Epilog
Setelah aku
pulang dari taman bermain, aku langsung mandi, makan, lalu berbaring di tempat
tidur dengan posisi meregangkan badan.
Ku cek
smartphone-ku, tapi tidak ada balasan dari Shi-chan sejak tadi.
Aku mulai
sedikit khawatir, mungkin aku terlalu agresif. Tapi, kami sudah pacaran,
mungkin dia sedang mandi atau ada alasan lain, jadi aku memutuskan untuk tidak
terlalu memikirkannya.
Lalu, sambil
membaca komik, aku menghabiskan waktu berbaring di kamar sampai aku mulai
merasa mengantuk.
──Ping.
Suara
notifikasi Lime dari smartphone yang aku taruh di sisi bantal berbunyi.
Padahal aku
sudah berusaha tidak terlalu mengkhawatirkannya, tapi aku buru-buru memeriksa Lime,
mungkin itu balasan dari Shi-chan.
Dan ternyata,
itu memang Lime dari Shi-chan.
Perasaan lega,
bahagia, dan berdebar-debar langsung menyergapku saat aku membuka Lime itu.
『Maaf telat balasnya, aku terlalu bahagia sampai merasa ingin mati』
Kalimat itu
terlalu ringan, membuatku terkejut dan tanpa sadar tertawa.
Menertawakan
kata-katanya bahwa dia "mati", tiba-tiba Shi-chan menelponku.
"Halo?"
"Ah,
Tak-kun? Ma-maaf ne, aku telpon kamu."
"Tidak
apa-apa kok. Ada apa?"
"Enggak,
sebenernya tidak ada apa-apa... Cuma, aku tiba-tiba pengen denger suara
Tak-kun..."
Baru dua jam
sejak kami berpisah, Shi-chan menelpon hanya karena ingin mendengar suaraku.
Keimutan Shi-chan
itu membuat sesuatu di dalam dadaku terasa menggelegak.
"Iya, aku
juga kebetulan pengen denger suara Shi-chan, jadi pas..."
"Be-benarkah?"
"Iya,
benar."
"Kalau
begitu, aku senang... ehehe."
Suara Shi-chan
yang terdengar di telingaku melalui telepon membuat jantungku berdebar semakin
kencang.
"Ah, itu!
Aku sudah ganti wallpaper handphone-ku menggunakan gambar yang tadi aku
kirim!"
"Eh,
serius?"
Yang dia maksud
'tadi' tentu saja foto bersama untuk memperingati kami jadian.
"... Tak-kun,
tidak mau pakai juga?"
Ditanya oleh Shi-chan
dengan nada yang sedikit nakal, aku tertawa dan menjawab.
"Oke, aku
juga akan pasang sebagai wallpaper."
"Hihihi,
bagus! Sekarang kita pakai gambar yang sama ya! Nih, Tak-kun. Boleh tidak nanti
kayak gini lagi, nelepon sebelum tidur?"
"Tentu
saja boleh. Eh, apa aku juga boleh nelepon kamu seperti ini, kapan
pun...?"
"Eh?
I-iya! Tentu saja! Ehehehe."
Dengan jawaban
yang penuh kegembiraan dari Shi-chan, aku tersenyum lega.
Dan begitulah,
karena ini adalah hari pertama kami berpacaran, kami terus berbicara di telepon
sampai kami berdua merasa mengantuk.
"Kalau
begitu, selamat tidur."
"Iya,
sampai jumpa."
Dan, dengan Shi-chan
menguap sebagai tanda, meski sayang, aku perlahan menutup telfon.
Ini adalah
panggilan telepon panjang pertama dalam hidupku, tetapi itu adalah waktu yang
sangat bahagia.
Aku merebahkan
diri di atas tempat tidur sambil melihat sekali lagi foto bersama yang kami
jadikan wallpaper.
Di sampingku di
foto itu, Shi-chan tersenyum bahagia, dan aku memutuskan untuk selalu
membuatnya bahagia ke depannya, lalu tertidur dengan perasaan bahagia dari hari
itu.
Tidak boleh adanya spoiler, hormati user lainya. Gunakan komentar dengan bijak sebagai tempat berdiskusi.