datang ke sampingku dan mengaitkan jarinya ke tanganku sambil tersenyum.
Di jari manis kirinya yang bertautan denganku, melingkar cincin pertunangan yang kuberikan padanya.
Aku senang melihat dia menyukainya.
"Kita bisa makan di luar, kok, tidak perlu repot-repot memasak."
Sama sepertiku yang seluruh tubuhnya terasa sakit, Charl pasti juga merasakan hal yang sama.
Itu terlihat dari cara berjalannya yang agak kaku.
"Aku ingin memasakkan untuk A-kun."
Charl berkata begitu sambil meremas tanganku yang bertautan dengannya.
Dia tipekal perempuan yang suka melayani, jadi seperti yang dia katakan, dia ingin memasak untukku.
"Terima kasih."
Aku berterima kasih atas kebaikannya, lalu kami keluar kamar bersama-sama.
"--Apa aku akan digoda karena cincin ini?"
Begitu keluar dari apartemen, Charl bertanya padaku dengan wajah malu-malu namun penuh harap.
Sepertinya dia ingin teman-temannya menggoda dia soal cincin pertunangan ini.
Atau mungkin, dia ingin pamer.
Mungkin dia menahan diri untuk tidak pamer karena merasa itu tidak baik.
"Mungkin kamu akan digoda. Tapi, kurasa mereka juga akan memberimu selamat."
Karena yang kami undang hanya orang-orang baik, aku yakin mereka akan memberinya selamat.
"Fufu... Iya, ya."
Charl tersenyum sambil menutup mulutnya dengan tangan kanan, mungkin membayangkan dirinya digoda.
Dia tidak terlihat kesal, jadi sepertinya dia memang ingin digoda.
Kami pun mengobrol sambil berjalan menuju supermarket.
Setelah selesai berbelanja dan pulang ke rumah--.
"Aku mau 'charge' sebentar..."
--Begitu menaruh bahan makanan di kulkas, Charl langsung memelukku dari depan.
Mungkin dia jadi lebih manja setelah hubungan kami semakin dekat.
"Kamu lebih manja dari biasanya hari ini, ya?"
Aku mengulurkan tangan dan mengelus kepala Charl dengan lembut.
"...Karena A-kun sudah memanjakanku... Aku jadi tidak bisa lepas..."
Hmm, tapi kamu memang sudah manja dari dulu, kan....
Tidak perlu membahas hal itu.
Intinya, dia merasa kurang dimanja, kan.
"Kita punya banyak waktu, jadi kamu boleh bermanja-manja sepuasnya."
"Ya, terima kasih...♪"
Setelah mengucapkan terima kasih, Charl menggosok-gosokkan wajahnya di dadaku.
Emma-chan sering melakukan itu, dan sepertinya Charl juga menyukainya.
Mungkin itu juga karena mereka bersaudara.
Seharusnya ini pertanda baik karena dia jujur pada perasaannya sendiri.
"Lebih enak duduk, kan. Ayo sini."
Karena dia bermanja-manja sambil berdiri, aku pun duduk di sofa.
Lalu, aku merentangkan tangan ke arah Charl, dan dia langsung duduk di pangkuanku dengan wajah berseri-seri.
Hmm... meskipun kedengarannya agak gimana, tapi akhir-akhir ini Charl terkadang mengingatkanku pada Emma-chan.
Pola tingkah lakunya mirip, atau lebih tepatnya... seperti pinang dibelah dua.
Yah, tapi dia sangat imut, jadi tidak masalah.
"Kalau di rumah, A-kun akan direbut Emma-chan lagi... Dan hari ini ada pesta ulang tahun, jadi aku ingin bermanja-manja sepuasnya sekarang..."
Charl yang sedang bermanja-manja, mengungkapkan perasaannya padaku.
Memang benar, di rumah Charl hanya bisa bermanja-manja padaku saat Emma-chan sedang tidur.
Selebihnya, aku sibuk mengurus Emma-chan.
Meskipun sekarang Sophia-san terkadang membantu mengurus Emma-chan, tapi karena dia juga bekerja dan terkadang Emma-chan lebih memilihku, jadi tidak selalu mudah.
Aku juga akan memprioritaskan Emma-chan saat dia bangun.
"Kamu boleh bermanja-manja kapan pun kamu mau, meskipun Emma-chan sedang bangun."
Meskipun aku memprioritaskan Emma-chan, bukan berarti aku mengabaikan Charl.
Jika Charl ingin bermanja-manja, aku akan menerimanya, dan aku akan mencari cara untuk memanjakan Charl sambil tetap memanjakan Emma-chan, atau mencari solusi terbaik.
Jadi, aku tidak ingin dia menekan perasaannya hanya karena Emma.
"Kalau aku manja pada A-kun, mungkin Emma akan marah, ya...?"
Saat mendengar kata-kata Charl, aku teringat saat Emma melawan ketika aku menarik wajah Charl mendekat.
Saat itu, Emma bilang "curang", jadi mungkin dia tidak akan setuju dengan apa yang Charl katakan.
Tapi bahkan saat itu, jika aku benar-benar memanjakan Emma, dia akan mengerti.
Intinya, selama kita tidak mengabaikan Emma, semuanya akan baik-baik saja.
"Emma itu anak yang baik, jadi tidak apa-apa."
Karena Charl adalah kakak kandungnya, Emma sering membalas kata-katanya.
Tapi, Emma sangat menyayangi Charl dan bisa bersabar demi Charl, jadi pasti dia akan mengerti.
"Emma juga perlahan-lahan tumbuh dewasa, ya... Aku merasa sedikit kesepian."
Setelah Charl mengatakan itu, dia menutup matanya dengan lembut.
Sejak Emma masih bayi, Charl sudah merawatnya, jadi mungkin dia merasa seperti mengawasi pertumbuhan seorang anak perempuan, bukan sekadar adik.
"Ya, dia masih anak-anak, jadi kita harus terus mengawasinya."
Karena Emma pintar, kadang-kadang pertumbuhannya terasa cepat, tapi dia baru berusia lima tahun.
Dia pasti akan belajar banyak dengan melakukan kesalahan, dan dia akan membutuhkan dukungan dari orang-orang di sekitarnya.
Akhirnya, dia mungkin akan mulai menjauh dariku.
"Hehe... Sepertinya pemikiranmu seperti seorang ayah."
Mungkin karena suasana hatinya menjadi lebih ceria, Charl menempelkan tangan di mulutnya dan tersenyum bahagia.
Tapi...
"Aku... Apa aku berpikir seperti orang tua, ya...?"
"T-tidak! Kenapa bisa begitu?!"
Ketika aku mengungkapkan apa yang terlintas di pikiranku karena kata-kata Charl, dia menjadi panik dan menggerakkan kakinya di atas lututku.
"Tapi, maksudku, ayah..."
"Maksudku dalam arti sebagai ayah Emma! Aku tidak membicarakan tentang usia mental!"
Charl berusaha keras untuk memperbaiki kesalahpahaman itu dengan panik.
Aku mulai merasa sedikit bersalah.
"Ya, benar... Maaf."
Sambil berkata begitu, Charl memegang pipiku dengan kedua tangannya.
Kemudian, dia menatap mataku dari jarak dekat.
"Aku pikir A-kun memiliki cara berpikir yang dewasa dan penuh percaya diri yang tidak seperti pelajar. Tapi, seperti yang sudah aku katakan sebelumnya, itu adalah hal yang baik dan tidak perlu dianggap negatif."
Seolah-olah dia sedang menjelaskan kepada seorang anak, Charl berbicara dengan bijak.
Karena kami selalu bersama, aku bisa merasakan bahwa dia sedikit marah.
"Baiklah, aku akan berusaha untuk tidak memikirkannya."
"Ya♪"
Ketika aku menjawab dengan senyum yang sedikit bingung, Charl membalas dengan senyuman yang sangat indah.
Dia kemudian turun dari pangkuanku dan tersenyum lagi.
"Kalau begitu, aku akan membuat makan siang."
Mungkin karena dia sudah serius, sisi manja dari dirinya tampaknya menghilang.
Aku berpikir, mungkin di masa depan aku akan menjadi orang yang ditakuti oleh Charl—sambil menunggu masakan lezatnya siap.
—Setelah makan siang, Charl mengatakan, "Kalau kita pulang, waktu berdua kita akan..." dan ingin berhubungan intim, tetapi karena dia yang sangat bernafsu tidak mungkin puas hanya sekali, dan aku menolak dengan alasan pesta ulang tahun.
Tidak boleh adanya spoiler, hormati user lainya. Gunakan komentar dengan bijak sebagai tempat berdiskusi.