Gakkkou ichi no bishoujo to shin'yū dōshi no ren'ai sōdan ni notte itara Epilog

Ndrii
0

Epilog




Beberapa waktu telah berlalu sejak Hirasawa Leo dan Otsuki Shizuku bersatu.


Kabar bahwa Hirasawa Leo, orang paling populer di sekolah, memiliki kekasih menjadi topik pembicaraan yang cukup besar. Tentu saja. Leo selama ini selalu menolak pernyataan cinta dari para gadis, sampai-sampai aku yang merupakan teman masa kecilnya dan penyuka sesama jenis dianggap sebagai kandidat utamanya. Dan penilaian terhadap Otsuki-san pun meningkat. Selama ini dia selalu berada di bawah bayang-bayang cahaya kuat Asahina-san, tapi fakta bahwa dia dipilih oleh Leo bisa dibilang menjadi cahaya besar baginya. Semua orang baru menyadari bahwa wajahnya sebenarnya cantik, dan penampilannya termasuk dua atau tiga yang paling manis di kelas, tapi sudah terlambat. Penampilan bagus, baik hati, serius, pandai memasak, berteman dengan Asahina Alisa, dan selalu menerima tugas-tugas kecil sehingga penilaian dari guru pun tinggi. Banyak terdengar suara anak laki-laki yang menyesal tidak mendekatinya lebih awal.


Leo menghabiskan lebih banyak waktu dengan Otsuki-san saat istirahat makan siang dan setelah sekolah. Mereka selalu bersama sebagai pasangan yang terkenal mesra di sekolah. Padahal baru beberapa waktu lalu Otsuki-san masih menyukai kakak laki-laki Asahina-san, tapi sekarang dia sudah benar-benar lengket dengan Leo. Oh ya, sepertinya ada berbagai macam omongan dari fan club, tapi karena di sisi Otsuki-san ada Leo dan Asahina-san, jadi tidak ada yang bisa berbuat apa-apa... Para gadis gyaru sekelas yang awalnya naksir Leo pun tetap menjalin hubungan baik seperti biasa karena sifat mereka yang baik. Leo kini memiliki kekasih, dan kehidupan akademik serta olahraganya pun terpenuhi. Otsuki-san mendapatkan pacar ideal dan sibuk dengan hobi merawatnya. Asahina-san pun tetap menarik orang-orang dengan karisma-nya, selalu dikelilingi banyak orang. Dan... Hanya aku yang menjadi kesepian. Kelompok anak populer yang biasanya berkumpul di sekitar Leo pun tidak lebih dari sekadar teman sekelas bagiku, jadi hubungan kami pun terputus total. Mungkin inilah yang disebut anak laki-laki yang benar-benar tidak dianggap. Karena itu, aku selalu sendirian saat istirahat, makan siang, bahkan setelah sekolah. Sejujurnya aku sudah tahu. Aku kehilangan sahabatku kepada kekasih sahabatku karena hal yang kulakukan demi sahabatku. Wajar saja aku menjadi sendirian. Kata-kata yang kuucapkan saat bertengkar dengan Otsuki-san ternyata kembali padaku. Hari ini pun saat istirahat siang, aku tidak ingin pergi ke kantin, jadi aku makan bekal yang kubuat asal-asalan sendirian. Apakah mulai sekarang aku akan selalu sendirian? Sendirian itu kesepian. Saat aku berpikir seperti itu...


"Hei... Mau pergi ke sana lagi setelah sekian lama?"


Tiba-tiba Asahina Alisa menyapaku. Padahal sejak Leo dan Otsuki-san bersatu, hubungan kami tiba-tiba berkurang, sampai aku mulai berpikir bahwa interaksi dengannya hanyalah mimpi.


"Kudengar hari ini tidak ada kegiatan klub... Aku bakal menunggu."


Asahina-san pergi tanpa menunggu jawabanku. Mungkin aku salah lihat, tapi dia tampak sangat gugup. Aku melihatnya menghela napas besar dan memegang dadanyasetelah pergi. Tempat yang dia maksud pasti kafe itu. Tempat di mana hubungan kami dimulai. Apa yang ingin dia bicarakan sekarang? Tidak ada alasan untuk pergi. Tapi tidak ada pilihan untuk tidak pergi.


Sepulang sekolah, seperti biasa aku masuk ke kafe itu setelah menunda waktu. Hari ini pun master paruh baya itu tersenyum ramah padaku. Dan saat aku mengalihkan pandangan, Asahina-san sedang memandangi ponselnya di kursi biasa. Entah kenapa aku jadi ikut gugup. Padahal baru-baru ini kami masih berbicara setiap malam lewat telepon. Ayo bicara tanpa beban. "Asahina-san, maaf membuatmu menunggu."


"Ko-Kogure-kun."


Begitu melihatku, sosoknya yang keren dan anggun tiba-tiba runtuh, dia panik dan pipinya memerah. Entah kenapa, aku tersenyum geli melihat sosoknya yang seperti itu.


"Jangan tertawa."


"Maaf. Jadi... Kenapa kamu memanggilku hari ini?"


"...Sudah lama kita tidak kayak gini. Entah sudah berapa lama kita tidak berbicara kayak gini. Kamu sama sekali tidak menyapaku."


Asahina-san menatapku tajam tanpa menjawab pertanyaanku. Meski begitu, tidak mungkin aku bisa dengan mudah menyapa gadis tercantik di sekolah. Dia ibarat cahaya... Kalau tidak ada urusan, aku bahkan tidak bisa mendekatinya.


"Tidak bisa dihindari kan. Tugas kita sudah selesai."


Ya, mulai sekarang kami berdua hanyalah teman sekelas. Tidak lebih dan tidak kurang.


"Akhir-akhir ini aku sangat senggang. Karena Shizuku jadi lengket dengan Hirasawa-kun. Gara-gara kita menyatukan mereka berdua, aku jadi sangat kesepian."


Ternyata Asahina-san juga memikirkan hal yang sama. Tapi wajar saja ya. Leo bagiku sama seperti Otsuki-san bagi Asahina-san. Hubungan yang sama.


"Tapi Asahina-san punya banyak teman kan? Asahina-san selalu dikelilingi orang-orang."


Itulah karisma gadis tercantik di sekolah. Kalaupun kehilangan, dia bisa segera mendapatkannya kembali.


"Berbeda denganku. Aku cuman punya Leo. Aku yang kehilangan Leo... Sendirian."


"Aku juga gitu. Tidak ada yang bisa menggantikan Shizuku. Sahabat terbaikku yang paling kusayangi. Tapi..."


Asahina-san menatapku lurus dengan matanya. Mata bulat berwarna hijau zamrud itu bertemu dengan mataku.


“Bagiku, waktu yang kuhabiskan bersamamu... Sama menyenangkannya dengan bersama Shizuku. Apakah bagimu tidak begitu?”


Tidak mungkin aku tidak merasakan apa-apa. Hari-hari yang kuhabiskan bersama Asahina Alisa benar-benar menyenangkan, lebih dari yang pernah kualami sebelumnya.


“Apa hubungan kita sebenarnya? Beritahu aku.”


Hubunganku dengan Asahina Alisa. Pertama-tama, kami teman sekelas. Tapi teman sekelas biasa tidak pergi bermain ke taman hiburan. Kami juga sering bertukar pesan dan telepon demi hubungan kedua sahabat kita. Hubungan kami tidak sesederhana itu.


“Teman... Mungkin?”


“Benar. Itu dasar utamanya. Tapi kamu punya teman lain juga kan? Kamu juga bergaul dengan anak-anak klub basket dan teman-teman Hirasawa-kun di kelas. Apakah aku sama dengan mereka?”


Sejujurnya, batas antara teman dan kenalan mungkin memang tidak jelas. Aku pernah beberapa kali pergi bermain dengan mereka. Tapi aku tidak pernah ke rumah mereka. Namun... Asahina-san berbeda.


Aku pernah ke rumahnya, memasak untuknya... merawatnya saat demam, dan membantunya berbaikan dengan Otsuki-san. Kami menyusun rencana agar Leo dan Otsuki-san bisa berpacaran, membuat bekal, pergi ke taman hiburan bersama, dan dia pernah meletakkan kepalanya di pahaku.


Saat pertandingan basket, dia menegaskan kompleks dan harapan terdalam di hatiku, mengatakan bahwa aku hebat. Bagiku, Asahina-san adalah...


“Hei... Hubungan kita itu apa? Katakan dengan jelas, Ryouma!”


“Ah...” Kupikir aku tidak bisa seperti dulu lagi setelah kehilangan sahabatku. Tapi ternyata aku telah mendapatkan sesuatu yang baru. Hanya saja... Aku tidak menyadarinya.


“Aku dan Asahina-san... ya, [sahabat].”


“Ya! Benar, teman yang sangat dekat. Kayak Hirasawa-kun bagimu. Kayak Shizuku bagiku. Teman yang sama-sama kusayangi.”


Senyum Asahina-san sangat manis. Aku punya sahabat secantik dan sebaik ini tapi berpura-pura tidak menyadarinya. Benar-benar bodoh. ...Padahal semua hal yang telah kami lalui bersama tidak mungkin hilang begitu saja. Aku bukanlah orang yang tidak dianggap. Ada sahabat semanis ini di sisiku.


“Terima kasih sudah membuatku menyadarinya, Asahina-san.”


“Hmph.”


Tiba-tiba Asahina-san tampak kesal dan memalingkan wajahnya. Aku tidak mengerti alasannya dan memanggilnya lagi, tapi dia tidak merespon.


“Dasar, Ryouma memang Ryouma... Benar-benar Ryouma.”


“Kenapa namaku disebut berkali-kali gitu?”


Selama ini Asahina-san selalu memanggilku dengan nama keluarga. Tapi sekarang dia terus memanggil nama depanku. Mungkinkah dia ingin dipanggil seperti ini juga?


“...Alisa.”


“Ah!”


“Memanggil nama depan seorang gadis itu memalukan ya. Eh, ada apa!?”


“...Rasanya aku bisa mati bahagia dipanggil nama depan oleh idolaku.”


Asahina... Alisa meletakkan kedua tangannya di pipi, menggeleng-gelengkan rambut panjangnya seperti sedang menahan gejolak perasaan.


Yah, aku juga merasa wajahku memanas saat dia memanggil nama depanku. Alisa berdiri dan perlahan menatap mataku. “Hei Ryouma... Boleh minta dipanggil sekali lagi?”


“...Alisa.”


“Apa?”


Suaranya terdengar manja, tapi efeknya luar biasa saat Alisa yang melakukannya. Aku jadi menyadari betapa cantiknya dia, meskipun sebenarnya aku sudah tahu. Tapi, aku dan Alisa hanyalah sahabat, tidak lebih dari itu. Seharusnya kami tidak seperti Leo dan Otsuki-san.


“Ehehe.”


Tapi Alisa tersenyum.


“Yah, sudahlah. Ayo kita pesan sesuatu.”


“Gumana kalau kita hentikan itu juga? Karena... cara bicara Ryouma berbeda saat dengan teman laki-laki atau sahabat kan? Hubungan kita sudah bukan kayak gitu lagi.”


Kata-kata Alisa seolah menghancurkan dinding yang telah kubangun. Aku sudah memutuskan untuk tetap berbicara formal dengan anak perempuan, tapi... Memang tidak perlu ada dinding dengan sahabat. Aku menutup mulutku sejenak, lalu berbicara pada Alisa seperti saat aku berbicara dengan Leo.


“Alisa, mau makan pancake?”


“Ya... Ryouma.”


Senyumnya benar-benar manis dan seketika mengisi kesepianku. Setelah kami memesan pancake, aku memutuskan untuk bertanya lagi tentang alasan dia memanggilku hari ini.


“Ryouma mungkin sudah tahu, tapi selama ini Shizuku selalu merawatku. Dia memasak untukku setiap hari dan selalu bersamaku.”


Aku memang pernah mendengar tentang itu. Alisa yang payah dalam pekerjaan rumah tangga mempekerjakan Otsuki-san yang tinggal di sebelahnya sebagai asisten rumah tangga.


“Dia datang tujuh hari seminggu, tapi... Gara-gara Hirasawa Leo sialan itu mengambil Shizuku dariku, aku diminta buat menguranginya jadi setengahnya.”


Pada hari tanpa kegiatan klub seperti hari ini, mereka berdua pasti tak pernah absen berkencan.


“Aku di-NTR oleh laki-laki itu. Aku benar-benar kesal.”


“Tapi kalian bahkan tidak tidur bareng kan?”


“Kami pernah tidur bareng kok. Dalam futon yang sama.”


Tidur yang dimaksud pasti berbeda.


“Karena itu Ryouma, maukah kamu menggantikan Shizuku sebagai asisten rumah tangga paruh waktu?”


“Eh? Maksudnya di rumah Alisa ya? Itu...”


“Kelihatannya kamu tidak terlalu bersemangat?”


Alisa menunjukkan wajah cemas. Memang benar aku tidak terlalu bersemangat, tapi bukan karena aku tidak suka Alisa atau alasan semacam itu.


“Gimana ya... Pergi ke rumah seorang gadis itu sedikit memalukan.”


“Apa-apaan itu. Kamu pernah menerobos masuk pas hujan deras kan?”


“Waktu itu aku terpaksa kan!?”


“...Ryouma pas itu benar-benar keren banget.”


Mengingat kejadian itu terkadang masih membuatku gelisah sampai sekarang.


Aku sok keren menerobos masuk ke rumah seorang gadis, lalu keesokan paginya malah menceramahi gadis. Aku masih cukup menyesali apa yang kulakukan saat itu. Hasilnya memang baik pada akhirnya, tapi... Tidak salah lagi aku terlalu ikut campur.


“Aku merasa sangat kesepian sendirian di malam hari sejak Shizuku tidak datang lagi.”


“Ah...”


Benar juga. Alisa kan hampir seperti tinggal sendirian. Kedua orang tuanya di luar negeri dan kakaknya tinggal di asrama. Kalau Otsuki-san tidak datang lagi, dia akan selalu sendirian di malam hari. Berbeda sekali denganku yang masih punya orang tua yang pulang meski larut malam, dan ada Hiyori. Aku tidak boleh berpikir sama. Meskipun di sekolah dikelilingi banyak teman, pasti sangat kesepian sendirian di malam hari. Aku tidak menyadari hal itu. Padahal aku dan Alisa adalah sahabat. Alisa mengetik sesuatu di ponselnya, lalu menunjukkannya padaku.


“Oh ya, ini upah per jam untuk asisten rumah tangga.”


Aku tanpa sadar mencondongkan badan saat melihat jumlah yang tertera di layar.


“Hah? Jumlah ini, bohong kan?”


Alisa tersenyum dan berkata lagi.


“Ryouma, maukah kamu menjadi asisten rumah tanggaku?”


“Dengan senang hati.”


Tahukah kamu? Di dunia ini, pada akhirnya uanglah yang berkuasa. Aku terkejut melihat nominal yang sangat fantastis itu. Pantas saja Otsuki-san tidak berhenti sepenuhnya dan hanya mengurangi jadi setengahnya. Dengan gaji sebesar ini, seorang siswa SMA bisa hidup terlalu nyaman.


◇◇◇


Demikianlah, pekerjaan sebagai asisten rumah tangga dimulai hari ini. Karena Otsuki-san tidak akan datang, aku harus memasak makan malam untuk Alisa hari ini. Setelah keluar dari kafe, kami menuju ke rumah Alisa.


“Aku pulang~”


“Pe-permisi...”


Setelah naik bus, kami segera tiba di rumah Alisa. Aku pernah masuk sekali sebelumnya, tapi memang besar sekali ya. Rumah ini... Harganya pasti jauh melebihi seratus juta yen. Yah, aku tidak tahu pasti sih.


“Ini, Ryouma.”


“Kartu kunci?”


“Kunci cadangan rumahku. Buat Ryouma.”


“A-a-kunci cadangan!?”


“Kamu kan bekerja di sini, jadi perlu kan?”


“...Apa tidak apa-apa?”


“Iya. Karena Ryouma adalah sahabatku. Aku cuman memberikan ini pada Shizuku dan Ryouma, jadi jaga baik-baik ya.”


Tidak kusangka aku akan mendapatkan kunci cadangan rumah mewah ini... Dia memberikannya dengan sangat mudah. Yah, aku senang dipercaya seperti ini.


“Santai aja ya.”


Alisa pergi begitu saja, mungkin untuk berganti pakaian. Aku terpaksa menunggu di sofa ruang tamu. Tapi rumah ini memang luas sekali. Benar-benar seperti rumah selebriti. Aku merasa tidak nyaman dengan luasnya rumah ini. Dan setelah beberapa puluh menit...


“Lama banget.”


Alisa belum kembali. Memang posisiku hanya asisten rumah tangga, jadi terserah pemilik rumah mau melakukan apa. Tapi tetap saja lama. Gawat... Aku jadi ingin ke toilet. Setidaknya aku pasti diizinkan menggunakan toilet kan. Aku berdiri dan mulai mencari toilet. Akhirnya aku terjebak dalam situasi yang merepotkan. Terlalu banyak ruangan sehingga aku tidak tahu mana yang toilet. Aku memutuskan untuk membuka pintu terdekat. Karena terburu-buru ingin ke toilet, entah kenapa aku malah membuka pintu ruangan yang terdengar ada suaranya. Dan di sana...


“Ah...”


Aku melihat sosok Alisa yang sedang mengeringkan rambut platinum blondenya dengan pengering rambut, hanya berbalut handuk mandi. Handuk kecil itu tidak bisa menyembunyikan tubuh telanjangnya yang mempesona... Aku terpana melihat keindahannya sampai tatapan kami bertemu, mata emerald hijau Alisa dengan mataku. Ya, dia baru saja selesai mandi. Alisa yang gemetar berteriak keras.


“Kyaaaaaaaa!”


“Ma-maafkan aku!”


Kenapa dia mandi sekarang sih! Pemandangan yang begitu mengejutkan membuatku tidak bisa menenangkan diri. Aku buru-buru kembali ke ruang tamu, terengah-engah memandang ke arah tempat Alisa berada. Setelah beberapa saat, Alisa kembali. Suasana menjadi sangat canggung karena aku tidak sengaja melihatnya. Alisa menghela napas panjang.


“Karena biasanya vuman Shizuku yang datang, aku tidak mengunci kamar mandi. Ini salahku.”


“Tidak, akulah yang salah karena membuka pintu tanpa berpikir.”


“Mulai sekarang... Kita harus lebih berhati-hati ya.”


“Ya.”


Untunglah suasana tidak menjadi buruk karena kami sama-sama menyesali kejadian itu. Alisa duduk di sampingku di sofa.


“Kenapa kamu mandi?”


“Pelajaran terakhir hari ini olahraga kan? Aku berkeringat banyak, jadi merasa tidak nyaman.”


Musim panas sudah mendekat, jadi sering berkeringat saat pelajaran olahraga. Jujur saja aku tidak terlalu peduli hal seperti itu, tapi...


“Ryouma, wajahmu merah lho?”


Karena dia duduk tepat di sampingku, aku bisa mencium aroma harum sehabis mandinya! Wajahku seperti akan memerah karena aroma samponya.


“Alisa, tolong menjauh sedikit.”


“Tidak mau.”


Dia malah mendekat! Rambut platinum blondenya bergoyang lembut, pose nakal seperti itu benar-benar imut sekali. Mungkin dia tidak sadar, tapi apapun yang dia lakukan jadi terlihat seperti menggoda, efeknya luar biasa. Wajahku, jangan memerah. Tenang, tenang. Tapi mungkin aku tidak bisa. Ada alasannya.


“Alisa... Penampilanmu itu terlalu menggoda.”


“Eh, ini pakaian biasa kok. Aku selalu berpakaian kayak gini pas bareng Shizuku. Ryouma kan menggantikan Shizuku.”


Alisa yang baru selesai mandi mengenakan baju off-shoulder dengan rok mini yang memperlihatkan paha putihnya. Lebih dari itu, bagian dadanya terbuka lebar, penampilannya sangat seksi. Aku tanpa sadar terpaku melihat tubuhnya yang begitu menarik dan jadi panik. Penampilan yang terlalu menggoda untuk siswa SMA biasa. Aku tidak bisa menatapnya langsung dan menutup mata.


“Hei! Lihat baik-baik dong.” Alisa menempel erat padaku. Berbeda dengan saat bermain di taman hiburan, kali ini dia benar-benar menempel dengan sengaja. Aku bisa merasakan langsung kelembutan tubuhnya. Suhu tubuhnya sehabis mandi membuatku ikut memanas.


“Alisa... Kenapa?”


“Habisnya... Kita kan sahabat.”


Perlahan aku membuka mata dan melihat Alisa tersenyum dengan wajah memerah. Wajahku kembali memanas melihat keimutannya.


“Mulai sekarang aku bakal manja padamu kayak ke Shizuku, jadi bersiaplah ya!”


Aku mungkin akan segera takluk pada kemanjaannya. Bertahanlah akal sehat, bukankah aku sudah berjanji untuk tidak terpesona pada wanita cantik! Aku sangat senang gadis tercantik di sekolah menjadi sahabatku, tapi sepertinya akan muncul masalah baru.


“Sudah lama aku tidak kembali ke kota ini.”


Seorang gadis berambut hitam panjang bergumam gembira. Gadis itu disambut oleh keluarga Kogure Ryouma sambil membawa koper. Dia berbincang-bincang dengan penuh nostalgia, dan juga berbicara dengan adik perempuan Ryouma yang dulu belum ada. Gadis itu mengedarkan pandangannya, mencari sosok teman masa kecilnya, tapi sepertinya dia sedang tidak ada.


“Aku pengen segera bertemu dengannya.”


Gadis itu meletakkan kedua tangannya di dada.


“Aku tidak peduli dengan Leo, tapi Ryouma... Aku telah hidup selama sepuluh tahun dengan kenangan bersama Ryouma di hatiku.”















Post a Comment

0 Comments

Tidak boleh adanya spoiler, hormati user lainya. Gunakan komentar dengan bijak sebagai tempat berdiskusi.

Post a Comment (0)
Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !